Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Peranan sentral dari otak dan kelainan fungsional yang terjadi


mencerminkan beratnya akibat yang ditimbulkan oleh tumor otak. Kematian
akibat tumor otak besarnya 2% dari seluruh kematian akibat tumor otak. Dan
insiden tumor otak insidennya 7 per 100.000 penduduk pertahun. Jenis tumor otak
ini sangat beraneka ragam dari yang jinak sampai ganas. Salah satu tumor yang
merupakan frekuensi terbesar dari semua jenis tumor di otak adalah glioma.
Insiden dari glioma besarnya 5 per 100.000 penduduk.1
Astrositoma merupakan tumor otak primer yang sering terjadi pada dewasa
dan anak-anak. Data CBTRUS (Central Brain Tumor Registry of the United
States) tahun 2004-2007 menyatakan angka kejadian sebesar 23,7% dari seluruh
tumor intrakranial di Amerika Serikat, angka ini kedua terbanyak setelah
meningioma (34,4%). Dibandingkan dengan glioma lain, seperti ependimoma
(1,8%) dan oligodendroglioma (2,0%), astrositoma menduduki peringkat pertama.
Kejadian astrositoma di Departemen Patologi Anatomik RSCM tahun 2001-2010
sebanyak 177 kasus dari 892 kasus tumor intrakranial atau sekitar 20%. Jumlah
tersebut juga lebih banyak jika dibandingkan dengan ependimoma (23 kasus) dan
oligodendroglioma (14 kasus).2
Astrositoma merupakan tumor yang berasal dari sel otak yaitu astrosit.
Astrositoma menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista pada berbagai
ukuran. Walaupun menginfiltrasi jaringan otak, efeknya pada fungsi otak hanya
sedikit sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya astrocytoma tidak ganas,
walaupun dapat mengalami perubahan keganasan menjadi glioblastoma. Tumor
yang jinak umumnya tumbuh lambat. Oleh karena itu penderita sering tidak
datang berobat walaupun tumor sudah berjalan bertahun- tahun, sampai timbul
gejala misalnya serangan epilepsi atau nyeri kepala.3

1
Menurut badan kesehatan sedunia (World Health Organization/WHO)
terdapat tiga jenis glioma yang dapat dibedakan berdasarkan histopatologi yaitu
astrocytoma, oligendroglioma, dan mixed oligoastrocytoma. Dari ketiga jenis
glioma ini, astrocytoma merupakan tumor yang paling sering dan mencakup lebih
dari 50% tumor ganas primer di otak.1
Astrositoma terdiri dari dua tipe utama yaitu high-grade dan low-grade.
Tumor high-grade tumbuh dengan cepat dan dapat menyebar dengan mudah
melalui otak. Selain itu, tumor jenis ini juga lebih agresif dan membutuhkan terapi
yang intensif. Tumor low-grade terlokalisir dan tumbuh dengan lambat selama
periode waktu yang lama.2
Astrositoma merupakan tumor yang paling banyak terjadi pada dekade
pertama kehidupan dengan puncaknya antara 5-9 tahun. Merupakan tumor
terbanyak pada anak-anak. Rasio laki-laki terhadap perempuan 1:1. Pada
astrositoma low grade angka harapan hidup 5 tahun adalah 95-100% dengan
reseksi komplet. Pada astrositoma high grade angka harapan hidup 5 tahun adalah
15-30%.4

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Astrocytoma adalah tumor yang berasal dari sel astrocyt (salah satu jenis sel
glia). Sinonimnya adalah glioma. Karakteristik tumor fibrilar, protoplasmic atau
gemistocytic astrocyt yang tumbuh pelan tetapi invasif. Menurut topografinya
astrocytoma dapat tumbuh pada semua hemisfer cerebri dengan lokasi terbanyak
adalah lobus temporal dan frontal. Pons adalah lokasi tersering pada anak-anak
kurang dari 10 tahun.2

2.2 Epidemiologi

Puncak insidens tumor ganas ini adalah usia 40-45 tahun, rasio pria:wanita
yaitu 1,31:1.4 Nilai tengah angka kelangsungan hidup pasien astrositoma
anaplastik sekitar 2-3 tahun. WHO tahun 2007 menyatakan bahwa glioblastoma
merupakan tumor ganas otak paling sering terjadi dengan pertumbuhan cepat.
Insidens tumor ini sekitar 60-75% dari tumor astrositik, dan merupakan 12-15%
dari semua tumor intrakranial. Data di RSCM tahun 2001-2010 melaporkan
kejadian glioblastoma sebanyak 42 kasus atau sekitar 23,5% dari seluruh tumor
astrositik. Glioblastoma dapat terjadi pada semua kelompok usia, dengan puncak
insidens usia 45-75 tahun. Rasio pasien pria:wanita di Amerika Serikat sebesar
1,26:1 dengan 2,96 kasus baru per 100.000 populasi per tahun. Di negara-negara
Eropa dan Amerika Utara, insidens tumor ini berkisar antara 3-4 kasus baru per
100.000 penduduk per tahun. Nilai tengah angka kelangsungan hidup
glioblastoma sekitar 1 tahun. Tumor ganas ini lebih sering terjadi pada ras kulit
putih dibanding ras Afrika, Asia, ataupun Amerika Latin.3

3
2.3 Etiologi

Sejumlah penelitian epidemiologi belum belum berhasil menentukan faktor


penyebab terjadinya tumor otak, terkecuali pemaparan terhadap sinar X. Anak-
anak dengan leukimia limfositik akut yang menerima radioterapi profilaksis pada
susunan saraf pusat akan meningkatkan risiko untuk menderita astrositoma,
bahkan glioblastoma. Tumor ini juga dihubungkan dengan makanan yang banyak
mengandung senyawa nitroso (nitosurea, nitrosamine).1

Saat ini penelitian yang menghubungkan tumor jenis ini dengan kerentanan
genetik tertentu terus dikembangkan. Tumor ini sering dihubungkan dengan
berbagai sindroma seperti Li-Fraumeni Syndrome, dan neurofibromatosis tipe 1
(NF-1).1

2.4 Klasifikasi

WHO mengelompokkan tumor astrositik menjadi low grade astrositoma dan


High grade astrositoma dan terdapat 4 grade berdasarkan karakteristik histologik
sebagai penentu penatalaksanaan dan prognosis pasien.

A. Low Grade Astrositoma


1. Astrositoma Pilositik, pleomorfik xanthoastrositoma, subependymal giant
cell astrocytoma, subependymoma (grade I)
Pilocytic astrocytoma lokasi pada nervus opticus, hipotalamus, thalamus,
ganglia basalis, hemisfer cerebri, cerebellum dan batang otak. Tumor
menunjukkan proliferasi dan aktifitas mitotis ringan, jarang metastasis atau
mengalami perubahan menjadi maligna. Umumnya tidak mengadakan infiltrasi
dan dapat mengalami regresi spontan. Temuan pada analisa sitogenetik normal,
atau kelainan pada kromosom 7 dan 8.
2. Astrositoma difus, mixed oligoastrocytoma (grade II) : jaringan isomorfik
dengan sedikit sel, tidak ada mitosis, jaringan vascular normal.
Astrocytoma difus berkembang di cerebrum terutama pada lobus frontal
dan temporal. Kadang terdapat pada batang otak atau corda spinalis dan jarang
terdapat pada cerebellum. Merupakan tumor dengan infiltratif dan moderate

4
celuler, membesar, tetapi tidak merusak, terjadi mutasi ada gen TP53, umumnya
terjadi pada dewasa.

B. High Grade Astrositoma

1) Astrositoma anaplastik (grade III) : densitas sel lebih besar, polimorfik sel
dan nukleus, fokus nekrotik, dinding vascular dapat ditembus oleh kontras.
Astrocytoma anaplastik berkembang pada lokasi yang sama dengan
astrocytoma difus dengan kecenderungan lebih pada hemisfer cerebri. Tumor
menunjukkan nukleus atipical, celularitas tinggi, aktifitas mitotik tinggi dan
kecenderungan unutk infiltrasi ke jaringan sekitar.
2) Glioblastoma (grade IV) : mitosis tinggi, jaringan polimorfik dengan fokus
nekrotik luas dan vascular.
Glioblastoma adalah tumor terbanyak pada otak, menunjukkan
karakteristik anaplasi dan malignancy tinggi. Area nekrosis besar, kista dan
perdarahan pada bagian yang solid. Terjadi proliferasi endotel dan vascular dan
dikeliligi edema luas. Lokasi terbanyak adalah white matter dan basal ganglia,
invasi corpus calosum dan meluas pada 2 hemisfer (butterfly glioblastoma), dapat
juga multipel.2

2.5 Patogenesis

Astrositoma tumbuh dari sel-sel stem neuroepitelial di daerah germinal


seperti subventricular zone pada saat embrional atau setelah dewasa.
Perkembangan sel-sel tumor ini dipengaruhi oleh aktivasi beberapa onkogen dan
inaktivasi gen supresi tumor. Aktivasi onkogen dapat berupa amplifikasi dan
ekspresi berlebih, sedangkan inaktivasi gen supresi tumor terjadi akibat mutasi,
kehilangan atau delesi. Onkogen yang berperan seperti epidermal growth factor
receptor (EGFR) dan platelet-derived growth factor (PDGF), sedangkan gen
supresi tumor yang berperan adalah p53.

5
Astrositoma anaplastik dapat tumbuh dari astrositoma difus (grade II) atau de
novo, serta mempunyai kecenderungan untuk berkembang menjadi glioblastoma.
Astrositoma anaplastik dapat berlanjut menjadi glioblastoma. Umumnya,
perkembangan dari low grade menjadi high grade berhubungan dengan inaktivasi
tumor suppressor genes dan losses of heterozigosity (LOH) tertentu. Mutasi TP53
yang mengkode p53, ekspresi berlebih Platelet-derived growth factor/receptor
(PDGF/R), hilangnya gen supresi tumor astrositoma anaplastik di kromosom 19
dan 11, amplifikasi gen EGFR (epidermal growth factor receptor), dan ekspresi
gen VEGF (vascular endothelial growth factor) berakibat perkembangan menjadi
glioblastoma.5

Glioblastoma dapat tumbuh secara de novo dari sisa sel-sel glia embrional
atau sel punca (glioblastoma primer) dan transformasi maligna dari astrositoma
lower grade atau astrositoma anaplastik (glioblastoma sekunder). Kedua subtipe
ini memiliki perbedaan dalam hal perubahan genetik dan gambaran klinis.
Glioblastoma primer terutama terjadi pada usia tua dengan riwayat gejala klinis
singkat dari beberapa minggu hingga beberapa bulan, pada subtipe ini lebih sering
terjadi ekspresi berlebih atau amplifikasi gen EGFR dan mutasi gen INK4aARF.
Sedangkan glioblastoma sekunder mengenai dewasa muda dengan riwayat klinis
yang lebih panjang dari beberapa bulan hingga beberapa tahun, subtipe ini sering
terjadi mutasi gen p53.3

2.6 Tanda dan Gejala Klinis6

1. perubahan status mental


2. gangguan kognitif
3. sakit kepala
4. gangguan visual
5. kejang
6. ataksia

6
2.7 Diagnosis

2.7.1 Anamnesa2,3,6

Gangguan neurologi pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2


faktor: gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, infiltrasi
atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor, gangguan suplai
darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut
dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovascular primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan
dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.

Dari anamnesa didapatkan keluhan biasanya dimulai setidaknya 3 bulan.


Gejala awal tidak spesifik, tidak terlokalisasi dan berhubungan dengan
peningkatan tekanan intracranial seperti nyeri kepala saat pagi hari, muntah dan
letargi. Kejang terjadi pada 25% pasien dengan astrocytoma supratentorial. Gejala
yang berkaitan dengan lokasi tumor yaitu:

 defisit motoris terjadi 40% pada pasien dengan tumor hemisferik dan
diencephic
 pasien dengan tumor diencephalic manifestasi sebagai sindrom
diencephalic seperti emesis, eforia
 pasien dengan astrocytoma cerebellum manifestasi sebagai kelemahan,
dismetria, tremor dan ataksia
 astrocytoma pada batang otak manifestasi sebagai hemiparesis
kontralateral
 astrocytoma pada jalur visual manifestasi sebagai strabismus, proptosis,
nistagmus dan gangguan perkembangan mental
 astrocytoma pada corda spinalis manifestasi sebagai nyeri, kelemahan,
gangguan gait, parestesis dan disfungsi sphingter.

7
2.7.2 Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda peningkatan tekanan intracranial


seperti:

 pemeriksaan funduskopi menunjukkan papiledema dan nervus opticus


terlihat pucat
 kelumpuhan nervus cranial VI dan ketidakmampuan abduksi 1 atau 2
mata.

Tanda lain menunjukkan:


 kelemahan, monoplegi atau hemiplegi
 multipel deficit nervus cranialis
 penurunan ketajaman penglihatan pada optic glioma
 astrocytoma spinal menunjukkan kelemahan berbagai derajat dari
monoparesis sampai quadriparesis

2.7.3 Pemeriksaan penunjang

A. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik pilihan untuk astrositoma high grade adalah
MRI dengan kontras. Astrositoma anaplastik memberikan gambaran hypointense
pada T1 dan hyperintense pada T2 dengan efek massa yang bervariasi.
Penyangatan lesi secara fokal dapat terjadi pada 30% kasus grade III (gambar 3).
Karakteristik glioblastoma pada MRI berupa lesi iregular yang
menyangat kontras di sekelilingnya (ring enhancement) dengan nekrosis sentral
dan edema vasogenik di sekitar tumor. Infiltrasi tumor sering meluas sampai ke
daerah korteks di sekitarnya, juga ke korpus kalosum menuju hemisfer
kontralateral membentuk pola kupu-kupu (gambar 4).

8
A B

Gambar 3. Gambaran MRI Astrositoma Anaplastik A.Gambaran pada


T1W dengan kontras tampak massa berbatas tidak tegas. (panah) B.Gambaran
T2W menunjukkan intensitas sinyal T2 heterogen yang tinggi dengan
penyangatan minimal, tampak area kistik. (anak panah)

A B

Gambar 4. Gambaran MRI Glioblastoma A. T1W dengan kontras tampak


lesi tumor di daerah fronto-temporal yang menyangat kontras di bagian tepi,
nekrosis sentral luas dan edema di sekitar lesi. B. Tumor berbentuk kupu-kupu di
lobus frontal.

B. Pemeriksaan Patologi

1. Gambaran makroskopik

Astrositoma anaplastik sering terjadi di hemisfer serebri dan


memiliki kecenderungan untuk menginfiltrasi jaringan otak di sekitarnya. Tumor
ini dapat menyebar sepanjang rongga subarakhnoid. Gambaran intraoperatif
menunjukkan tumor berbatas tidak tegas, tampak massa tumor lebih padat

9
dibanding struktur otak sekitarnya, konsistensi lunak, berwarna merah muda
keabuan dengan tepi massa tumor yang keabuan dan pusat area nekrosis yang
berwarna kekuningan akibat kerusakan myelin.(gambar 5).

Gambar 5. Gambaran makroskopik astrositoma anaplastik. A.


Tumor di daerah fronto-temporal dengan batas yang kurang tegas dengan struktur
otak disekitarnya. B. Lesi lain di daerah yang sama dengan kista yang besar.

Studi yang dilakukan di University Hospital Zurich-Swiss, lokasi


glioblastoma yang sering adalah di lobus temporal (31%), parietal (24%), frontal
(23%), dan oksipital (16%). Lokasi lain yang khas terjadi glioblastoma adalah di
daerah fronto-temporal.7 Beberapa kasus tumor dapat melekat ke dura atau
meningen, dapat juga terjadi multifokal. Tumor tumbuh dengan cepat,
menyebabkan edema ekstensif dan efek massa yang nyata. Nekrosis mencakup
sekitar 80% dari total massa tumor. Dapat dijumpai area perdarahan baru atau
lama yang luas dan juga kista berisi cairan keruh akibat massa tumor nekrotik
(gambar6).

Gambar 6. Gambaran Makroskopik Glioblastoma. A. Glioblastoma


besar di lobus temporal posterior menyebar ke lobus temporal kontralateral
melalui splenium membentuk pola kupu-kupu. Tumor berwarna keabu-abuan,

10
daerah nekrotik berwarna kuning bercampur dengan perdarahan lama dan baru. B.
Tumor di lobus temporal sampai ke daerah korteks dengan perdarahan baru.

2. Gambaran Mikroskopik
WHO mendefinisikan astrositoma anaplastik sebagai
astrositoma ganas yang tumbuh secara difus dan infiltratif, dan yang secara
histologik dicirikan dengan atipia inti, peningkatan selularitas, serta aktivitas
proliferasi yang nyata. Satu aktivitas mitosis pada spesimen kecil seperti biopsi
stereotaktik sudah cukup menunjukkan aktivitas proliferatif. Untuk melihat
aktivitas proliferasi dalam beberapa kasus dapat dilakukan pemeriksaan
imunohistokimia Ki-67/MIB-1 (Methylationinhibited binding protein-1) (gambar
7). Proliferasi pembuluh darah tidak nyata dan tidak tampak nekrosis.

Gambar 7. Astrositoma anaplastik. A.Gambaran histologik


dengan selularitas yang meningkat, pleomorfisme inti, dan aktivitas mitosis (tanda
panah). B.Tumor dengan selularitas yang tinggi, selsel neoplastik dengan inti
hiperkromatik dan jumlah sitoplasma yang bervariasi. Tampak sel-sel datia.
C.Beberapa tumor menunjukkan imunoreaktivitas terhadap penanda proliferasi,
MIB-1, termasuk selsel yang sedang bermitosis.

11
Istilah glioblastoma multiforme merujuk pada gambaran histopatologik sel
tumor yang sangat bervariasi sehingga dapat menyulitkan diagnosis. Beberapa
gambaran penting yang dapat digunakan dalam menentukan diagnosis
glioblastoma adalah selularitas tinggi dengan derajat anaplasia dan pleomorfisme
tinggi, disertai proliferasi vaskular dan atau nekrosis.

Selularitas tinggi dengan pleomorfisme inti seperti inti sel kecil, bulat
sampai oval, yang lain tampak memanjang, meramping, atau berbentuk
kumparan, dan juga tampak besar dengan satu atau beberapa inti sel
hiperkromatik. Aktivitas mitosis tinggi, sering dijumpai gambaran mitosis yang
bizzare.

Proliferasi vaskular pada glioblastoma dapat berupa proliferasi


mikrovaskular dengan gambaran glomeruloid pada kapiler dan proliferasi endotel
pada pembuluh darah yang lebih besar. Nekrosis dijumpai pada kelainan ini.
Nekrosis glioblastoma dapat berupa gambaran fokus-fokus nekrosis kecil
dikelilingi sel-sel tumor membentuk pola pseudopalisading (gambar 8), sampai
nekrosis ekstensif.

A B

C D
Gambar 8. Glioblastoma. A. Selularitas tinggi dengan inti
pleomorfik dan aktivitas mitosis, tampak pembuluh darah tumor patologik. B.

12
Gambaran mitosis atipik. C. Proliferasi mikrovaskular patologik dengan
pembentukan kapiler glomeruloid. D. Daerah nekrotik yang dikelilingi sel-sel
tumor membentuk pola pseudopalisading.

Varian Glioblastoma Bentuk pleomorfisme seluler lain yang dapat


dijumpai pada glioblastoma berupa pembentukan formasi tertentu dari sel kecil,
lipidized cell, sel granular, dan sel raksasa. Sel busa dapat dijumpai pada beberapa
kasus glioblastoma. Sel-sel besar dengan sitoplasma granular yang mengandung
lisosom, Periodic Acid Schiff (PAS)-positif dan inti bentuk oval mirip makrofag
dapat tersebar dalam sel-sel glioblastoma (gambar 9).

Gambar 9. Granular cell glioblastoma. Tumor dengan sel-sel


besar berinti bulat dan sitoplasma granular.

Varian histologik lain pada glioblastoma adalah small cell gliblastoma.


Tumor ini disusun oleh populasi sel monomorf berukuran kecil, dengan bentuk
bulat atau oval, tersusun padat, dengan inti hiperkromatik dan sitoplasma sedikit
mirip oligodendroglioma anaplastik dengan pembesaran kecil. Dengan
pembesaran yang lebih kuat, sel- sel lebih oval, kromatin halus, dan disertai
banyak mitosis. Nekrosis pseudopalisading ditemukan. Gambaran di daerah tepi
tumor yang infiltratif, lesi ini dapat memberikan gambaran mirip reaktif gliosis.
Pemeriksaan identifikasi dengan indeks MIB-1 dan amplifikasi EGFR tinggi akan
membantu diagnosis keganasan ini. (gambar 10).

13
Gambar 10. Small cell glioblastoma. A. Sel-sel kecil, uniformis,
tersusun padat, dengan pembuluh-pembuluh darah kapiler. B. Aktivitas mitosis
dan indeks label MIB-1 tinggi. C. Deteksi amplifikasi EGFR dengan FISH
(Fluorescence In Situ Hybridization), warna merah menunjukkan regio
amplifikasi EGFR.

2.8 Diagnosis Banding

Astrositoma Cerebritis Oligodendroglioma


Lesi biasanya pada Terdapat edema dengan Massa kortikal dengan
hemisfer, biasanya tidak karakteristik peneyerapan terapatnya penyerapan.
terdapat penyerapan
kontras
Terdapat massa fokal dan Patch biasanya onsenya Variabel biasanya tanpak
difus akut seperti Ca+
Sulit dibedakan tsnps Restriktif bisanya Kemungkinan tidak bisa
biopsi encoknya akut. dibedakan dari kumpulan
kawaan

14
2.9 Penatalaksanaan 5,7
Tidak ada standar pengobatan yang diterima untuk low grade astrositoma
atau anaplastik.
Biasanya, astrocytomas anaplastik diobati dengan yang berikut:
 Operasi
 Radioterapi
 Temozolomide adjuvan
A. pembedahan
 Biopsi stereotaktik adalah metode yang aman dan sederhana untuk
menegakkan diagnosis jaringan.
 Reseksi tumor dapat dilakukan dengan aman dan umumnya dilakukan
dengan maksud untuk menyebabkan cedera neurologis yang paling
tidak mungkin bagi pasien.
 Reseksi bedah memberikan manfaat kelangsungan hidup yang lebih
baik dan diagnosis histologis tumor daripada menawarkan
penyembuhan.
 Reseksi total astrocytoma sering tidak mungkin karena tumor sering
menyerang daerah fasih otak dan menunjukkan infiltrasi tumor yang
hanya terdeteksi pada skala mikroskopis.
 Diversi CSF oleh ventricular drain eksternal (EVD) atau
ventriculoperitoneal shunt (VPS) mungkin diperlukan untuk
mengurangi tekanan intrakranial.

15
B. Terapi simtomatik
 Pasien dengan astrocytoma dan riwayat kejang harus menerima terapi
antikonvulsan, dengan pemantauan konsentrasi obat serum:
levetiracetam (Keppra) sering digunakan
 Penggunaan profilaksis antikonvulsan pada pasien astrositoma tanpa
riwayat kejang sebelumnya.
 Penggunaan kortikosteroid, seperti deksametason, menghasilkan
perbaikan yang cepat pada sebagian besar pasien sekunder akibat
berkurangnya efek massa tumor; pasien yang menerima kortikosteroid
harus memiliki profilaksis bersamaan untuk ulkus gastrointestinal
C. Batang otak glioma

Perawatan dan prognosis untuk batang otak glioma biasanya tergantung


pada apakah tumor difus atau fokal. Perawatan glioma batang otak difus adalah
sebagai berikut:
 Tidak ada manfaat yang telah ditunjukkan dari reseksi bedah
 Kortikosteroid dapat memberikan manfaat sementara dengan mengurangi
edema
 Iradiasi dan kemoterapi kadang-kadang digunakan, tetapi tidak terbukti
dapat menyembuhkan atau memperpanjang kelangsungan hidup, dan efek
samping nekrosis radiasi dan kemoterapi dapat menjadi signifikan.

Perawatan glioma batang otak fokal adalah sebagai berikut:


 Pembedahan seringkali merupakan perawatan utama, meskipun keputusan
untuk beroperasi, pendekatan bedah, dan tingkat reseksi bergantung pada
lokasi, faktor pasien, dan penilaian ahli bedah.
 Hidrosefalus obstruktif adalah umum dan biasanya diobati dengan
prosedur terpisah, baik ventrikulostomi ketiga endoskopi atau penempatan
shunt.

16
2.10 Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul:


 hidrocephalus obstruktif
 defisit neurologis
 komplikasi akibat radiasi:
- disfungsi endokrin
- mikroangipati
- anorexia
 komplikasi akibat kemoterapi:
- mielosupresi
- gangguan fertilitas

2.11 Prognosis
Low grade Astrocytoma:
 angka harapan hidup mendekati 100% untuk astrocytoma yang dapat
direseksi komplit.
 tumor supratentorial mungkin menyebabkan gangguan motorik dan kejang
yang sifatnya menetap.

Prognosis astrositoma high grade tergantung pada beberapa faktor klinis,


seperti usia pasien, status klinis pasien (Karnofsky performance status), dan luas
daerah tumor yang dioperasi, juga tipe histologik serta grade tumor.

Pasien usia muda, status klinis baik (skor Karnofsky performance status ≥
70), serta pengangkatan tumor optimal berkaitan dengan prognosis yang lebih
baik. Astrositoma anaplastik memiliki kecenderungan kuat untuk berkembang
menjadi glioblastoma.Penelitian lain menyatakan bahwa pasien astrositoma
anaplastik dengan amplifikasi EGFR mempunyai angka kelangsungan hidup lebih
rendah. Glioblastoma tidak dapat direseksi secara komplit karena sifat yang
invasif. Walaupun dengan kemajuan radio/kemoterapi, kurang dari 50% pasien
dapat bertahan lebih dari 1 tahun. Usia tua merupakan faktor prognostik yang
paling merugikan. Pasien glioblastoma dengan metilasi promoter MGMT (O6 -

17
methylguanine-DNA methyltransferase), memiliki prognosis yang lebih baik
dengan pemberian temozolomide.Angka kelangsungan hidup pasien glioblastoma
sekunder lebih lama, sekitar 7,8 bulan dibanding pasien glioblastoma primer,
sekitar 4,7 bulan. Pasien dengan varian glioblastoma memiliki prognosis yang
relatif sama.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Astrositoma high grade merupakan glioma tersering dengan mortalitas


yang tinggi. Meskipun banyak kemajuan di bidang operasi, radioterapi, dan
kemoterapi, angka kelangsungan hidup pasien masih rendah. Oleh karena itu,
penentuan diagnosis klinik, radiologik, serta histopatologik penting dalam
penentuan prognosis dan penatalaksanaan optimal bagi pasien. Seperti pada tumor
otak yang lain, astrositoma high grade dapat mengakibatkan gejala dan tanda
gangguan neurologik fokal dan umum. Gejala neurologik umum seperti sakit
kepala, muntah, dan gangguan penglihatan. Gejala neurologik fokal bervariasi
sesuai dengan lokasi, ukuran tumor, dan struktur otak yang terkena seperti afasia,
gangguan motorik atau sensorik.

Pemeriksaan radiologik pilihan untuk astrositoma high grade adalah MRI


dengan pemberian kontras. Astrositoma anaplastik memberikan gambaran
hypointense pada T1 dan hyperintense pada T2, sedangkan karakteristik
glioblastoma pada MRI berupa lesi iregular yang menyangat kontras di
sekelilingnya (ring enhancement) dengan nekrosis sentral dan edema vasogenik
luas di sekitar tumor. Astrositoma anaplastik sebagai astrositoma ganas yang
tumbuh secara difus dan infiltratif, dan yang secara histologik dicirikan dengan
atipia inti, peningkatan selularitas, serta aktivitas proliferasi yang nyata. Untuk
melihat aktivitas proliferasi dalam beberapa kasus dapat dilakukan pemeriksaan
imunohistokimia Ki-67/MIB-1, EGFRvIII, dan p53.

Gambaran histologik glioblastoma serupa astrositoma anaplastik, disertai


proliferasi vaskular dan/atau nekrosis. Namun, glioblastoma memiliki banyak
varian histologik antara lain small cell, granular cell, giant cell, dan gliosarcoma.
Penatalaksanaan astrositoma anaplastik dan glioblastoma adalah operasi
pengangkatan tumor seoptimal mungkin kemudian dilanjutkan dengan radiasi
penyinaran lokal. Pasien dengan glioblastoma sebaiknya diberikan kemoterapi
adjuvant agen alkilasi DNA, yaitu temozolomide. Prognosis astrositoma high
grade tergantung pada beberapa faktor klinis, seperti usia pasien, status klinis
pasien, dan luas daerah tumor yang dioperasi, juga tipe histologik serta grade
tumor. Pasien usia muda, status klinis baik, serta pengangkatan tumor optimal
berkaitan dengan prognosis yang lebih baik. Pasien usia tua dengan glioblastoma
memiliki prognosis yang lebih buruk.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Japardi, I. 2013. Astrositoma: insidens dan pengobatannya. Available


from: www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Japardi.pdf

2. Kusumawati, E dan Zakiyah, R. 2018. Astrocytoma mimicking stroke


pada pasien pria dewasa muda. Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Malang. Available from:
http://riset.unisma.ac.id/index.php/jki/article/view/976

3. Kristina, E.2018. Gambaran Klinikpatologikastrositoma high grade.


Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. Available from:
https://ojs.uph.edu/index.php/MED/article/view/1190/438.

4. Fertikh, D. 2015. Brain Imaging in Astrocytoma : overiew, computed


tomography, magnetic resonance imaging. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/336695-overview

5. kennedy, B. 2017. Astrocytoma: Practice Essentials, Background,


Pathophysiology. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/283453-overview#showall.

6. Fahrul amri. 2009. Astrocytoma. Available from:


www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/9413

7. Jallo, G.I. 2017. Low Grade Astrocytoma: Background,


Pathophysiology, Epidemiology. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1156429-overview#a5

20

Anda mungkin juga menyukai