Anda di halaman 1dari 44

MANAJEMEN MODAL KERJA

(Working Capital)

Oleh :
Tiara Lestari (0117101151)
Devi Permatasari (0117101153)
Citra Modi Wahyuni N (0117101150)
Pengertian
• Adalah Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan operasianal perusahaan sehari-hari, seperti pembelian
bahan baku, pembayaran upah guru, membayar hutang, dll.
• Adalah investasi dalam harta jangka pendek atau investasi dalam
harta lancar (current assets). Modal kerja dapat dikategorikan
menjadi dua yaitu modal kerja kotor (gross working capital) dan
modal kerja bersih (net working capital).
• Modal kerja kotor adalah jumlah harta lancar, dan modal kerja
bersih adalah jumlah harta lancar dikurangi jumlah utang lancar
(current liabilities).
• Manajemen modal kerja mengelola harta lancar dan utang lancar
agar harta lancar selalu lebih besar daripada utang lancar.
• Manajemen modal kerja (working capital management)
merupakan manajemen dari elemen-elemen aktiva lancar dan
elemen hutang lancar.
• Tujuan modal kerja adalah mengelola aktiva lancar dan hutang
lancar sehingga diperoleh modal kerja netto yang layak dan
menjamin tingkat likuiditas perusahaan.
Klasifikasi Modal Kerja

1) Modal kerja kotor (gross working capital) adalah jumlah harta lancar
perusahaan. Modal kerja ini merupakan kekuatan “semu” karena
sebagian diperoleh dari utang jangka pendek, maka ia dapat dikatakan
sebagai modal kerja tradisional atau modal kerja kuantitatif.
2) Modal kerja bersih (net working capital) adalah harta lancar dikurangi
utang lancar. Modal kerja ini merupakan kekuatan intern untuk
menggerakan kegiatan bisnis, yaitu untuk membiayai kegiatan operasi
rutin dan untuk membayar semua utang yang jatuh tempo. Ia dapat
dikatakan sebagai modal kerja kualitatif.
3) Modal kerja fungsional yaitu fungsinya harta lancar dalam menghasilkan
pendapatan saat ini (current income) yang terdiri dari kas persediaan,
piutang sebesar harga pokok penjualan dan penyusunan.
4) Modal kerja potensial yang terdiri dari efek (surat berharga yaitu saham
dan obligasi yang mudah dipasarkan) dan besarnya keuntungan yang
termasuk dalam jumlah piutang.
Ilustrasi

Neraca PT XYZ

Kas 200 Hutang Dagang 300


Efek (Sekuritas) 200 Hutang Wesel 100
Piutang 160 Hutang Pajak 160
Persediaan 840 Total Hutang Lancar (d) 560
Total Aktiva Lancar (a) 1.400
Hutang Obligasi (e) 600
Tanah 100
Mesin 700 Modal saham 1.200
Penyusutan Mesin -100 Agio Saham 200
Gedung 1.000 Laba Ditahan 440
Penyusutan Gedung -200 Total Modal Sendiri (f) 1.840
Total Aktiva Tetap (b) 1.500

Intangible Asset (c) 100

Total Aktiva (a+b+c) 3.000 Total Pasiva (d+e+f) 3.000


• Modal kerja bruto (Gross Working Capital) atau Modal Kerja Kuantitatif sebesar
jumlah harta lancar yaitu sebesar Rp 1.400
• Modal kerja netto (Net Working Capital) atau Modal Kerja Kualitatif sebesar harta
lancar dikurangi utang lancar yaitu Rp 1.400 – Rp 560 = Rp 840.
Modal kerja ini lazim disebut Modal Kerja Permanen karena adanya dalam
perusahaan lebih dari satu tahun atau secara permanen.
Makin tinggi jumlah modal kerja permanen makin tinggi tingkat likuiditas
perusahaan.
• Modal kerja fungsional (Functional Working Capital); kas + persediaan + (75% X
piutang) + penyusutan aktiva tetap. Jumlah modal kerja fungsional = Rp 200 + Rp
840 + Rp (75%x Rp 160= 120 )+Rp 300 = Rp 1.460.
Unsur-unsur tersebut secara nyata berfungsi menggerakkan kegiatan perusahaan.
• Modal kerja potensial (Potencial Working Capital); keuntungan dari piutang +
efek, (25% X Rp 160=Rp40) + Rp 200 = Rp 240.
Keuntungan atau laba dari piutang, di mana piutang asalnya dari penjualan
merupakan kemampuan manajemen menggali sumber dana dari bisnis yang dapat
digunakan untuk modal kerja dan perluasan usaha.
Sedangkan efek atau surat berharga yang mudah dipasarkan (marketable security)
merupakan kelebihan kas yang ditanam dalam surat-surat berharga untuk tujuan
mendapatkan keuntungan.
Pentingnya modal kerja

1. Investasi dalam modal kerja akan mempengaruhi tingkat


profitabilitas perusahaan.
2. Investasi dalam modal sangat mempengaruhi posisi likuiditas
perusahaan.
3. Sebagian waktu manager keuangan tersita untuk pengelolaan
modal kerja.
4. Sangat penting bagi perusahaan, khususnya perusahaan niaga
yang sebagian besar investasinya bukan dalam fixed capital tetapi
dalam current capital.
5. Perusahaan yangrelatif kecil lebih bertumpu modalnya pada
kebutuhan modal kerja dibandingkan dengan kebutuhannya untuk
fixed capital.
Perbedaan modal kerja dengan modal tetap

1.Perputaran(jangka pendek)
2. Fleksibilitas( tidak sekali dibeli , bisa dikurang atau ditambah)
3.Variabelitas (menyesuaikan)
4. Phisik
Konsep-konsep Modal Kerja
1. Konsep kuantitatip
Keseluruhan daripada aktiva lancar. Seperti kas, piutang dan persediaan.
Modal kerja dalam konsep ini disebut juga modal kerja bruto ( modal kerja
kotor) atau gross working capital.
2. Konsep kualitatip.
Menurut konsep kualitatif, modal kerja adalah sebagian dari aktiva lancar
yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya
perusahaan tanpa mengganggu likuiditas atau merupakan kelebihan
aktiva lancar diatas hutang lancar (Modal kerja netto/modal kerja bersih).
Karena menurut konsep ini hutang lancar telah dikeluarkan dari
perhitungan, sehingga modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar
dengan hutang lancarnya.
3. Konsep Fungsional
Konsep ini didasarkan pada pada fungsi dari dana dalam menghasilkan
pendapatan (income). Pendapatan disini diartikan pendapatan dalam satu
periode accounting/ sekarang atau current income bukan pada periode
pendapatan berikutnya (future income).
MODAL KERJA FUNGSIONAL

Tiga syarat untuk menjadi modal kerja :


1. current income
2. Sesuai tujuan perusahaan
3. Satu periode akuntansi.
Sehingga, yang masuk sebagai modal kerja adalah kas,
piutang dagang sebesar harga pokokya, persediaan,
dan aktiva tetap sebesar penyusutan periode tersebut.
Sedangkan efek atau surat berharga dan margin laba
dari piutang merupakan modal kerja potensial yang
akan menjadi modal kerja bila piutang sudah dibayar
dan efek sudah dijual
Konsep fungsionil pada pengertian modal kerja dibedakan :

1. Working Capital
WC adalah semua modal kerja yang digunakan oleh perusahaan untuk membelanjai
aktiva yang sesuai dengan tujuan perusahaan/fungsi perusahaan.

2. Non Working Capital


NWC adalah dana yang tidak menghasilkan current income atau kalau menghasilkan
current income adalah tidak sesuai dengan maksud utama didirikan perusahaan tersebut.
Contoh : Perusahaan dagang textil yang menanamkan sebagian dananya dalam surat
obligasi pemerintah. Dengan menjual tekstil, perusahaan tersebut menghasilkan laba
(pendapatan) berupa uang maka uang tersebut (kas) dimasukan kedalam working capital.
Sedangkan perusahaan tersebut menanamkan dananya dalam obligasi tentunya akan
mendapat coupon/bunga atau keuntungan maka bunga tersebut tidak dimasukan
kedalam working capital tetapi ke non working capital, karena penghasilan tersebut
bukan tujuan perusahaan dimana tujuan perusahaan keuntungannya hanya menjual
tekstil.

3. Potential Working Capital (Modal Kerja Potensial)


PWC adalah semua bagian aktiva yang menghasilkan keuntungan baik keuntungan pada
saat ini (sekarang )maupun keuntungan dimasa yang akan datang. Dari contoh diatas
keuntungan berupa bunga dari obligasi tentunya dalam bentuk uang/dana dan dana
tersebut selanjutnya dapat diinvestasikan dalam persediaan (tekstil), maka dana tersebut
digolongkan sebagai modal kerja potensial.
Catatan

1. Defresiasi aktiva tetap setiap tahunnya untuk :


-Bangunan (Umur ekonomis = 16 tahun) = Rp 22.500,-
-Mesin (Umur ekonomis = 8 tahun) = Rp 30.000,-

2. Penjualan secara kredit dengan profit marjin = 40%


Maka menurut Jumlah modal kerja ketiga konsep tersebut adalah
sebagai berikut :
Jumlah modal kerja menurut konsep kuantitaif = Rp 525.000,-
Jumlah modal kerja menurut konsep kualititaif = Rp 525.000,- - Rp
400.000,- = Rp 125.000,-
Jumlah modal kerja menurut konsep
fungsional adalah sebagai berikut :
CONTOH

AKTIVA LANCAR :
Kas Rp. 15.000.000
Efek Rp. 50.000.000
Piutang Dagang Rp. 75.000.000
Persediaan Barang Rp. 120.000.000 +
Total Aktiva Lancar Rp. 260.000.000.

AKTIVA TETAP:
Tanah Rp. 150.000.000
Bangunan dan Gedung Rp. 300.000.000
Mesin Rp. 250.000.000 +
Total Aktiva Tetap Rp., 700.000.000
CONTOH

KETERANGAN :
• Penyusutan setiap tahunnya :
- Bangunan dan Gedung Rp. 50.000.000
- Mesin-mesin Rp. 40.000.000
• Penjualan kredit dengan profit margin sebesar 30%.
Atas dasar tersebut di atas, dapat dihitung besarnya modal kerja menurut
konsep fungsional seperti yang dapat dilihat pada hal. 12
• Modal kerja (working Capital)
Kas Rp 15.000.000
PiutangDagang(70%) Rp 52.500.000
Persediaan Barang Rp 120.000.000
Penyusutan Bangunan & Gedung Rp. 50.000.000
Penyusutan Mesin Rp 40.000.000 +
Total Modal Kerja Rp 277.500.000.

• Modal Kerja Potensial (potensial working capital):


Efek Rp 50.000.000,-
Margin laba (30%) Rp 22.500.000.-+
Total Rp 77.500.000.-

Bukan Modal Kerja (non working capital):


Tanah Rp 150.000.000,-
Bangunan & Gedung Rp 250.000.000,-
Mesin-mesin Rp 210.000.000.-+
Total Rp 610.000.000.-
Jenis-jenis modal kerja
1. Modal Kerja Tetap /Permanen (Permanen Working Capital)
MKT adalah modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya/aktivitasnya atau modal kerja yang secara terus
menerus diperlukan untuk kelancaran usahanya. Modal kerja permanen
dibedakan :
-Modal Kerja Primer (Primary Working Capital), MKP adalah jumlah modal
kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin
kontinuitas usahanya.
-Modal Kerja Normal ( Normal Working Capital) MKN, adalah modal kerja
yang diperlukan untuk menyelenggarakan kegiatan produksi pada kapasitas
normal. Normal dalam arti dinamis. Contoh : Perusahaan selama 4 – 5 bulan
rata-rata perbulannya mempunyai produksi 100 unit, maka produksi normal
sebesar 100 unit.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
MKV adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan keadaan perusahaan. MKV dibedakan :
-Modal Kerja Musiman ( Seasonal Working Capital ) MKM, adalah modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
Contoh : Perusahaan rokok pada musim panen tembakau harus
menambah modal kerjanya untuk membeli tembakau ( 1 tahun sekali).
-Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) MKS, adalah modal kerja
yang jumlah berbah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur
perekonomian. Contoh : Permintaan konsumen produk sepatu, pakaian,
makanan, minuman dsb. cendrung meningkat pada lebaran dan natal.
-Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) MKD, adalah modal
kerja yang jumlah berubah-ubah disebabkan karena adanya keadaan
darurat yang tidak diketahui sebelumnya. Contoh : Adanya pemogokan
buruh, banjir dan bencana alam lainnya.
Perputaran Modal Kerja PMK

Adalah dimulai dari saat dimana kas di investasikan


ke dalam komponen-komponen modal kerja ( Kas,
piutang dan persediaan) sampai saat dimana kembali
lagi menjadi kas. Dengan demikian apabila
perputaran modal kerja semakin pendek tersebut
berarti semakin cepat perpurtaran dan semakin
cepat modal kerja tersebut menjadi kas kembali.
MASA PERPUTARAN MODAL KERJA

• Masa perputaran modal kerja yakni sejak kas ditanamkan pada elemen-
elemen modal kerja hingga menjadi kas kerja lagi adalah kurang dari
satu tahun atau berjangka pendek.
• Masa perputaran modal kerja ini menunjukan tingkat efisiensi
penggunaan modal kerja,
• Semakin cepat masa perputaran modal kerja, semakin efisien
penggunaan modal kerja dan tentunya investasi pada modal kerja
semakin kecil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja
1. Volume penjualan
Semakin besar volume penjualan maka semakin besar pula modal kerja yang
digunakan dan sebaliknya.
2. Kebijakan penjualan kredit
Semakin pendek perusahaan menetapkan kebijakan pengumpulan piutang maka
modal kerja akan semakin besar karena uang (kas) cepat terkumpul dan
sebaliknya.
3. Pengaruh musim Terkait dengan produksi yang dipasarkan perusahaan
Perusahaan yang terkait dengan musim misalnya perusahaan es krim, jas hujan
dan pertanian dan kontraktor akan mempengaruhi modal kerja.
4. Kemajuan teknologi
Semakin maju teknologi yang digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi
barang maka semakin besar modal kerja yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan
karena perusahaan harus membeli mesin-mesin baru (pengeluaran kas besar)
tetapi dilain pihak perusahaan dapat menghemat waktu dan tenaga kerja untuk
memproduksi barang tersebut, disamping tentunya kemampuan perusahaan
menghasilkan produk semakin cepat dan ekonomis.
Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja

Penentuan besarnya kebutuhan modal kerja tergantung


pada :
1. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
Adalah dimulai dari saat dimana kas di investasikan ke
dalam komponen-komponen modal kerja ( Kas, persediaan
dan piutang ) sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas.
Periode perputaran modal kerja dapat dapat berupa harian
atau bulanan.
2. Pengeluaran kas rata-rata perperiode
Adalah hasil perhitungan rata-rata dari segala pengeluaran
kas untuk melaksanakan kegiatan perusahaan sehari-hari
baik berupa pembelian bahan baku, upah tenaga kerja
maupun biayabiaya lainnya (biaya administrasi umum dan
penjualan)
Rumus besarnya kebutuhan modal kerja adalah Periode perputaran
modal kerja X pengeluaran kas rata-rata perperiode
Contoh soal : Periode perputaran modal kerja yaitu jumlah dari
periode yang meliputi :
1. Lamanya proses produksi = 10 hari
2. Lamanya barang jadi disimpan digudang = 10 hari
3. Jangka waktu penerimaan piutang = 10 hari
Jumlah terikatnya modal kerja perperiode = 30 hari

Rata-rata pengeluaran kas perperiode (hari) untuk keperluan :


1. Pembelian bahan baku Rp 6.000.000,-
2. Upah Rp 3.000.000,-
3. Biaya lain-lain Rp 1.000.000,-
Total biaya rata-rata pengeluaran kas perhari Rp 10.000.000,-

Jadi kebutuhan modal kerja untuk setiap harinya untuk dapat


menjamin kontinuitas usahanya :
= Rp 10.000.000,-/hari X 30 hari = Rp 300.000.000,-
Manajemen modal kerja meliputi administrasi harta lancar dan
utang lancar, mempunyai fungsi utama yakni:

• 1) Menyesuaikan perubahan tingkat volume produksi dan


penjualan; jumlah modal kerja sangat tergantung pada volume
kegiatan bisnis, makin tinggi kegiatan bisnis, makin besar modal
kerja dibutuhkan untuk membiayai kegitan tersebut.

• 2) Membantu memaksimumkan nilai perusahaan, yaitu dengan


cara memperkecil biaya modal untuk meningkatkan hasil
(return). Makin besar modal kerja diperoleh dari pinjaman
jangka pendek tanpa bunga, misalnya dari para pemasok, maka
makin kecil dari sumber modal permanen, dan dengan
demikian akan menurunkan biaya modal.
KEBIJAKSANAAN MODAL KERJA

• Kebijaksanaan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan


oleh perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan modal
kerja dengan berbagai alternatif sumber dana.
• Kebijaksanaan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan
oleh perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan modal
kerja dengan berbagai alternatif sumber dana
Perusahaan pada umumnya memiliki tiga
jenis kebijakan modal kerja, yaitu:
1) Kebijakan yang konservatif, yaitu seluruh modal kerja dipenuhi
dengan utang jangka panjang
• Rencana pemenuhan kebutuhan dana konservatif merupakan rencana
pemenuhan dana modal kerja yang lebih banyak menggunakan sumber
dana jangka panjang dibandingkan sumber dana jangka pendek.
• Dalam kebijakan ini modal kerja permanen dan sebagian modal kerja
variabel dipenuhi oleh sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian
modal kerja variabel lainnya dipenuhi dengan sumber dana jangka
pendek.
• Kebijaksanaan ini disebut konservatif (hati-hati), karena sumber dana
jangka panjang mempunyai jatuh tempo yang lama, sehingga
perusahaan memiliki keleluasaan dalam pelunasan kembali artinya
perusahaan mempunyai tingkat keamanan atau margin of safety yang
besar.
KEBIJAKSANAAN KONSERVATIF

• Bila digambarkan kebijaksanaan konservatif nampak sebagai


berikut.
Permodalan Jk
pendek Fluktuasi Aktiva Lancar

Sumber
Jk Pjg

Waktu
2) Kebijakan yang moderat, yaitu modal kerja dipenuhi 50% dengan utang
jangka pendek dan 50% dipenuhi dengan utang jangka panjang
• Pada kebijakan atau strategi pendanaan ini perusahaan membiayai
setiap aktiva dengan dana yang jangka waktunya kurang lebih sama
dengan jangka waktu perputaran aktiva tersebut. Artinya aktiva yang
bersifat permanen yakni aktiva tetap dan modal kerja permanen akan
didanai dengan sumber dana jangka panjang, dan aktiva yang bersifat
variabel atau modal kerja variabel akan didanai dengan sumber dana
jangka pendek.
• Kebijakan ini didasarkan atas prinsip matching principle yang
menyatakan bahwa jangka waktu sumber dana sebaiknya disesuaikan
dengan lamanya dana tersebut diperlukan.
• Bila dana yang diperlukan hanya untuk jangka pendek maka sebaiknya
didanai dengan sumber dana jangka pendek, demikian pula kalau dana
tersebut diperlukan untuk jangka panjang maka sebaiknya didanai
dengan sumber dana jangka panjang sehingga risiko yang dihadapi
hanyak berupa terjadinya penyimpangan aliran kas yang diharapkan.
• Oleh karena itu kesulitan yang dihadapi adalah memperkirakan jangka
waktu skedul arus kas bersih dan pembayaran hutang, yang selalu
terdapat unsur ketidakpastian. Dan pada kebijakan ini akan muncul
trade-off antara profitabilitas dan risiko.
• Semakin besar margin of safety yang ditentukan untuk menutup
penyimpangan arus kas bersih semakin aman bagi perusahaan, tetapi
harus menyediakan dana yang jangka waktunya melebihi kebutuhan
dana yang akan digunakan, akibatnya akan terjadi dana menganggur dan
hal ini akan menurunkan profitabilitas.
• Dengan kata lain bila risiko rendah akan mengakibatkan profitabilitas
juga rendah.
KEBIJAKSANAAN MODERAT

Fluktuasi
Aktiva lancar
Sumber Jk
pendek

Sumber Jk Pjg

Waktu
3) Kebijakan yang agresif, yaitu modal kerja dipenuhi dengan
seluruhnya dengan utang jangka pendek

• Bila pada kebijakan konservatif perusahaan lebih


mementingkan faktor keamanan sehingga margin of
safetynya sangat besar, tetapi tentunya akan mengakibatkan
tingkat profitabilitas menjadi rendah.
• Sebaliknya dengan kebijakan agresif, maka sebagian
kebutuhan dana jangka panjang akan dipenuhi dengan
sumber dana jangka pendek.
• Pada pendekatan ini perusahaan berani menanggung risiko
yang cukup besar, sedangkan trade-off yang diharapkan
adalah memnperoleh profitabilitas yang lebih besar.
KEBIJAKSANAAN AGRESIF

Fluktuasi Aktiva
lancar
Sumber Jk
pendek

Sumber Jk Pjg

Waktu
CONTOH
• PT. ELANG SAKTI sedang mempelajari untuk rnenentukan tingkat aktiva lancar
yang optimal untuk tahun depan. Manajemen memperkirakan bahwa penjualan
akan meningkat
Rp 200.000.000,- karena ditawarkannya produk baru. Perusahaan ingin tetap
mempertahankan rasio utangnya 50% dan nilai aktiva tetap saat ini sebesar
Rp 80.000.000,-. Tingkat bunga baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang saat ini 12%. Manajer Keuangan PT. ELANG SAKTI menginginkan untuk
menganalisis tiga alternatif kebijaksanaan yakni:
1. Kebij'akan konservatif dengan tingkat aktiva lancar 60% dari penjualan
2. Kebijakan moderat dengan mempertahankan aktiva lancar sebesar 50%
dari penjualan.
3. Kebijakan agresif dengan tingkat aktiva lancar 40% dar penjualan.
Mana kebijakan yang sebaiknya diambil dengan ukuran return on equity untuk
ketiga alternatif tersebut dengan asumsi: EBIT sebesar 10% dari penjualan dan
pajak sebesar 25%.
JAWABAN

Konservatif Moderat Agresif

Aktiva Tetap 80.000.000 80.000.000 80.000.000


Aktiva Lancar 120.000.000 100.000.000 80.000.000
Total Aktiva 200.000.000 180.000.000 160.000.000
Hutang/Total Aktiva (50%) 100.000.000 90.000.000 80.000.000
Modal Sendiri 100.000.000 90.000.000 80.000.000
EBIT (10% dari penjualan) 20.000.000 20.000.000 20.000.000
Bunga 12% 12.000.000 10.800.000 9.600.000
EBT 8.000.000 9.200.000 10.400.000
Pajak 25% 2.000.000 2.300.000 2.600.000
EAT 6.000.000 6.900.000 7.800.000
Return on Equity. 6,00%. 7,67% 9,75%

Dari hasil perhitungan, ternyata kebijakan agresif memberikan return on equity paling besar.
Namun demikian jumlah aktiva lancar yang rendah menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan
juga rendah, sehingga akan meningkatkan risiko ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendeknya.
PENENTUAN KEBUTUHAN MODAL KERJA
• Masalah yang cukup penting dalam pengelolaan modal kerja adalah
seberapa besar kebutuhan modal kerja suatu perusahaan.
• Untuk menentukan besarnya modal kerja, bisa digunakan beberapa
metode penentuan besarnya modal kerja, yaitu :
- Metode keterikatan dana
- Metode Perputaran modal kerja

METODE KETERIKATAN DANA


KAS BARANG PIUTANG KAS

BAHAN PROSES BARANG PIUTANG


KAS KAS
BAKU PRODUKSI JADI DAGANG
CONTOH

• Perusahaan “JAYA” mempunyai rencana produksi 1.200 unit


barang jadi per hari. Untuk membuat satu unit barang jadi
tersebut, dibutuhkan 1.5 kg bahan baku dengan harga Rp.
2.000,- per kg. Bahan baku tersebut rata-rata disimpan di
gudang selama 7 hari sebelum masuk proses produksi.
Lamanya proses produksi 3 hari. Barang jadi berada di
gudang sebelum terjual rata-rata 10 hari. Rata-rata piutang
tertagih selama 30 hari. Upah langsung per unit barang jadi
sebesar Rp. 2.500,-. Biaya lainnya adalah biaya pemasaran
tunai sebulan sebesar Rp. 15.000.000,-. Biaya administrasi &
umum sebulan Rp. 12.000.000,- dan biaya-biaya lain per
bulan rata-rata Rp. 9.000.000,-. Kas minimal ditentukan
sebesar Rp. 10.000.000,-.
JAWAB
• Dari contoh tersebut, dapat diketahui bahwa periode terkaitnya modal kerja
adalah 50 hari.
• Kebutuhan kas per hari :
a. Pembelian bahan baku = 1.200x1,5x2.000=3.600.000
b. Pembayaran upah langsung = 1.200x2.500 =3.000.000
c. Pembayaran biaya pemasaran = 15.000.000 : 30 = 500.000
d. Pembayaran biaya adm&umum = 12.000.000 : 30 = 400.000
e. Pembayaran biaya lainnya = 9.000.000:30 = 300.000
Rp. 7.800.000

Sehingga, jumlah modal kerja (MK):


periode terkaitnya MK x kebutuhan kas per hari + Kas minimal =
50 x Rp. 7.800.000 + Rp. 10.000.000 = Rp. 400.000.000
NERACA PT.JAYA TAHUN 2007 (JUTA RUPIAH)
Perusahaan “JAYA” mempunyai laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba sbb :

2006 2007 2006 2007

Kas 185 215 Utang Dagang 550 485


Piutang 770 830 Utang Bank 175 250
Persediaan 920 1.000 Utang Wesel 350 365
Aktiva Lancar 1.875 2.045 Utang Lancar 1.075 1.100
Tanah 2.150 2.500 Utang Jk Pjg 1.800 1.900
Bangunan 1.025 1.025 Modal Saham 1.900 2.000
Mesin 1.000 1.100 Laba Ditahan 1.275 1.670
Aktiva Tetap 4.175 4.625 Utang & Modal 4.975 5.570
Total Aktiva 6.050 6.670 Total Pasiva 6.050 6.670
LAPORAN RUGI LABA PT.JAYA
(31-12-2007)

Penjualan 24.000
Harga Pokok Penjualan 17.000 -
Laba Kotor 7.000
Biaya Operasi 2.500-
Laba operasi 4.500
Bunga 1.500-
Laba sebelum pajak 3.000
Pajak 900 -
Laba sesudah pajak 2.100
Hitung perputaran modal kerja !

Penjualan 24.000
Perputaran Kas    120 kali
rata - rata kas 200
Penjualan 24.000
Perputaran Piutang    30 kali
rata - rata piutang 800

Penjualan 24.000
Perputaran Penjualan    25 kali
rata - rata persediaan 960
Hitung periode terikatnya modal kerja !

• Kas = 360/120 = 3 hari


• Piutang = 360/30 = 12 hari
• Persediaan = 360/25 = 14,4 hari
Total = 29,4 hari

Sehingga peride terikatnya semua elemen modal kerja adalah 29,4 hari
atau perputaran elemen modal kerja adalah sebesar 360/29,4 = 12,24
kali
• Apabila pada tahun 2008 diperkirakan akan mampu menjual sebanyak
Rp. 30.000.000.000 maka kebutuhan modal kerja adalah :
Rp. 30.000.000.000/12,24
= Rp. 2.450.000.000
Conclusion

• Modal kerja dalam hal ini adalah modal kerja bersih, berubah mengikuti
transaksi bisnis, khususnya tingkat penjualan.
• Manajemen pada umumnya mengambil kebijakan modal kerja agresif,
moderat, konservatif, tergantung keberaniannya mengambil resiko
bisnis.
• Kesalahan dalam mengelola modal kerja mengakibatkan hilangnya
kepercayaan internal dan eksternal.
• Kepercayaan internal adalah kepercayaan dari pegawai dan buruh, yang
disebabkan karena gaji dan upah tidak dibayar tepat waktu.
• Sedangkan kepercayaan eksternal adalah kepercayaan dari partner bisnis
khususnya kreditur, yang disebabkan karena utang yang jatuh tempo
tidak dibayar tepat waktu.
• Jika suatu perusahaan kehilangan dua kepercayaan tersebut dapat
dipastikan akan bangkrut.

Anda mungkin juga menyukai