HEWANI
Khilda Zakiyyah Saadah
2014730047
Penyakit Parasit
Hewani
pedikulosis pubis
• infeksi rambut didaerah pubis dan sekitarnya o/
Phthirus Pubis (pediculus pubis)
1. Pedikulosis Kapitis
Epidemiologi
• Menyerang anak-anak dan cepat meluas dalam lingkungan yang
padat
• Tingkat kebersihan
Etiologi
• Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu
dan menjadi kemerahan jika telah menghisap darah.
• Siklus hidupnya telur-larva-nimfa dan dewasa
• Telur (nits) diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti
tumbuhnya rambut makin ke ujung rambut terdapat telur yang lebih
matang.
Patogenesis
Kutu masuk ke
Gatal Garukan
dalam kulit
Pemeriksaan Penunjang
Menemukan kutu atau telur (warna abu berkilat)
terutama di daerah oksiput dan temporal
Diagnosis Banding
• Tinea kapitis
• Pioderma (impetigo krustosa)
• Dermatitis seboroika
Pengobatan
• Topikal: lotion atau spray malathion 0.5% atau 1 %
malam sebelum tidur keramas kemudian dipakai losio
malathion, lalu kepala ditutup dengan kain kemudian esok
harinya rambut dicuci, pengobatan ini dapat di ulang lagi
1 minggu kemudian.
• Krim Gama benzen heksa klorida (gameksan=
gammexane) 1% setelah dioleskan lalu diamkan 12 jam
lalu cuci dan disisir.
• Emulsi benzil benzoat 25 %.
• Emulsi benzil benzoat 25 %
• Infeksi sekunder:
• Rambut dicukur
• Antibiotik sistemik dan topikal
• Obat dalam bentuk shampo
• Jaga higiene
Prognosis
Baik bila higiene diperhatikan
2. Pediculosis Korporis
Epidemiologi
• Habitat utama adalah pakaian, dan berpindah kekulit
untuk mencari makanan.
• Menyerang orang dewasa dengan higiene buruk (jarang
mandi & berganti pakaian).
Cara penularan
• Melalui pakaian
• Kontak langsung
Gejala
• Bekas-bekas garukan pada badan.
• Infeksi sekunder pembesaran KGB regional
• Lokalisasi biasanya daerah pinggang, ketiak dan
inguinal.
Penunjang diagnosis
Ditemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian
Diagnosis Banding
Ekskoriasi neurotik
Infeksi Skabies
Pengobatan
• Krim Gameksan 1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh
dan didiamkan 24 jam, lalu mandi jika belum sembuh
ulangi 4 hari kemudian
• Emulsi benzil benzoat 25% dan bubuk malathion 2%.
• Infeksi sekunder antibiotik sistemik atau topikal
Prognosis
Baik dengan menjaga higiene
3. Pedikulosis Pubis
Epidemiologi
• Orang dewasa jenggot dan kumis
• Digolongkan dalam IMS
• Anak-anak alis atau bulu mata (blefaritis) dan pada tepi
batas rambut kepala
Cara penularan
Kontak langsung
Etiologi
• Kutu ini memiliki 2 jenis kelamin; betina (panjang dan
lebar 1-2 mm) dan jantan (lebih kecil)
Gejala klinis
• Gatal terutama di daerah pubis dan sekitarnya dan dapat meluas sampai
ke daerah abdomen dan dada.
• Dapat dijumpai bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang
disebut sebagai makula serulae.
• Kutu dapat terlihat dengan mata dan susah untuk dilepaskan karena
kepalanya dimasukan ke dalam muara folikel rambut.
• Gelaja patognomonik: black dot (bercak hitam (krusta) pada celana
dalam)
• Infeksi sekunder: pembesaran KGB regional
Penunjang diagnosis
Ditemukannya telur atau kutu dewasa
Diagnosis banding
• Dermatitis seboroika
• Dermatomikosis
Pengobatan
• Gameksan 1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh dan
didiamkan 24 jam, lalu mandi jika belum sembuh ulangi
4 hari kemudian
• Emulsi benzil benzoat 25% dan bubuk malathion
Prognosis
Baik
2. SKABIES
(The itch, gudikan, budukan, gatal agogo, seven year
itch, norwegian itch, penyakit ampera)
Definisi
Penyakit kulit menular yang disebabkan oleh sarcoptes
scabies, yang menembus stratum
korneum,membentuk terowongan, biasanya disertai
rasa gatal yang hebat.
Epidemiologi
• Sosial ekonomi yang rendah
• Higiene yang buruk
• Hubungan seks yang bersifat promiskuitas
• Kesalahan diagnosis
• Perkembangan dermografik serta ekologik
Cara penularan
• Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit),
misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan
hubungan seksual
• Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya
pakaian, handuk, sprei, dan bantal.
Etiologi
Siklus hidup tungau: kopulasi (perkawinan) di atas
kulit jantan mati, betina menggali terowongan
dalam stratum korneum meletakkan telurnya
telur (3-4 hari) menetas larva nimfa
dewasa (total 17 hari)
Gejala klinis (2 dari 4 tanda kardinal)
• Pruritus nokturna
• Menyerang sekelompok manusia
• Ada terowongan (kunikulus)
• Menemukan tungau
Varian skabies
• Skabies Norwegia (skabies berkrusta)
• Skabies nodular
Penunjang diagnosis
• Mencongkel ujung papul atau vesikel
• Menyikat dengan sikat
• Biopsi irisan
• Biopsi eksisional dan periksa dengan pewarnaan HE
Diagnosis banding
• Prurigo
• Pedikulosis korporis
• Dermatitis
Pengobatan
• Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % salep atau krim tidak
boleh < 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur. Dapat dipakai untuk
anak < 2 tahun.
• Gama benzena heksa klorida 1% dalam krim atau lotio Efektif terhadap
semua stadium. Tidak dianjurkan untuk anak < 6 tahun dan wanita hamil.
Prognosis
Baik
3. CREEPING ERUPTION
Cutaneous larva migrans, dermatosis linearis migrans,
sandworm disease
Definisi
Kelainan kulit yang disebabkan oleh larva cacing tambang
dengan gambaran garis berkelok-kelok dan menimbulkan
dipermukaan kulit, yang biasanya disertai rasa gatal/panas
pada tempat tersebut.
Epidemiologi
• Anak-anak yang sering berjalan tanpa alas kaki atau
sering berhubungan dengan tanah atau pasir
• Petani atau tentara
• Daerah tropis
Gejala Klinis
Gatal dan panas (papul linier atau berkelok-kelok
kemerahan terowongan) dan lebih hebat pada malam
hari
Predileksi
Tungkai, plantar, tangan, anus, bokong, paha dan
bagian tubuh yang sering berkontak dengan tempat larva
berada.
Diagnosis banding
Dermatofitosis
Insect bite
Herpes zoster
Pengobatan
• Tiabendazol 25 mg/kg BB/hari, sehari 2 kali. Dosis max 3
gram. Diberikan selama 2-4 hari. Efek samping mual,
pusing, dan muntah.
• Albendazol 400 mg dosis tunggal, diberikan 3 hari
berturut-turut
Prognosis
Baik
FILARIASIS
DEFINISI
• Filariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing filaria. Penyakit
ini dapat menyerang hewan maupun manusia. Parasit filaria memiliki
ratusan jenis, tapi hanya 8 spesies yang dapat menyebabkan infeksi
pada manusia.
ETIOLOGI
• Nyamuk agas
• Kutu berkaki 6 dan 8
• Kutu busuk
• Ulat bulu
• Ngengat
Reaksi Hipersensitivitas
• Mekanisme alergi :
- Kontak langsung kupu-kupu, ulat bulu
- Sengatan lebah
- Gigitan kelabang, laba-laba, semut api
dan nyamuk
- Atropoda skabies, pedikulosis, ptiriasis
pubis dan capitis
Manifestasi Klinis
• Urtikaria papular
- Ada papul di puncak pungtum, papul
dikelilingi urtika, zona eritomatosa
yang
muncul simultan.
Gigitan Serangga
Sengatan Lebah
Patogenesis
• Umumnya merupakan reaksi hipersensitivitas
tipe I yang dimediasi oleh IgE.
• Tahap reaksi alergi :
- Tidak ada reaksi karena belum
terdesensitisasi
- Reaksi alergi setelah terdesensitisasi
- Hipersensitivitas menjadi hiposensitivitas
(dalam beberapa tahun)
Diagnosis
• Gejala klinis eritematosa dengan pungtum
hemoragik.
• Ada riwayat berpergian/wisata ke daerah
tertentu.
• Ada riwayat tergigit serangga sebelumnya.
Diagnosa Banding
• Pada awal lesi dapat dibandingkan
dengan varisela stadium awal,
ekskoriasi neurotik, pitiriasis
likenoides.
Tatalaksana
• Medikamentosa
- Topikal : Kortikosteroid, antibiotik
- Sistemik :Analgetik,antihistamin,
antibiotik
Prognosis
• Sebagian besar insect bite meninggalkan
bercak kehitaman yang cenderung
menetap. Infeksi sekunder dapat
meninggalkan sikatriks.
DERMATOSIS
VESIKOBULOSA
KRONIS
Khilda Zakiyyah Saadah
2014730047
PENDAHULUAN
• Dermatitis vesikobulosa kronik ditandai terutama oleh adanya Vesikel
dan Bula
Golongan Dermatitis vesikobulosa kronik
1. Herpes gestationesPemfigus
2. Pemfigoid bulosa
3. Dermatitis herpetiformis
4. Chronic bullous disease of childhood
5. Pemfigoid sukatrisial
1. PEMFIGUS
DEFINISI
BENTUK
1. PEMFIGUS VULGARIS
2. PEMFIGUS ERITEMATOSUS
3. PEMFIGUS FOLIASEUS
4. PEMFIGUS VEGETANS
PEMFIGUS
LETAK SUSUNAN
GEJALA KHAS
EPIDEMIOLOGI
ETILOGI
PATOGENESIS
GEJALA KLINIS
HISTOPATOLOGI
IMUNOLOGI
DIAGNOSA BANDING
PENGOBATAN
PROGNOSIS
SINONIM
Sindrom Senear-Usher
GEJALA KLINIS
• KU baik
• Lesi Kronis disertai remisi
• Eritema batas tegas dengan skuama dan krusta diwajah
menyerupai kupu-kupu menyerupai Lupus eritematosus,
dermatitis seboroik
• Bula kendur
• Dapat mengenai mukosa
• Dapat generalisata
• Dapat berubah menjadi Pemfigus vulgaris atau foliaseus
PEMFIGUS ERITEMATOSUS
HISTOPATOLOGI
DIAGNOSIS BANDING
• Dermatitis herpetiformis
• Pemfigoid bulosa
• Lupus eritematosus
• Dermatitis seboroik
PENGOBATAN
• Kortikosteroid
• Dosis lebih rendah: Prednison 60 mg sehari
PEMFIGUS ERITEMATOSUS
PEMFIGUS FOLIASEUS
GEJALA KLINIS
HISTOPATOLOGIS
DIAGNOSIS BANDING
PENGOBATAN
PROGNOSIS
DEFINISI
KLASIFIKASI
Tipe Neumann
Tipe Hallopeau (Pyodermite vegetante
GEJALA KLINIS
Tipe Neumann
Usia lebih muda
Predileksi: wajah, aksila, genitalia eksterna, intertrigo
Bula kendur erosi vegetatif proliferatif papilomatosa
Lesi oral hampir selalu ditemukan
Dapat lebih kronis, dapat lebih akut, dapat fatal
PEMFIGUS VEGETANS
GEJALA KLINIS
Tipe Hallopeau
Kronis, dapat fatal
Primer : pustul-pustul yang bersatu ke perifer vegetatif
Oral : granulomatosis seperti beludru (khas)
HISTOPATOLOGI
Tipe Hallopeau
Lesi awal = tipe Neumann
Tipe Neumann Akantolisis suprabasal, banyak
Lesi dini = PV eosinofil
Timbul proliferasi papil-papil keatas Hiperplasi epidermis, abses
Abses intraepidermal berisi eosinofil eosinofilik pada lesi vegetatif
Lanjut :papilomatosis, hiperkeratosis
tanpa abses
PEMFIGUS VEGETANS
DIAGNOSIS BANDING
Kondiloma akuminata
Kondilomata lata
PENGOBATAN
Pemfigus vulgaris
PROGNOSIS
DEFINISI
ETIOLOGI
GEJALA KLINIS
• KU baik
• semua umur, terutama orang tua
• Kulit : bula / vesikel tegang, disertai eritema
• Predileksi: ketiak, lengan bagian fleksor, lipat paha
• 20% kasus menyerang rongga mulut
2. PEMFIGOID BULOSA
PATOGENESIS
GEJALA KLINIS
• KU : baik
• Terdapat pada semua umur terutama pada orang tua
• Efloresensi : bula dengan vesikel berdinding tegang disertai
eritema
• Predileksi : ketiak,lengan bagian fleksor,lipat paha
• Jika bula-bula pecah terdapat daerah erosif yang luas
HISTOPATOLOGIS
Kelainan pada celah dermal-epidermal
Bula sub epidermal
Sel infiltrat utama: eosinofil
2. PEMFIGOID BULOSA
IMUNOLOGI
DIAGNOSIS BANDING
• Pemfigus vulgaris ( KU buruk,dinding bula kendur)
• Dermatitis herpetiformis (sangat gatal dengan vesikel
berkelompok)
PENGOBATAN
DEFINISI
ETILOGI
PATOGENESIS
GEJALA KLINIS
KELAINAN INTESTINAL
HISTOPATOLOGI
PEMERIKSAAN LAB
IMUNOLOGI
DIAGNOSIS BANDING
• Pemfigus vulgaris
• Pemfigoid bulosa
• Chronic Bullous Disease of Childhood
PENGOBATAN
PROGNOSIS
DEFINISI
ETIOLOGI
GEJALA KLINIS
HISTOPATALOGI
IMUNOLOGI
IMUNOLOGI
• Dermatitis herpetiformis
• Pemfigoid bulosa
4. CHRONIC BULLOUS DISEASE OF CHILDHOOD
PENGOBATAN
PROGNOSIS
DEFINISI
GEJALA KLINIS
HISTOPATOLOGI
IMUNOLOGI
DIAGNOSIS BANDING
• Pemvigus vulgaris
• Liken planus oral
• Eritema multiforme
• Ginggivitis deskuamavita
PENGOBATAN
• Kortikosteroid sistemik
• Prednison 60 mg
• Obat imunosupresif, termasuk siklofosfamid, metotreksat, dan azatioprin
PEMFIGOID SUKATRISIAL
6. PEMFIGOID GESTATIONES
DEFINISI
ETIOLOGI
GEJALA KLINIS
LABORATORIUM
• Lekositosis
• Eosinofilia sampai 50
HISTOPATALOGI
PENGOBATAN
Faktor pencetus:
- obat ( penisilin, sulfa, siprofloksasin,
klorpromazin, karbamazepin, allopurinol,
analgetik/antipiretik, antimo)
- penyakit infeksi
- vaksinasi
- Radiasi
- neoplasma
Pemeriksaan penunjang :
Penatalaksanaan:
• Jika Keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh :
Prednison 30 – 40 mg sehari
• Jika Keadaan umum buruk dan lesi menyeluruh gunakan
obat kortikosteroid ( dexametason) I.V 4 – 6 x 5 mg sehari
selama 10 hari. Tappering off
• Obat hemostatik(k/p) -- purpura luas
• Antibiotik : gentamisin, eritromisin,
sefalosporin, linkomisin
• Simetidine
• Antihistamin
• Bila demam : kompres, antipiretik
c. TOPIKAL
• Bula aspirasi
• Lesi basah kompres
• Lesi mulut: betadine gargle
boraks gliserin /
kenalog in oral base
• Konjungtivitis: salep mata AB+KS
Komplikasi:
1. Bronkopneumoni
2. Gagal ginjal
3. Gangguan keseimbangan
elektrolit
Vesicular and target lesions of EM
SJS Initial Stage :
Partially confluent erythematous with dusky centers,
presenting as flat atypical target lesions
SJS : Advanced stage
Generalized macular eruption with detachment of
necrotic epidermis
SJS : Extensive necrosis and erosions of the lips and oral
mucosa
NEKROLISIS
EPIDERMAL TOKSIK
(N.E.T)
Khilda Zakiyyah Saadah
2014730047
NEKROLISIS EPIDERMAL
TOKSIK (NET)
• N.E.T umumnya merupakan
penyakit berat, gejala kulit yang
terpenting dan khas ialah
epidermolysis yang menyeluruh
dapat disertai kelainan pada selput
lendir diorifisium dan mata.
Faktor pencetus:
- obat ( penisilin, sulfa, siprofloksasin,
klorpromazin, karbamazepin, allopurinol,
analgetik/antipiretik, antimo)
- penyakit infeksi
- vaksinasi
- Radiasi
- neoplasma
• Gambar NET
MDL/PKD/Jan/2006
Nekrolisis epidermal toksik
Manifestasi klinis:
• Gejala prodromal +
• tampak sakit berat ( gangguan
keseimbangan cairan/
elektrolit karena sepsis )
• kesadaran .
• Menyerupai kombustio
• Tanda Nikolsky +
• Lesi mukosa: bibir, oral, anorektal
• Lesi kulit: eritem, vesikel, bula, erosi, ekskoriasi,
epidermolisis, purpura tersebar seluruh tubuh 24-48 jam
pengelupasan spontan.
• Epidermolisis mudah dilihat pada tempat yang sering
terkena tekanan
• Bronkopneumoni
• Kadang terjadi perdarahan traktus gastrointestinal
Diagnosis banding:
• SSJ
• Pemfigus vulgaris
Penatalaksanaan:
• Jika Keadaan umum buruk dan lesi menyeluruh gunakan
obat kortikosteroid ( dexametason) I.V 40 mg sehari
dibagi 3 dosis. Tapering off
• Topikal : sulfazidin perak ( krim dermazin, silvadene )
Komplikasi:
• Komplikasi pada ginjal berupa nekrosis tubular akut akibat
terjadinya ketidak seimbangan cairan bersama sama
dengan glomerulonephritis.
• Bronkopneumoni
• Gangguan elektrolit
URTIKARIA DAN
ANGIOEDEMA
Khilda Zakiyyah Saadah
2014730047
DEFINISI URTIKARIA
Reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-
macam sebab, biasanya ditandai dengan
edema setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat
dan kemerahan, meninggi di permukaan
kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo.
Keluhan subyektif biasanya gatal, rasa
tersengat atau tertusuk.
DEFINISI ANGIOEDEMA
Urtikaria yang mengenai lapisan kulit yang
lebih dalam daripada dermis, dapat di
submukosa, atau di subkutis, juga dapat
mengenai saluran napas, saluran cerna,
dan organ kardiovaskular.
EPIDEMIOLOGI
• Urtikaria dan angioedema sering dijumpai
pada semua umur
• Ditemukan 40% bentuk urtikaria saja, 49%
urtikaria bersama dengan angioedema,
dan 11% angioedema saja
• Penicilin tercatat sebagai obat yang lebih
sering menimbulkan urtikaria
ETIOLOGI
• Obat • Trauma fisik
• Makanan • Infeksi
• Gigitan serangga • Psikis
• Bahan fotosensitizer • Genetik
• Inhalan • Penyakit sistemik
• Kontaktan
KLASIFIKASI
Berdasarkan waktu :
o Akut : kurang dari 6 minggu
o Kronik : lebih dari 6 minggu
Berdasarkan luas dan dalamnya jaringan :
o Lokal
o Generalisata
o Angioedema
Berdasarkan morfologi :
o Papular : berbentuk papul
o Gutata : sebesar tetesan air
o Girata : ukurannya besar-besar
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebab :
o Reaksi imunologik
• Bergantung pada IgE (atopi, antigen
spesifik)
• Ikut sertanya komplemen (reaksi
sitotoksik, reaksi kompleks imun,
defisiensi C1 esterase inhibitor)
• Reaksi alergi tipe IV
KLASIFIKASI
o Reaksi nonimunologik
• Langsung memacu sel mast
• Bahan yang menyebabkan perubahan
metabolisme asam arakidonat
• Trauma fisik
o Idiopatik
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
• Keluhan subjektif : gatal, rasa terbakar, atau
tertusuk
• Urtikaria secara klinis tampak eritema dan
edema setempat berbatas tegas, kadang-
kadang bagian tengah tampak lebih pucat.
• Ukurannya dapat lentikular – plakat
• Angioedema ditandai dengan pembengkakan
jaringan, sering dijumpai pada kelopak mata
dan bibir
URTIKARIA ANGIOEDEMA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan darah rutin
• Pemeriksaan kadar IgE, eosinofil, dan
komplemen
• Uji gores dan uji tusuk
• Tes eliminasi makanan
NON MEDIKAMENTOSA
• Hindari alergen (makanan, obat, inhalan) yang
dicurigai menyebabkan alergi sampai
dibuktikan penyebab pastinya
• Gunakan pakaian yang menyerap keringat
• Usahakan tidak menggaruk
MEDIKAMENTOSA
• Antihistamin H1 klasik :
Difenhidramin, klofeniramid, siklizin, prometazin
• Antihistamin H1 non klasik :
Terfenadin, astemizol, loratadin, mequitazin
• Antihistamin H2 :
Cimetidine
• Kortikosteroid
• Angioedema → Epinefrin