Anda di halaman 1dari 53

Pemicu 1

Etika
Faza Ghani Y.
405140214
LI
1. Etika Kedokteran
2. Kewajiban Dokter (surat keterangan, rekam
medis, dll)
3. Hukum :
• KODEKI
• Kedokteran
• Kesehatan
• Sumpah dokter
• SIP & STR
LI 1 : Etika Kedokteran

• Bioetika kedokteran (Tom Beauchamp & James


Childress)
1. Nonmaleficence (Tidak Merugikan)
2. Beneficence (Berbuat Baik)
3. Menghormati Otonomi
4. Keadilan
1. Nonmaleficence (Tidak
Merugikan)
• Latin: non= tidak; mal= buruk, jahat; ficere= melakukan
• Bersifat negatif
• Tidak mengakibatkan kerugian fisis;
Tidak menyangkut barang milik, nama baik atau
kebebasan;
Tidak mengakibatkan risiko u/ mengalami kerugian di
kemudian hari;
Tidak mengakibatkan kerugian finansial
1a. Prinsip Efek Ganda
• Efek baik disamping efek 1b. Prinsip Totalitas
buruk • Bagian boleh dikorbankan
• 4 syarat yg harus dipenuhi : demi menyelamatkan tubuh
• Tindak itu sendiri haruslah sebagai keseluruhan atau
bersifat baik atau setidak2nya demi menjamin kualitasnya
netral secara normal 1c. Distingsi antara
• Hanya efek baik dan bukan membunuh dan
efek buruk secara langsung
dimaksud o/ si pelaku membiarkan pasien
• Efek baik tidak dihasilkan mll
meninggal
efek buruk 1d. Distingsi antara sarana
• Harus ada alasan proporsional biasa dan sarana luar biasa
u/ membiarkan efek buruk yg
diketahui akan terjadi
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
2. Beneficence (Berbuat Baik)
• Latin: Bene= baik; 5 Syarat u/ Beneficence
Ficence= melakukan, • B berisiko mengalami
berbuat kerugian besar
• Berbuat baik sebagai • Perbuatan A diperlukan
cita2 moral khusus
Berbuat baik sebagai • Perbuatan A agaknya
kewajiban akan mencegah kerugian
itu
• Superogatory acts :
perbuatan baik yg • Perbuatan A tidak
melampaui berisiko
kewajibannya. • Manfaat yg diperoleh B
• Bersifat positif mengimbangi kerugian
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk
kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan
dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
Beberapa Masalah Khusus
• Treating Physician & Assessing Physician
• Treating Physician
• Subjektif
• Tidak harus selalu mengatakan yg benar kpd PS atau keluarganya
• Assessing Physician
• Objektif
• Harus mengatakan yg benar
• Dokter & Pertolongan Kemanusiaan
• Sifat humaniter profesi kedokteran
1. DR wajib melayani PS, jika pelayananya diminta malam hari
2. DR & tenaga medis tidak boleh mogok kerja. Jika harus,
pastikan dg cermat bahwa PS tidak mjd korban
3. DR yg bekerja sama dg intansi kehakiman
Cth : terpidana mati diberikan suntikan letal o/ DR tidak
dibolehkan
Kriteria
3. Menghormati 1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri,
menghargai martabat pasien
Otonomi 2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat
keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
• Yunani: autos= sendiri; 4. Menghargai privasi
nomos= hukum, 5. Menjaga rahasia pasien
peraturn, pengaturan, 6. Menghargai rasionalitas pasien
pemerintahan. 7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten
• Inform consent mengambil keputusan sendiri

• Kompetensi 9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi


pasien
• Inkompeten  10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien
keputusan bisa diwakili dalam mengambil keputusan termasuk keluarga
o/ org lain (keluarga pasien sendiri
terdekat) atau mll living 11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil
will/ advance directive pasien pada kasus non emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi
kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
4. Keadilan
• Memberi kepada setiap orang apa yang menjadi
haknya.
• Keadilan dapat menyangkut kewajiban individu thd
masyarakat, masyarakat thd individu dan kewajiban
individu satu sama lain. Dg demikian timbul 3 macam
keadilan:
• Keadilan umum (general justice): warga masyarakat
diwajibkan memberi kpd masyarakat apa yg mjd haknya.
• Keadilan distributif (distributive justice): negara diwajibkan
memberi kpd warga negara apa yg mjd haknya.
• Keadilan komutatif (commutative justice): setiap org atau
kelompok harus memberik haknya kpd org atau kelompok
lain.
Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban,
sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan
kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
Sumpah Hippokrates
Sumpah Hippokrates
Deklarasi Jenewa
Pada saat diterima sebagai anggota profesi kedokteran, saya bersumpah bahwa :

1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan kemanusiaan

2. Saya akan menghormati dan berterima kasih kepada guru – guru saya sebagaimana layaknya

3. Saya akan menjalankan tugas saya sesuai dengan hati nurani dengan cara yang terhormat

4. Kesehatan pasien senantiasa akan saya utamakan

5. Saya akan merahasiakan segala rahasia yang saya ketahui bahkan sesudah pasien meninggal
dunia

6. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran

7. Teman sejawat saya akna saya perlakukan sebagai saudara – saudara saya

8. Dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien, saya tidak mengizinkan untuk terpengaruh oleh
pertimbangan keagamaan,kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial

9. Saya akan menghormati kehidupan insani mulai dari saat pembuahan

10. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk
sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan

11. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh – sungguh dan bebas, dengan mempertaruhkan
kehormatan diri saya.
NASKAH SUMPAH HIPPOKRATES ASAS ETIKA MEDIS

Saya akan menetapkan peraturan diet untuk orang yang sakit sesuai Asas berbuat baik (beneficence)
dengan dan penilaian saya; saya akan menjaga mereka terhadap cidera - Asas tidak menimbulkan
dan ketidakadilan mudharat (non maleficence)

Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun jika Asas menghormati hidup
diminta, saya juga tidak akan mengajukan saran tentang itu. manusia
Demikian juga sya tidak akan memberikan kepada perempuan obat
untuk terjadinya keguguran. Dalam kemurnian dan kesucian saya akan
menjaga hidup dan seni saya

Saya tidak akan menggunakan pisau, juga tidak pada penderita batu, Asas menyadari keterbatasan
tapi saya menarik diri dan menyerahkan pekerjaan kepada orang orang diri sendiri
yang memang biasa melakukannya

Dirumah manapun saya berkunjung, saya datang untuk kebaikan yang Asas beneficence, berakhlak
sakit, menjauhkan diri dari semua ketidakadilan yang disengaja, dari dan berbudi luhur
semua perbuatan jahat dan khusus hubungan kelamin dengan
perempuan maupun laki laki, apakah mereka orang orang bebas atau
budak belian
Apapun yang saya lihat atau dengar selama menjalankan pengobatan Asas menjaga kerahasiaan
malahan di itu berhubungan dengan hidup orang yang dengan alasan pasien (asas konfidensialitas)
apapun tidak boleh diumumkan, akan saya simpan untuk saya sendiri
karena hal-hal seperti itum memalukan untuk dibicarakan
LI 2 : Kewajiban Dokter (surat keterangan, rekam
medis, dll)

Hak dan Kewajiban Dokter dan Pasien


• Hak Pasien
• Dlm KODEKI  diterangkan hak-hak pasien sbg berikut :
• Hak utk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, dan hak utk mati scra wajar
• Memperoleh pelayanan kedokteran yg manusiawi sesuai dg standar
profesi kedokteran
• Memperoleh penjelasan ttg diagnosis dan terapi dr dokter yg
mengobatinya
• Menolak prosedur diagnosis dan terapi yg direncanakan, bahkan dpt
menarik diri dr kontrak terapeutik
• Memperoleh penjelasan ttg riset kedokteran yg akan diikutinya
• Menolak atau menerima keikutsertaannya dlm riset kedokteran
• Hak meminta pendapat dokter lain (second opinion) ttg penyakitnya
• Dg persetujuan ps dirujuk kpd dokter spesialis kalau
diperlukan, dan dikembalikan kpd dokter yg merujuknya
setelah selesai konsultasi atau pengobatan utk memperoleh
perawatan atau tindak lanjut
• Dijaminkerahasiaan Rmnya mengenai hal-hal pribadi
• Memperoleh penjelasan ttg peraturan RS
• Berhubungan dg keluarga, penasihat, atau rohaniwan, dll yg
diperlukan selama perawatan di RS
• Memperoleh penjelasan ttg perincian biaya rawat inap, obat,
pemeriksaan lab, pemeriksaan rontgen, USG, CT-Scan, MRI dan
sebagainya (kalau dilakukan) biaya bedah, kamar bersalin,
imbalan jasa dokter, dll
• Mendapat resume RMnya
• Kewajiban Pasien
• Memeriksakan diri sedini mungkin pd dokter
• Memberikan informasi yg benar dan lengkap ttg penyakitnya
• Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
• Menandatangani surat2 PTK, surat jaminan dirawat di RS dll
• Yakin pd dokternya, dan yakin akan sembuh
• Melunasi biaya perawatan di RS, biaya pemeriksaan dan pengobatan serta
honorarium dokter

Dlm UU RI No. 29 Th 2004 ttg Praktik Kedokteran pasal 53  kewajiban ps


adalah memberikan informasil yg lengkap dan jujur ttg masalah
kesehatannya, mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi,
mematuhi ketentuan yg berlaku di sarana pelayanan kesehatan dan
memberikan imbalan jasa atas pelayanan yg diterima
• Hak Dokter
• Melakukan praktik dokter setelah memperoleh Surat
Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP)
• Memperoleh informasi yg benar dan lengkap dr
ps/keluarga ttg penyakitnya
• Bekerja sesuai standar profesi
• Menolak melakukan tindakan medic yg bertentangan dg
etika, hukum, agama, dan hati nuraninya
• Mengakhiri hubungan dg seorg ps jk menurut
penilaiannya kerja sama ps dgnya tidak berguna lg,
kecuali dlm keadaan gawat darurat
• Menolak ps yg bukan bidang spesialisasinya, kecuali dlm keadaan
darurat atau tidak ada dokter lain yg mampu menanganinya
• Hak atas keleluasaan pribadi (privacy) dokter
• Ketentraman bekerja
• Mengeluarkan surat2 keterangan dokter
• Menerima imbalan jasa
• Menjadi anggota perhimpunan profesi
• Hak membela diri
Dlm UU No. 29 Th 2004 ttg Praktik Kedokteran pasal 50 
Hak2 dokter adalah memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas, memberikan pelayanan medis sesuai dg
standar profesi dan standar prosedur operasional, dan memperoleh
informasi yg lengkap dan jujur dr ps atau keluarga
• Kewajiban Dokter
• Dlm UU No. 29 Th 2004 ttg Praktik Kedokteran Pasal 51,
menyatakan bahwa kewajiban dokter atau dokter gigi :
• Memberikan pelayanan medis sesuai dg standar profesi dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis ps
• Merujuk ps ke dokter atau dokter gigi lain yg mempunyai keahlian
atau kemampuan yg lbh baik, apabila tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan
• Merahasiakan segala sesuatu yg diketahui ttg ps, bahkan jg setelah
ps itu meninggal dunia
• Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,
kecualin jk ia yakin pd org lain yg bertugas dan mampu
melakukannya
• Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau kedokteran gigi
Surat Keterangan Dokter
• Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang dokter kadang kalanya
harus menerbitkan surat-surat keterangan dokter.
• Pedomannya antara lain:
1. Bab I Pasal 7 KODEKI,” Setiap dokter hanya memberikan keterangan
dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya”.
2. Bab II Pasal 12 KODEKI, “ Setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien bahkan juga
setelah pasien meninggal dunia”.
3. Paragraph 4, pasal 48 UU No.29/2004 tentang praktik Kedokteran.
Jenis Surat Keterangan Dokter
1. Surat Keterangan lahir
2. Surat Keterangan Meninggal
3. Surat Keterangan Sehat
4. Surat Keterangan Sakit
5. Surat Keterangan Cacat
6. Surat Keterangan Pelayanan Medis untuk penggantian biaya dari asuransi
kesehatan
7. Surat Keterangan Cuti Hamil
8. Surat Keterangan Ibu hamil, bepergian dengann pesawat udara
9. Visum et Repertum
10. Laporan Penyakit Menular
11. Kuitansi
Surat Keterangan Lahir
• SK kelahiran berisikan tentang waktu (tanggal dan jam) lahirnya bayi, kelamin,
BB dan nama orang tua.
• Diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya oleh karena sering adanya
permintaan khusus dari pasien.
• Hal yang sering menjadi masalah:
1.Anak yang lahir dari inseminasi buatan dari semen donor (Arteficial
Insemination by Donor = AID)
2.Anak yang lahir hasil bayi tabung yang sel telur dan/atau sel maninya berasal
dari donor (In vitro Fertilization by Donor)
3.Anak yang lahir hasil konsepsi dari saudara kandung suami
• Ketiga hal diatas bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Surat Keterangan Meninggal
• Surat keterangan untuk keperluan penguburan, perlu dicantumkan identitas
jenazah, tempat, dan waktu meninggalnya.
• Surat Keterangan (Laporan) Kematian
Mengenai hal ini perlu diisi:
- Sebab kematian sesuai dengan pengetahuan dokter.
- Lamanya menderita sakit hingga meninggal dunia.
- Jika jenazah dibawa ke luar daerah atau luar negeri maka adanya kematian
karena penyakit menular harus diperhatikan.
Surat Keterangan Sehat
A. Untuk Asuransi Jiwa B. Untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi
(SIM)
• Dalam menulis laporan pengujian
kesehatan untuk asuransi jiwa, perlu • Perlu diperhatikan oleh karena pengendara
diperhatikan agar: atau faktor manusia merupakan faktor
• Laporan dokter harus objektif. utama penyebab kecelakaan lalu lintas.
• Sebaliknya jangan menguji kesehatan C. Untuk Nikah
seorang calon yang masih atau pernah
menjadi pasien sendiri untuk menghindari • Selain pemeriksaan medis, dokter juga
timbulnya kesukaran.
harus memberikan edukasi reproduksi dan
• Jangan memberitahukan kesimpulan hasil pendidikan seks kepada pasangan calon
pemeriksaan medik kepada pasien, suami-istri.
langsung kepada perusahaan asuransi itu
sendiri.
• Yang sering menjadi dilema adalah apakah
• Dokter selaku ahli, bukan orang dokter harus memberitahukan kepada
kepercayaan perusahaan asuransi salah satu calon suami-istri tersebut apabila
kesehatan. menemukan kelainan-kelainan atau
penyakit-penyakit yang diderita salah satu
• Pemeriksaan oleh dokter yang dipilih pasien calon pasangannya?
pada dasarnya untuk kepentingan pihak
asuransi oleh karena sebagai dokter penguji
kesehatan tersebut, dokter wajib
memberitahukan kepada perusahaan
tentang segala sesuatu yang ia ketahui dari
orang yang kesehatannya diuji.
Surat Keterangan Sakit untuk Istirahat

• Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan simulasi atau agravasi


pada waktu memberikan keterangan mengenai cuti sakit seorang karyawan. Ada
kalanya cuti sakit disalahgunakan untuk tujuan lain.
• Surat keterangan cuti sakit palsu dapat menyebabkan seorang dokter dituntut
menurut pasal 263 dan 267 KUHP.
SURAT KETERANGAN SURAT KETERANGAN
CACAT CUTI HAMIL

• Sangat erat hubungannya • Hak cuti hamil seorang ibu


dengan besarnya adalah 3 bulan, yaitu
tunjangan atau pensiun sekitar 1 bulan sebelum
dan 2 bulan setelah
yang akan diterima oleh persalinan.
pekerja, yang tergantung
kepada keterangan • Tujuan : agar si ibu cukup
istirahat dan
dokter tentang sifat mempersiapkan dirinya
cacatnya. dalam menghadapi proses
persalinan, dan mulai kerja
kembali setelah masa
nifas.
Surat Keterangan Penggantian Biaya
dari Asuransi Kesehatan
• Informasi Dasar: Identitas pasien dan perwalian
(bila diperlukan), hasil rekam medik oleh dokter
• Diisi dan digabungkan dengan formulir claim
asuransi
Surat Keterangan Ibu Hamil
bepergian
dengan Pesawat Udara
• Sesuai dengan ketentuan internasional Aviation, Ibu
hamil tidak dibenarkan bepergian dengan pesawat
udara, jika mengalami :
1. hiperemesis atau emesis gravidarum
2. hamil dengan komplikasi ( perdarahan, preeklamsi dsb )
3. hamil >36 minggu
4. hamil dengan penyakit-penyakit lain yang beresiko.
VISUM et REPERTUM
• Visum et repertum (VeR) • Kasus Pemerkosaan
adalah surat keterangan • Kesulitan jika korban dikirim
yang dikeluarkan oleh terlambat karena hasil
dokter untuk penyidik pemeriksaan tidak
menunjukkan keadaan
dan pengadilan. sebenarnya
• VeR mempunyai daya • Bedah mayat kedokteran
bukti dan alat bukti yang kehakiman
sah dalam perkara • Harus objektif tanpa pengaruh
pidana. dari mereka yang
berkepentingan dalam
perkara. Keterangan dibuat
dengan istilah yang mudah
dipahami, berdasarkan apa
yang dilihat dan ditemukan,
sehingga tidak berulang kali
dipanggil ke pengadilan untuk
dimintakan keterangan
tambahan.
Laporan penyakit menular
• Diatur dalam UU No. 6 tahun 1962 tentang wabah.
• Kepentingan umum yang diutamakan.
• Pasal 50 KUHP : “ Tiada boleh dihukum barang
siapa melakukan perbuatan untuk menjalankan
aturan undang-undang”.
Kuitansi

• Sering diminta sebagai bukti pembayaran, tidak menimbulkan


masalah apabila sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Berhubungan dengan penggantian biaya berobat dari
perusahaan tepat pasien atau pasangannya bekerja.
• Contoh :
• perusahaan hanya mengganti 50% biaya pengobatan, pasien minta
dibuatkan kuitansi sebesar 2 kali imbalan jasa yang diterima dokter,
• pasien meminta agar imbalan jasa dokter dinaikkan dengan sisa
imbalan dibagi 50-50% antara dokter dan pasien,
• Pasien meminta agar biaya pengangkutan pulang pergi dari luar kota
ke tempat berobat dimasukkan dalam kuitansi berobat (built in),
sedangkan dokter tidak menerima bagian dari biaya pengangkutan
tersebut.
• Ketiga contoh di atas jelas malpraktik etik dan malpraktik
kriminil.
Sanksi Hukum
Penyimpangan Pembuatan Surat Keterangan

Pasal 267 KUHP: Pasal 179 KUHAP:


1. Seorang dokter yang dengan sengaja 1. Setiap orang yang diminta
memberikan surat keterangan palsu pendapatnya sebagai ahli
tentang ada atau tidaknya penyakit, kedokteran kehakiman atau
kelemahan, atau cacat diancam dengan dokter atau ahli alinnya wajib
hukuman penjara paling lama empat
tahun. memberikan keterangan ahli demi
keadilan.
2. Jika keterangan diberikan dengan
maksud untuk memasukkan seseorang 2. Semua ketentuan tersebut di atas
dalam rumah sakit gila atau untuk untuk saksi berlaku juga bagi
menahannya disitu, dijatuhkan mereka yang memberikan
hukuman penjara paling lama delapan keterangan ahli, dengan
tahun enam bulan.
ketentuan bahwa mereka
3. Diancam dengan pidana yang sama, mengucapkan sumpah atau janji
barang siapa dengann sengaja akan memberikan keterangan
memberikan surat keterangan palsu itu yang sebaik-baiknya dan sebenar-
seolah-olah isinya sesuai dengan benarnya menurut pengetahuan
kebenaran. dalam bidang keahliannya.
LI 3 : Hukum (KODEKI, Kedokteran, Kesehatan,
Sumpah dokter, dan SIP & STR)

Sanksi Hukum Penyimpangan Pembuatan Surat


Keterangan
• Pasal 267 KUHP: • Pasal 179 KUHAP:
1. Seorang dokter yang dengan sengaja 1. Setiap orang yang diminta pendapatnya
memberikan surat keterangan palsu sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
tentang ada atau tidaknya penyakit, dokter atau ahli alinnya wajib
kelemahan, atau cacat diancam memberikan keterangan ahli demi
dengan hukuman penjara paling lama keadilan.
empat tahun.
2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk
2. Jika keterangan diberikan dengan saksi berlaku juga bagi mereka yang
maksud untuk memasukkan memberikan keterangan ahli, dengan
seseorang dalam rumah sakit gila ketentuan bahwa mereka mengucapkan
atau untuk menahannya disitu,
dijatuhkan hukuman penjara paling sumpah atau janji akan memberikan
lama delapan tahun enam bulan. keterangan yang sebaik-baiknya dan
sebenar-benarnya menurut
3. Diancam dengan pidana yang sama, pengetahuan dalam bidang keahliannya.
barang siapa dengann sengaja
memberikan surat keterangan palsu
itu seolah-olah isinya sesuai dengan
kebenaran.
KODE ETIK KEDOKTERAN
INDONESIA
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji dokter.
Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara independen,
dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri .
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib
memperoleh persetujuan pasien/keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan*KODEKI.2012.IDI
dan kebaikan pasien
tersebut.
Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.
Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan secara
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion)
dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan
dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.
Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan
lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.
*KODEKI.2012.IDI
Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan
kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif ), baik sik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.
Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di bidang kesehatan, bidang
lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan ketrampilannya
untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas
persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.
Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi dengan
keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.
*KODEKI.2012.IDI
Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan
keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 21
*KODEKI.2012.IDI
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/ kesehatan.
Larangan-larangan

• Memuji diri
• Perbuatan atau nasihat yang melemahkan daya tahan pasien
• Mengumumkan dan menerapkan teknik atau pengobatan
yang belum diuji kebenarannya
• Melepaskan kebebasan dan kemandirian profesi karena
pengaruh sesuatu
• Mengambil alih pasien sejawat lain tanpa persetujuannya
Jenis Pelanggaran Etik
• Pelanggaran etik murni • Pelanggaran etika sekaligus
pelanggaran hukum (pelanggaran
• Menarik imbalan yang tidak wajar etikolegal)
• Mengambil alih pasien tanpa • Pelayanan dokter di bawah standar
persetujuan sejawat • Menerbitkan surat keterangan dokter
yang tidak sesuai
• Memuji diri sendiri di hadapan pasien
• Membuka rahasia jabatan
• Bekerja di luar batas kewajaran • Pelecehan seksual terhadap pasien
• Melakukan abortus provokatus atau
pengguguran kandungan
SUMPAH DOKTER
• Menurut Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1960
disusul dg  SK Menkes R.I. No.
434/Menkes/SK/X/1983 : berdasarkan Sumpah
Hippokrates & Deklarasi Jenewa dr Ikatan Dokter
Sedunia
Sumpah Dokter Indonesia
DEMI ALLAH SAYA BERSUMPAH BAHWA:
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.
2. Saya akan memelihara dg sekuat tenaga martabat & tradisi luhur jabatan kedokteran.
3. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila dengan
martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
4. Saya akan menjalankan tugas sata dg mengutamakan kepentingan masyarakat.
5. Saya akan merahasiakan segala sessuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya & keilmuan
saya sebagai dokter.
6. Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan dokter saya untuk sesuatu yang bertentangan
dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.
7. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.

(Berdasarkan SK Menkes R.I. 434/SK/X/1983)


8. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien.
9. Saya akan berikhtiar dengan sungguh sungguh supaya saya
tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kesukuan,
perbedaan kelamin, politik kepartaian, atau kedudukan sosial
dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
10. Saya akan memberi kepada guru guru saya penghormatan dan
pernyataan terima kasih yang selayaknya.
11. Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana
saya sendiri ingin diperlakukan.
12. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran
Indonesia.
13. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh sungguh dan dengan
mempertaruhkan kehormatan diri saya.

(Berdasarkan SK Menkes R.I. 434/SK/X/1983)


Surat Izin Praktek
• Surat izin praktik kedokteran diatur dalam Undang-
undang No. 29 tahun 2004 pasal 36 sampai 38
• Pasal 36 : kewajiban setiap dokter untuk memiliki SIP
• Pasal 37 : ketentuan SIP
• Pasal 38 : syarat mendapatkan SIP, masa berlaku SIP
KETENTUAN PIDANA
Pasal 76
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran
tanpa memiliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 77
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau
bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda
registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi dan/atau surat izin praktik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus
lima puluh juta rupiah).
*UU NO 29 2004
Surat Tanda Registrasi
• Surat tanda registrasi kedokteran diatur dalam
Undang-undang No. 29 tahun 2004 pasal 29 sampai
35
• Pasal 29 : mengatur setiap dokter harus memiliki STR,
syarat mendapatkan STR, dan masa berlaku STR
• Pasal 30-32: mengatur STR untuk dokter lulusan asing
• Pasal 33 : hal-hal yg menyebabkan STR tidak berlaku
• Pasal 34 : semua hal yang bersangkutan dengan
registrasi dokter diatur dengan Peraturan Konsil
Kedokteran Indonesia
• Pasal 35 : wewenang dokter yg telah memiliki STR
KETENTUAN PIDANA Pasal 75
(1) Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
(2) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi
sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi
bersyarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

*UU NO 29 2004
KETENTUAN PIDANA
Pasal 78
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara lain dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-
olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat
tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin
praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 79
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi
yang :
a. dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 ayat (1);
b. dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (1); atau
c. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.
*UU NO 29 2004
KETENTUAN PIDANA
Pasal 80
(1) Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan
dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42, dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh korporasi, maka pidana yang
dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah sepertiga atau
dijatuhi hukuman tambahan berupa pencabutan izin.
*UU NO 29 2004
Ketentuan Pidana
No. Pelanggaran Pidana UU 29/2004
1. Dr/drg praktik tanpa STR Penjara max 3 thn Ps 75 ay 1
Denda max Rp.100 jt
2. Dr/drg praktik tanpa SIP Idem Ps 76
3. Dr/drg WNA praktik tanpa STR Idem Ps 75 ay 2,3
sementara/ bersyarat
4. Dr/drg yang: Ps 79
Tidak memasang papan praktik Kurungan max 1 thn;
Tidak membuat rekam medis yg denda max Rp.50 jt
baik
Tidak memenuhi kewajiban(Ps
51)
5. Identitas dan gelar palsu. Tanpa Penjara max 5 thn; Ps 77
STR dan SIP denda max Rp.150 jt
6. Mempekerjakan dr/drg tanpa SIP Penjara max 10 thn; Ps 80
denda max Rp.300 jt *UU NO 29 2004

Anda mungkin juga menyukai