Anda di halaman 1dari 13

KRIM

• Ravita Candani 1604015251


• Nurina Prihatini Dwirahayu 1604015257
• Amiruddin 1604015296
• Sri Nurmala 1604015299
• Diah Dwi Andriyani 1604015327
• Sinta Ika Wahyuni 1604015330
• Faridatul Bahiah 1604015340
• Khilyatun Nissa 1604015348
• Ida Safitri 1604015367
• Keshit Nolasari 1704019006
• Ibrahim Salim 1704019007
• Gusmeini Eka Putri 1604015105
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Anonim, 1995). Krim
berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Ada dua tipe krim, krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air
dalam minyak (A/M).
Krim tipe M/A (vanishing cream) mudah dicuci dengan air, jika digunakan pada kulit, maka
akan terjadi penguapan dan peningkatan konsentrasi dari suatu obat yang larut dalam air
sehingga mendorong penyerapannya ke dalam jaringan kulit. Tetapi pada umumnya orang
lebih menyukai tipe A/M, karena penyebarannya lebih baik, walaupun sedikit berminyak
tetapi penguapan airnya dapat mengurangi rasa panas di kulit.Cold cream adalah bentuk
emulsi yang memiliki perbandingan fase minyak lebih tinggi atau salah satu contoh tipe
A/M, walaupun begitu saat krim ini diaplikasikan pada kulit tetap memberikan efek dingin
karena penguapan dari air yang terkandung dalam emulsi berjalan lambat
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STABILITAS KRIM

• Organoleptis
• pH
Nilai pH kulit normal berkisar antara 4,5-6,0 (Akhtar et al., 2011), sedangkan menurut SNI 16-4399-
1996 nilai pH sediaan pelembab kulit yang baik berkisar antara 4,5-8.
• Ukuran Globul
Peningkatan ukuran globul merupakan faktor yang menunjukkan laju creaming (Rosmala dkk, 2014).
• Homogenitas
Tidak terasa adanya butir-butir kasar pada plat kaca (Mailana dkk,2016)..
• Viskositas
Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir.
Semakin tinggi volume dari sediaan krim maka semakin tinggi viskositasnya, sehingga
sediaan tersebut akan semakin stabil karena pergerakan partikel cenderung sulit dengan
semakin kentalnya suatu sediaan. Namun, kecepatan sediaan untuk mengalir lambat
• Suhu
Suhu ruang yang meningkat dapat mengganggu daya tahan krim yang
menyebabkan penurunan viskositas dari fase kontinu (air) serta meningkatkan
gerak globul fase terdispersi (minyak). Emulsi yang termasuk dalam tipe minyak
dalam air cenderung akan mengalami penurunan viskositas sebagai akibat
penyerapan air dari lingkungan sekitar oleh bahan yang bersifat higroskopis
dalam formula seperti gliserin
BENTUK KETIDAKSTABILAN SEDIAAN KRIM
• Creaming
Peningkatan ukuran globul merupakan faktor yang menunjukkan laju creaming. Peningkatan
ukuran globul minyak akan meningkatkan laju creaming sebesar empat kalinya (Alfred et al.,
1993) (Rosmala dkk, 2014).
• Pembentukan kristal
Suhu dingin dapat merusak suatu emulsi karena kelarutan emulgator dalam fase minyak maupun
dalam fase air lebih sensitif terhadap pendinginan daripada terhadap pemanasan sedang. Selama
itu, pembentukan kristal es dapat mengembangkan tekanan yang dapat merusak bulatan dari
tetesan emulsi sehingga dapat meningkatkan ukuran globul (Lachman et al., 1994) (Rosmala dkk,
2014).
UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KESTABILAN

1. Menjaga suhu penyimpanan.


2. Optimasi formulasi
3. Menggunkaan bahan stabilizer
UJI STABILITAS SEDIAAN KRIM

Sediaan krim yang stabil yaitu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat
diterima selama masa periode penyimpanan dan penggunaan, yaitu sifat dan karakterisasinya
tetap sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Uji stabilitas fisika yaitu:
1. Organoleptis, evaluasi organoleptis meliputi pengamatan secara visual perubahan-
perubahan bentuk, bau dan warna pada sediaan krim
2. pH, uji pengukuran pH menggunakan pH meter yang dikalibrasi terlebih dahulu
menggunakan larutan dasar pH 4 dan pH 7 sebelum mengukur pH krim
3. Viskositas, viskositas dan sifat alir dilakukan menggunakan viskometer Brookfield dan menggunakan spindel no. 6
krim dimasukkan ke dalam wadah gelas kemudian spindel yang telah dipasang diturunkan sehingga batas spindel
tercelup ke dalam krim. Kecepatan alat dipasang pada 2 rpm, 4 rpm, 10 rpm, 20 rpm; lalu dibalik 10 rpm, 4 rpm, 2
rpm; secara berturur-turut, kemudian dibaca dan dicatat skalanya (dialreading) ketika jarum merah yang bergerak
telah stabil. Nilai viskositas (n) dalam centipoise (cps) diperoleh dari hasil perkalian dialreading dengan faktor
koreksi khusus untuk masing-masing spindel. Sifat aliran dapat diperoleh dengan membuat kurva antara tekanan
geser terhadap kecepatan geser .
4. Homogenitas, krim diambil dari masing-masing formula secukupnya dan dioleskan pada plat kaca, diraba dan saat
digosokkan massa krim harus menunjukkan susunan homogen yaitu tidak terasa adanya bahan padat pada kaca.
5. Daya Sebar , pengujian daya sebar ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar krim dapat menyebar pada
kulit. Semakin besar daya sebar krim maka zat aktif yang dihantarkan ke dalam lapisan kulit akan semakin besar
6. Daya Lekat, pengujian daya lekat pada suatu sediaan bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan sediaan krim
untuk dapat menempel pada kulit. Semakin lama suatu sediaan semipadat dapat menempel pada kulit maka daya
absorbsi zat aktif pada kulit akan semakin baik . Daya lekat sediaan semipadat yang baik adalah lebih dari 1 detik .
7. Diameter globul, diameter globul rata-rata menggunakan mikroskop optik. Krim diletakkan di atas kaca objek
dan ditutup dengan gelas penutup, kemudian diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 kali
8. Uji Cycling, pengamatan uji cycling dilakukan untuk menguji produk terhadap kemungkinan mengalami kristalisasi
atau berawan dan untuk menguji emulsi dan krim sebagai indiaktor kestabilan emulsi.
9. Uji mekanik atau sentrifugasi, sampel krim dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi kemudian dimasukkan ke
dalam alat- sentrifugator. Sampel disentrifugasi pada kecepatan 3750 rpm selama 5 jam. Setelah disentrifugasi,
diamati apakah terjadi pemisahan atau tidak
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Uji aktivitas antioksidan dilakukan setelah semua formula dibuat dan didapatkan
formula terbaik. Metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas antioksidan sediaan
seperti dengan metode peredaman radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hidrazyl).
Metode ini dipilih karena merupakan metode yang sederhana, murah, cepat, dan cukup
sensitif sehingga hanya membutuhkan sedikit sampel. Gugus hidroksi aromatik dan alifatik
akan mengalami reaksi redoks dengan elektron yang tidak stabil dari DPPH. Dengan
terjadinya reaksi tersebut maka radikal bebas DPPH akan menjadi DPPH yang stabil.
PENYIMPANAN

Pengujan stabilitas fisik krim dilakukan pada tiga suhu yang berbeda yaitu suhu kamar,
suhu tinggi (40±2ºC) dan suhu rendah (4±2ºC). Keempat krim tersebut dilihat perubahan
organoleptis, pH dan diameter globul rata-rata setiap 2 minggu selama 8 minggu. Pengukuran
viskositas dilakukan pada saat minggu ke-0 dan minggu ke-8 pada penyimpanan suhu kamar. Uji
mekanik dan cycling test juga dilakukan sebab kedua uji diatas juga merupakan salah satu
parameter kestabilan fisik krim (Rosmala dkk, 2014).
Penyimpanan pada suhu 37ºC-45ºC selama 3 bulan tanpa ada tanda ketidakstabilan
menunjukkan bahwa produk stabil pada suhu kamar (25ºC – 30ºC) selama kurang lebih satu
tahun, dengan menganggap bahwa reaksi yang terjadi pada suhu dinaikkan sama dengan reaksi
yang terjadi pada suhu kamar (Rosmala dkk, 2014).

Anda mungkin juga menyukai