Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glioma merupakan tumor otak primer paling banyak dijumpai (50%) yang pada
orang dewasa letaknya berada di supratentorial dan berasal dari korteks dan hemisfer
otak. Pada anak-anak 70% terletak di infratentorial yang berasal dari serebelum, batang
otak, dan mesensefalon. Rasio antara penderita pria dan wanita adalah 55:45.
Penatalaksanaan tumor ini yaitu dengan bedah atau kemoterapi.1

Glioblastoma multiforme merupakan tumor otak primer kelompok neuroepitel


tersering dan neoplasma yang paling ganas.2,3 Tumor ini biasanya menyerang orang
dewasa dan terutama berlokasi di hemisferium. Glioblastoma dapat timbul cepat secara
de novo, tanpa lesi prekursor yang sering disebut glioblastoma primer. Sedangkan
glioblastoma sekunder berkembang secara perlahan dari difus astrositoma (WHO grade
II) atau anaplastik astrositoma (WHO grade III). Karena sifatnya yang invasif,
glioblastoma tidak dapat sepenuhnya direseksi dan meskipun mendapat radioterapi atau
kemoterapi, kurang dari setengah pasien yang dapat bertahan lebih dari satu tahun.
Bahkan berdasarkan registri kanker oleh Beasty A. Kohler dkk, 5 years survival untuk
penderita glioblastoma yang berusia 40 – 60 tahun hanya 5%. Prognosis lebih jelek pada
pasien usia tua dibandingkan pasien muda tidak dapat dihubungkan dengan perifokal
edema.2

Glioblastoma adalah tumor otak yang paling sering, terhitung sekitar 12 – 15%
dari semua neoplasma intrakranial dan 60 – 75% dari tumor astrositik. Glioblastoma
dapat bermanifestasi pada usia berapa pun, tetapi paling sering terdapat pada orang
dewasa, dengan puncak kejadian di antara usia 45 dan 75 tahun. Berdasarkan laporan
kasus di RS Universitas Zurich, dari 987 penderita glioblastoma, lokasi yang paling
sering terkena adalah lobus temporal (31%), lobus parietal (24%), lobus frontal (23%)
dan lobus oksipital (16%). Infiltrasi dari glioblastoma sering meluas ke korteks yang
berdekatan dan melalui corpus callosum ke belahan kontralateral. Glioblastoma yang
berlokasi batang otak, ganglia basal dan talamus sering menyerang anak-anak.
Serebelum dan sumsum tulang belakang merupakan lokasi yang paling jarang ditempati
oleh neoplasma ini.3

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 November 2019 – 22 Desember 2019 1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Glioblastoma masih sering disingkat “GBM” adalah kelas tertinggi glioma


(kelas IV) tumor, adalah yang paling bentuk ganas astrocytoma, dan ini identik dengan
glioma kelas IV. Fitur histologis yang membedakan glioblastoma dari semua nilai lain
kehadiran nekrosis (sel-sel mati) dan peningkatan pertumbuhan abnormal pembuluh
darah sekitar tumor. tumor kelas IV selalu berkembang pesat dan sangat ganas.2

2.2 Etiologi

Tumor otak tidak dapat dicegah. Penyebab ini tumor dan jenis lain dari tumor
otak tidak diketahui. Gen adalah blok bangunan fundamental ditemukan di semua sel-
sel tubuh. Para ilmuwan telah mengidentifikasi kelainan pada gen kromosom yang
berbeda yang mungkin memainkan peran dalam perkembangan tumor. Namun, apa
yang menyebabkan mereka Kelainan masih belum pasti.
Para ilmuwan sedang melakukan lingkungan, pekerjaan, penelitian keluarga
dan genetik untuk mengidentifikasi link umum di antara pasien. Meskipun banyak
penelitian tentang bahaya lingkungan, tidak ada penyebab langsung telah ditemukan.
Mayoritas tumor otak tidak turun-temurun. Otak tumor dapat disebabkan oleh sindrom
warisan genetik, seperti Neurofibromatosis, Li-Frameni, Von Hippel-Lindau, Turcot
dan berbonggol Sclerosis, tapi ini hanya mempengaruhi 5% pasien.

2.3 Patogenesis
Astrositoma menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista dalam
berbagai ukuran. Walaupun menginfiltrasi jaringan otak, efeknya pada fungsi otak
hanya sedikit sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya, astrositoma tidak
bersifat ganas walaupun dapat mengalami perubahan keganasan menjadi glioblastoma.4
Glioblastomas dapat diklasifikasikan sebagai tumor primer atau sekunder.
Primer glioblastoma untuk sebagian besar kasus sekitar 60 % pada orang dewasa yang
lebih tua dari 50 tahun . Tumor ini merupakan tumor de novo yaitu , tanpa bukti klinis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 November 2019 – 22 Desember 2019 2
atau histopatologis dari yang sudah ada sebelumnya. Penampakan klinis singkat,
biasanya kurang dari 3 bulan. Multiformes glioblastoma sekunder sekitar 40 %
biasanya berkembang pada pasien yang lebih muda (< 45 tahun) melalui perkembangan
ganas dari astrocytoma grade rendah (WHO grade II) atau astrocytoma anaplastik
(WHO grade III) . Waktu yang diperlukan untuk perkembangan ini bervariasi , mulai
dari kurang dari 1 tahun sampai lebih dari 10 tahun , dengan interval rata-rata 4-5 tahun.
Peningkatan kasus menunjukkan bahwa glioblastomas primer dan sekunder merupakan
perkembangan penyakit yang berbeda dalam hal genetik, usia, serta respon terhadap
terapi.4

2.4 Klasifikasi
Glioma merupakan tumor otak yang berkembang dari sel-sel glial, di mana
terdapat 5 jenis sel glia : oligodendrosit, astrosit, ependimal, sel schwan dan mikroglia.
Sekitar sepertiga dari tumor otak primer maupun tumor susunan saraf lainnya berasal
dari sel glia.5
Astrositoma adalah tumor yang berasal dari astrosit, jaringan penunjang di
susunan saraf pusat.11 Menurut WHO, astrositoma diklasifikasikan menjadi grade I
sampai dengan grade IV (glioblastoma multiforme = GBM) berdasarkan gambaran
patologinya.5,6
2.3 Tabel 1. Klasifikasi astrositoma5,6
Grade Astrositoma Karakteristik
I Pilocytic Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan sekitarnya. Tumor
astrocytoma, ini biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Memiliki
pleomorphic prognosis yang paling baik
xanthoastrocytoma, Histologi: sel-sel piloid, serat-serat rosenthal, badan granular
subependymal giant eosinofilik, selularitas rendah. Reseksi merupakan terapi utama
cell astrocytoma dan
subependymoma
II Low-grade Tumbuh lambat, namun dapat tumbuh menyebar ke jaringan
(Fibrillary) sekitarnya. Lesi biasanya menginfiltrasi dan mempunyai aktivitas
astrocytoma, mixed mitotik yang rendah namun sering kambuh. Bila dilakukan radiasi
oligoastrocytoma atau kemoterapi, harapan hidup per 5 tahunnya 70%, bila tanpa
keduanya 34%
Histologi: inti atipik, selularitas meningkat
III Anaplastic Lesi dengan bukti histologis adanya malignansi, umumnya

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 November 2019 – 22 Desember 2019 3
astrocytoma mempunyai aktivitas mitotik tinggi, sangat jelas mengekspresikan
kemampuan infiltratif dan anaplasia. Histologi: inti atipik dan
mitosis
IV Glioblastoma Lesi dengan aktivitas mitotik sangat tinggi dengan proliferasi
multiforme (GBM) vaskuler, cenderung nekrosis dan umumnya berhubungan dengan
pertumbuhan tumor yang cepat. Merupakan tumor primer otak yang
paling ganas. Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya
sangat berbeda dari yang normal. Menyerang pada orang dewasa
berumur antara 45 sampai 70 tahun. Tumor ini merupakan salah satu
tumor otak primer dengan prognosis yang sangat buruk.
Histologi: hiperseluler, bentuk sel dan inti sel bermacam-macam,
proliferasi endotel, gambaran mitosis dan sering disertai dengan
nekrosis

2.5 Manifestasi Klinis

Gejala klinis pasien dengan glioblastoma (GBM) biasanya pendek (<3 bulan
>50% pasien). Gejala bervariasi tergantung pada lokasi tumor otak, tetapi mungkin
termasuk salah satu dari berikut:7

Tabel 2. Proporsi Simptomatologi Glioma7


PROPORSI SIMTOMATOLOGI GLIOMA
Gambaran klinis Glioma derajat Glioblastoma
rendah (%) multiforme (%)
Nyeri kepala (tanda TTIK) 5-53 19-34
Hemiparesis 20-26 14-41
Kejang 78-89 17-31
Defisit kognitif 11-39 15-22
Defisit bicara/disfasia * 6-32
Gangguan penglihatan * 3-15
Ataksia * 9
Disfungsi nervus kranialis * 9
Dizziness * 9
Penurunan kesadaran * 4
Defisit neurologik fokal 31 *
Transient events 5 *
*prevalensi tidak diketahui

Pada penderita ini ditegakkan diagnosis suspek glioblastoma multiforme.


Diagnosis ini ditegakkan setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 November 2019 – 22 Desember 2019 4
Pada anamnesa didapatkan penurunan kesadaran terjadi perlahan-lahan sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien membuka mata spontan dan sekarang
tampak mengantuk. Sebelumnya pasien mengeluhkan nyeri kepala yang dirasakan
penderita sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit, di bagian dahi kanan depan yang
menjalar ke daerah kepala belakang sebelah kanan, dengan rasa seperti tertusuk-tusuk,
di mana kadang-kadang nyeri kepala ini terasa juga di kepala belakang sebelah kanan.
Nyeri kepala ini kadang membaik kadang memburuk tidak menentu, dirasakan semakin
hari semakin memberat dan semakin sering. Nyeri kepala terasa memberat terutama saat
pagi hari, di mana pasien sering terbangun dengan rasa nyeri kepala yang menusuk.
Nyeri kepala juga dirasakan bertambah berat bila pasien mengedan atau batuk dan
bersin, mengangkat beban berat. Nyeri kepala berkurang bila minum obat namun tidak
menghilang.
Kesadaran memiliki dua komponen yakni wakefulness  (arousal) dan awareness.
Wakefulness  diproses melalui reticular activating system (RAS). RAS merupakan
sekelompok neuron yang diproyeksikan dari batang otak ke diensefalon, talamus, dan
forebrain seperti yang terlihat di Gambar 1.8

Gambar 1. skematik RAS dan hubungan – hubungannya8


 
Awareness adalah penjumlahan dari kemampuan kognitif dan afektif. Awareness
ditentukan oleh hemisfer serebri dan diatur melalui interaksinya dengan struktur
subkortikal seperti talamus, diesefalon, dan sistem limbik. Berdasarkan penjelasan di
atas, maka gangguan kesadaran harus melibatkan proses yang menggangu RAS, kedua
hemisfer serebri, atau keduanya.8

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 November 2019 – 22 Desember 2019 5
Sakit kepala merupakan gejala yang menandai sekitar 35% dari pasien-pasien
yang menderita tumor otak. Kebanyakan sakit kepala tersebut bersifat intermiten dan
non-spesifik.. Umumnya sakit kepala bersifat tumpul, tidak berdenyut dan seringkali
sulit dibedakan dari tension headache. Sakit kepala umumnya sesuai dengan sisi tumor.
Forsyth dan Posner mendapatkan dari 111 pasien tumor otak insiden sakit kepala adalah
48%, dimana tension type (77%), migrain like (9%). Dari sepertiga kasus tersebut
ternyata memang ada riwayat sakit kepala yang sama tipenya. Forsyth dan Posner
merekomendasikan untuk pemeriksaan CT atau MRI pada pasien dengan perubahan
pola sakit kepala disertai dengan kelainan neurologis. Tumor supratentorial umumnya
menimbulkan sakit kepala di daerah frontal, berhubung sebagian besar dari struktur
yang peka nyeri di lokasi supratentorial dipersarafi oleh saraf trigemunus. Pasien
dengan sakit kepala kronis progresif dengan kejang, perubahan tingkah laku dan
kelainan neurologis perlu menjalani pengkajian lebih lanjut dengan CT-scan atau MRI.9

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. CT-Scan
Pada CT scan, glioblastomas biasanya muncul sebagai lesi hipodens berbentuk
tidak teratur dengan zona ringlike dengan peningkatan kontras dan penumbra edema
serebral.4

CT scan menawarkan tingkat kepercayaan yang relatif tinggi untuk diagnosis


glioblastoma (GBM, glioma ganas). Namun, beberapa lesi mungkin meniru
glioblastoma (GBM, glioma ganas), space-occupying lesions termasuk abses otak,
infark dengan transformasi hemoragik, dan neoplasma dari kelas yang lebih rendah
dibandingkan dengan glioblastoma (GBM, glioma ganas). Selain itu, beberapa jenis
demielinasi lesi (misalnya, giant multiple sclerosis plaques) mungkin meniru
glioblastoma dan bentuk multifocal GBM dapat dibedakan dari difus multiple sclerosis.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 November 2019 – 22 Desember 2019 6
Gambar 2. CT scan dengan pemberian kontras adalah multidensitas
dengan gambaran central nekrotik

Gambaran CT bervariasi, hal ini merefleksikan gambaran patologinya yang


heterogen. Pola yang khas, lesi berdensitas campuran yang heterogen atau hipodens,
yang pada pemeriksaan dengan kontras menunjukkan bentuk yang ireguler dengan
pola enhancement cincin yang ketebalannya bervariasi, dan biasanya ada efek masa.
Adanya penebalan dan pelebaran dari septum pelusidum yang tampak path enhanced
sean sangat spesifik untuk neoplasma intraaksial. Hal ini tampak pada glioma dan
metastasis tetapi tidak tampak pada meningioma atau adenoma hipofisis.

2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Magnetic resonance imaging (MRI) secara signifikan lebih sensitif terhadap
kehadiran tumor, dalam pencantuman edema peritumoral, dan merupakan modalitas
pilihan utama untuk pemeriksaan pasien yang diduga atau dikonfirmasi glioblastoma.
Gambaran yang diberikan hampir sama dengan CT- Scan yaitu Multiintensitas namun
MRI lebih sensitive dalam mendignosis glioblastoma, karena MRI memperkuat
keterlibatan jaringan lunak sekitar.10

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 November 2019 – 22 Desember 2019 7
Gambar 3. MRI menunjukkan tumor dari lobus frontal kanan.

Gambar 4. MRI menunjukkan tumor dari lobus frontal kanan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 November 2019 – 22 Desember 2019 8
3. Positron Emission Tomography (PET)

Setelah operasi, membedakan antara tumor berulang dan jaringan parut atas

dasar temuan MRI saja mungkin sulit. Positron emission tomography (PET) scan

berguna dalam hal ini.10 PET-scan merupakan salah satu yang paling sering digunakan

prosedur pencitraan molekular. Pencitraan molekular adalah jenis pencitraan medis

yang memberikan gambar rinci tentang apa yang terjadi di dalam tubuh pada tingkat

molekuler dan seluler. Dimana prosedur seperti pencitraan diagnostik lainnya seperti x-

ray, computed tomography (CT), dan USG-terutama menawarkan gambar anatomi,

pencitraan molekuler memungkinkan dokter untuk melihat bagaimana tubuh berfungsi

dan untuk mengukur kimia dan proses biologi. Pencitraan molekuler menawarkan

wawasan yang unik ke dalam tubuh manusia yang memungkinkan dokter untuk

personalisasi perawatan pasien.11

Pencitraan molekuler dalam hal diagnosis dapat memberikan informasi yang

tidak mungkin tercapai dengan teknologi pencitraan lain atau yang akan membutuhkan

lebih banyak prosedur invasif seperti biopsi atau pembedahan mengidentifikasi penyakit

pada tahap awal dan menentukan lokasi yang tepat dari tumor, sering sebelum gejala

terjadi atau kelainan dapat dideteksi dengan tes diagnostik lainnya.11

Tindakan diagnostik lainnya yang dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

a) Electroencephalography: Dapat menunjukkan temuan sugestif, tapi temuan

spesifik untuk GBM tidak akan diamati

b) Pungsi lumbal (umumnya kontraindikasi tapi kadang-kadang diperlukan untuk

mengesampingkan limfoma)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 November 2019 – 22 Desember 2019 9
c) Studi cairan serebrospinal tidak signifikan memfasilitasi diagnosis spesifik GBM

Dalam kebanyakan kasus, pementasan lengkap tidak praktis dan tidak mungkin. Tumor

ini tidak memiliki margin yang jelas, mereka cenderung menyerang secara lokal dan

menyebar di sepanjang substansia grisea, menciptakan penampilan beberapa GBMs atau

glioma multisenter pada studi pencitraan.4

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada astrositoma maligna:
1. Operatif

Reseksi agresif dengan pengangkatan seluruh massa yang mengganggu ialah


tujuan utama dari operasi. Pada kebanyakan pasien, eksisi total secara umum
meningkatkan fungsi neurologis, mengurangi oedema didaerah sekitar dan
memperpanjang ketahanan hidup. Walau ketika tumor melibatkan area yang penting di
otak, evaluasi pre-operasi dengan fungsional MRI (fMRI) dan pemetaan intra-operatif
terkadang dapat memudahkan ahli bedah saraf yang terampil untuk mengeksisi lesi-lesi
ini secara keseluruhan. Eksisi total juga memudahkan ahli Patologi Anatomi untuk
menegakkan diagnosis yang akurat. Batas reseksi harus diukur dengan post-operatif
MRI, dilakukan 72 jam post-operatif, karena pengangkatan tumor intra-operatif
terkadang tidak akurat. Tumor yang bersifat multifokal, bilateral, atau yang melibatkan
struktur yang peka seperti thalamus,tidak boleh diangkat pada operasi. Pada pasien-
pasien tersebut dilakukan biopsy stereotaktis pada jaringan tumor.

2. Radioterapi

Merupakan penatalaksanaan non operatif yang paling penting untuk glioma grade
tinggi. Pada orang dewasa, terapi radiasi biasanya mengikuti biopsi atau operasi. Ada
berbagai jenis radiasi yang mungkin diberikan menggunakan berbagai dosis dan jadwal.
difraksinasi radiasi sinar eksternal konvensional “Standar” radiasi diberikan lima hari
seminggu selama lima atau enam minggu. radiasi sinar eksternal sebenarnya adalah
radiasi yang sama Anda dapatkan dengan X-ray dada yang sederhana. radiasi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 November 2019 – 22 Desember 2019 10
konvensional untuk astrocytomas bermutu tinggi adalah biasanya ditujukan pada lokasi
tumor dan daerah sekitar tumor.
Suatu bentuk “radiasi lokal” dapat digunakan untuk meningkatkan radiasi
konvensional. Sebagian besar bentuk radiasi lokal mengobati tumor sekaligus
melindungi sel-sel sehat mengelilingi tumor. Mereka termasuk:
1. Radiasi Konform foton, yang dapat disampaikan dengan beberapa metode
termasuk intensity- termodulasi terapi radiasi (IMRT) dan 3-D Konformal terapi
radiasi, yang kontur balok radiasi untuk mencocokkan bentuk dan ukuran tumor.
2. Gambar-dipandu terapi radiasi (IGRT) adalah teknik menggunakan teknologi
pencitraan pada saat setiap perawatan untuk memverifikasi bahwa pasien berada
di sebelah kanan posisi dalam milimeter.
3. Proton terapi sinar adalah sebuah alternatif untuk standar radiasi, yang
menyediakan distribusi dosis superior untuk dosis tinggi pada tumor dan
menghindari jaringan sehat dan mengurangi toksisitas keseluruhan

3. Kemoterapi
Dari penelitian yang dilakukan para ahli, 20% dari pasien yang memakai
kemoterapi nitrosourea terlihat memiliki angka ketahanan hidup yang lebih panjang.
Namun banyak dokter sekarang ini memakai temozolomide. Temozolomide ialah obat
yang bersifat alkylating agent, diberikan per oral. Secara empiris sangat baik
pengaruhnya untuk perawatan pasien yang menderita glioma ganas yang kambuh
kembali dan telah menjadi standard pengobatan untuk kasus-kasus seperti itu.

2.8 Prognosis
Glioblastomas adalah salah satu neoplasma manusia yang paling ganas, dengan

kelangsungan hidup rata-rata meskipun pengobatan optimal, kurang dari 1 tahun. Dalam

serangkaian 279 pasien yang menerima radiasi dan kemoterapi agresif, hanya 5 dari 279

pasien (1,8%) bertahan lebih lama dari 3 tahun.4

Kelangsungan hidup pasien tergantung pada berbagai parameter klinis. Usia

yang lebih muda, kinerja Karnofsky (ukuran standar kemampuan pasien kanker untuk

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 November 2019 – 22 Desember 2019 11
melakukan tugas sehari-hari), radioterapi, dan kemoterapi semua berkorelasi dengan

peningkatan hasil. Bukti klinis juga menunjukkan bahwa pada reseksi kelangsungan

hidup pasien akan lebih lama.12 Pendekatan baru untuk pengelolaan glioblastomas

diperlukan. Pendaftaran pasien dalam uji klinis akan menghasilkan informasi baru

mengenai terapi yang diteliti. Pendekatan baru, seperti penggunaan terapi gen dan

imunoterapi, serta metode ditingkatkan untuk pengiriman antiproliferatif,

antiangiogenic, dan non-invasif terapi, memberikan harapan untuk masa depan.12

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 November 2019 – 22 Desember 2019 12
BAB III
KESIMPULAN

Glioblastoma masih sering disingkat “GBM” adalah kelas tertinggi glioma (kelas
IV) tumor, adalah yang paling bentuk ganas astrocytoma, dan ini identik dengan glioma
kelas IV. Fitur histologis yang membedakan glioblastoma dari semua nilai lain
kehadiran nekrosis (sel-sel mati) dan peningkatan pertumbuhan abnormal pembuluh
darah sekitar tumor. tumor kelas IV selalu berkembang pesat dan sangat ganas.

Gejala klinis yang dapat timbul pada pasien dengan glioblastoma, diantaranya
sakit kepala persisten, hemiparese, mual, muntah, penglihatan ganda atau kabur,
perubahan suasana hati dan kepribadian, perubahan dalam kemampuan untuk berpikir
dan belajar, sampai kejang. Untuk mendiagnosis glioblastoma dapat menggunakan
pencitraan antara lain, CT-Scan, MRI, maupun PET-scan. Tatalaksana dapat berupa
operatif, non operatif seperti radioterapi maupun kemoterapi tergantung derajat
keparahan penyakitnya.
Kelangsungan hidup pasien tergantung pada berbagai parameter klinis. Usia yang
lebih muda, kinerja Karnofsky (ukuran standar kemampuan pasien kanker untuk
melakukan tugas sehari-hari), radioterapi, dan kemoterapi semua berkorelasi dengan
peningkatan hasil. Bukti klinis juga menunjukkan bahwa pada reseksi kelangsungan
hidup pasien akan lebih lama.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 November 2019 – 22 Desember 2019 13
DAFTAR PUSTAKA

1. Floyd SR, Kasper EM, Uhlmann EJ, Fonkem E, et al. Hypofractionated


Radiotherapy and Stereotactic Boost with Concurrent and Adjuvant
Temozolamide for Glioblastoma in Good Performance Status Elderly Patients –
Early Results of a Phase II Trial. Front Oncol. 2012; 2: p.122.
2. Kohler BA., Ward E., McCarthy BJ., Schymura MJ, Ries LA et al.. Annual
report to the nation on the status of cancer, 1975–2007, featuring tumors of the
brain and other nervous system. J. Natl. Cancer Inst. 2011; p.103, 714
3. Louis DN, Ohgaki H, Wiestler OD, Cavenee WK, et al. The 2007 WHO
Classification of Tumours of the Central Nervous System. Acta Neuropathol.
2007 Aug; 114(2): p.97–109.
4. Jeffrey B, Jules H, Kennedy B. 2013. Improved survival in glioblastoma patients
who take bevacizumab in Glioblastoma multiforme. Emedicine. Medscape
http://emedicine.medscape.com. Diakses 25 September 2013
5. Weingart JD, McGirt MJ, Brem H. High-Grade Astrocytoma/Glioblastoma. In:
Tonn JC, Westphal M, Rutka JT, Grossman SA. Neuro-Oncology of CNS
Tumors. Springer. Heidelberg. Germany. 2006.
6. Parney IF, Prados MD. Glioblastoma Multiforme.In: Berger MS, Prados MD.
Text-book of neuro-oncology. Elseviers Saunders. Philadelphia. Pennsylvania.
2005

7. Australian Cancer Network. Clinical Practice Guideline for the Management of


Adult Glioma: Astrocytoma and Oligodendroglioma. Cancer Council Australia.
Sydney. Australia. 2009

8. Hamid A, Jannis J, Bustami M, et al. Student Course Manual ANLS. Jakarta:


Pokdi Neuro Intensif PERDOSSI; 2012. P. 32 - 43
9. Forsyth PA, Posner JB. Headaches in patients with brain tumors: a study of 111
patients. Neurology. 1993 Sep; 43 (9): p.1678-83.
10. Alex L, Chi-Shing Z, Bernard D, Robert M. 2013. Imaging in Glioblastoma
Multiforme. Emedicine. Medscape. http://emedicine.medscape.com. Diakses 25
September 2013.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 November 2019 – 22 Desember 2019 14
11. Drive SM. 2013. What is PET? Society of Nuclear Medicine and Molecular
Imaging. http://www.snm.org . Diakses 26 September 2013
12. Ryken TC, Frankel B, Julien T, Olson JJ. 2008. Surgical management of newly
diagnosed glioblastoma in adults: role of cytoreductive surgery. J
Neurooncol.;89(3):271-86. In Improved survival in glioblastoma patients who
take bevacizumab in Glioblastoma multiforme. http://emedicine.medscape.com.
Diakses 26 September 2013.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 November 2019 – 22 Desember 2019 15

Anda mungkin juga menyukai