Anda di halaman 1dari 49

ANESTHESIA PADA BEDAH ANAK

Novi Syafrianti
1410311092

Preseptor : BAGIAN ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF


RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
dr. Boy Suzuky, Sp.An
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 1 Latar Belakang

Perbedaan anatomi, fisiologi,


respon farmakologi dan psikologi

“Konsumsi oksigen pada bayi


dapat melebihi 6 ml/kg/min, dua
kali lipat dari orang dewasa”
BAB 2
ANATOMI DAN
FISIOLOGI ANAK
BAB 2 ANAK
Infant
Anak-anak
(dari kelahiran kelahiran sampai
(dari 2 tahun sampai 12 tahun)
usia 2 tahun)

Masa remaja
(12-21 tahun)

Remaja akhir
Remaja awal Remaja tengah
(usia 18 - 21
(usia 11 - 14 tahun) (usia 15 - 17 tahun)
tahun)
BAB 2 ANATOMI JALAN NAPAS

Otot leher bayi masih Leher lebih pendek


sangat lunak

Sulit menyangga
atau memposisikan Lidah neonatus
kepala, dengan relative besar
tulang occipital yang
menonjol

Epiglottis berbentuk “U” dengan proyeksi lebih


ke posterior dengan sudut sekitar 45º, relatif
lebih panjang dan keras, letaknya tinggi,
bahkan menempel pada palatum molle
sehingga cenderung bernapas melalui hidung
BAB 2 ANATOMI JALAN NAPAS

Lubang hidung, glottis, tracheobronkial relatif


Meningkatkan resistensi jalan napas
sempit

• Lokasi larynx anak yang terletak di C4 bila


(dewasa di C6)
Pemasangan dengan blade yang lurus lebih
• Letak glottis pada anak-anak pada C2 (dewasa
direkomendasikan dibandingkan dengan blade
pada C4)
yang bengkok.
• Letak kartilago krikoid pada C4(dewasa pada
C6)

Larynx anak kecil mengalami penyempitan pada


Penggunaan ETT tanpa cuff disarankan untuk
cincin krikoid sedangkan pada orang dewasa
pasien pediatrik.
penempitan jalan napas berada di pita suara.
BAB 2 SISTEM RESPIRASI

“Kebutuhan metabolik dan konsumsi oksigen yang lebih tinggi yaitu 6 ml/kg, 3 kali lipat lebih banyak dari orang
dewasa, namun karena volume tidal pada anak-anak relatif sama dengan orang dewasa (6-8 ml/kg) bila
dibandingkan dengan berat badan maka hal tersebut dikompensasi melalui laju ventilasi yang lebih cepat.”

“Pada neonatus juga ditemukan pola


nafas periodik dimana ada periode
dimana nafas berhenti sebentar
selama kurang dari 10 detik
(dibedakan dengan apneu).”
BAB 2 SISTEM RESPIRASI
Thoraks pada neonatus berukuran kecil dan iga
horizontal, otot-otot pernafasan pada neonatus belum
berkembang dengan baik, diafragma terdorong
keatas oleh isi perut yang besar

Kemampuan dalam memelihara


tekanan negative intratorakal dan
volume paru rendah

Kadang-kadang tekanan negatif


Neonatus bernafas secara
dapat timbul dalam lambung
diafragmatis
pada waktu proses inspirasi

Pada bayi yang mendapat


Udara atau gas anestesi mudah kesulitan bernafas dan perutnya
terhirup ke dalam lambung kembung dipertimbangkan
pemasangan pipa lambung
BAB 2 SISTEM KARDIOVASKULAR

PADA ANAK-ANAK COP

1. Dapat terjadi ventrikuler ekstra systole  dapat “Cardiac output anak-


diatasi dengan memperdalam anestesi. anak : 200 ml/kg/min
2. Pemasangan laryngoskopi ataupun intubasi  (dewasa : 70 ml/kg/min)”
menurunkan cardiac output secara dramatis, hal
ini dapat diatasi dengan pemberian atropine.
3. Bradycardia yang dicetus oleh hypoxia dapat
diatasi dengan pemberian oksigen dan ventilasi
yang baik. Peningkatan detak
jantung
BAB 2 SISTEM HEMATOLOGI

Usia Kadar Hb (g/dL)


1 - 7 hari 16-20
1 – 4 minggu 11-16
2 – 3 bulan 10-12
1 tahun 10-12
5 tahun 11-13

Sebelum operasi disarankan dibuat perhitungan estimasi kehilangan darah pada saat
intraop sebelum dilakukan operasi, dan bila mungkin dapat diberikan terapi
preoperatif seperti supplemen besi.
BAB 2 CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Anak kecil memiliki kadar air dalam tubuh


yang lebih tinggi dibandingkan dewasa
Kadar TBW bayi prematur 90% berat
badan, bayi aterm 80% dan bayi berusia 6-
12 bulan 60%

Peningkatan volume Waktu paruh obat yang


dimetabolisme di ginjal akan
distribusi obat meningkat
BAB 2 SISTEM HAPTOBILIER

Kadar albumin dan beberapa protein yang


dibutuhkan untuk berikatan dengan obat pada
plasma lebih rendah di anak-anak dibandingkan
S W dewasa
O
T
“Maturitas
fungsional
hati belum
sempurna” Lebih banyak obat bebas beredar di sirkulasi
karena tidak berikatan dengan albumin.
BAB 2 SISTEM ENDOKRIN

Neonatus memiliki cadangan glikogen yang sedikit sehingga mereka rentan


terhadap terjadinya hypoglikemia.

Bayi dari ibu yang menderita diabetes

Prematur
Dapat diberi dextrose
Stress perinatal 5-15mg/kg/menit.

Sepsis
BAB 2 SISTEM GASTROINTESTINAL
DAN THERMOREGULASI

THERMOREGULASI
Fungsi koordinasi gerakan menelan dan • Rentan mengalami hipotermia.
bernapas pada bayi serta fungsi LES
• Suhu ruangan yang disarankan pada saat
(Lower esophageal sphincter) belum operasi adalah 34°C untuk bayi prematur, 32°C
sempurna sampai berusia 4-5 bulan untuk neonatus, dan 28°C untuk remaja dan
sehingga menyebabkan insidense refluks dewasa.
gastroesophageal • Hipotermia pada anak-anak dapat
menyebabkan :
• depresi napas
• Acidosis
• penurunan cardiac output
• meningkatkan durasi efek obat
• menurunkan kadar trombosit
• meningkatkan resiko terjadinya infeksi.
BAB 2 RESPON PSIKOLOGIS

“Untuk itu mungkin diperlukan pendekatan


Respon psikologis terhadap terhadap anak-anak seperti menggunakan
mainan atau permainan tertentu, selalu
rasa takut, tidak nyaman, tersenyum dan menggunakan intonasi yang
meyakinkan anak, anak didampingi
dan stress emosional. orangtua, dan lainnya.”
BAB 2 RESPON FARMAKOLOGI

Perbandingan volume
cairan intravaskuler Laju filtrasi glomerulus Laju metabolisme yang
terhadap cairan masih rendah tinggi
ekstravaskuler berbeda
dengan orang dewasa

Kemampuan obat Liver/hati yang masih


berikatan dengan protein immature akan Aliran darah ke organ
masih rendah mempengaruhi proses relative lebih banyak
biotransformasi obat
Kata anestesi berasal dari bahasa Yunani yaitu a = tanpa
dan aesthesis = rasa, sensasi.
BAB 3 Jadi Anestesi dapat diartikan sebagai keadaan tanpa rasa
sakit.
ANESTESI Anestesiologi adalah cabang dari beebagai ilmu yang
mendasari berbagai tindakan meliputi pemberian anestesi
ataupun pemberian analgesic, pengawasan keselamatan
penderita yang mengalami pembedahan atau tindakan
lainnya, pemberian bantuan hidup dasar, perawatan
intensif pasien gawat (emergensi), terapi inhalasi dan
penanggulangan nyeri menahun.
BAB 3 ANESTESIA
Pilhan cara anestesi ditentukan oleh :

Umur

Status Fisik

Posisi Pembedahan

Keterampilan dan kebutuhan dokter pembedah

Keterampilan dan pengalaman dokter anestesiologi

Keinginan pasien

Bahaya kebakaran dan ledakan


BAB 3 ANESTESIA
ANESTESIA

ANESTESI REGIONAL
ANESTESI UMUM
Hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh
Tindakan untuk menghilangkan nyeri secara sementara pada impuls syaraf sensorik,
sentral disertai dengan hilangnya kesadaran sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh
dan bersifat reversible diblokir.

Blok sentral (blok neuroaksial) Blok perifer (blok saraf)


meliputi blok spinal, epidural dan misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal,
kaudal. blok lapangan, blok saraf, dan regional
intravena.
BAB 3 PENILAIAN DAN PERSIAPAN PRA ANESTHESIA

ASA 1

Anamnesis
ASA 2

ASA 3
Pemeriksaan Fisik

ASA 4
Laboratorium
ASA 5
The American Society of
Anesthesiologists (ASA)
Klasifikasi ASA 6
status fisik

Dewasa 6-8 jam, anak kecil 4-6 jam dan pada bayi 3-4 jam. Makanan tak berlemak
Puasakan diperbolehkan 5 jam sebelum induksi. Minuman bening, air putih teh manis sampai 3
jam dan untuk keperluan minum obat air putih dalam jumlah terbatas boleh 1 jam
sebelum induksi
BAB 3 PREMEDIKASI

Menimbulkan rasa Memudahkan atau


nyaman bagi pasien memperlancar induksi

Menekan refleks- “Bila pembedahan belum dimulai dalam waktu 1


Mengurangi jumlah refleks yang tidak jam dianjurkan pemberian premedikasi
obat-obat anestesi diinginkan intramuscular, subkutan tidak dianjurkan.”
(muntah/liur)

Mengurangi sekresi
kelenjar saliva dan Mengurangi rasa sakit
lambung
BAB 3 PREMEDIKASI

Analgesik narkotik Analgesik non narkotik Hipnotik


• Petidin ( amp 2cc = 100 mg), dosis • Ponstan • Ketamin ( fl 10cc = 100 mg), dosis
1-2 mg/kgBB • Tramol 1-2 mg/kgBB
• Morfin ( amp 2cc = 10 mg), dosis • Toradon • Pentotal (amp 1cc = 1000 mg),
0,1 mg/kgBB dosis 4-6 mg/kgBB
• Fentanyl ( fl 10cc = 500 mg), dosis
1-3µgr/kgBB

Sedatif Anti emetic


• Diazepam/valium/stesolid ( amp 2cc = 10mg), dosis 0,1 • Sulfas atropine (anti kolinergik) (amp 1cc = 0,25
mg/kgBB mg),dosis 0,001 mg/kgBB
• Midazolam/dormicum (amp 5cc/3cc = 15 mg), dosis 0,1 • DBP
mg/kgBB • Narfoz, rantin, primperan.
• Propofol/recofol/diprivan (amp 20cc = 200 mg), dosis
2,5 mg/kgBB
• Dehydrobenzperidon/DBP (amp 2cc = 5 mg), dosis 0,1
mg/kgBB
BAB 3 INDUKSI
Untuk persiapan induksi anestesi diperlukan Induksi dapat dikerjakan secara :
‘STATICS’
• Intravena
• Inhalasi
• Intramuscular
• Rectal
BAB 3 OBAT INDUKSI IV
Tiopental (pentotal, tiopenton): amp 500 mg Propofol (diprivan, recofol)
atau 1000 mg
Sebelum digunakan dilarutkan dalam akuades Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kg, dosis
steril sampai kepekatan 2,5% ( 1ml = 25mg). rumatan untuk anestesia intravena total 4-12
Hanya boleh digunakan untuk intravena dengan mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan
dosis 3-7 mg/kg disuntikan perlahan-lahan intensif 0.2 mg/kg. Tidak dianjurkan untuk anak
dihabiskan dalam 30-60 detik. < 3 tahun dan pada wanita hamil.

Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil)


Diberikan dosis tinggi. Tidak menggaggu
Ketamin (ketalar) kardiovaskular, sehingga banyak digunakan
Dosis bolus 1-2 mg/kg dan untuk intramuscular 3- untuk induksi pasien dengan kelainan jantung.
10 mg. Untuk anestesia opioid digunakan fentanil dosis
20-50 mg/kg dilanjutkan dosis rumatan 0,3-1
mg/kg/menit.
BAB 3 OBAT INDUKSI IM DAN PER RECTAL

IM :
ketamin (ketalar) yang dapat diberikan secara
intramuskulardengan dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah
3-5 menit pasien tidur.

PER RECTAL :
Cara ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan
thiopental atau midazolam.
BAB 3 OBAT INDUKSI INHALASI

N2O

Halotan (fluotan)

Enfluran (etran, aliran)

Isofluran (foran, aeran)

Desfluran (suprane)

Sevofluran (ultane)
BAB 3 OBAT INDUKSI

Pelumpuh otot nondepolarisasi :


Tracurium 20 mg (Antracurium)

• Dosis awal 0,5-0,6 mg/kgBB, dosis rumatan


0,1 mg/kgBB, durasi selama 20-45 menit,
kecepatan efek kerjanya 2 menit.
• Tanda-tanda kekurangan pelumpuh otot:
• Cegukan (hiccup)
• Dinding perut kaku
• Ada tahanan pada inflasi paru
BAB 3 ANESTESI REGIONAL

KERUGIAN
KEUNTUNGAN
• Tidak semua penderita mau • Alat minim dan teknik relatif sederhana, sehingga
biaya relatif lebih murah.
dilakukan anestesi secara regional.
• Relatif aman untung pasien yg tidak puasa
• Membutuhkan kerjasama pasien (operasi emergency, lambung penuh) karena
yang kooperatif. penderita sadar.
• Sulit diterapkan pada anak-anak. • Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
• Tidak semua ahli bedah menyukai • Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.
anestesi regional. • Perawatan post operasi lebih ringan.
• Terdapat kemungkinan kegagalan
pada teknik anestesi regional.
BAB 3 ANESTESI REGIONAL
BAB 3 ANESTESI SPINAL

• Bedah ekstremitas bawah • Pasien menolak untuk dilakukan anestesi spinal

KONTRA INDIKASI
• Bedah panggul
• Terdapat infeksi pada tempat suntikan

ABSOLUT
INDIKASI

• Tindakan sekitar rektum-perineum


• Hipovolemia berat sampai syok
• Bedah obstetri ginekologi
• Bedah urologi
• Menderita koagulopati dan sedang mendapat terapi
antikoagulan.
• Bedah abdomen bawah
• Tekanan intrakranial yang meningkat
• Kontra Indikasi Anestesi Spinal
• Terdapat kontra indikasi absolut dan kontra indikasi relatif dalam
• Fasilitas untuk melakukan resusitasi minim
penggunaan anestesi spinal, diantaranya:4
• Kurang berpengalaman atau tanpa konsultan anestesi

• Menderita infeksi sistemik ( sepsis, bakteremi )


KONTRA INDIKASI

• Terdapat infeksi disekitar tempat suntikan Jarum pinsil (whitecare) Jarum tajam
RELATIF

• Kelainan neurologis (Quincke-


Babcock)
• Kelainan psikis
• Bedah lama
• Menderita penyakit jantung
• Hipovolemia
• Nyeri punggung kronis.
KEUNTUNGAN BAB 3 ANESTESI EPIDURAL

• Bisa segmental
• Tidak terjadi headache post op
• Hypotensi lambat terjadi
• Efek motoris lebih kurang
• Dapat 1–2 hari dengan kateter  post op
pain

• Teknik lebih sulit


• Jumlah obat anestesi lokal lebih
KERUGIAN

besar
• Reaksi sistemis 
• Total spinal anestesi
• Obat 5–10x lebih banyak untuk level
analgesi yang sama
BAB 4
ANESTESIA PADA
BEDAH ANAK
BAB 4 EVALUASI DAN PERSIAPAN PRA ANESTESI

ANAMNESIA PEMERIKSAAN FISIK :


Usia Gestasi dan Berat Lahir • Keadaan umum
Masalah selama kehamilan dan persalinan serta skor • Tanda-Tanda Vital : Tekanan darah, Laju
APGAR nadi dan napas, Suhu
Riwayat Penyakit Sekarang • Data antropometrik : Tinggi dan berat
Riwayat Penyakit Dahulu badan.
• Adanya gigi yang lepas atau goyang.
Kelainan kongenital atau metabolik
• Sistem respirasi.
Riwayat pembedahan • Sistem Kardiovaskuler.
Riwayat kesulitan anestesi pada keluarga dan pasien • Sistem Neurologi.
Riwayat Allergi

Batuk , Episode Asma, ISPA yang sedang dialami

Waktu terakhir makan dan minum


BAB 4 PUASA DAN INFUS

Usia Air ASI Susu Makan


• Infus dipasang untuk memenuhi kebutuhan cairan
bening Formula an
karena puasa.
Padat • Cairan pemeliharaan/pengganti karena puasa diberikan
dalam waktu 3 jam, jam I 50% dan jam II, III masing-
Neonatus – 2 jam 4 jam 4 jam - masing 25%.
• Kecukupan hidrasi dapat dipantau melalui produksi urin
6 bulan
(>0,5ml/kgBB/jam).
6 – 36 2 jam 4 jam 6 jam 6 jam • Untuk pemeliharaan digunakan preparat D5% dalam
NaCl 0,225% untuk anak < 2 tahun dan preparat D5%
bulan dalam NaCl 0,45 % untuk anak > 2 tahun.5
>36 bulan 2 jam - 6 jam 8 jam
BAB 4 PREMEDIKASI PADA ANAK

Obat Dosis Keterangan


Midazolam 0.5 mg/kg (max 15 mg) 15- Dapat menghasilkan
30 menit sebelum operasi reaksi eksitasi berlebihan
dimulai

Chloral 50 mg/kg oral (max 1 Dapat menghasilkan


Hydrate gram) reaksi eksitasi berlebihan
Ketamine 3-8 mg/kg oral 30-60 Dapat meningkatkan
menit sebelum operasi tekanan darah
dimulai

Temazepam 0.1-1 mg/kg oral


Clonidine 2-4 mcg/kg oral Dapat menurunkan
tekanan darah
BAB 4 INDUKSI
METODE INHALASI
Obat-obatan inhalasi anestesi yang paling sering diberikan adalah halothane dan sevoflurane
Ketika NO (Nitrous Oxide)
Nilai MAC (Mean Alveolar ditambahkan kepada gas anestesi
Bayi dan anak-anak memiliki Concentration) untuk pasien anak lain, maka kadar MAC yang
tingkat ventilasi alveolar yang lebih sedikit lebih tinggi dari dewasa dibutuhkan akan berkurang karena
tinggi sehingga menyebabkan namun neonatus membutuhkan efek second gas exchange dengan
penyerapan obat inhalasi lebih cepat. MAC yang lebih rendah dari pasien nilai sebagai berikut ; MAC
dewasa. sevoflurane berkurang 20-25%,
halothane berkurang 60%, isoflurane
40%, dan desflurane 25%.

Pengambilan, eliminasi obat anestesi pada pasien


pediatrik juga lebih cepat dibandingkan dengan orang Fungsi hati pasien bayi belum sepenuhnya terbentuk
dewasa, karena laju napas dan cardiac output serta sehingga hanya sedikit obat yang dimetabolisme di sana
distribusi yang besar kepada organ dengan vaskularisasi sehingga hepatitis yang disebabkan oleh halotan jarang
banyak, namun dapat menyebabkan mudahnya terjadi pada anak.
overdosis obat anestesi pada pasien pediatrik.
BAB 4 INDUKSI INHALASI
BAB 4 INDUKSI

METODE INTRAVENA

Pasien neonatus memiliki proporsi Induksi dapat dilakukan dengan Dalam pemberian obat anestesi
cardiac output yang mencapai otak menggunakan propofol 2-3 mg/kg intravena perlu diketahui karena
yang lebih besar dibandingkan diikuti dengan pemberian pelumpuh fungsi ginjal dan hati belum
pasien anak sehingga dosis untuk otot non depolarizing seperti sempurna maka interval dosis
induksi lebih kecil. atrakurium 0,3 -0,6 mg/kg. pemberian obat perlu diperpanjang
agar tidak terjadi toksisitas
BAB 4 INDUKSI IV

Obat Dosis Inisial Laju Infus


Kombinasi TIVA(Total Intravenous Anesthesia)
Intravena
pada anak
Propofol 1-2 mg/kg 100-200 mcg/kg/menit

Ketamine 1-2 mg/kg 25-100 mcg/kg/menit

Midazolam 0.1-0.2 mg/kg (IV atau


IM)
Diazepam 0.2 mg/kg

Thiopental 3-5 mg/kg


BAB 4 MUSCLE RELAXAN
BAB 4 INTUBASI

Karena occiput menonjol


Intubasi neonatus dan bayi dan membuat posisi fleksi
lebih sulit karena mulut pada kepala, maka dapat
kecil, lidah besar-tebal, dikoreksi dengan cara
epiglottis tinggi dengan sedikit mengangkat bahu
bentuk “U”. dengan meletakan handuk
dan menaruh kepala pada
bantal berbentuk donat.

ETT yang dianjurkan


Saat menggunakan adalah dari bahan plastic,
laringoskop hati-hati tembus pandang dan
bahwa bagian tersempit tanpa cuff. Untuk
jalan nafas atas adalah premature digunakan
cincin cricoid. ukuran diameter 2-3 mm
sedangkan pada bayi
aterm 2,5-3,5 mm.
BAB 4 INTUBASI

Untuk usia diatas 5-6


ETT yang digunakan Pada anak-anak, tahun boleh dengan
juga jenis pipa non digunakan blade cuff pada kasus-kasus
kinking atau yang laringkoskop yang laparotomi atau jika
tidak mudah tertekuk. lebih kecil dan lurus. ditakutkan akan
terjadi aspirasi.

Secara kasar ukuran Pada pasien pediatrik,


besarnya pipa trakea intubasi hidung tidak
sama dengan besarnya dianjurkan, karena
jari kelingking atau dapat menyebabkan
besarnya lubang trauma, perdarahan
hidung. adenoid dan infeksi.
BAB 4 INTUBASI
BAB 4 PEMELIHARAAN ANESTESI PADA
PEDIATRIK

Gas anestetika
yang umum
Anestesia digunakan Walapun N2O
adalah N2O mempunyai sifat
neonatus analgesia kuat,
dicampur
sangat dengan 02 tetapi sifat
dianjurkan perbandingan anestetikanya
dengan 50:50 untuk sangat lemah. Narkotika hanya
intubasi dan neonatus, Karena itu sering diberikan untuk
nafas kendali 60:40 untuk dicampur usia diatas 1
bayi, dan 70:30 dengan halotan, tahun atau
untuk anak- enfluran atau berat diatas 10
anak. isofluran kg.
BAB 4 PENGATURAN CAIRAN

Pada jam III


diberikan 25%
nya + cairan
Pada jam II pemeliharaan/ja
diberikan 25% m.
nya + cairan
pemeliharaan/ja
m.
Pada jam I
diberikan 50%
defisit + cairan
pemeliharaan/ja
m.
BAB 4 PENGAKHIRAN ANESTESI PADA PASIEN
PEDIATRIK

Setelah pembedahan selesai, obat Jika menggunakan pelumpuh otot,


anestetika dihentikan Bersihkan rongga hidung dan mulut dapat dinetralkan dengan
pemberiannya. Berikan oksigen dari lendir. prostigmin (0,04 mg/kg) atau
murni 5-15 menit. neostigmine (0,05 mg/kg) dan
atropin (0,02 mg/kg).

Depresi nafas oleh narkotika- Ekstubasi pada bayi dikerjakan Ekstubasi dalam keadaan anestesia
analgetika netralkan dengan kalau bayi sudah sadar benar. ringan, akan menyebab kan batuk-
nalokson 0,2-0,4 mg secara titrasi. batuk, spasme laring atau bronkus.
BAB 4 PASCA ANESTESI PADA PASIEN
PEDIATRIK
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai