Anda di halaman 1dari 31

PENYIAPAN DAN

PEMBUATAN BAHAN BAKU


KELOMPOK HOMOGEN 1
MARLINA (15020160003)
SULISTIAWATI YUNUS (15020160003)
BATARY RESKY (15020160146)
FERY KUSUMAYANTI (15020160137)
MELDA EKA JUNIAR (15020160161)
Obat Tradisional
Obat tradisional merupakan
produk yang dibuat dari bahan alam
yang jenis dan sifat kandungannya
sangat beragam sehingga untuk
menjamin mutu obat tradisional
diperlukan cara pembuatan yang
baik dengan lebih memperhatikan
proses produksi dan penanganan
bahan baku.
Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan
yang penting dalam suatu perusahan
manufaktur, karena disini terletak
langkah pertama dalam melakukan
proses produksi (Mulyadi, 1999).
Bahan baku merupakan bahan yang
membentuk bagian menyeluruh produk
jadi (Mulyadi, 1999).
PENYIAPAN BAHAN BAKU
Herba Meniran (Pyllanthusniruri.L)
• Pengambilan sampel meniran
Sampel meniran diambil dari batang, daun, bunga, buah atau seluruh
bagian atas tanah dicuci bersih, dirajang dan dikering anginkan hingga
kering.
• Penyiapan Simplisia
Sampel dipisahkan dari pengoto baik benda asing maupun bagian
tanaman yang telah rusak kemudian dilakukan pencucian dengan
menggunakan air mengalir yang bersih. Pencucian dilakukan untuk
menghilangkan tanah dan benda asing lainnya yang ada pada simplisia.
Herba meniran kemudian dikeringkan ditempat yang terlindung dari
cahaya matahari langsung hongga kadar air < 10 %. Lakukan sortasi kering
dengan memisahkan pengotor yag masih terdapat pada sampel kering.
Sampel kering kemudian disimpan dalam wadah kedap udara.
• Pembuata ekstrak meniran (Pyllanthusniruri.L)
Serbuk kering ditimbang sebanyak 200 g. Dimasukkan kedalam labu 4 L.
Kemudian dimasukkan etano 95% sebanyak 2 sampai mengenai seluruh
serbuk. Selanjutnya serbuk direndam selama 6 jam sambil sesekali diaduk
kemudian direfluks selama 3 jam. Hasil refluks disaring dan dipindahkan
kelabu lain, ampas direfluks kembali dengan cara yang sama. Hasil refluks
dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh
ekstrak kental rendamen yang diperoleh ditimbang dan dicatat.
Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.)
• Pembuata simplisia
Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.)
dibersihkan dan dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan dan diblender menjadi
serbuk.
• Pembuatan Ekstrak
Sebanyak 250 g serbuk daun tempuyung
yang sudah dicuci serta dihaluskan
menggunakan blender diekstraksikan
dengan menggunakan pelarut etanol 96% ,
kemudian dipekatkan dengan rotary
evaporator sehingga diperoleh ekstrak
etanol daun tempuyung.
Daun Tapak Darah (Catharanthus roseus)
• Pembuatan Simplisia
Daun tapak darah dicuci bersih dengan air megalir, ditiriskan kemudian dirang
kecil-kecil dengan menggunakan pisau, selanjutnya dikering-anginkan selama 3
hari pada suhu kamar kemudian dilanjutkan pengeringan dengan
menggunakan oven dengan suhu 40°C selama 3 hari. Setelah kering daun
tapak darah kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender dan diayak
dengan ayakan 20 mest.
• Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak daun tapak darah dilakukan dengan metode maserasi.
Proses maserasi dilakukan dengan perbandingan 1 : 7, yaitu serbuk daun tapak
darah kering yang telah diayak, ditimbang sebanyak 300 gram kemudian
dimasukkan dalam wadah tertutup rapat lalu diekstraksi dengan menggunakan
1200 mL etanol 70% dengan cara maserasi selama 5 hari (setiap hari digojok
atau diaduk). Ekstrak kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring
(filtrat 1) dan sisanya dimaserasi dengan etabol 79% sebanyak 900 mL lalu
disaring (filtrat 2). Filtrat 1 dan 2 dikumpulkan dan diuapkan dengan
menggunakan rotary evaporatorpada tekanan rendah dan suhu 33°C sampai
volume menjai ¼ dari volume awal dan dilanjutkan dengan pengentalan
menggunakan waterbath pada suhu 40°C hingga didapatkan ekstrak kental
sebanyak 49,15 g.
Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia L.)
• Pengumpulan Bahan
Daun Jati Belanda yang diambil adalah daun tua atau yang telah embuka
sempurna, kurang lebih daun ke-4 sampai ke-8 dari puncak daun.
• Pembuatan Serbuk
Daun jati belanda dicuci dengan air mengalir lalu ditiriskan dan diangin-
anginkan. Kemudia aun dikeringkan menggunkan oven dengan suhu 45°C
selama 2 hari. Daun yang telah kering dibuat serbuk dengan diblender
hingga diperoleh serbuk kering daun jati belanda. Selanjutnya serbuk
diayak dengan ayakan nomor mest 12/50.
• Pembuatan ekstrak
Ekstak kental dibuat dengan cara maserasi dengan etano 95%. Satu
bagian serbuk kering daun jati belanda, yaitu sebanyak 15,0 g dimasukkan
ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 10 bagian etanol yaitu
150,0 mL, direndamm selama 6 jam sambil diaduk, kemudain didiamkan
24 jam. Maserat dipidahkan dan proses diulangi dua kali dengan jenis dan
jumlah pelarut yang salam. Semua maserat dikumulkan dan diuapkan
dengan mengunkan penguap vakum kemudian dilanjutkan menguapkan
sisa pelarut dengan menggunkan oven hingga diperoleh ekstrak kental.
Sambiloto (Andrographis paniculata )
Tanaman sambiloto yang diambil dari kebun kemudian dicuci
agar bersih dari kotoran terutama tanah, setelah dicuci kemudian
dimasukkan ke lemari pengering sampai kering (bobot konstan) dan
kadar air kurang dari 10 %.Pengeringan dengan Sinar Matahari
Langsung Tanaman sambiloto yang diambil dari kebun kemudian dicuci
agar bersih dari kotoran terutama tanah, setelah dicuci kemudian
dijemur dengan bantuan matahari langsung sampai kering (bobot
konstan) dan kadar air kurang dari 10 %. Pengeringan dengan Sinar
Matahari Tidak Langsung Tanaman sambiloto yang diambil dari
kebun kemudian dicuci agar bersih dari kotoran terutama tanah,
setelah dicuci kemudian dijemur dengan bantuan matahari tidak
langsung, yaitu dengan menutup kain hitam di atas bahan yang akan
dikeringkan sampai kering (bobot konstan) dan kadar air kurang dari
10 %. Ekstraksi Herba Sambiloto Herba sambiloto yang sudah kering
kemudian dibuat serbuk menggunakan blender. Setelah semua herba
sambiloto diserbuk ditimbang sebanyak 20 gram, dimasukkan ke
dalam penyari Soxhlet 500ml, tambahkan pelarut teknis etanol 96%
sebanyak 160 ml. Penyarian dilakukan 14-15 sirkulasi atau sampai
jernih. Larutan disaring dengan kertas saring, kemudian filtrat yang
diperoleh diuapkan dengan waterbath sampai diperoleh ekstrak
kental.
Jambu biji(Psidii guajavae)
Pembuatan Ekstrak Daun Jambu Biji Pembuatan
ekstrak daun Jambu Biji dilakukan dengan cara ekstrasi
cara dingin yaitu Maserasi, yaitu daun Jambu Biji yang
sudah di panen dan disortasi dibersihkan dengan air
mengalir, lalu ditiriskan. Setelah ditiriskan daun Jambu
Biji dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering
simplisia diserbukkan dengan menggunakan blender dan
di timbang lalu di ekstraksi dengan menggunakan pelarut
etanol 96%. Selanjutnya filtrat dikumpulkan dan diuapkan
menggunakan rotary evaporator pada suhu dibawah
50oC sampai volumenya menjadi 1⁄4 dari volume awal,
dan dilanjutkan dengan pemekatan ekstrak yang
dilakukan dengan menggunakan waterbath dengan suhu
60oC sampai menjadi ekstrak pekat daun Jambu Biji.
Kulit kayu manis
(Cinnamomi burmannii Cortex)
Persiapan dan pengecilan ukuran kayu manis Kayu
manis (Cinnamomum burmannii ) yang didapat masih
berupa quill atau gulungan. Sebelum ditepungkan
kayumanis dikeringanginkan untuk mengurangi kadar air.
Selanjutnya dipotong menjadi mempermudah proses
penepungan. Penepungan dan Pengayakan Proses
penepungan kayu manis kering dilakukan dengan
menggunakan mesin penepung untuk menghasilkan
bubuk kayu manis. Selanjutnya bubuk kayu manis
dilakukan proses pengayakan dengan variasi ayakan
berukuran 20; 50 dan 80 mesh dengan menggunakan
mesin pengayak. Ekstraksi Ekstrasi kayu manis dilakukan
dengan cara maserasi dengan menggunakan variasi suhu
( 45°C, 55°C, dan 65°C) dan waktu kontak ( 2, 4, dan 6
jam ). Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi
bubuk kayu manis adalah metanol dengan
perbandingan 1:6.
Kakikapule (AIstoniae scholaridis)
• Dilakukan ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
• 1. Sebanyak 100 gram serbuk kulit batang pohon pule ditimbang
dengan menggunakan timbangan dan dimasukkan kedalam 2
erlenmeyer dengan ukuran 1000 ml. Masing-masing erlenmeyer
dimasukkan serbuk kulit batang pohon pule sebanyak 50 gr.
• 2. Setelah itu dimasukkan metanol 500 ml pada masing-masing
Erlenmeyer dan dibiarkan selama 24 jam.
• Setelah 24 jam kemudian larutan tersebut di saring menggunakan
kertas saring untuk mendapatkan ekstrak cair dari kulit batang
pohon pule dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer dengan ukuran
500 ml. Residu ekstraksi diulangi sebanyak 3 kali menggunakan
cara yang sama untuk pelarut metanol. Setelah disaring dengan
menggunakan kertas saring, maka diketahui banyaknya ekstrak cair
dari serbuk batang pohon pule yaitu 1550 ml.
• Ekstrak cair dari metanol kulit batang pohon pule dikumpulkan
dan diuapkan sampai kering menggunakan penguap putar
(rotavapor) selama 3 jam sehingga diperoleh ekstrak pekat
metanol.
Rimpang alang-alang
(Imperata cylindrica L.)
Langkah awal yang dilakukan sebelum penelitian adalah persiapan
lokasi penelitan, persiapan alat dan bahan seperti rimpang alang-alang
untuk bahan ekstrak. Pembuatan ekstrak dengan terlebih dahulu mencuci
rimpang alang-alang sebanyak 6,5 Kg hingga bersih, setelah itu anginkan
selama 30 hari, kemudian menghancurkan rimpang alang-alang yang
telah mengering menggunakan blender hingga menjadi serbuk yang
halus. Menimbang simplisia rimpang alang-alang sebanyak 500 gram yang
dimaserasi dalam etanol 70 % sebanyak 3500 ml atau 3,5 liter,
menutupnya dengan aluminium foil dan menyimpannya selama 3 x 24
jam (72 jam) di tempat yang terlindung dari cahaya matahari (mencegah
reaksi yang dikatalisis cahaya dan perubahan warna) dan mengaduk
berulang sebanyak tiga kali sehingga akan terjadi suatu keseimbangan
konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat ke dalam jaringan. Setelah
itu, larutan ekstrak disaring dengan menggunakan kapas berukuran besar
dan wadah penyaring, kemudian ampasnya kembali dimaserasi ke dalam
etanol 70 % sebanyak 3,5 liter sebanyak 2 kali kemudian disaring kembali.
Selanjutnya semua ekstrak digabungkan dan dilakukan evaporasi dengan
menggunakan penguap putar vakum (Vacuum Rotary Evaporator)
(Ahmad (1996) dalam Kusumaningrum dkk., (2007).
Umbi bawang putih
(Allium sativum L.)
Pembuatan ekstrak kulit umbi bawang
putih dengan cara kulit umbi bawang putih
yang telah dikeringkan, diblender dan
ditimbang sebanyak 120 g lalu diekstraksi
dengan menggunakan 900 ml etanol 70%
(selama 5 hari) dan ampasnya diekstrak
kembali selama 2 hari dengan etanol 70%
sebanyak 300 ml. Selanjutnya diuapkan
dengan vacum evaporator pada suhu 70oC
sampai menjadi ekstrak 18 kental. Hasil
ekstrak kulit umbi bawang putih yang
diperoleh yaitu 40g dari 1 kg kulit umbi
bawang putih (Febrinasari dkk, 2016).
Rimpang jahe
(Zingiber officinale Roxb. var rubrum)
Rimpang jahe merah segar dibersihkan dari
kotoran, tanah dan lain-lain. Kemudian dicuci
dengan air bersih, setelah itu ditiriskan untuk
membebaskan sisa air yang menempel pada
rimpang. Setelah bersih kemudian rimpang
dipotong-potong, lalu dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan (tidak boleh di jemur dengan
sinar matahari langsung, karena akan
mengakibatkan senyawa aktif dalam tanaman
menguap). Setelah irisan kering, jahe ditumbuk
halus dan diayak dengan pengayak mesh 4/18
(Anonim (1985), dalam Arini 2012).
Rimpang jahe
(Zingiber officinale Roxb. var rubrum)
Persiapan bahan baku meliputi proses pengirisan,
pengeringan, dan penghalusan. Sebelum memasuki proses
pengirisan, dilakukan pencucian dan sortasi terhadap
rimpang temulawak yang akan digunakan. Hal ini bertujuan
untuk menghilangkan benda asing yang tidak dikehendaki.
Proses pengirisan ini bertujuan untuk mempercepat lama
proses pengeringan. Tahapan pengirisan dilakukan dengan
menggunakan slicer pada ketebalan 1-3 mm. Irisan
temulawak tersebut segera dikeringkan dengan
menggunakan pengering yang diatur pada suhu 50oC selama
20jam. Menurut Purseglove (1981), pengeringan rimpang
segar dapat dilakukan dengan menggunakan aliran udara
panas dengan suhu maksimum 65°C. Pengeringan dengan
menggunakan cara ini akan menghasilkan simplisia kering
yang lebih higienis dan berwarna lebih cerah dibandingkan
dengan hasil pengeringan dengan menggunakan cahaya
matahari.
Lanjutan...
Persiapan bahan baku selanjutnya adalah proses
penghancuran. Menurut Syarief dan Nugroho (1992),
penghancuran merupakan salah satu jenis satuan operasi
pengecilan ukuran. Pengecilan ukuran sampai halus disebut
dengan proses penghancuran. Proses ini bertujuan untuk
memperoleh serbuk temulawak dengan ukuran dan bentuk
yang seragam. Serbuk temulawak dengan ukuran dan bentuk
yang seragam akan mempermudah kontak antara bahan
dengan pelarut sehingga akan meningkatkan efektifitas
ekstraksi.
Penghancuran simplisia temulawak dilakukan dengan
menggunakan alat discmill. Untuk mengatur ukuran serbuk
temulawak agar sesuai dengan yang dikehendaki, alat
penggiling dilengkapi dengan saringan. Pada penelitian ini
digunakan saringan yang berukuran 60 mesh. Menurut
Sembiring et al. (2006), dalam proses ekstraksi oleoresin
temulawak, ukuran serbuk 60 mesh menghasilkan kadar
xanthorrizhol lebih tinggi dibandingkan ukuran 40 mesh.
Lanjutan...
Metode ekstraksi yang digunakan adalah
maserasi disertai pengadukan. Pada prinsipnya,
metode maserasi dengan pengadukan merupakan
perendaman bahan dalam pelarut disertai dengan
adanya pengadukan. Perendaman disertai
pengadukanberlangsung selama 4 jam dan
selanjutnya dibiarkan selama 24 jam. Etanol atau
etil alkohol yaitu cairan bening tidak berwarna,
mudah menguap, berbau merangsang dan mudah
larut dalam air
Rimpang kunyit
(Curcuma domestica Val)
Persiapan Baban Baku (Susiana Prasetyo, 1998)
Prosedur yang dilakukan dalam persiapan baban baku
sebagai berikut :
• Rimpang kunyit dibersihakan dari kotoran yang
melekat, seperti tanab dan kotoran lainnya dengan
mencucinya di dalam air
• Kulit kunyit dikupas dan dicuci sekali lagi untuuk
menghilangkan sebagian minyak yang melapisi rimpang
luar kunyit
• Rimpang kunyit dipotong tipis-tipis sesuai ukurang
yang divariasikan
• lrisan rimpang kunyit dikukus dalam kukusan selama 4
jam untuk menghilangkan minyak atsirinya
• Irisan kunyit yang telab dikukus didinginkan dan
kemudian dikeringkan dalam oven pada II DOC selama
± 8 jam hingga kunyit kering dan siap untuk diekstraksi
Rimpang Kunyit
(Curcuma domestica Val)
• Ekstraksi Curcumin
Sebanyak 50 gram kunyit dimasukkan ke
dalam beaker glass, lalu dimaserasi
dengan etanol 70 %, 80 %, 90 % dan
lama ekstraksi 3 jam, 4 jam, dan 5 jam
dengan pengadukan 200 rpm. Ekstrak
yang diperoleh kemudian disaring dan
filtratnya di evaporasi dengan rotary
evaporator pada suhu 50˚C (Wahyu
oktavianingsih dkk, 2018).
Daun Paliasa
(Kleinhovia Hospita Linn.)
• Persiapan Bahan
Kulit batang paliasa diambil dan dikumpulkan.
Sampel kulit batang tumbuhan paliasa yang diambil
terlebih dahulu dibersihkan, dikeringkan diudara
terbuka (tanpa sinar matahari) kemudian dihaluskan
menggunakan blender dan dikeringkan kembali
dengan udara terbuka tanpa kena sinar matahari
(Dini, 2012).
• Tahap Ekstraksi
Simplisia daun paliasa diekstraksi dengan
menggunakan metode maserasi menggunakan
pelarut etanol 96% selama 5x24 jam dalam wadah
kaca dengan pengadukkan setiap 1x24 jam. Hasil
proses maserasi disaring dengan kertas saring, dan
filtrat diuapkan dengan menggunakan alat Vaccum
Rotary Evaporator hingga didapatkan hasil berupa
ekstrak kental (Desiana dkk, 2018).
Herba pegagan
(Centella asiatica (L.) Urban)
• Persiapan bahan
Bahan herba pegagan yang diperoleh
dideterminasi Herba segar disortasi basah
terhadap tanah dan kerikil, rumput-
rumputan, bagian tanaman lain yang tidak
digunakan dan bagian tanaman yang rusak.
Kemudian dicuci berulang kali, lalu diangin-
anginkan tanpa terkena sinar matahari
hingga tidak berair, setelah itu herba segar
disimpan pada suhu sejuk dalam wadah yang
bersih dan kedap udara, sehingga didapat
herba segar pegagan untuk siap diekstraksi
(Padmadisastra, 2007).
Herba pegagan
(Centella asiatica (L.) Urban)
• Pembuatan ekstrak
Sebanyak 100,0 gram serbuk simplisia terlebih
dahulu diawalemakkan dengan petroleum eter.
Selanjutnya serbuk yang telah bebas lemak dimaserasi
dengan pelarut etanol Filtrat yang diperoleh
selanjutnya diuapkan dengan rotary evaporator
dengan panas rendah.Ekstrak yang diperoleh
dilarutkan kembali dengan etanol absolut hingga
cukup larut, kemudian ditambahkan natrium sulfat
anhidrat 0,2 gram untuk setiap 10 ml larutan ekstrak,
diamkan selama 6 jam sambil sesekali di gojog.
Kemudian disaring, filtrat kembali diuapkan
menggunakan rotary evaporator dengan panas rendah
hingga diperoleh ekstrak kental (Salamah, 2014).
• Kayu secang (Caesalpinia sappan L.)
• ekstraksi yang digunakan adalah maserasi, yaitu merendam kulit
batang secang atau jambal (40 mesh) dengan pelarutnya selama 24
jam, kemudian dilakukan penyaringan dengan memisahkan antara
ampas dan filtrat. Filtrat yang dihasilkan diuapkan pelarutnya
dengan pengurangan tekanan sampai pelarut tidak menetes lagi,
dan dihasilkan ekstrak kasar. Pada proses maserasi, perbandingan
antara bahan baku secang atau jambal dan pelarut yang digunakan
adalah 1 : 6 (berat/volume). Pada ekstraksi menggunakan pelarut
air melalui proses pemanasan pada suhu 100oC, pemanasan
dihentikan bila volume air sudah menjadi sepertiganya.
Pengamatan terhadap ekstrak yang dihasilkan meliputi rendemen
ekstrak dan intensitas warna (Hernani, 2017).
• Kulit batang jamblang (Syzygium cumini)
• Persiapan bahan baku untuk operasi ekstraksi
dilakukan sebagai berikut yaitu kulit batang
jamblang dibersihkan dari kotoran lumut yang
menempel dan dipotong kecil-kecil. Kemudian
dikeringkan pada sinar matahari sampai kering.
Lalu ditumbuk hingga menjadi serbuk. Serbuk
kulit batang jamblang diayak dengan ayakan 40
mesh. Serbuk kulit batang jamblang dibungkus
dalam kertas saring (Syamsul, 2017).

• Rimpang kencur (Kaempferia galanga)
• Cincang cuplikan kemudian masukkan 50 gram ke
dalam blender. Tambahkan 100 ml toluene dan 50 ml
2-propanolol, lumatkan selama paling sedikit 3 menit.
Enap tuangkan melalui corong yang diberi wcl kuarsa.
Pindahkan ekstrak kedalam corong pisah. Tambahkan
250 ml larutan natrium sulfat 2%. Kocok selama 1
menit, biarkan terpisah, buang lapisan air, biarkan
emulsi dalam corong pisah. Ulangi pencucian dengan
250 ml larutan natrium sulfat 2%, buang fase air dan
biarkan lapisan emulsi yang terjadi tetap dalam corong
pisah (Badan standardisai nasional, 2005)
• Daun teh (Camellia sinensis)
• Pelayuan
Pucuk segar yang baru tiba di pabrik, secepat mungkin dimasukkan ke mesin rotary panner
(RP). Pelayuan pada teh hijau bertujuan untuk menginaktifkan enzim polifenol oksidase dan
menurunkan kandungan air dalam pucuk, agar pucuk menjadi lentur dan mempermudah proses
penggulungan. Pucuk yang sudah layu optimal ditandai dengan 68 melemasnya daun, bila dipegang
daun terasa lengket, berwarna hijau kekuningan serta mengandung kadar air berkisar 65 sampai
70%. Pelayuan dilaksanakan dengan cara memasukkan pucuk segar secara terus menerus kedalam
silinder mesin Rotary Panner (RP) yang sudah dipanasi secara berkesinambungan dengan suhu
pelayuan 80- 100oC. Selama proses pelayuan berlangsung dalam rotary panner, terjadi proses
penguapan air baik yang terdapat di permukaan maupun yang terdapat didalam daun. Uap air yang
terjadi harus secepatnya dikeluarkan dari ruang roll rotary panner, untuk menghindari
terhidrolisanya klorofil oleh uap asam-asam organic. Caranya adalah dengan menghisap udara dari
dalam mesin atau mengehembuskan udara segar kedalam mesin dengan bantuan kipas (blower).
Gambar 42. Mesin Rotary Panner
Akibat dari tingginya harga BBM Solar, saat ini bahan bakar yang
biasa digunakan sebagai pemanas mesin rotary panner adalah kayu bakar, cangkang sawit dan
wood pellet yang dimasukkan kedalam tungku. Prinsip pemasasan pada mesin rotary panner adalah
pemanasan 69 langsung, yaitu pemasasan silinder yang bersinggungan secara langsung dengan
pucuk yang sedang dilayukan.
• Pendinginan
Proses pendinginan dilaksanakan dengan tujuan
untuk
mendinginak pucuk yang telah dilayukan. Proses
pendinginan ini
dilakukan dengan cara memasukkan pucuk layu
yang masih panas
kedalam silinder berputar yang permukaannya
terbuat dari kawat mesh berlubang. Kemudian
kedalam mesin dihembuskan udara segar,
sehingga dapat mendingkan pucuk layu
• 3.Penggulungan
Pucuk layu yang sudah dingin kemudian dimasukkan kedalam
mesin penggulung atau biasanya disebut Open Top Roller (OTR) dan ada juga yang
menyebutnya Jacson. Tujuan dari proses ini adalah mengeluarkan cairan dalam sel
pucuk layu dan membentuk pucuk menjadi gulungan-gulungan yang akan
berpengaruh terhadap bentuk teh kering yang akan dihasilkan. Pucuk layu dari
mesin Rotary Panner akan berkurang beratnya +/- 30% dan pengurangan ini
diperoleh dari berkurangnya kandungan air dari pucuk. 70 Gambar 43. Open Top
Roller (OTR)
Proses penggulungan pada pengolahan teh hijau hanya dilakukan
sekali dengan tujuan agar pucuk yang sedang digulung tidak terlalu
banyak yang hancur. Pucuk yang hancur akan mengakibatkan teh kering menjadi
bubuk, yang pada proses pengolahan teh hijau kehancuran harus seminimal
mungkin. Waktu yang diperlukan untuk proses penggulungan disesuaikan dengan
mutu pucuk, tingkat layu pucuk, ukuran mesin serta tipe mesin penggulung. Lama
penggulungan yang optimal biasanya tidak lebih dari 30 menit, yang dihitung sejak
pucuk ayu masuk mesin penggulung (Setyamidjaja,2000).
• 4.PengeringanI
Pengeringan pada pengolahan teh hijau dilaksanakan talam 2 (dua)
tahap, yaitu pengeringan I menggunakan mesin Endless Chain Pressure (ECP) dan
pengeringan II menggunakan Balltea (BT). Pengeringan I pada pengolahan teh
hijau berfungsi untuk menurunkan kandungan air dalam pucuk layu sekaligus
memekatkan cairan daun sehingga cairan tersebut 71 seperti perekat. Secara
organoleptic ciri dari pengeringan I sudah layak adalah apabila bubuk teh
dipegang, maka akan terasa lengket di tangan. Gambar 44. Mesin Endless Chain
Pressure (ECP) Mesin pengering I disebut ECP (Endless Chain Pressure) Dryer,
biasanya berukuran 4 dan 6 feet. Sistem pengeringan pada mesin ECP Dryer adalah
pemanasan tidak langsung yaitu dengan cara mengehembuskan udara panas ke
permukaan bubuk teh. Pemanasan udara pada mesin ECP Dryer dilaksanakan
dengan cara menarik udara segar dari luar, kemudian udara tersebut
disinggungkan dengan permukaan besi plat yang sudah dipanaskan sehingga suhu
udara menjadi naik. Suhu udara yang diharapkan adalah antara 130 s.d 135 oC 72
yang biasanya disebut dengan suhu inlet, sedangkan suhu keluar (outlet)
diupayakan sebesar 50-55oC dengan lama pengeringan +/- 25 menit dengam kadar
air out put yang diinginkan sebesar 40 – 42%. Bahan bakar pemanas yang biasa
dipakai untuk mesin ECP adalah BBM Solar,
kayu bakar, cangkang sawit gas (Tuty anggraini, 2017)
• DAFTAR PUSTAKA
• Adrian, Moh. 2000.Teknik Kromatografi. Penerbit Andi : Yogyakarta.
• Ansel, Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. UI Press: Jakarta.
• Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2005. Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik. Jakarta.
• Ditjen POM, 2009. Farmakope Herbal Indonesia. Depkes RI : Indonesia.
• Grace L. 2010. Karakteristik Ekstrk Etanolik Daun Jati Belana(Guazuma ulmifolia Lamk.). : Yigyakarta.
• Harrizul dkk, 2013. Karakteristik Ekstrak Herba Meniran (Pyllantuuniruri L.) : Padang.
• Hersindy dkk. 2014. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Tapak Darah (Catharanthus roseus)terhadap penurunan kada gula darah : Manado
• Rizki W.M, 2015. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) : Jember.
• Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. UGM Press: Yogyakarta.
• Wijaya, H. M. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Cetakan 1. Jakarta.
• Arini, D. H. 2012. Optimasi Formula Tablet Effervescent Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb. Var rubrum) : Surabaya.

• Febrinasari, Nisa. 2016. Uji Stimulasia Ekstrak Kulit Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Pada Mencit Galur Swiss : Semarang.

• Arifin , Helmi, Anggraini,Nelvi, Handayani, Dian, dan Rasyid, Roslinda . 2006. Standarisasi Ekstrak Etanol Daun Eugenia Cumini Merr. J. Sains Tek.
Farmasi.
• Tuty Anggraini. 2017. Teknologi Hasil Kebun The Hijau : Sumatra

• Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI 01-7085-2005. Simplisia Kencur.Badan Standarisasi Nasional : Jakarta

• Syamsul Bahri dkk.. 2017 Jurnal Teknologi Kimia Unimal : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai