Anda di halaman 1dari 23

SELF EFFICACY AND

Alif Al Iqlal
Dharmawan

LOCUS OF CONTROL Riyan


Aldo
teori: self efficacy merupakan suatu
keyakinan atau kepercayaan diri individu DEFINISI SELF EFFICACY
mengenai kemampuannya untuk
mengorganisasi, melakukan suatu tugas, (EFIKASI DIRI)
mencapai suatu tujuan, menghasilkan
sesuatu dan mengimplementasi tindakan
untuk mencapai kecakapan tertentu
Bandura (1986) menyatakan bahwa self
efficacy mengacu pada kepercayaan
individu akan kemampuannya untuk sukses
dalam melakukan sesuatu.
- Self Efficacy menurut Santrock
(2007) adalah kepercayaan . seseorang
atas kemampuannya dalam menguasai
situasi dan menghasilkan sesuatu yang Jadi bisa dibilang self efficacy
menguntungkan. adalah keyakinan seseorang
- Niu (2010) menyebut self efficacy mengenai sejauh mana ia
adalah hasil interaksi antara lingkungan mampu mengerjakan tugas,
eksternal, mekanisme penyesuaian diri mencapai tujuan, dan
merencanakan tindakan untuk
serta kemampuan personal, pengalaman
mencapai suatu goal.
dan pendidikan.
- Stipek (2001, dalam Santrock, 2007)
menjelaskan bahwa self efficacy adalah
kepercayaan seeorang atas
kemampuannya sendiri. WOODGROVE 2
BANK
SUMBER SELF EFFICACY

Menurut Bandura, ada empat penyebab kenapa


seseorang bisa punya self efficacy tinggi atau
rendah. Empat hal itu adalah pengalaman yang
menetap, pengalaman yang dirasakan sendiri,
bujukan sosial, dan keadaan psikologis.

WOODGROVE 3
BANK
A. PENGALAMAN YANG MENETAP
Jadi peristiwa di masa lalu bisa menentukan self efficacy seseorang.
Sumber informasi ini memberikan pengaruh besar pada efikasi diri individu karena
didasarkan pada pengalaman-pengalaman pribadi individu secara nyata yang
berupa keberhasilan dan kegagalan. Pengalaman keberhasilan akan menaikkan
efikasi diri individu, sedangkan pengalaman kegagalan akan menurunkannya.
Setelah efikasi diri yang kuat berkembang melalui serangkaian keberhasilan,
dampak negatif dari kegagalan-kegagalan yang umum akan terkurangi. Bahkan
kemudian kegagalan diatasi dengan usaha-usaha tertentu yang dapat memperkuat
motivasi diri apabila seseorang menemukan lewat pengalaman bahwa hambatan
tersulit pun dapat di atasi melalui usaha yang terus-menerus.

Contoh
Misalnya nih kita dulu pernah deketin lawan jenis kita, terus berhasil jadian.
Pengalaman pernah jadian ini bikin kita merasa bisa deketin cewek. Kita merasa kalau naksir
cewek, kita sanggup kok buat deketinnya. Self efficacy kita dalam mendekati cewek pun
menjadi tinggi.

Beda cerita kalo kita deketin cewek tapi bolak balik gagal. Dengan gitu kita akan merasa gak
sanggup buat deketin cewek, dan berencana untuk berkembang biak melalui stek batang saja.
Perasaan tidak sanggup ini adalah tanda bahwa self efficacy kamu rendah.
WOODGROVE 4
BANK
B. PENGALAMAN YANG DIRASAKAN SENDIRI
Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dengan kemampuan yang
sebanding dalam mengerjakan suatu tugas akan meningkatkan efikasi diri
individu dalam mengerjakan tugas yang sama. Begitu pula sebaliknya,
pengamatan terhadap kegagalan orang lain akan menurunkan penilaian
individu mengenai kemampuannya dan individu akan mengurangi usaha yang
akan dilakukan.

Contoh
Kita pernah nggak punya seorang temen yang kita anggap kemampuannya setara
denganmu?

Kemudian kita melihat dia melakukan suatu hal dan berhasil.


Saat itu kita mikir, ”lah kalo dia bisa berarti kita harusnya juga bisa dong”

Saat kamu mikir gitu, berarti self efficacy kamu udah terpengaruh. Jadi, self efficacy
bisa dipengaruhi dengan perbandingan antara kamu dengan orang lain.

WOODGROVE 5
BANK
C. PENDAPAT ORANG LAIN
Pada persuasi verbal, individu diarahkan dengan saran, nasihat, dan bimbingan sehingga
dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan-kemampuan yang dimiliki yang
dapat membantu mencapai tujuan yang diinginkan. Individu yang diyakinkan secara
verbal cenderung akan berusaha lebih keras untuk mencapai suatu keberhasilan. Menurut
Bandura (1997), pengaruh persuasi verbal tidaklah terlalu besar karena tidak memberikan
suatu pengalaman yang dapat langsung dialami atau diamati individu. Dalam kondisi
yang menekan dan kegagalan terus-menerus, pengaruh sugesti akan cepat lenyap jika
mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan.

Contoh
Bayangin kalau kita punya pacar.

Lalu Kalau kita lagi mentok mengerjakan suatu hal, terus dia senyum ke kita sambil bilang
“semangat sayang, kamu pasti bisa kok”, apa perasaan kalian?

Berasa jadi semangat kan? Kalo udah dibilang “pasti bisa” gitu rasanya kamu pun jadi
yakin kalo kamu bisa.
Ini tandanya pendapat orang lain dapat mempengaruhi self efficacy.
Tapi secara umum, menurunkan self efficacy lebih gampang dibanding
meningkatkannya.
WOODGROVE 6
BANK
D. KEADAAN PSIKOLOGIS
Individu akan mendasarkan informasi mengenai kondisi fisiologis mereka untuk menilai
kemampuannya. Ketegangan fisik dalam situasi yang menekan dipandang individu
sebagai suatu tanda ketidakmampuan karena hal itu dapat melemahkan perfomansi kerja
individu.

Contoh
Kalo lagi malas, lagi suntuk, lagi sedih, rasanya jadi males buat ngapa-ngapain.
Mengerkalan skripsi juga malas.
Kalo mood kita sedang bagus baru rasanya bisa bikin skripsi dua jilid dari pagi sampai
sore dalam satu hari.

Begitulah, kondisi psikologis bisa mempengaruhi self efficacy kamu.

WOODGROVE 7
BANK
DIMENSI SELF EFFICACY
menurut Bandura (1997), Self-Efficacy individu
dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu:
Tingkat (level) -
Keluasan (generality) -
Kekuatan (strenght) -

WOODGROVE 8
BANK
A. TINGKAT (LEVEL)
Dimensi ini berhubungan dengan tingkat kesulitan terhadap masalah yang dihadapi
oleh seorang individu. Dalam hal ini apakah individu mampu menyelesaikan masalah
tersebut atau tidak.
Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat
kesulitan tertentu, maka self-efficacy individu mungkin akan terbatas pada tugas-
tugas yang mudah, sedang, atau bahkan meliputi tugas-tugas yang paling sulit, sesuai
dengan batas kemampuan yang disarankan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang
dibutuhkan pada masing-masing tingkat.
Dimensi ini berdampak pada pemilihan tingkah laku yang akan dicoba atau dihindari.

Contoh
kita seorang pemain gitar. Kita mau melatih skill kita tapi kita gak punya mentor.
Ketika kita punya self efficacy tinggi dalam diri kita, kita akan sadar skill kita sudah
sejauh mana. Baru sampai mana progress kita dan Kita juga akhirya tau kelemahan
kita dimana.

WOODGROVE 9
BANK
B. KELUASAN (GENERALITY)
Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin
akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya. Apakah
terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkain aktivitas dan situasi
yang bervariasi.

Contoh
Jika kita berpikir mampu menyelesaikan kuliah kita dalam 3,5 tahun tetapi teman-teman
kita tidak berpikiran bahwa ia mampu menyelesaikan kuliah dalam 3,5 tahun.
Disaat itu, kita memiliki generalitas yang lebih luas daripada teman kita.

WOODGROVE 10
BANK
C. KEKUATAN (STRENGHT)
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan
individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah digoyahkan
oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung.

Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong individu tetap bertahan dalam


usahanya. Meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang menunjang.

Dimensi ini biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level, yaitu makin tiggi
level taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk
menyelesaikannya.

Contoh
Jika teman kita mendapat nilai mata kuliah saat UTS 70 dan kita berada dibawahnya,
disaat itu kita yakin bisa mendapat 80 disaat Ujian Akhir Semester nanti karena kita
telah menunjukan self efficacy yang tinggi dari teman kita.

WOODGROVE 11
BANK
KLASIFIKASI SELF EFFICACY
Self efficacy dibagi menjadi 2 yaitu self efficacy tinggi dan rendah. menurut Robert Kreitner
& Angelo Kinicki, ada beberapa perbedaan pola perilaku antara seseorang yang
mempunyai self efficacy tinggi dan rendah

WOODGROVE 12
BANK
KLASIFIKASI SELF EFFICACY
Self Efficacy tinggi Self Efficacy rendah
• Aktif memilih peluang terbaik • Pasif
• Mampu mengelola situasi, menghindari • Menghindari tugas yang sulit
atau menetralisir hambatan
• Aspirasi lemah dan komitmen rendah
• Menetapkan tujuan, menetapkan standart
• Fokus pada kekurangan pribadi kita
• Membuat Rencana, persiapan dan
• Tidak melakukan upaya apapun
praktek
• Berkecil hati karena kegagalan
• Bekerja keras
• Menganggap kegagalan adalah karena
• Kreatif dalam memecahkan masalah
kurangnya kemampuan atau nasib buruk
• Belajar dari kegagalan
• Mudah khawatir, stress dan menjadi
• Memvisualisasikan keberhasilan depresi
• Membatasi stress • Memikirkan alasan untuk gagal

WOODGROVE 13
BANK
DEFINISI LOCUS OF
CONTROL
“locus of control adalah kepercayaan seseorang
terhadap siapa pengendali nasibnya”
Locus of control menurut Rotter adalah keyakinan individu tentang sumber penguatan
(reinforcers) seseorang yang berasal dari tindakan mereka sendiri atau bergantung pada
tindakan orang lain dan pengaruh lain di luar kendali diri mereka.
Locus of control adalah salah satu trait kepribadian yang menggambarkan sejauh mana
keyakinan individu bahwa mereka mempunyai kendali atas kehidupan mereka (Lefcourt,
1976, dalam April, Dharani, & Peters, 2012).
Rotter menyatakan bahwa kepercayaan seseorang dalam melihat kendali dirinya dalam
sebuah situasi atau sebuah kejadian akan mempengaruhi harapan dan perilaku individu
tersebut (Halpert, 2011).

WOODGROVE 14
BANK
DIMENSI LOCUS OF
CONTROL
Rotter mengembangkan skala Internal-External
Locus Of Control Scale yang berisi item untuk
menilai apakah seseorang mempunyai
kecenderungan untuk menilai apakah mereka bisa
mengendalikan kehidupan mereka atau mereka
percaya bahwa kehidupan mereka berada di luar
kendali individu dan dipengaruhi oleh faktor
eksternal. Skala ini telah dipakai di berbagai
penelitian untuk melihat locus of control dalam
berbagai situasi.

WOODGROVE 15
BANK
1. LOCUS OF CONTROL INTERNAL
Locus of Control Internal adalah keyakinan bahwa dalam dirinya tersimpan potensi besar
untuk menentukan nasib sendiri.
Orang dengan locus of control internal meyakini bahwa bukan takdir yang menentukan
dirinya, tapi apa yang ia jalanilah yang menentukan takdir.

Kesimpulannya, locus of control internal berarti keyakinan seorang individu bahwa


yang mengendalikan nasib adalah dirinya sendiri. Kalo dia mau mengubah nasib, dia
harus berusaha.

Orang dengan locus of control internal tinggi cenderung memandang bahwa yang bisa
mengubah nasib adalah dirinya sendiri.

Individu seperti ini memiliki etos kerja tinggi, tahan banting menghadapi segala macam
kesulitan baik dalam kehidupannya maupun dalam pekerjaannya. Meskipun kadang dia
khawatir dan ragu, tapi perasaan tersebut relatif kecil dan seringkali diabaikannya. Orang-
orang seperti ini tidak mau melarikan diri dari masalah yang ia hadapi (Lee, 1990).

WOODGROVE 16
BANK
2. LOCUS OF CONTROL EKSTERNAL
Locus of Contol Eksternal adalah cara pandang di mana segala hasil yang didapat, baik atau
buruk, berada di luar kendali mereka. Lokus kendali eksternal lebih percaya pada faktor di
luar kekuasaan mereka. Seperti keberuntungan, kesempatan, atau takdir.

Kesimpulannya, locus of control eksternal berarti keyakinan seorang individu bahwa


nasibnya dikendalikan oleh sesuatu di luar kendalinya. Kalo ada yang salah, maka itu
salah orang lain atau dasar dia aja lagi sial.

Lee (1990) menyatakan bahwa individu yang locus of control eskternalnya tinggi cenderung
gampang pasrah sama keadaan.

Dia juga gampang menyerah kalau tersandung masalah.

Orang seperti ini memandang masalah-masalah sulit sebagai ancaman, dan orang-orang di
sekitarnya pun dicurigai akan mengganggu keberadaannya.

WOODGROVE 17
BANK
Locus of Control Internal Locus of Control Eksternal
• kontrol terhadap perilakunya baik • kontrol perilakunya buruk
• lebih aktif dalam mencari informasi dan • pasif dalam mencari informasi dan
pengetahuan yang berhubungan dengan pengetahuan yang berhubungan dengan
situasi yang dia hadapi situasi yang dihadapi
• self-esteemnya tinggi • self-esteemnya lebih rendah
• kepuasan kerja yang lebih tinggi • kepuasan kerjanya lebih rendah
• lebih baik dalam mengatasi stres • susah mengatasi stres dan susah disuruh
kerja yang benar
• percaya kalo reward dan punishment
yang dia dapet murni karena hasil • meyakini reward dan punishment yang
kerjanya. dia dapat karena suatu kekuatan yang
berubah-ubah (seperti ada hari baik, hari
• Suka kerja keras
sial, dll)
• Inisiatif yang tinggi
• Kurang memiliki inisiatif
• Selalu berusaha mencari pemecahan
• mudah menyerah, kurang suka berusaha
masalah
karena mereka percaya bahwa faktor
• Punya persepsi kalau mau usaha lebih luarlah yang mengontrol
keras pasti berhasi
• lebih mudah dipengaruhi dan tergantung
pada petunjuk orang lain WOODGROVE 18
BANK
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI LOCUS OF
CONTROL
Seperti asap yang muncul kalau ada api, maka
locus of control dapat muncul karena ada
penyebabnya, penyebabnya ada dua yaitu :
a. Pengaruh Keluarga
b. Faktor Motivasi

WOODGROVE 19
BANK
A. PENGARUH KELUARGA
Menurut (Hamedoglu, Kantor, & Gulay, 2012) lingkungan keluarga tempat kita tumbuh
bisa mempengaruhi locus of control mana yang bakal muncul di diri kita.
Kita pasti punya temen yang sama keluarganya dibiarin keluyuran malem-malem,
dan ada juga temenmu yang kalo abis maghrib udah dicariin sama mamanya.
Nah perilaku orang tua yang seperti mempengaruhi locus of control mereka.

Interaksi antara orang tua dengan anak yang hangat, dan fleksibel memberikan
kesempatan untuk mandiri di usia kecil, sedangkan orang tua yang cenderung
memusuhi, mendominasi anak dalam segala hal.

Kesimpulannya,

Individu yang dari kecilnya dikekang, dimanja, dan dididik dengan otoriter bisa
menyebabkan anak jadi pemalu, suka bergantung, dan suka menyalahkan keadaan
(Locus of control eksternal).

Sementara individu yang kecilnya dididik dengan demokratis, ia akan gampang


gaul, pede, dan punya rasa ingin tahu yang besar (locus of control internal).

WOODGROVE 20
BANK
B. FAKTOR MOTIVASI
Contohnya
Kalo misalkan nilai kita jelek, siapa yang akan kita salahin duluan?

Ya, Kalo sudah malas dan tidak ada motivasi, seseorang lebih gampang menyalahkan
keadaan eksternalnya.

Menurut Forte (dalam Karimi dan Alipour, 2011) bahwa motivasi, baik internal maupun
eksternal, bisa mempengaruhi locus of control seseorang.

Saat seseorang sudah sangat termotivasi, dia bisa mengevaluasi dirinya sendiri, dan
membuat perubahan yang diperlukan. Locus of control internalnya keluar.

Tapi kalau sudah tidak suka, hambatan dari luarnya dijadiin alasan.
Males belajar karena alesannya, catetan dipinjem lah,
Si Komo lewat lah. Semua dijadiin alesan.
Locus of control eksternalnya keluar.

WOODGROVE 21
BANK
WOODGROVE
BANK

THANK YOU
PERTANYAAN

Anda mungkin juga menyukai