Anda di halaman 1dari 37

KOMUNIKASI TERAPIUTK

Pengertian

Northouse : Komunikasi terapiutik adalah kemampuan atau ketrampilan perawat untuk membantu klien
beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhu
bungan dengan orang lain.

Stuart G.W : Komunikasi Terapiutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien,
dalam hubungan ini, perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam
rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.

Abdul Muhith : Komunikasi Terapiutik merupakan hubungan perawat dengan klien yang dirancang untuk
memfasilitasi tujuan theraphy dalam pencapaian tingkat kesembuhan yang optimal dan
efektif. Harapannya dengan adanya kegiatan komunikasi terapiutik, lama hari rawat klien
menjadi lebih pendek dan dipersingkat.

Terjadinya Komunikasi Terapiutk, apabila didahului dengan hubungan saling percaya antara
perawat dengan klien.
Dalam kontek Pelayanan keperawatan, klien harus percaya bahwa perawat mampu memberi-
memberikan pelayanan keperawatan dalam mengatasi keluhannya. Perawat harus benar
benar dipercaya,dan diandalkan atas kemampuan yang dimiliki dari aspek kapasitas dan
kapabilitasnya.
Perawat harus mampu memberikan jaminan atas kualitas pelayanan keperawatan, aga kliem
tidak ragu, cemas, pesimis dalam menjalani proses pelayanan keperawatan.
 TUJUAN KOMUNIKASI TERAPIUTIK

 REALISASI DIRI,PENERIMAAN DIRI,DAN PENINGKATAN PENGHORMATAN DIRI


Melalui Komunikasi Terapiutik, diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien
yang tadinya tidak bisa menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah
berkomunikasi terapiutik dengan perawat, akan mampu menerima dirinya.

 IDENTITAS PRIBADI YANG JELAS DAN MENINGKATKAN INTEGRITAS PRIBADI

Komunikasi Terapeutik adalah hubungan antara Perawat dengan klien,Bukan


dalam arti hubungan pribadi. Dengan komunikasi terapiutik yang baik akan
mendorong keduanya saling memahami,menghargai dan mengetahui keperluan
masing masing. Perawat berusaha membantu meningkatkan harga diri dan
martabat klien, dan klien mengakui dan menghargai perawat sebagai pemberi
pelayanan keperawatan tanpa memandang sebelah mata atau meremehkan
kemampuannya
 TIGA FAKTOR DASAR DALAM MENGEMBANGKAN HUBUNGAN YANG
SALING MEMBANTU ( Konsep Carl Roger 2006)
( Helping Relationship)

1. Genuineness (keihlasan). Ikhlas menurut Dani.K(2002) merupakan ketulusan


hati atau dengan hati yang bersih dan jujur. Perawat melakukan pekerjaan tanpa
ada motif tertentu, apa yang dilakukan perawat hanya memiliki satu tujuan yaitu
memberikan pelayanan terbaik dalam rangka mempercepat kesembuhan.
Ketulusan dan perhatian yang tinggi akan mengurangi kecemasan.

2. Emphati (Empati). Merupakan sikap seseorang untuk memahami dan mengerti


perasaan orang lain tanpa ikut larut kedalam emosi orang tersebut. Seseorang
harus mampu membentengi emosinya agar tidak ikut larut oleh emosinya.Hal
itulah yang membedaakan antara emphati dan simpati.

3. Warmth (kehangatan). Merupakan kesan verbal dan non verbal yang ditunjukan
oleh seseorang dalam memberikan dukungan sosial pada orang yang sedang
berduka atau kehilangan, untuk mempertahankan dan menguatkan pertahanan
egonya.
 KARAAKTERISTIK PERAWAT YANG MEMFASILITSI TUMBUHNYA
HUBUNGAN TERAPIUTIK. ( SURYANI 2006)

1. Kejujuran : Seorang perawat yang baik adalah yang selalu berkata jujur pada
kliennya.Sikap yang tidak jujur dari perawat bisa menyebabkan klien menarik
diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau juga bisa berpura pura patuh.
Sebagai contoh: perawat harus menerangkan dengan jujur tentang
perkembangan penyakitnya, prosedur pemeriksaan sebelum dilakukan tindakan.

2. Tidak membingunkan dan cukup Ekspresif. Dalam berkomunikasi


dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata kata yang mudah
dimengerti oleh klien dan tidak berbelit belit. Nonverbal perawat harus sesuai
denga verbalnya. Ketidaksesuaian Verbal dan nonverbal perawat akan
menimnulkan kebingungan bagi klien. Misalnya : Ketika perawat mengatakan “
saya mengerti perasaan anda(nama pesien disebutkan)nonverbal perawat
harus matap mata pasien, dengan tatapan penuh perhatian,dan badan sedikit
membungkuk kearah klien.
3. Bersikap Positif. Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan klien baik
lewat nonverbal maupun verbal.Ini sangat penting dalam membina hubungan
saling percaya dalam membuat rencana tindakan bersama klien.Bersikap positif
bisa ditunjukan dengan sikap yang hangat, penuh perhatian dan penghargaan

terhadap klien . Sikap yang negatif terhadap klien seperti meremehkan, berbicara
sambil melakukan tindakan lain atau menilai sikap klien dapaat merusak hubungan
terapiutik perawat-klien. Rusaknya hubungan terapiutik bisa menghambat tujuan
yang ingin dicapai.

4. Empati Bukan Simpati : Dengan sikap empati perawat akan mampu


merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan klien.

5. Mampu Melihat Permasalahan dari kaca mata klien. Perawat harus


berorientasi pada klien. Karena itu untuk memecahkan masalah klien, perawat
harus mampu melihat permasalahan tersebut dari sudut pandang klien.Untuk itu
perawat dituntut untuk memiliki kemampuan Active Listening dan kesabaran dalam
mendengarkan semua ungkapan klien.
6. Menerima klien apa adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan
merasa aman dalam menjalin hubungan interpersonal.Menilai klien atau mengkritik
klien berdasarkan nilai nilai yang diyakini perawat, menunjukan bahwa perawat tidak
menerima klien apa adanya. Contoh : “ Kok Gitu Aja Nangis “ atau “ Masa kamu gitu
sih “. Seorang perawat yang baik tidak akan memandang hina pada pasien dan
keluarganya yang datang kerumah sakit dengan pakaian yang kumal dan kotor.
7. Sensitif Terhadap Perasaan klien.Sebagai seorang Konselor perawat harus sensitif
terhadap perasaan klien. Karena tanpa memiliki kemampuan ini, pada saat
komunikasi dengan klien bisa saja perawat menyinggung perasaan atau melukai
perasaan klien.

8. Tidak Mudah Terpengaruh Oleh Masa lalu klien ataupun dari perawat
sendiri. Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi pada
masa lalu tidak akan mampu berbuat yang terbaik dihari ini. Seorang perawat harus
mampu membimbing klien untuk melupakan kejadian yang menyakitkan dimasa lalu
dan menguatkan nya agar dalam menghadapi masalah yang dihadapi saat ini.
TERIMA KASIH
TEKNIK KOMUNIKASI TERAPIUTIK
1. Mendengarkan dengan penuh Perhatian.
a. Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan no-verbal bahwa
perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian, merupakan upaya untuk mengerti
seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan.
c. Ketrampilan mendengarkan penuh perhatian adalah dengan pandang klien
ketika sedang bicara.
d. Pertahankan kontak yangmemancarkan keinginan untuk mendengarkan.
e. Sikap tubuh yang menunjukan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau
tangan.
f. Hindarkan gerakan yang tidak perlu
g. Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan
umpan balik.
h. Condongkan tubuh kearah lawan bicara, bila perlu duduk atau minimal sejajar
dengan klien.
i. Meninggalkan emosi dan perasaan perasaan kita dengan cara menyisihkan
perhatian,ketakutan atau masalah yang sedang kita hadapi.
j. Mendengarkan dan memperhatikan intonasi kata yang diucapkan untuk menggambarkan
sesuatu yang berlebihan.
k. Memerhatikan dan mendengarkan apa yang tidak terucap oleh klien yang
menggambarkan sesuatu yang sulit dan menyakitkan klien.
2. Menunjukan penerimaan.
Penerimaan adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang
menunjukan ketertarikan dan tidak menilai.
Semua perilaku dan keluhan yang disampaikan oleh klien, merupakan masukan yang
berharga bagi perawat, walaupun kadang apa yang disampaikan tidak sesuai dengan
penyakit yang diderita atau tanda dan gejala masalah yang dihadapi klien. Perawat tdk perlu
menampakan penolakan atau keraguan terhadap apa yang disampaikan klien. Semua ide dan
perasaan ditampung, selanjutnya perlu verifikasi dan validasi.Sehingga didapati kesimpulan
dalam menegakan diagnosis keperawatan. Unsur yang harus dihindari adalah ; mengubah
pikiran klien,menilai, berdebat apalagi mengkritik. Sikap Perawat yang menunjukan
penerimaan adalah : Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan, Membeirikan umpan
baik,Menghindarkan debat, mengespresikan keraguan, Menghindar kan mengubah pikiran
klien.
3. Menanyakan Dengan Pertanyaan Terbkuka

Pertanyaan terbuka memberikan peluang maupun kesempatan klien untuk


menyusun dan mengorganir pikiran dalam mengungkapkan keluhan sesuai dengan
apa yang dirasakan. Jawaban pertanyaan terbuka tidak mengesankan Yes Or No,
akan tetapi memberikan peluang bagi klien untuk mengekpresikan keluhannya tanpa
ada tekanan dari luar, sehingga data yang diperoleh merupakan data Terapiutik,
yang dapat dipakai sebagai acuan asuhan keperawatan.

4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata kata sendiri.

Pengulangan pikiran utama dimaksudkan untuk memberikan penguatan dan


memperjelas pada pokok bahasan atau isi pesan yang telah disampaikan klien
sebagi umpan balik, sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan
diperhatikan serta mengharapkan komunikasi bisa berlanjut.

Contoh , K: Saya tdk dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga “.

P: Saudara mengalami kesulitan untuk tidur…


5.Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman , perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk
mengklarifikasikan dengan menyamakan pengertian,maksud dan ruang lingkup
pembicaraan. Klarifikasi menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak
jelas.Klarifikasi sebagai upaya untuk mendapatkan persamaan persepsi antara klien dan
perawat tentang perasaan yang dihadapi. Klarifikasi identik dengan validasi, yaitu
menanyakan terhadap apa yang belum dimengerti agar pesan yang disampaikan
menjadi lebih jelas.
6. Memfokus
Membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifk dan dimengerti.tidak melebar
dengan prinsip bekerja sampai tuntas. Pesan yang disampaikan bersifat konsisten dan
berkesinambungan dan tidak menyimpag dari topik dan tujuan komunikasi yang telah
ditetapkan.
7. Menyampaikan Hasil Observasi
Sabagai umpan balik, perawat menyampaikan hasil pengamatannya kepada
klien.Menyampaikan hasil observasi, diharapkan agar klien menyadari atas perilaku
yang merusak maupun perilaku yang tidak produktif. Penyampaian Observasi bukan
menilai, tapi semata mata agar perilaklunya disadari, tentunya memperhatiakan
perasaan dan konsep dirinya.
8. Menawarkan Informasi.

Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi


klien,menambah rasa percaya klien terhadap perawat, karena perawat terkesan
menguasai masalah yang dihadapi klien. Perawat harus menguasai ilmu
pengetahuan tentang masalah yang dihadapi klien, sebagai bekal dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Perawat tidak boleh memberikan nasehat
kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitas klien untuk membuat
keputusan.

9. Diam

Dian dengan tujuan menunggu respon klien untuk mengungkapkan perasaannya.


Teknik komunikasi ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengorganisir
dan menyusun pikiran ataua ide sebelum diungkapkan kepada perawat. Diam
memerlukan ketrampilan dan ketepatan waktu, jika tidak aka menimbulkan perasaan
tidak enak.Diam tidak bisa dilakukan dalam waktu yang lama. Diam sangat berbeda
dengan mendiamkan.
10. Meringkas
Meringkas adalah mengidentifikasi poin poin penting selama diskusi atau
pembicaraan.sehingga didalamnya sekaligus ada proses klarifikasi atas ide dalam
pikirannya. Meringkas diartikan sebagai proses Abstraksi dimana terdapat
kesimpulan atas diskusi maupun pembicaraan yang telah dilakukan, sehingga ada
kesamaan ide dalam apemikiran
Contoh: Selama beberapa jam , anda dan saya telah membicarakan ……..
11. Memberikan Penghargaan
Pemberian penghargaan dengan tujuan meningkatkan motifasi kepada klien untuk
berbuat lebih baik lagi. Penghargaan dalam pelayanan keperawatan tdak berbentuk
materiil, akan tetapi berbentuk dorongan psikologi atau inmaterilal untuk memacu
lebih baik lagi. Perawat mengatakan apabila klien mencapai sesuatu yang nyata.
Salam merupakan bagian dari pemberian penghargaan.
Contoh : “ Selamat pagi Ibu Sri” atau Assalamualaekum
“ Saya memperhatikan ibu sudah menyisir rambut ibu “
“ Saya hari ini tanpak senang sekali melihat ibu sudah mulai latihan gerak.
12. Memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.

Memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan, dengan


maksud untuk menghilangkan keraguan dan ketidakpastian klien tentang
peranannya dalam berinteraksi contoh :
“ Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan”
“ Adakah yang sedang saudara pikirkan”
13. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan.
Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan pembicaraan yang
mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan
dan tertarik dengan apa yang yang akan dibicarakan selanjutnya. Contoh : *
Teruskan ….., Dan Kemudian ….., Ceritakan kepada saya tentang itu ……
14. Menempatkan Kejadian secara teratur. Contohnya : “ Apakah yang terjadi
sebelum dan sesudahnya” , “ Kapan kejadian tersebut terjadi “
15. Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya. Contoh : “ Ceritakan
kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan dioperasi “, “ Apa yang
sedang anda pikirkan.”.
16. Refleksi. Menurut Stuart dan Sundeen (1995), Teknik refleksi digunakan untuk
mengembalikan ide, perasaan dan pernyataan kepada klien.
Apabila koien bertanyab apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan,
maka perawat dapat menjawab, “ Bagaimana menurutmu ? Atau bagaimana
perasaanmu ?. Dengan demikian maka klien akan berusaha untuk menilai apa
yang sedang ia p
 Perbedaan Komunikasi Terapeutik dan Komunikasi Sosial

1. Komunikasi Terapeutik
a) Terjadi antara perawat dengan pasien atau anggota keluarga tim
kesehatan lainnya
b) Komunikasi ini umumnya lebih akrab karena mempunyai tujuan,
berfokus kepada pasien yang membutuhkan bantuan
c) Perawat secara aktif mendengarkan dan memberi respon kepada
pasien dengan cara menunjukkan sikap mau menerima dan mau
memahami sehingga dapat mendorong pasien untuk berbicara
secara terbuka tentang dirinya, selain membantu pasien untuk
melihat dan memperhatikan apa yang tidak disadari sebelumnya.

2. Komunikasi Sosial
a) Terjadi setiap hari antar orang perorang baik dalam pergaulan
maupun lingkungan kerja
b) Komunikasi bersifat dangkal karena tidak mempunyai tujuan
c) Lebih banyak terjadi dalam pekerjaan, aktifitas social dll
d) Dapat direncanakan tapi dapat juga tidak direncanakan
 Faktor Faktor Penghambat Dalam Proses Komunikasi
Terapeutik
 Suryani (2005) bahwa terdapat lima jenis hambatan dalam komunikasi terapeutik, yaitu:
1. Resisten
Upaya klien untuk tetap tidak menyadari atau mengakui penyebab kecemasan dalam
dirinya dalam rangka melawan atau menyangkal ungkapan perasaan . Beberapa Resisten
menurut Stuart G.W.(1998) :
 Supresi : Klien mencoba untuk menekan perasaannya terhadap masalah yang
dihadapi . Hal ini bisa terjadi karena klien belum pecaya perawat.
 Pesiminis terhadap masa datang.
 Adanya hambatan intelaktual yang dapat diidentifikasi dari ucapan atau perilaku “
Pikiran saya kosong” saya tidak tau harus bagaimana. Klien pelupa, diam seribu
bahasa,mengantuk terus,tidak perhatian.
 Berperilaku tidak wajar ; Membuang makanan didepan perawat Dll.
 Menolak untuk berubah
 Berbicara hakl hal yang bersifat dangkal.
2. Transferens
Merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap perawat yang
sebetulnya berawal dan berhubungan dengan orang tertentu yang bermakna baginya pada
waktu dia masih kecil. Trasnferens bisa membuat klien sangaat bergantung pada perawat,
atau bisa juga membuat klien sangat benci pada perawat.
3. Kontertransferens.
Biasanya timbul dalam bentuk respons emosional. Hambatan terapeutik ini berasal
darai perawat yang dibangkitkan atau dipancing oleh sikap klien. Menurut Thomas
M.D (1991) Perawat harus menganalisis diri jika beberapa hal berikut terjadi pada saat
merawat klien : Benci dan Marah berlebihan, Tidak mampu berempati ,Cemas dan
merasa bersalah yang muncul berulang ulang, Berdebat dengan klien atau memaksa
klien sebelum klien siap.

4. Pelanggaran Batas . Perawat perlu membatasi hubungannya dengan klien. Batasan


hubungan perawat –klien adalah hubungan terapiutik, dalam hubungan ini perawat
berperan sebagai penolong dan klien berperan sebagai yang ditolong.

5. Pemberian Hadiah.

Pemberian hadiah terhadap perawat tidak dibenarkan ,bila hadiah tersebut dikaitkan
dengan upaya pelayanan keperawatan.
MEMAHAMI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN
DALAM KOMUNIKASI TERAPIUTIK
MENGETAHUI DIRI SENDIRI MELALUI KESADARAN DIRI

 Sebelum menilai orang lain, akan lebih baik jika kita menengok diri kita
sendiri, seperti apa diri kita ?, baik sebagai perawat maupun sebagai diri
sendiri.

 Sebelum berhubungan dengan orang lain, perawat perlu analis diri sendiri,
sehingga bisa beradaptasi dengan lingkungan.

 (Suryani, 2006), Kesadaran diri bisa diartikan sebagai kemampuan


seseorang untuk memahami diri sendiri baik perilaku, perasaan maupun
pikiran.

 (Nurjannah, 2001), Kesadaran diri dan perkembangan diri perawat perlu


ditingkatkan agar pengguanaan diri secara terapiutik menjadi lebih efektif.

 Sebagai bentuk Introspeksi dan analisi diri sebelum melakukan kontak


dengan klien, maka perlu menanyakan pada diri sendiri tentang : “ Siapakah
Saya “, “Perawat seperti apakah saya”, “ “ Apakah yang akan saya lakukan
kepada klien saya” , dan lain lain
MENINGKATKAN KESADARAN DENGAN MODEL KEPERAWATAN
HOLISTIK MENURUT STUART & SUNDEN (1995)

Ada Empat komonen yang dapat meningkatkan kesadaran diri yaitu :


Komponen : Komponen Psikologi, Fisik, Lingkungan, dan Filosofi.

 Komoponen Psikologi, memandang diri sendiri dari aspek emosi, motifasi,


konsep diri dan kepribadian diri sendiri.

 Komponen Fisik: Memandang diri kita dari aspek gambaran diri kita yang
sebenarnya, potensi fisik,dan sensasi tubuh.

 Komponen Lingkungan : berorientasi pada lingkungan


sosiokultural,hubungan dengan orang lain, pengetahuan tentang
hubungan antara manusia dengan alam.

 Komponen filosifis : melihat dari arti hidup seseorang.


TEORI TENTANG MODEL KESADARAN DIRI
Model Kesadara diri “ JOHARI WINDOW”. Model ini memjelaskan
sebuah kaca jendela yang terdiri dari empat bagian , Yaitu : Open Area,
Blind Area, Hiddean Area, dan Unknown Area.
1. Open Area *( wilayah terbuka ), Pada wilayah ini, kelebihan dan
kekurangan kita perihal perilaku, perasaan dan pikiran kita, selain
kita yang mengetahui orang lain pun juga mengetahui. Adanya
hubungan saling percaya yang membuat hubungan terapiutik
menjadi lebih efektif.
2. Blind Area( Wilayah Buta), Perilaku ,perasaan dan pikiran
seseorang diketahui orang lain, sedangkan diri sendiri tidak dapat
mengetahuinya.( Gajah dipelupuk mata tidak tanpak,sedangkan
semut diseberang lautan tanpak): Hal ini mengindikasikan bahwa
seseorang tidak mau mengakui kelemahannya dan bahkan tidak
jarang menyangkal. Apa yang diperbuat walaupun merugikan
orang lain, seakan akan dia tidak tau dan tidak mau tau. Perawat
bertindak semaunya sendiri dengan klien seperti ; membentak,
memarahi, bentindak kasar dan meremehkan klien. Perawat tidak
melihat bahwa dia memarahi siapa, meremehkan siapa,
membentak siapa, dan bertindak kasar kepada siapa.
3. Hidden Area ( Wilayah Tersembunyai), Mengidentifikasi bahwa semua perasaan,
pikiran dan perilaku seseorang hanya diketahui oleh diri sendiri,sedangkan orang
lain tidak mengetahui. Menurut Cangara .H (2004), adanya Hidden Area tersebut
ada kaitan dengan dua konsep yang bertok Belakang, Yaitu : Over Disclos dan
Under Disclos. Over Disclos merupaka sikap terlalu banyak mengungkapkan
sesuatu sehingga hal yang seharusnya disembunyikan juga diutarakan. Sedangka
Under Disclos: merupakan sikap yang terlalu menyembunyikan sesuatu yang
seharusnya dikemukakan.
Klien yang memeliki wilayah ini sangat menyulitkan perawat dalam data yang
akurat. Ketrampilan perawat dalam berkomunikasi sangat diperlukan untuk
mendapatkan data yang akurat.

4. Unknown Area( wilayah tidak dikenal), Menurut Cangara.H (2004) Wilayah tidak
dikenal ini merupakan wilayah yang sangat kritis dalam berkomunikasi. Hal ini
dikarenakan, selain kita tidak mengenal diri kita sendiri, orang lain pun juga tidak
mengenal kita.

Pada orang dengan gangguan jiwa sering kali dia tidak tahu dan tidak menyadari
bertindak seperti apa dan orang lain pun tidak tahu apa kemauannya dia.
Sikap perawat adalah mencoba untuk mengetahui mengetahui jalan,bentuk dan isi
pikiran dar orang tersebut, sehingga perawat berusaha untuk mengembalikan
keadaan kondisi yang realistis tanpa menentang keyakinan atau perasaannya.
1 2
DIKETAHUI OLEH DIRI HANYA DIKETAHUI OLEH
SENDIRI DAN ORANG LAIN ORANG LAIN
3 4
HANYA DIKETAHUI OLEH DIRI TIDAK DIKETAHUI OLEH SIAPA
SENDIRI PUN

Ada tiga Prinsip yang dapat diambil dari Johari Window, Yaitu :
1) Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain.
2) Jika kuadran 1 yang paling kecil, berarti komunikasinya buruk atau kesadaran
dirinya kurang.
3) Kuadran 1 paling besar pada individu yang mempunyai kesadaran yang tinggi.

KESADARAN DIRI DAPAT DITINGKATKAN DENGAN 3 CARA YAITU :


1) Mempelajari Diri Sendir : Proses Eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran,perasaan,
perilaku, pengalaman yang menyenangkan, hubungan interpersonal.
2) Belajar dari Orang Lain : Kesediaan keterbukaan menerima umpan balik dari orang
akan meningkatkan pengetahuan tentang diri sendiri.
3) Membuka Diri : Diperlukan teman yang dipercaya untuk menceritakan hal hal
yang merupakan rahasia
ICEBERG MODEL OF HUMAN PERSONALITY
Model ini menekankan adanya sifat yang berlawanan. Sifat yang berlawanan justru
hanya sedikit yang ditampilkan yaitu perasaan yang baik,sedangkan perasaan yang
tidak baik banyak yang disembunyikan. Ini terjadi pada komunikasi antar pribadi
,dimana yang dikomunikasikan kepada orang adalah yang baik baik saja,walaupun
ditemukan banyak kekurangan pada orang tersebut. Dengan demikian seseorang
harus sering sering menllai dirinya sendiri karena yang dibicarakan dalam suatu
percakapan hanyalah yang baik baik saja.
Dalam model ini sifat sifat kurang baik
lebih banyak dari sifat sifat yang
baik.Namun yang baik saja yang
Cinta ditampakan,sedangkan yang kurang baik
peduli disembunyikan.
Perawat harus mampu menggali dan
memahami sifat sifat yang kurang baik
dalam dirinya.Sehingga dapat menerima
Tidak Peduli perilaku klien yang tidak baik dan
anggap hal itu adalah normal.
Ketika ada rasa pesimis dari klien karena
Beci pesimis penyakit tak sembuh,perawat mampu
menyadarinya,dengan kesadaran yang
tinggi akan dengan mudah mengubah
sikap dan pendirian yang salah dari
klientersebut kearah yang lebih baik.
MODEL KESADARAN DIRI KONSEP WEAVER

Konsep ini menekankan kesadaran diri untuk menanggulangi agar seseorang tidak
jatuh pada kondisi frustrasi melalui pengukuran potensi yang dimiliki dengan
keinginan yang diharapkan.
Kesadaran diri seseorang yang mampu menyeimbangkan antara keinginan daran
harapan, yang harus diukur dengan kemampuan yang ada dan dituangkan dalam
keinginan yang realitis.
Konsep Weaver, mendifinisikan kesadaran diri terdiri dari empat Fase :
1. Self Awareness : Proses penyadaran diri tentang siapa aku, dimana aku berada,
dan bagaimana orang memandang diriku.

2. Self Acceptance : Seseoarng menyadari dirinya,maka apa yang terjadi akan


diterima sebagai kenyataan.

3. Self Actualizations ; Seseorang yang dengan menerima kenyataan daan dapat


mengembangkan dirinya.

4. Seseoarng akan frustrasi ketika ia memiliki keinginan yang besar, sementara


potensi yang dimiliki untuk mewujudkannya tidak menunjang.
• A

Aspirasi (ideal)
Wilayah Frustrasi
B

Kenyataan (realita)

Dari gambar diatas dijelaskan bahwa : Bila gari B (kenyataan)bergerak mendekati gari
A, maka selisih antara kedua garis itu adalah wilayah kefrustrasian. Dengan demikian,
jika garis B mendekati A , berati daerah luang kefrustrasian makin mengecil. Sebaliknya
bila garis A dan B cenderung berjauhan,maka tingkat kefrustrasian cenderung makin
besar, sebab aspirasi tidak ditunjang dengan kenyataan yang ada.
KALau kita berkeinginan untuk maju, maka akeinginan itu perlu diungkapkan atau
dikomunikasikan,secara terang terangan atau terselubung, agar orang lain mengetahui.
Dalam konsep Weaver, Seseorang dianjrkan mengembangkan diri, dalam menentukan
harapannya sesuai harapannya sesuai kemampuan yang dimilikinya derngan
menentukan keinginan yang realistis sesuai kemampuan yang dimiliki dan diungkapkan
melalui komunikasi yang asertif agar apa yang diinginkan , orang lain tahu dan
memfasilitasi keinginan tersebut.
TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. TAHAP PRA INTERAKSI.
Tahap ini disebut tahap apersepsi. Dimana perawat menggali kemampuan yang
dimiliki sebelum kontak/berhubungan dengan klien, termasuk kondisi
kecemasan yang dimenyelumuti diri perawat.
Pada tahap Pra Interaksi ada dua unsur yang perlu disiapkan yaitu; UNSUR
DIRI SENDIRI DAN UNSUR KLIEN.
Hal yang perlu dipelajari dari diri sendiri antara lain :
a. Pengetahuan yang dimiliki terkait dengan penyakit dan masalah
klien.ini menjadai bekal perawat dalam berinteraksi dengan klien. Bila
belum menguasai perawat perlu belajar ,diskusi dengan teman sejawat ,
atau dengan yang lain, sehingga ketika perawat hadir secara fisik
dihadapan klien, perawat sudah siap berinteraksi. Penguasaan materi yang
akan diskusikan adalah mutlak harus dikuasai.

b. Kecemasan dan kekalutan diri. Kecemasan yang dialami perawat, akan


mengakibatkan perawat tidak mampu mendengarkan keluhan yang
diutarakan klien dengan baik.Perasaan perasaan negatif yang sering timbul
saat akan berkomunikasai dengan klien antara lain : ditolak klien,ragu akan
kemampuan yang dimiliki, ragu akan menanggapi klien,tidak terbangunnya
hubungan rasa percaya, dan kesulitan untuk memulai pembicaraan.
Perawat harus mamapu mengatasi semua penyebab kecemasan, dengan
mempersiapkan diri dengan baik.
c. Analisis Kekuatan Diri.
Dalam diri terdapat kelebihan dan kekurangan. Perawat perlu menganalisis
kelemahanya dan menggunakan kekuatannya untuk berinteraksi dengan
klien. Analisis kelemahan dalam rangka mencari solusi terbaik saat sebelum
berinteraksi klien.Kesadaran untuk mengakui kelemahan menumbuhkan
minat untuk mencari alternatif dalam mengatasi permasalahannya sendiri.

d. Waktu Pertemuan dan Durasi Waktu Pertemuan.


Perawat perlu menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan
pertemuan atau berkomunikasi dengan klien.Perawat harus tahu kebiasaan
dan jadwal intirahat klien.

Lama pertemuan perlu juga dipertimbangkan, agar klien tidak jenuh dalam
diskusi, biasanya lama diskusi 20 – 30 menit, kecuali dengan tindakan
keperawatan..
Hal Hal yang Perlu Dipelajari Dari Unsur Klien.
Sikap yang cenderung defensif dan menarik diri(isolasi sosial),
menjadikan klien menutup diri sehingga perawat kekurngan informasi
dan kesulitan dalam rangka menjalankan tindakan keperawatan, karena
klien tidak kooperatif. Hal ini karena dipicu adanya kekecewaan
penyakitnya yang diderita, putus asa, kehilangan gairah hidup.
Teknik komunikasi terhadap pasien seperti ini adalah dengan
menggunakan teknik komunikasi “ Presenting Reality” yaitu
menghadirkann kondisi realita yang telah dilakukan klien. Contoh : Saya
lihat anda tanpak gelisa, Apa yang membuat anda tanpak tidak tenang ?.
a. Adat Istiadat.
Kebiasaan yang dibawah dari rumah, terkadang mempengaruhi proses
hubungan klien dengan perawat. Namun demikina perlu diakomudir
tanpa mengurangi prinsi pelayanan , Termasuk bahasa yang terkadang
terjadi kesalahan persepsi sehingga mengganngu proses komunikasi.
b. Tingkat Pengetahuan.
Pengetahuan tentang penyakit yang diderita akan sangat membantu
klien dalam penerimaan dirinya.Klien akan lebih koperatif dan asertif
serta berperilaku yang konstruktif dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan.
2. Tahap Perkenalan.
Kegiatan yang dilakukan pada Tahap ini adalah :
a. Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga, bahwa saat ini
yang menjadi perawat adalah dirinya.dalam arti perawat telah siap sedia
untuk memberikan pelayanan kepada klien. Tujuan memperkenalkan diri
adalah untuk menghindari kecurigaan klien dan keluarga terhadap
petugas yang merawat,memecahkan kebuntuan hubungan yang
terapiutik, serta membangun hubungan saling percaya.
b. Perawat bersikap terbuka terhadap klien, untuk mendorong klien
membuka diri.
c. Tahap ini, tidak hanya perawat dan klien mengetahui identitas saja, tapi
lebih dari itu, klien menerima perawat tanpa syarat dan mempercayakan
sepenuhnya kepada perawat dalam upaya penyembuhan penyakit atau
mengurangi keluhan yang dirasakan.
d. Tugas perawat pada tahap ini adalah membina hubungan saling percaya
dengan menunjukan penerimaan dan komunikasi terbuka.
e. Untuk mempertahankan hubungan saling percaya, maka perawat harus
terbuka, jujur,ihlas, menerima klien apa adanya, menempati janji dan
menghargai klien.
f. Perawat membuat suasana tidak terlalu formal, sehingga suasana tidak
terkesan tegang dan tidak bersifat interogasi. Lingkungan yang kondusif
membantu klien utk berpikir jernih, terbuka dan objektif.
3. Tahap Orientasi
Yang dilakukan oleh perawat pada tahap ini adalah :
a. Perawat menggali keluhan keluhan yang dirasakan oleh klien dan validasi
dengan tanda dan gejala yang lain untuk memperkuat perumusan
diagnosis keperawatan.
b. Memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat dengan
keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi tindakan yang lalu.
c. Perawat dengan cermat dan teliti mengamati keluahan pasien, dan
menyimak data melalui studi dokumentasi yang telah ada, observasi,
wawancara maupun dari pemeriksaan fisik.
d. Setelah diperoleh data yang lengkap, perawat menyusun rencana
tindakan keperawatan serta implementasi yang akan dikerjakan pada
fase/tahap kerja.
e. Perawat diharapkan meampu menstimulasi klien dan keluarga untuk
mengungkapkan keluhan yang dirasakan secara lengkap dan sistimatis
serta objektif.
f. Pada tahap ini perawat dituntut mempnyai kepekaan dan tingkat analisi
tinggi terhadap perubahan yaang terjadi dan respon verbal maupun non
verbal.
g. Teknik komunikasi yang sering digunakan pada tahap ini adalah adalah
Validasi,Konfrontasi dan presenting reality.
h. Perawat membuat kesimpulan untuk menjembatani pada tahap kerja
i. Perawat membuat kontrak kerja dengan klien, isinya meliputi : 1. Waktu
dan tempat. Diputuskan bersama dan mendapat persetujuan bersama.
Maksud dari kontrak kerja ini adalah untuk menggambarkan konsistensi
dari perawat dalam melaksanakan perawatan. Dan saling mengingatkan
apabila salah satu pihak lupa.

2. Selain itu klien harus mengeluarkan pikiran dan perasaan, terutama


tingkat kecemasan akibat masalah yang mengganggu dalam
pikirannya. 3. Selanjutnya menetapkan tujuan yang akan dicapai,
karena dengan menetapkan tujuan akan memberikan spirit bagi klien
untuk selalu kooperatif dan berkomitmen dalam berinteraksi.

j. Perawat dituntut untuk menguasai bidang ilmu , teknik komunikasi,


strategi komunikasi dan mampu memotifasi klien untuk menceritakan
keluhannya.
4. Tahap Kerja
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah dibuat pada tahap
orientasi.
b. Perawat menolong kkien utnuk mengatasi cemas, meningkatkan kemandirian
dan tanggung jawab terhadap diri.
c. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan ,perawat harus berupaya untuk
menyamakan pikiran , persepsi dan meyakinkan klien untuk menghilangkan
kecemasan dan kemandirian Dalam rangka upaya proses penyembuhan.
d. Perawat menjelaskan kepada klien bahwa proses penyembuhan bukan
merupakan tangguang jawab pribadi perawat , akan tetapi merupakan
tanggung bersama perawat dan klien. Oleh karena itu kemandirian klien
sangat dibutuhkan dalam proses penyembuhan.
e. Pada tahap ini perawat dituntut Profesional skill untuk mengurangi sikap
defensif dan isolasi sosial dari klein. Kegagalan pada tahap ini kerja akan
berdampak pada tujuan akhir yang ingin dicapai.
5. Tahap Terminasi.
 Tahap terminasi merupakan tahap mengahiri pertemuan dalam
menjalankan tindakan keperarawatan.
 Terminasi dilakukan agar klien menyadari bahwa ada pertemuan ada pula
perpisahan, dimana hubungan yang dibangun sebatas hubungan perawat
dan klien. Menghindari hubungan pribadi yang merupakan pelanggaran
kode etik.
 Kegiatan yang dilakukan adalah mengevaluasi seputar hasil kegiatan yang
telah dilakukan sebagai dasar untuk tindak lanjut yang akan datang.
 Tahapan terminasi ada du macam, yaitu : TERMINASI SEMENTARA
:dilakukan bila perawat mengakhiri tindakan keperawatan, masa tugas
berakhir atau pengoporan tugas dengan teman sejawat dalam rangka untuk
peralihan tugas. TERMINASI AKHIR : Dilakukan bila klien akan
meninggalkan Rumah sakit karena sembuh, atau pindah Rumah Sakit lain,
dengan memberikan pesan pesan pokok yang perlu dilakukan oleh klien
untuk ditindak lanjuti dirumah atau ditempat yang lain.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap Terminasi . Antara lain :
1) Evaluasi Subjektif, Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
mengevaluasi suasana hati setelah terjadi interaksi dengan klien. Ini penting
agar perawat tahu kondisi psikologi klien dalam rangka menghindari sikap
defensif maupun menarik diri dari klien.
2) Evaluasi Objektif : kegiatan yang dilakukan utnuk mengevaluasi respon
objektif terhadap hasil yang diharapkan,apakah ada kemajuan atau tidak.
Evaluasi ini perawat cukup berpedoman pada Nursing Outcome
Clasification dari tujuan yang ingin dicapai. Evaluasi ini untuk mengukur
pencapaian tindakah keperawatan yang dilakukan. Contoh : Bagaimana
Nyeri yang dirasakan ibu kemarin, apakah ada perubahan ?
3) Tindak Lanjut. Kegiatan ini dilakukan dengan menyampaikan pada klien
mengenai lanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan.Bila perlu
disampaikan berulang sampai klien mengerti. Pada terminasi
sementara, tindak lanjut biasanya disampaikan tanpa ditulis, cukup
dipesan saja. Sedangkan Terminasi Akhir harus dicatat dan terkonsep
dalam rencana perawatan. Conto Terminasi sementara : “ Bu Infusnya
sudah terpasang, tolong lokasi tusukan infur jangan dipegang pegang
agar tidak terjadi ineksi. Sedangkan Terminasi akhir berisikan tindakan
keperawatan lanjutan: Obat obatan yang prlu dilanjukan,jadwal kontrol,
kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan dirumah, kegiatan
rehabilitasi yang dilanjutkan dan lain lain.

Anda mungkin juga menyukai