(Working Capital)
Oleh :
Tiara Lestari (0117101151)
Devi Permatasari (0117101153)
Citra Modi Wahyuni N (0117101150)
Pengertian
• Adalah Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan operasianal perusahaan sehari-hari, seperti pembelian
bahan baku, pembayaran upah guru, membayar hutang, dll.
• Adalah investasi dalam harta jangka pendek atau investasi dalam
harta lancar (current assets). Modal kerja dapat dikategorikan
menjadi dua yaitu modal kerja kotor (gross working capital) dan
modal kerja bersih (net working capital).
• Modal kerja kotor adalah jumlah harta lancar, dan modal kerja
bersih adalah jumlah harta lancar dikurangi jumlah utang lancar
(current liabilities).
• Manajemen modal kerja mengelola harta lancar dan utang lancar
agar harta lancar selalu lebih besar daripada utang lancar.
• Manajemen modal kerja (working capital management)
merupakan manajemen dari elemen-elemen aktiva lancar dan
elemen hutang lancar.
• Tujuan modal kerja adalah mengelola aktiva lancar dan hutang
lancar sehingga diperoleh modal kerja netto yang layak dan
menjamin tingkat likuiditas perusahaan.
Klasifikasi Modal Kerja
1) Modal kerja kotor (gross working capital) adalah jumlah harta lancar
perusahaan. Modal kerja ini merupakan kekuatan “semu” karena
sebagian diperoleh dari utang jangka pendek, maka ia dapat dikatakan
sebagai modal kerja tradisional atau modal kerja kuantitatif.
2) Modal kerja bersih (net working capital) adalah harta lancar dikurangi
utang lancar. Modal kerja ini merupakan kekuatan intern untuk
menggerakan kegiatan bisnis, yaitu untuk membiayai kegiatan operasi
rutin dan untuk membayar semua utang yang jatuh tempo. Ia dapat
dikatakan sebagai modal kerja kualitatif.
3) Modal kerja fungsional yaitu fungsinya harta lancar dalam menghasilkan
pendapatan saat ini (current income) yang terdiri dari kas persediaan,
piutang sebesar harga pokok penjualan dan penyusunan.
4) Modal kerja potensial yang terdiri dari efek (surat berharga yaitu saham
dan obligasi yang mudah dipasarkan) dan besarnya keuntungan yang
termasuk dalam jumlah piutang.
Ilustrasi
Neraca PT XYZ
1.Perputaran(jangka pendek)
2. Fleksibilitas( tidak sekali dibeli , bisa dikurang atau ditambah)
3.Variabelitas (menyesuaikan)
4. Phisik
Konsep-konsep Modal Kerja
1. Konsep kuantitatip
Keseluruhan daripada aktiva lancar. Seperti kas, piutang dan persediaan.
Modal kerja dalam konsep ini disebut juga modal kerja bruto ( modal kerja
kotor) atau gross working capital.
2. Konsep kualitatip.
Menurut konsep kualitatif, modal kerja adalah sebagian dari aktiva lancar
yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya
perusahaan tanpa mengganggu likuiditas atau merupakan kelebihan
aktiva lancar diatas hutang lancar (Modal kerja netto/modal kerja bersih).
Karena menurut konsep ini hutang lancar telah dikeluarkan dari
perhitungan, sehingga modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar
dengan hutang lancarnya.
3. Konsep Fungsional
Konsep ini didasarkan pada pada fungsi dari dana dalam menghasilkan
pendapatan (income). Pendapatan disini diartikan pendapatan dalam satu
periode accounting/ sekarang atau current income bukan pada periode
pendapatan berikutnya (future income).
MODAL KERJA FUNGSIONAL
1. Working Capital
WC adalah semua modal kerja yang digunakan oleh perusahaan untuk membelanjai
aktiva yang sesuai dengan tujuan perusahaan/fungsi perusahaan.
AKTIVA LANCAR :
Kas Rp. 15.000.000
Efek Rp. 50.000.000
Piutang Dagang Rp. 75.000.000
Persediaan Barang Rp. 120.000.000 +
Total Aktiva Lancar Rp. 260.000.000.
AKTIVA TETAP:
Tanah Rp. 150.000.000
Bangunan dan Gedung Rp. 300.000.000
Mesin Rp. 250.000.000 +
Total Aktiva Tetap Rp., 700.000.000
CONTOH
KETERANGAN :
• Penyusutan setiap tahunnya :
- Bangunan dan Gedung Rp. 50.000.000
- Mesin-mesin Rp. 40.000.000
• Penjualan kredit dengan profit margin sebesar 30%.
Atas dasar tersebut di atas, dapat dihitung besarnya modal kerja menurut
konsep fungsional seperti yang dapat dilihat pada hal. 12
• Modal kerja (working Capital)
Kas Rp 15.000.000
PiutangDagang(70%) Rp 52.500.000
Persediaan Barang Rp 120.000.000
Penyusutan Bangunan & Gedung Rp. 50.000.000
Penyusutan Mesin Rp 40.000.000 +
Total Modal Kerja Rp 277.500.000.
• Masa perputaran modal kerja yakni sejak kas ditanamkan pada elemen-
elemen modal kerja hingga menjadi kas kerja lagi adalah kurang dari
satu tahun atau berjangka pendek.
• Masa perputaran modal kerja ini menunjukan tingkat efisiensi
penggunaan modal kerja,
• Semakin cepat masa perputaran modal kerja, semakin efisien
penggunaan modal kerja dan tentunya investasi pada modal kerja
semakin kecil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja
1. Volume penjualan
Semakin besar volume penjualan maka semakin besar pula modal kerja yang
digunakan dan sebaliknya.
2. Kebijakan penjualan kredit
Semakin pendek perusahaan menetapkan kebijakan pengumpulan piutang maka
modal kerja akan semakin besar karena uang (kas) cepat terkumpul dan
sebaliknya.
3. Pengaruh musim Terkait dengan produksi yang dipasarkan perusahaan
Perusahaan yang terkait dengan musim misalnya perusahaan es krim, jas hujan
dan pertanian dan kontraktor akan mempengaruhi modal kerja.
4. Kemajuan teknologi
Semakin maju teknologi yang digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi
barang maka semakin besar modal kerja yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan
karena perusahaan harus membeli mesin-mesin baru (pengeluaran kas besar)
tetapi dilain pihak perusahaan dapat menghemat waktu dan tenaga kerja untuk
memproduksi barang tersebut, disamping tentunya kemampuan perusahaan
menghasilkan produk semakin cepat dan ekonomis.
Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja
Sumber
Jk Pjg
Waktu
2) Kebijakan yang moderat, yaitu modal kerja dipenuhi 50% dengan utang
jangka pendek dan 50% dipenuhi dengan utang jangka panjang
• Pada kebijakan atau strategi pendanaan ini perusahaan membiayai
setiap aktiva dengan dana yang jangka waktunya kurang lebih sama
dengan jangka waktu perputaran aktiva tersebut. Artinya aktiva yang
bersifat permanen yakni aktiva tetap dan modal kerja permanen akan
didanai dengan sumber dana jangka panjang, dan aktiva yang bersifat
variabel atau modal kerja variabel akan didanai dengan sumber dana
jangka pendek.
• Kebijakan ini didasarkan atas prinsip matching principle yang
menyatakan bahwa jangka waktu sumber dana sebaiknya disesuaikan
dengan lamanya dana tersebut diperlukan.
• Bila dana yang diperlukan hanya untuk jangka pendek maka sebaiknya
didanai dengan sumber dana jangka pendek, demikian pula kalau dana
tersebut diperlukan untuk jangka panjang maka sebaiknya didanai
dengan sumber dana jangka panjang sehingga risiko yang dihadapi
hanyak berupa terjadinya penyimpangan aliran kas yang diharapkan.
• Oleh karena itu kesulitan yang dihadapi adalah memperkirakan jangka
waktu skedul arus kas bersih dan pembayaran hutang, yang selalu
terdapat unsur ketidakpastian. Dan pada kebijakan ini akan muncul
trade-off antara profitabilitas dan risiko.
• Semakin besar margin of safety yang ditentukan untuk menutup
penyimpangan arus kas bersih semakin aman bagi perusahaan, tetapi
harus menyediakan dana yang jangka waktunya melebihi kebutuhan
dana yang akan digunakan, akibatnya akan terjadi dana menganggur dan
hal ini akan menurunkan profitabilitas.
• Dengan kata lain bila risiko rendah akan mengakibatkan profitabilitas
juga rendah.
KEBIJAKSANAAN MODERAT
Fluktuasi
Aktiva lancar
Sumber Jk
pendek
Sumber Jk Pjg
Waktu
3) Kebijakan yang agresif, yaitu modal kerja dipenuhi dengan
seluruhnya dengan utang jangka pendek
Fluktuasi Aktiva
lancar
Sumber Jk
pendek
Sumber Jk Pjg
Waktu
CONTOH
• PT. ELANG SAKTI sedang mempelajari untuk rnenentukan tingkat aktiva lancar
yang optimal untuk tahun depan. Manajemen memperkirakan bahwa penjualan
akan meningkat
Rp 200.000.000,- karena ditawarkannya produk baru. Perusahaan ingin tetap
mempertahankan rasio utangnya 50% dan nilai aktiva tetap saat ini sebesar
Rp 80.000.000,-. Tingkat bunga baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang saat ini 12%. Manajer Keuangan PT. ELANG SAKTI menginginkan untuk
menganalisis tiga alternatif kebijaksanaan yakni:
1. Kebij'akan konservatif dengan tingkat aktiva lancar 60% dari penjualan
2. Kebijakan moderat dengan mempertahankan aktiva lancar sebesar 50%
dari penjualan.
3. Kebijakan agresif dengan tingkat aktiva lancar 40% dar penjualan.
Mana kebijakan yang sebaiknya diambil dengan ukuran return on equity untuk
ketiga alternatif tersebut dengan asumsi: EBIT sebesar 10% dari penjualan dan
pajak sebesar 25%.
JAWABAN
Dari hasil perhitungan, ternyata kebijakan agresif memberikan return on equity paling besar.
Namun demikian jumlah aktiva lancar yang rendah menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan
juga rendah, sehingga akan meningkatkan risiko ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendeknya.
PENENTUAN KEBUTUHAN MODAL KERJA
• Masalah yang cukup penting dalam pengelolaan modal kerja adalah
seberapa besar kebutuhan modal kerja suatu perusahaan.
• Untuk menentukan besarnya modal kerja, bisa digunakan beberapa
metode penentuan besarnya modal kerja, yaitu :
- Metode keterikatan dana
- Metode Perputaran modal kerja
Penjualan 24.000
Harga Pokok Penjualan 17.000 -
Laba Kotor 7.000
Biaya Operasi 2.500-
Laba operasi 4.500
Bunga 1.500-
Laba sebelum pajak 3.000
Pajak 900 -
Laba sesudah pajak 2.100
Hitung perputaran modal kerja !
Penjualan 24.000
Perputaran Kas 120 kali
rata - rata kas 200
Penjualan 24.000
Perputaran Piutang 30 kali
rata - rata piutang 800
Penjualan 24.000
Perputaran Penjualan 25 kali
rata - rata persediaan 960
Hitung periode terikatnya modal kerja !
Sehingga peride terikatnya semua elemen modal kerja adalah 29,4 hari
atau perputaran elemen modal kerja adalah sebesar 360/29,4 = 12,24
kali
• Apabila pada tahun 2008 diperkirakan akan mampu menjual sebanyak
Rp. 30.000.000.000 maka kebutuhan modal kerja adalah :
Rp. 30.000.000.000/12,24
= Rp. 2.450.000.000
Conclusion
• Modal kerja dalam hal ini adalah modal kerja bersih, berubah mengikuti
transaksi bisnis, khususnya tingkat penjualan.
• Manajemen pada umumnya mengambil kebijakan modal kerja agresif,
moderat, konservatif, tergantung keberaniannya mengambil resiko
bisnis.
• Kesalahan dalam mengelola modal kerja mengakibatkan hilangnya
kepercayaan internal dan eksternal.
• Kepercayaan internal adalah kepercayaan dari pegawai dan buruh, yang
disebabkan karena gaji dan upah tidak dibayar tepat waktu.
• Sedangkan kepercayaan eksternal adalah kepercayaan dari partner bisnis
khususnya kreditur, yang disebabkan karena utang yang jatuh tempo
tidak dibayar tepat waktu.
• Jika suatu perusahaan kehilangan dua kepercayaan tersebut dapat
dipastikan akan bangkrut.