Anda di halaman 1dari 10

KEBIJAKAN DAN TATA

LAKSANA DM DAN KUSTA


KELOMPOK 1 B 2016
Siti Ariatus Ayina 162310101053
Rizka Shafira 162310101064
Dhita Rizky Amalia 162310101068
Ikhwan Abbiyu 162310101085
Tania Lestari 162310101090
Bagus Martha 162310101261
KEBIJAKAN DAN TATA LAKSANA KUSTA
KEBIJAKAN WHO “KUSTA”

Sasaran Strategi Kusta Global


1. Tidak ada cacat pada pasien anak baru.
2. Tingkat kecacatan tingkat-2 kurang dari 1 kasus per 1 juta orang.
3. Nol negara dengan undang-undang yang memungkinkan diskriminasi berdasarkan kusta.
KEBIJAKAN DAN TATA LAKSANA KUSTA
Pada 2016 WHO meluncurkan "Strategi Kusta Global 2016-2020: Mempercepat menuju dunia yang
bebas kusta" untuk menghidupkan kembali upaya pengendalian kusta. Strategi ini berfokus pada
anak-anak serta menghindari kecacatan.

Strategi Kusta Global 2016‒2020 disusun berdasarkan 3 pilar inti berikut:


Pilar I: Memperkuat kepemilikan, koordinasi, dan kemitraan pemerintahntervensi kunci
1. Memastikan komitmen politik dan sumber daya yang memadai untuk program kusta.
2. Berkontribusi pada cakupan kesehatan universal dengan fokus khusus pada anak-anak,
perempuan dan populasi yang kurang terlayani termasuk para migran dan pengungsi.
3. Mempromosikan kemitraan dengan aktor negara dan non-negara dan mempromosikan kolaborasi
lintas sektoral dan kemitraan di tingkat internasional dan nasional.
4. Memfasilitasi dan melakukan penelitian dasar dan operasional dalam semua aspek kusta dan
memaksimalkan basis bukti untuk menginformasikan kebijakan, strategi dan kegiatan.
5. Memperkuat sistem pengawasan dan informasi kesehatan untuk pemantauan dan evaluasi
program (termasuk sistem informasi geografis).
KEBIJAKAN DAN TATA LAKSANA KUSTA
Pilar II: Hentikan kusta dan komplikasinya Intervensi kunci
1. Memperkuat kesadaran pasien dan masyarakat akan kusta.
2. Mempromosikan deteksi kasus awal melalui penemuan-kasus aktif (mis. Kampanye) di bidang endemisitas yang
lebih tinggi dan manajemen kontak.
3. Memastikan mulai segera, dan kepatuhan terhadap pengobatan, termasuk bekerja menuju rejimen pengobatan
yang ditingkatkan.
4. Meningkatkan pencegahan dan pengelolaan disabilitas.
5. Memperkuat pengawasan untuk resistensi antimikroba termasuk jaringan laboratorium.
6. Mempromosikan pendekatan inovatif untuk pelatihan, rujukan, dan mempertahankan keahlian dalam kusta,
seperti e-health.
7. Mempromosikan intervensi untuk pencegahan infeksi dan penyakit.

Pilar III: Hentikan diskriminasi dan promosikan inklusi Intervensi kunci


1. Mempromosikan inklusi sosial dengan mengatasi semua bentuk diskriminasi dan stigma.
2. Memberdayakan orang yang terkena kusta dan memperkuat kapasitas mereka untuk berpartisipasi aktif dalam
layanan kusta.
3. Melibatkan masyarakat dalam tindakan untuk meningkatkan layanan kusta.
4. Mempromosikan pembangunan koalisi di antara orang-orang yang terkena kusta dan mendorong integrasi koalisi
ini dan / atau anggota mereka dengan organisasi berbasis masyarakat lainnya.
5. Mempromosikan akses ke layanan dukungan sosial dan keuangan, misalnya untuk memfasilitasi peningkatan
pendapatan, untuk orang-orang yang terkena kusta dan keluarga mereka.
6. Mendukung rehabilitasi berbasis masyarakat untuk para penyandang cacat terkait kusta.
7. Berupaya menghapus undang-undang diskriminatif dan mempromosikan kebijakan yang memfasilitasi inklusi
orang-orang yang terkena kusta.
KEBIJAKAN DAN TATA LAKSANA KUSTA

Tatalaksana penyakit Kusta secara Global

a. Peningkatan penemuan kasus secara dini di masyarakat


b. Pelayanan kusta berkualitas, termasuk layanan rehabilitasi, diintegrasikan dengan
pelayanan kesehatan dasar rujukan
c. Penyebar luasan informasi tentang kusta di masyarakat
d. Eliminasi stigma terhadap orang yang pernah mengalami kusta dan keluarganya
e. Pemberdayaan orang yang pernah mengalami kusta dalam berbagai aspek
kehidupan dan penguatan pastisipasi mereka dalam upaya pengendalian kusta.
f. Kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan
g. Peningkatan dukungan kepada program kerja melalui penguatan advokasi
kepada pengambil kebijakan dan penyedia layanan lainnya untuk meningkatkan
dukungan terhadap program kusta
h. Penerapan pendekatan yang berbeda berdasarkan endemitas kusta
KEBIJAKAN DAN TATA LAKSANA DIABETES MELITUS

Kebijakan penyakit DM secara Global

Menurut PERMENKES RI Nomor 71 tahun 2014 tentang penanggulangan penyakit tidak


menular.Penyelenggaraan Penanggulangan PTM dilaksanakan dengan upaya pencegahan
dan pengendalian.Pencegahan dilakukan dengan pengendalian faktor risiko PTM yang
dapat diubah, seperti merokok, kurang aktivitas fisik, diet yang tidak sehat, konsumsi
minuman beralkohol dan lingkungan yang tidak sehat.Pencegahan dapat dilaksanakan
melalui kegiatan promosi kesehatan, deteksi dini faktor risiko, dan perlindungan khusus.
KEBIJAKAN DAN TATA LAKSANA DIABETES MELITUS
Tatalaksana penyakit DM secara Global

Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang


diabetes, yang meliputi:

1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup, dan
mengurangi risiko komplikasi akut
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
KEBIJAKAN DAN TATA LAKSANA DIABETES MELITUS
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara komprehensif.
Langkah-langkah Penatalaksanaan Umum:

Evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama:


a. Riwayat Penyakit
b. Pemeriksaan Fisik
c. Evaluasi Laboratorium
d. Penapisan Komplikasi Penapisan komplikasi harus dilakukan pada setiap penderita
yang baru terdiagnosis DMT2
KEBIJAKAN DAN TATA LAKSANA DIABETES MELITUS
Langkah-langkah Penatalaksanaan Khusus
Penatalaksanaan DM dimulai dengan pola hidup sehat, dan bila perlu dilakukan
intervensi farmakologis dengan obat antihiperglikemia secara oral dan/atau suntikan.

Intervensi Farmakologis
a. Edukasi
b. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
c. Latihan Jasmani

Intervensi Farmakologis
Obat Antihiperglikemia Oral
1) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue): Sulfonilurea dan Glinid
2) Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin: Metformin dan Tiazolidindion (TZD)
3) Penghambat Absorpsi Glukosa: Penghambat Glukosidase Alfa. (efek
menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan)
4) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
5) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter 2)
DAFTAR PUSTAKA
(Aloudal, Reza Dr Md., WCO Afghanistan; Aung Lin Dr, SEARO; Ayodele, 2020)Aloudal,
Reza Dr Md., WCO Afghanistan; Aung Lin Dr, SEARO; Ayodele, A. D. 2020. Global Leprosy

Strategy 2016–2020. World Health Organization.


Depkes, RI. 2014. Penanggulangan Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kemenkes RI.
[Diakses pada tanggal 20 mei 2019 pukul 22.01 WIB]
https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk712015.pdf

Konsensus PERKENI, 2015 Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Militus Tipe 2 Di


Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta : Badan pengembangan dan Penelitian Kesehatan,
kementerian Kesehatan Republik Indon

Anda mungkin juga menyukai