Anda di halaman 1dari 22

Disampaikan Oleh :

Ns. Sri Supami, SKep, SPd, MKes


BERSUMBER DR PERNYATAAN
FLORENCE NIGHTINGALE
= IKRAR PROFESI

1.Membantu yg sakit 2.Membantu yg sehat


Untuk mencapai Mempertahankan
keadaan sehat kesehatannya

4. Membantu seseorang
Yg menghadapi 3. Membantu mereka yg
Kematian untuk hidup tdk dpt disembuhkan
seoptimal mungkin Untuk menyadari
Sampai menjelang potenasinya
ajal
Hak pasien Jiwa secara umum (Stuart &
Laraia, 2001)
Hak untuk berkomunikasi dengan orang lain di
luar RS dengan berkorespondensi, telepon dan
mendapatkan kunjungan
Hak untuk berpakaian
Hak untuk beribadah
Hak untuk dipekerjakan apabila memungkinkan
Hak untuk menyimpan dan membuang barang
Hak untuk melaksanakan keinginannya
Hak untuk memiliki hubungan kontraktual
Hak untuk membeli barang
Hak untuk pendidikan
Hak untuk habeas corpus
Hak untuk pemeriksaan jiwa atas inisiatif pasien
Hak pelayanan sipil
Hak mempertahankan lisensi hukum; supir, lisensi profesi
Hak untuk memuntut dan dituntut
Hak untuk menikah dan bercerai
Hak untuk tidak mendapatkan restrain mekanik yang tidak
perlu
Hak untuk review status secara periodik
Hak untuk perwalian hukum
Hak untuk privasi
Hak untuk informend consent
Hak untuk menolak perawatan
Alasan masuk RS Jiwa
Berbahaya untuk diri sendiri dan orang lain
Membutuhkan perawatan
Tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar
secara mandiri
Istilah
Restrains adalah aplikasi langsung kekuatan
fisik pada seseorang, tanpa atau dengan izin,
untuk membatasi kebebasan bergerak.
Seclusion (pengasingan) adalah
pengurungan seseorang bukan keinginan
sendiri dalam konstruksi khusus, ruangan
terkunci dengan sebuah jendela keamanan
atau kamera untuk monitoring visual
langsung (JCAHO,2000).
HIRARKI DALAM MEMBATASI PASIEN JIWA
(Stuart & Laraian, 2001, p. 174)
Pembatasan bisa dalam makna dibatasi secara fisik atau
dibatasi pilihannya. Hirarki dari yang paling restriktif
ke yang kurang restriktif.
 Ekstrimitas tubuh
 Batasan ruang gerak ( kamar isolasi)
 Batasan dalam aktivitas sehari-hari, misal acara TV,
waktu merokok, komunikasi
 Aktivitas yang bermakna, misal akses untuk ikut
rekreasi
 Pilihan perawatan
 Kontrol sumber keuangan
 Ekspresi verbal dan emosional
PRINSIP MORAL DALAM
PRAKTEK KEPERAWATAN

1. Autonomi
2. Beneficience
3. Nonmaleficience
4. Justice
5. Kejujuran, Kesetiaan dan Kerahasiaan
1. Autonomi
Setiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih
rencana kehidupan dan cara mengatur dirinya
Menghargai harkat dan martabat manusia sbg
individu yg dapat memutuskan yg terbaik untuk
dirinya.
Setiap tindakan keperawatan harus melibatkan
pasien dan berpartisipasi dalam membuat
keputusan yang berhubungan dg asuhan
keperawatan
2. Beneficience
 Merupakan prinsip untuk melakukan yang
baik dan tidak merugikan orang lain.
 Tidak menimbulkan bahaya bagi orang
lain,
 Perawat scr moral berkewajiban membantu
orang lain melakukan sesuatu yg
menguntungkan dan mencegah timbulnya
bahaya
3. Non Maleficience dan Kemaslahatan
 Prinsip Non Maleficience dan Kemaslahatan
dapat dilihat kontinum rentang dari bahaya
yg tidak berarti (non maleficience) sampai
menguntungkan orang lain dg melakukan
yg baik (kemaslht).
 Menuntut perawat menghindari yg
membahayakan pasien selama pemberian
asuhan keperawatan
 Bekerja dg konsep dalin di RS.
4. Keadilan
Merupakan suatu prinsip moral untuk
berlaku adil terhadap semua pasien sesuai
dengan kebutuhan .
Setiap individumendapat tindakan yg sama
berarti mempunyai kontribusi yg relatif
sama untuk kebaikan kehidupan seseorang.
5. Kejujuran, Kerahasiaan dan
Kesetiaan
Kejujuran adalah kewajiban untuk
mengungkapkan yg sebenarnya atau tdk
membohongi pasien didasarkan pd hub
saling percaya.
Kerahasiaan adalah kewajiban untuk
melindungi informasi rahasia.
Kesetiaan adalah kewajiban untuk
menepati janji
METODE DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN ETIS
1. Menunjukan maksud baik.
2. Mengidentifikasi semua orang
penting.
3. Mengumpulkan informasi yg
relevan.
4. Mengidentifikasi prinsip etis yang
penting
5. Mengusulkan tindakan alternatif.
6. Melakukan tindakan.
PENGARUH HUKUM DALAM PRAKTEK KEP. JIWA
Perawat sebagai
warga negara

Perawat sebagai
pemberi pelayanan

Perawat
sebagai Hak-hak
pegawai pasien
MASALAH LEGAL DALAM
PRAKTEK KEPERAWATAN
 Dapat terjadi bila tidak tersedia tenaga
keperawatan yg memadai tidak tersedia
standar praktek dan tidak ada kontrak
kerja.
 Perawat profesional perlu memahami
aspek legal untuk melindungi diri dan
melindungi hak-hak pasien
danmemahami batasa legal yg
mempengaruhi praktek keprwt.
 Pedoman legal Undang-undang praktek,
peraturan Kep Men Kes No 1239 dan
Hukum adat.
LIABILITAS DALAM KEPERAWATAN
JIWA
1. Pasien bunuh diri
2. Gagal mendiagnosa
3. Masalah terkait dengan ECT
4. Penyalahgunaan obat-obat Psikoaktif
5. Melanggar kerahasiaan
6. Gagal merujuk pasien
7. Gagal untuk melaporkan penganiyaan
8. Tidak adanya informed consent
Pertanggungjawaban Pidana terkait dengan
kondisi jiwa seseorang

 Tindakan kriminal yang dilakukan oleh seseorang yang


diduga memiliki kelainan jiwa perlu mendapatkan
penyelididkan dari seorang ahli kesehatan jiwa ( Visum et
repertum psikiatrikum; VER)
Argumen yang menyebutkan bahwa seseorang yang
didakwa melakukan tindakan kriminal dianggap tidak
bersalah karena orang tersebut tidak bisa mengontrol
perbuatannya atau tidak mengerti perbedaan antara benar
dan salah yang dikenal sebagai Peraturan M’Naghten.
Saat orang tersebut memenuhi kriteria, dia dapat
dinyatakan tidak bersalah karena mengalami gangguan
jiwa.
MINIMALKAN LIABILITAS

1. Ikuti Standar.
2. Berikan Pel. Kep yg kompeten
3. Hubungan empaty, hormat dan bela rasa
4. Dokumentasi lengkap dan objektif dan
tepat waktu dan tepat waktu.
5. Perawat menolong di tempat umum
STANDAR KEPERAWATAN
Pedoman praktek kep yang aman dan
tepat.
Menekakankan tanggung gugat
Tanggung jawab :
Mengacu pd pelaksanaan tugas yg
dikaitkan dg peran perawat.
Tanggung gugat:
Dapat memberikan alasan atas tindakan
kep yg diberikan atas diri, pasien, profesi,
atasan dan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai