Anda di halaman 1dari 23

BRONKOPNEUMONIA

Widi Hadi Siswanto


1810221002

Pembimbing
dr. Fauzi Mahfuzh, Sp.A (K)

1
 Pneumonia adalah inflamasi jaringan paru
yang paling sering disebabkan oleh infeksi dan
didefinisikan sebagai adanya infiltrate paru
pada foto thoraks.
 Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya
pneumonia:
1. mekanisme pertahanan paru
2. kolonisasi bakteri saluran nafas
3. pembersihan saluran nafas terhadap bahan
infeksius

2
KLASIFIKASI

 ETIOLOGI:
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Aspirasi
5. pneumonia hipostatik
6. sindrom loeffler

3
KLASIFIKASI

 ANATOMIS:
1. Pneumonia Lobaris
2. Pneumonia Lobularis (bronkopneumonia)
3. Pneumonia interstitial (bronkiolitis)

4
KLASIFIKASI

 ASAL USUL KUMAN:


1. Community Acquired Pneumonia (CAP)
- pneumonia atipik
- pneumonia bakterial
2. Hospital Acquired Pneumonia (HAP)

5
BRONKOPNEUMONIA
• penyakit infeksi akut saluran nafas bagian
bawah (ISPB) dan jaringan paru oleh
mikroorganisme yang biasanya terjadi pada
anak- anak.
• dapat tersebar pada semua bagian lobus
paru, umumnya dimulai dari bronkiolus
sampai alveolus.
• Bila alveolus radang  terisi oleh nanah dan
cairan  kemampuan menyerap oksigen
terganggu  gangguan proses respirasi di
paru- paru.
6
EPIDEMIOLOGI
 Pneumococcus merupakan penyebab
utama pneumonia.
 Insidens ↑ pada usia > 4 tahun dan ↓
dengan meningkatnya umur.
 Pneumonia lobaris hampir selalu
disebabkan oleh pneumococcus, ditemukan
pada orang dewasa dan anak besar.
 Bronkopneumonia lebih sering dijumpai
pada anak kecil dan bayi.
7
PATOGENESIS
PNEUMOCOCCUS

PARU

STADIUM KONGESTI

STADIUM HEPATISASI MERAH

STADIUM HEPATISASI KELABU

STADIUM RESOLUSI
8
STADIUM KONGESTI

Kapiler melebar dan kongesti



Alveolus terisi eksudat jernih

Bakteri >>

Neutrofil dan makrofag >>

9
STADIUM HEPATISASI
MERAH

Lobus dan lobulus yang terkena memadat


dan tidak mengandung udara

Warna menjadi merah

Pada perabaan seperti hepar

Eritrosit >>, kuman>>, fibrin>
10
STADIUM HEPATISASI
KELABU
Lobus padat

Warna merah menjadi pucat kelabu

Kapiler tidak lagi kongestif

Fibrin >>, leukosit >>

Permukaan pleura suram karena diliputi fibrin

11
STADIUM RESOLUSI
Eksudat berkurang

Makrofag >>, leukosit nekrosis

Fibrin diresorbsi

12
MANIFESTASI KLINIS
1. demam menggigil
2. Anak menjadi sangat gelisah, dispneu,
pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar
hidung dan mulut dan ada retraksi interkostal
3. kadang- kadang disertai muntah, diare, dan
nafsu makan hilang.
4. batuk mula- mula kering kemudian menjadi
produktif dan purulen pada infeksi bakteri dan
non produktif pada infeksi virus.
13
KOMPLIKASI
1. Empiema
2. Atelektasis
3. Perikarditis
4. Pleuritis
5. Otitis Media Akut (OMA

14
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Rontgen
 Darah Tepi.
 Sputum.
 Thoracocentesis.
 PRC.
 Astrup.
 Skin test.
 Bronkoskopi.

15
DERAJAT PNEUMONA

1.Pneumonia ringan: Disamping batuk atau


kesulitan napas, hanya terdapat napas cepat
saja, dimana napas cepat adalah:
 a.pada usia 2 bulan – 11 bulan : ≥ 50 kali /
menit
 b.pada usia 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali /
menit
DERAJAT PNEUMONIA

2.Pneumonia berat: Batuk dan atau kesulitan bernapas


ditambah minimal salah satu hal berikut ini:
 a.kepala terangguk – angguk

 b.pernapasan cuping hidung

 c.tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

 d.foto dada menunjukkan gambaran pneumonia ( infiltrat


luas, konsolidasi, dll. )
 e.Suara merintih ( grunting ) pada bayi muda

Pada auskultasi terdengar


 ocrackles ( ronki )

 osuara pernapasan menurun

 osuara pernapasan bronkial


KRITERIA DAGNOSIS
Bayi
di
baw
ah 2
bula
n

Bayi dan anak ber usia 2 bulan – 5 tahun


Pne
umo
niabi

Pneumonia ber at
la
ada
napa
s
cepa
t( >
60
x/me
nit )
atau
sesa
k
napa

 bila ada sesak napas


shar
us
dira
wat
dan
dibe
rika
n
antib
iotik

 harus dirawat dan diberikan antibiotik


Pneumonia
 bila tidak ada sesak napas
 ada napas cepat dengan laju napas
o > 50 x/menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun Buk
an
pneu
mon
iabil
a
tidak

o > 40 x/menit untuk anak > 1 – 5 tahun


ada
napa
s
cepa
t dan
sesa
k
napa
stida
k
perl
u
dira
wat
dan

 tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral


tidak
perl
u
antib
iotik,
hany
a
dibe
rika
n
peng
obat
an
simp
toma
tis
sepe
rti

Bukan pneumonia
penu
run
pana
s

 bila tidak ada napas cepat dan sesak napas


 tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya
diberikan pengobatan simptomatis seperti penurun panas
PENATALAKSANAAN
 Terapi Oksigen (Berikan pada anak
dengan saturaso < 90%, anak yang
tidak stabil.
 Antibiotik.
 Anti virus.
 Istirahat
 Hidrasi untuk mengencerkan sekresi
 Simptomatik
 Analgesik untuk menghilangkan nyeri
19

karena nyeri pleuritis.


Pneumonia Rawat Jalan
 Pada pneumonia ringan
Amoksisilin 25 mg/kgBB atau kotrimoksazol
4 mg/kgBB TMP dan 20 mg/kgBB
sulfametoksazol dua kali sehari selama 3
hari
 Nasihati ibu untuk membawa kembali
anaknya setelah 2 hari atau lebih kalau
keadaan anak memburuk atau tidak dapat
minum atau menyusui
Pneumonia Rawat Inap
 Tanda pneumonia berat
WHO menganjurkan pemberian
ampisilin/amoksisilin 25 – 50
mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam
yang dipantau dalam 24 jam selama 72
jam pertama.
 Bila anak memberi respons yang baik
maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya
terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah
sakit dengan amoksisilin oral 15
mg/kgBB/kali tiga kali sehari untuk 5 hari
PROGNOSIS

 Sebagian besar bronkopneumia yang di


sebabkan oleh virus dapat sembuh
spontan tanpa terapi spesifik.
 Bronkopneumonia yang disebabkan oleh
bakteri biasanya memberikan respon
cepat terhadap terapi antibiotik.

22
23

Anda mungkin juga menyukai