Anda di halaman 1dari 44

Siklus Batuan

Distribusi batuan
PETROLOGI
BATUAN BEKU
 Batuan beku adalah batuan yang terbentuk akibat
membekunya magma pada waktu perjalanannya ke
permukaan bumi.

 Magma adalah cairan silikat yang panas dan pijar yang


terdiri dari unsur-unsur O, Si, Al, Fe, Mg, Ca, Na, K dll

 Hasil dari rekristalisasi magma tersebut membentuk


berbagai macam jenis mineral dan mengikuti aturan
tingkat kristalisasi dari magma.

 Mengikuti Seri Reaksi Bowen


BOWEN’S REACTION SERIES
DERET REAKSI BOWEN

Olivin
ultramafik
Ca-plagioklas
gabro
Piroksen
Temperatur
menurun

Hornblende

diorit

Biotit

Na-plagioklas

K-feldspar
syenit

Muskovit

granit
kontinu
diskontinu Kuarsa
Pengelompokkan batuan beku berdasarkan
kelompok mineralnya :

Kelompok Mineral Kelompok Batuan Beku

Olivin
Piroksen Ultramafik dan Ultramafitit
Plagioklas
Olivin, piroksen
Olivin, piroksen, plagioklas
Olivin, plagioklas Gabroid dan Basaltoid
Piroksen, plagioklas
Piroksen, hornblenda, plagioklas
Hornblenda, plagioklas Dioritoid dan Andesitoid
Hornblenda, biotit,plagioklas, <<< kuarsa

Hornblenda, biotit, muskovit, kuarsa


Biotit, muskovit, k-feldspar, kuarsa Granitoid dan Dasitoid
Biotit, muskovit, k-feldspar
Mineral Pembentuk Batuan
Mineral pembentuk batuan dapat dibagi atas 3 kelompok, yaitu :
1. Mineral Utama (essential minerals) : mineral yang terbentuk
dari kristalisasi magma, yang biasanya hadir dalam jumlah yang
cukup banyak dan menentukan nama/sifat batuan. Contoh :
olivin, piroksen, amfibol, biotit, plagioklas, k-feldspar,
muskovit, kuarsa, feldspartoid.
2. Mineral tambahan (accessory minerals) : mineral yang
terbentuk dari kristalisasi magma, tetapi kehadirannya relatif
sedikit (<5%) dan tidak menentukan nama/sifat batuan. Contoh
: apatit, zirkon, magnetit, hematit, rutil dll
3. Mineral sekunder (secondary minerals) : mineral hasil ubahan
dari mineral-mineral primer karena pelapukan, alterasi
hidrothermal atau metamorfosa. Contoh : klorit, epidot,
serisit, kaolin, aktinolit dll.
Tekstur Batuan Beku

Tekstur adalah kenampakan dari batuan yang dapat


merefleksikan sejarah kejadiannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukkan
tekstur batuan beku adalah derajat kristalinitas,
granulitas/besar butir dan kemas/fabric.
1. Derajat Kristalisasi

1. Holokristalin : terdiri dari kristal seluruhnya


2. Hipokristalin : terdiri dari sebagian kristal dan
sebagian gelas
3. Holohyalin : terdiri dari gelas seluruhnya
2. Granulitas / Besar Butir

 Faneritik : kristal-kristalnya dapat dilihat dengan


mata biasa
Khusus untuk batuan bertekstur faneritik, ukuran
butirnya dapat ditentukan sebagai berikut :
- Halus : besar butir < 1mm
- Sedang : besar butir 1mm – 5mm
- Kasar : besar butir 5mm – 3cm
- Sangat kasar : besar butir > 3cm
 Afanitik : kristal-kristalnya sangat halus atau amorf,
hanya dapat dilihat dengan mikroskop
 Jika batuan bertekstur porfiritik, maka ukuran
fenokris dan masadasar dipisah.
3. Kemas / Fabric

 Equigranular : ukuran besar butir relatif sama


 Inequigranular : ukuran besar butir tidak sama
- Porfiritik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris)
tertanam dalam masadasar kristal yang lebih halus
- Vitrofirik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris)
tertanam dalam masadasar gelas/amorf.
Tekstur batuan beku berdasarkan bentuk
geometri kristalnya :

 Tabular (plagioklas, k-feldspar)


 Prismatik (piroksen, hornblenda)
 Berlembar (mika)
 Poligonal (kuarsa, olivin)
Struktur Batuan Beku

Struktur yang dimaksud adalah struktur primer,


yang terjadi saat terbentuknya batuan beku
tersebut. Struktur batuan beku sebagian besar
hanya dilihat di lapangan (dimensinya sangat besar),
tetapi kadang-kadang dapat dilihat juga dalam hand
specimen.
Struktur yang berhubungan dengan aliran magma :
 Schlieren : struktur yang dibentuk mineral prismatik, pipih atau
memanjang atau oleh xenolith akibat pergerakan magma.
 Segregasi : struktur pengelompokkan mineral (biasanya mineral mafik)
yang mengakibatkan perbedaan komposisi mineral dengan batuan
induknya.
 Lava bantal : struktur yang diakibatkan oleh pergerakkan lava akibat
interaksi dengan lingkungan air, bentuknya menyerupai bantal, dimana
bagian atas cembung dan bagian bawah cekung.

Struktur yang berhubungan dengan pendinginan magma :


 Vesikuler : lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava)
 Amigdaloidal : lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava), yang
telah diisi oleh mineral sekunder seperti zeolit, kalsit, kuarsa.
 Kekar kolom : kekar berbentuk tiang dimana sumbunya tegak lurus arah
aliran.
 Kekar berlembar : kekar berbentuk lembaran, biasanya pada tepi/atap
intrusi besar akibat hilangnya beban.
KLASIFIKASI BATUAN BEKU

 Komposisi batuan : mineralogi dan kimiawi


- mineralogi :
mineral utama (olivin, piroksen, feldspar dll)
mineral tambahan (apatit, rutil, mineral bijih dll)
- Kimiawi :
unsur utama (major elements) : unsur oksida SiO2,
Al2O3 dll
unsur jejak (trace elements) : Sr, Rb, Ba dll  ppm
unsur tanah jarang (rare earth minerals/REE) : ppb
inner transition element  grup lanthanids (57-71)
La, Ce, Pr, … … , Lu
 Dasar klasifikasi
- mineralogi : % mineral utama
- kimiawi ;
 silika (% SiO2)
ultrabasa (< 45%)
basa (45 – 52%)
Intermedier/menengah (52 – 66%)
Asam (> 66%)
 silica saturation,
undersaturated, saturated terhadap  thp free silica
Contoh :
- pembentukan leusit, forsterit (Fe-olivin)  undersaturated
- pembentukan Mg-orthopiroksen, albit  saturated
thp free silica (quartz)
 alumina saturation
- peralumina : saturated thp alumina (Al2O3 > Na2O+K2O+CaO)
- peralkaline : oksida alkalin > oksida alumina
- subalumina : oksida alumina = atau > oksida alkalin (Na2O+K2O)
- metalimina : oksida alumina = atau > Na2O+K2O+CaO)
- Color index (Indeks warna)
 proporsi mineral felsik dan mafik
 mineral felsik : feldspar, feldspartoid, kuarsa, muskovit
 mineral mafik : mineral ferromagnesia  olivin, amfibol,
klinopiroksen;
- C.I. < 30 : leucratic
- 30 – 60 : mesocratic
- 60 – 90 : melanocratic
- > 90 : hypermelanic/ultramafic
KLASIFIKASI BATUAN BEKU
SECARA MEGASKOPIS

Berdasarkan Klasifikasi IUGS (1999)


 Golongan faneritik
 Golongan Afanitik
1. Golongan Faneritik

 Batuan bertekstur faneritik, dapat teramati secara


megaskopis (mata biasa), berbutir sedang – kasar (lebih besar
dari 1mm)
 Golongan faneritik dapat dibagi atas beberapa jenis batuan
 Dasar pembagiannya adalah kandungan mineral kuarsa (Q), atau
mineral feldspartoid (F), feldspar alkali (A), serta kandungan
mineral plagioklas (P)
 Cara menentukan nama batuan dihitung dengan menganggap
jumlah ketiga mineral utama (Q + A + P atau F + A + P) adalah
100%
Q --- quartz
Q P
A --- alkali feldspar

VIII P --- plagioclase


90 90
Quartz-rick-
F --- foid
coarse-grained-
rock Px --- pyroxene
60 60
Ho --- hornblende
IV
Ol --- olivine

Granitic-rocks
10 10
X+XI IX
20 20
Px+Ho 40 Ol
Dioritic-rock
Syenitic-rock Gabbroic-rock
A Anorthositic-rock
P Ol
10 10
VIII = Anortositic-rock
Foid-syenitic- Foid-dioritic-rock IX = Peridotic-rock
rock
X = Piroksenitic-rock
Foid- IX XI = Hornblenditic-rock
gabbroic-rock

60 60
Foidolitik-
rock X XI

Px Ho
F
I = Granitoid
II = Syenitoid
III = Dioritoid
IV = Gabroid
V = Foid Syenitoid
VI = Foid Dioritoid & Gabroid
VII = Foidolit
VIII = Anortosit
IX = Peridotit
X = Piroksenit
XI = Hornblendit

Untuk II dan IV, “ foid bearing” digunakan bila feldspartoid hadir


2. Golongan Afanitik

 Batuan beku bertekstur afanitik, mineral-mineralnya tidak dapat


dibedakan dengan mata biasa atau menggunakan loupe, umumnya
berbutir halus (< 1mm), sehingga batuan beku jenis ini tidak dapat
ditentukan prosentase mineraloginya secara megaskopis.

 Salah satu cara terbaik untuk memperkirakan komposisi mineralnya


adalah didasarkan atas warna batuan, karena warna batuan umumnya
mencerminkan proporsi mineral yang dikandungnya, dalam hal ini
proporsi mineral felsik (berwarna terang) dan mineral mafik (berwarna
gelap). Semakin banyak mineral mafik, semakin gelap warna batuannya.

 Penentuan nama atau jenis batuan beku afanitik masih dapat dilakukan
bagi batuan yang bertekstur porfiritik atau vitrofirik, dimana
fenokrisnya masih dapat terlihat dan dapat dibedakan, sehingga dapat
dibedakan jenis batuannya. Dengan menghitung prosentase mineral
yang hadir sebagai fenokris, serta didasarkan pada warna
batuan/mineral, maka dapat diperkirakan prosentase masing-masing
mineral (Q/F, A. P), maka nama batuan dapat ditentukan.
Q
Q --- quartz
A --- alkali feldspar
P --- plagioclase
F --- foid
60 60
Px --- pyroxene
Mel --- melilite
Ol --- olivine
Dacitic-
Rhyolitic-rock
rock

20 20
Andesitic-
rock
Trachytic-rock
A Basaltic-rock P
10 10

Phonolitic-rock Tephritic-rock
Mel

60 60
Ultramafitic
Foiditic-rock

Ol Px

F
Hal – hal utama yang perlu dicatat
dalam deskripsi batuan beku :
1. Warna, sebagai petunjuk awal, untuk memperkirakan komposisi
kimia dan mineral dari batuan
2. Tesktur, besar butir dan kemas, yang mana hubungan dengan
sejarah dan cara kejadian batuan, serta kecepatan dan urutan
pertumbuhan kristal.
3. Mineralogi, sebagai petunjuk untuk identifikasi batuan,
biasanya di dalam batuan beku terdapat antara 2 – 4 mineral
utama.
4. Inklusi material asing (sebagai tambahan dalam membantu
identifikasi batuan). Inklusi ini kadang ditemukan dalam batuan
beku dan harus dideskripsi terpisah, inklusi penting ketika kita
ingin menilai cara kejadian dan asal tubuh batuan beku.
sampel

Warna : Hitam bintik-bintik putih/putih kemerahan dll (warna yang representatif)

Struktur : Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan dll

Tekstur

Granulitas/Besar butir

Sedang 1-5mm, Kasar 5mm – 3cm, sangat kasar > 3cm Halus < 1mm

Faneritik Afanitik

Derajat Kristalisasi

Holokristalin Hipokristalin/hipohyalin Holohyalin

Keseragaman butir/kristal

Equigranular Inequagranular Porfiritik/Vitrofirik

Panidiomorfik Granular Hipidiomorfik Granular Alotriomorfik Granular


(Euhedral) (Subhedral) (Anhedral) Fenokris

Komposisi mineral : Kuarsa (..%), ciri-cirinya dll

Nama Batuan : Granitoid/Syenitoid/Dioritoid dll


KARAKTER BATUAN BEKU
EKSTRUSI DAN INTRUSI
Batuan beku ekstrusi : Batuan beku intrusi :
 Ukuran butir halus – amorf  Ukuran butir halus – kasar
 Chilled margin hanya  Chilled margin terjadi di
terdapat di bagian bawah bagian luar
 Efek bakar (baking effect)  Terjadi metamorfosis
di bagian bawah kontak/termal
 Bagian atas fragmentasi  Batas tidak beraturan-halus
(autobreksi)  Terdapat xenolith samping
 Ada xenolith di bawahnya batuan yang di bawah
 Vesikular, amigdaloid di maupun yang di atasnya
bagian atas  Vesikuler dan amigdaloid
 Batuan yang dilewati tidak jarang
terdeformasi  Mengakibatkan perlipatan,
atau deformasi batuan yang
diterobos

Anda mungkin juga menyukai