Anda di halaman 1dari 37

GLAUKOMA

DIAN RESITHA (3351171451)


DWI NUR SAKTIANI P. (3351171455)
CICILIA RESA (3351171456)
AMIRUL MU MIN (3351171458)
DEWISRISETIAWANTI TULAK (3351171460)
EVI PASERU (3351171462)
DEDY SUPRIYADI (3351171476)
AAN SETIAWAN (3351171477)

Kelas D
DEFINISI

PREVALENSI

PATOFISIOLOGI

GEJALA

DIAGNOSIS

FAKTOR RESIKO

PENATALAKSANAAN TERAPI

INTERAKSI OBAT

STUDI KASUS
ANATOMI MATA
DEFINISI GALUKOMA

Glaukoma adalah gangguan ocular


yang ditandai dengan perubahan
pada pusat saraf optik (lempeng
optik) dan kehilangan sensitivitas
visual dan jarak pandang.
Gangguan mata glaukoma
ditandai dengan meningkatnya
tekanan bola mata, atrofi saraf
optikus dan menciutnya lapang
pandang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara produksi
dan pembuangan cairan dalam
bola mata, sehingga merusak
jaringan syaraf halus yang ada di
retina dan dibelakang bola mata.
PREVALENSI

1. Jumlah penyakit glaukoma didunia menurut World Health Organization


(WHO) diperkirakan ± 60,5juta orang di tahun 2010, akan menjadi 80 juta
di tahun 2020.
2. Prevalensi glaucoma hasil Jakarta Urban Eye Health Study tahun 2008
adalah glaucoma primer sudut tertutup sebesar 1,89%, glaucoma primer
sudut terbuka 0,48% dan glaucoma sekunder 0,16% atau keseluruhannya
2,53%.
3. Prevalensi kebutaan nasional 0,6% dan glaukoma merupakan penyebab
kebutaan nomor dua di Indonesia setelah katarak.
Di Indonesia glaukoma merupakan
penyebab kebutaan nomor 2 setelah
katarak.

Menurut hasil riset kesehatan dasar


tahun 2007 :
• Provinsi DKI Jakarta (1,85%)
• Provinsi Aceh (1,28%)
• Kepulauan Riau (1,26%)
• Sulawesi Tengah (1,21%)
• Sumatera Barat (1,14%)
• Provinsi Riau (0,04%).
KLASIFIKASI

Glaukoma
Sudut terbuka
POAG
Kronis
Primer
Sudut tertutup
PCAG
Sekunder Akut

Kongenital POAG : Primer Open Angle Glaucoma


PCOG : Primer Closure Angle Glaucoma
PERBEDAAN POAG DAN PCAG
PATOFISIOLOGI
GLAUKOMA SUDUT TERBUKA
GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP
GLAUKOMA KONGENIALIS
 KET: 1. Mata Normal
 2. Mata dengan glaukoma
 3. Mata dengan glaukoma tingkat lanjut
 4. Mata dengan glukoma tingkat keparahan yang tinggi (4,5 dan 6)
GEJALA

Gejala-gejala glaukoma dapat


Glaukoma kongenital atau
berupa:
bawaan, gejala yang bisa muncul
pada anak-anak di antaranya:
1. Nyeri pada mata
2. Sakit kepala
1. Mata tampak berair dan
3. Melihat bayangan lingkaran
berkabut
di sekeliling cahaya
2. Mata menjadi sensitif
4. Mata memerah
terhadap cahaya
5. Mual atau muntah
3. Mata terlihat membesar
6. Mata berkabut (khususnya
(akibat tekanan yang terjadi
pada bayi)
di dalam mata)
7. Penglihatan yang makin
4. Mata terlihat juling
menyempit hingga pada
akhirnya tidak dapat melihat
obyek sama sekali
DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Tonometri

Pemeriksaan tekanan intraokuli dapat dilakukan


dengan menggunakan tonometri. Yang sering
dipergunakan adalah tonometri aplanasi
Goldmann, yang dilekatkan ke slitlamp dan
mengukur gaya yang diperlukan untuk
meratakan daerah kornea tertentu. Rentang
tekanan intraokuli yang normal adalah 10-21
mmHg.
2. Pemeriksaan ginioskopi

Pada pemeriksaan gonioskopi, dapat dilihat struktur sudut bilik


mata depan. Lebar sudut bilik mata depan dapat diperkirakan dengan
pencahayaan oblik bilik mata depan. Apabila keseluruhan trabecular
meshwork, scleral spur dan prosesus siliaris dapat terlihat, sudut dinyatakan
terbuka. Apabila hanya Schwalbe’s line atau sebagian kecil dari trabecular
meshwork yang dapat terlihat, dinyatakan sudut sempit. Apabila Schwalbe’s
line tidak terlihat, sudut dinyatakan tertutup.
3. Penilaian Diskus Optikus

Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian tengahnya (depresi sentral).


Atrofi optikus akibat glaukoma menimbulkan kelainan-kelainan diskus khas yang
terutama ditandai oleh pembesaran cawan diskus optikus dan pemucatan diskus
di daerah cawan. Selain itu, dapat pula disertai pembesaran konsentrik cawan
optik atau pencekungan (cupping) superior dan inferior dan disertai pembentukan
takik (notching) fokal di tepi diskus optikus.
4. Pemeriksaan Lapangan Pandang

Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30


derajat lapangan pandang bagian sentral. Perubahan paling dini adalah semakin
nyatanya bintik buta.
Alat-alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan lapangan
pandang pada glaukoma adalah automated perimeter (misalnya Humphrey, Octopus,
atau Henson), perimeter Goldmann, Friedmann field analyzer, dan layar tangent.
FAKTOR RESIKO
Peningkatan tekanan internal mata (Intraokular pressure)

Pendidikan

JenisKelamin

Umur

Latar belakang etnik

Riwayat Keluarga dengan Glaukoma

Kondisi Medis

Kondisi mata yang lain

Penggunaan kortiosteroid jangka panjang


PENATALAKSANAAN TERAPI
NON FARMAKOLOGI

1. Diet
2. Olahraga
3. Hindari merokok
4. Hindari radikal bebas
5. Tidak menggunakan obat yg toksis pd saraf mata
(Steroid, Ibuprofen, Aspirin, Tranquilizer,INH dan
kloramfenikol)
FARMAKOLOGI

1. Agen osmotik

Agen ini lebih efektif untuk menurunkan tekanan intra okular, pemberiannya
dianjurkan kepada pasien yang tidak mengalami emesis. Pemberian anti emetik
dapat membantu mencegah muntah akibat emesis. Agen osmotik oral pada
penggunaannya tidak boleh diencerkan dengan cairan atau es agar osmolaritas dan
efisiensinya tidak menurun.

b. Mannitol c. Ureum intravena


a. Gliserin
Mannitol dengan berat Merupakan agen osmotik
melekul yang tinggi, akan yang dahulu sering
Dosis efektif 1 - 1,5 gr/kg lebih lambat berpenetrasi digunakan, mempunyai
BB dalam 50% cairan. pada mata sehingga lebih berat melekul yang
Dapat menurunkan tekanan efektif menurunkan rendah.Urea lebih cepat
intraokular dalam waktu 30- tekanan intraokular. berpenetrasi pada mata,
90 menit setelah pemberian Maksimal penurunan sehingga tidak seefektif
dan dipastikan agen ini tekanan dijumpai dalam 1 mannitol dalam menurunkan
bekerja selama 5 - 6 jam. jam setelah pemberian tekanan intraokular
manitol intravena.
2. Parasimpatomimetik, Kolinergik agonis

Mekanisme kerja :bekerja secara langsung sebagai obat parasimpatomimetik yang


menyebabkan terjadinya konstriksi pupil, menstimulasi otot siliari dan meningkatkan
aliran aqueous humor sehingga menurunkan tekanan pada intraokular.

b. Pilokarpin
a. Karbakol
Penggunaan utamanya adalah sebagai
Digunakan sebagai miotikum pada miotikum pada glaukoma. Efek miotisnya
glaukoma dan pada atonia organ (dalam tetes mata dimulai sesudah 10-
dalam. 30 menit dan bertahan 4-8 jam).
Indikasi : Menurunkan
tekanan intraokuler\ Sediaan yang beredar : Epikarpin,
Sediaan beredar : Isotic Litrapres (Cendo), Cendokarpin (Cendo), Ximex
(Pratapa Nirmala) Opticar (Konimek), PV Carpine (Darya
Varia).
3. Senyawa penghambat β-adrenergik

Mekanisme kerja antihipertensif okular belum diketahui secara pasti tapi diduga
menurunkan produksi cairan mata.

a. Levobunolol hidroklorida
Indikasi : Mengurangi tekanan intraokuler glaukoma simpleks kronik
KI : Bradikardia, blokade jantung, atau gagal jantung
Peringatan : Penting untuk menghindari asma
Efek samping : Mata kering sementara dan blefarokonjungtivitis alergis
Sediaan : Batagan Liquifilm (Darya Varia)
b. Betaksolol hidroklorida
Indikasi : Mengurangi tekanan intraokuler glaukoma simpleks kronik
Efek samping : Mata kering sementara dan blefarokonjungtivitis alergis
Sediaan : Betoptima Alcon-couvereur Nv-Belgium

c. Metil pranolol

Indikasi : Mengurangi tekanan intraokuler glaukoma simpleks kronik,


tetapi dalam glaukoma sudut lebar kronis dibatasi pada
pasien yang alergi terhadap zat pengawet atau mereka yang
memakai lensa kontak (dimana benzalkonium klorida harus dihindari)
KI : Bradikardia, blokade jantung, atau gagal jantung
Peringatan : Tidak dianjurkan pada asma
ES :Mata kering sementara dan blefarokonjungtivitis alergi, uveitis
anterior granulomatosa (hentikan pengobatan)
Sediaan : Beta Opthiole (Combiphar)
d. Timolol Maleat
Indikasi : Mengurangi tekanan intraokuler glaukoma simpleks kronik
KI : Bradikardia, blokade jantung, atau gagal jantung
Peringatan : Penting untuk menghindari asma
ES : Mata kering sementara dan blefarokonjungtivitis alergis
Sediaan : Timolol maleat (Generik), XimexOpticom (Konimek), Tim-
Opthal (Sanbe Farma), Timolol maleat (Cendo)

Dosis pada penanganan glaukoma

Nama obat Bentuk sediaan Dosis

Penghambat β-adrenergik

Betaxolol Larutan 0.5 % suspense 0.25 % Satu tetes 2xsehari

Levobunolol Larutan 0.25 % dan 0.5 % Satu tetes 2xsehari

Metilpranolol Larutan 0.3 % Satu tetes 2xsehari

Timolol Larutan 0.25 % dan 0.5 % Satu tetes 1-2xsehari


4. Penghambat Karbonil Anhidrase

Mekanisme kerja penghambatan pada karbonik anhidrase


menurunkan kecepatan pembentukan aquaeus humor sehingga
menurunkan tekanan intraokuler.
a. Asetazolamid

Indikasi : Pengobatan prabedah Closed Angle Glaucoma


Peringatan : Hindari pada kerusakan ginjal yang berat, kehamilan tidak
dianjurkan untuk penggunaan lama tetapi tetap akan
diberikan diperlukan pemeriksaan hitung jenis darah; hindari
ekstravasasi pada tempat injeksi (resiko nekrosis)
Efek samping : Parastesia, hipokalemia, berkurangnya nafsu makan, rasa
mengantuk dan depresi terutama pada pasien usia lanjut, bintik-
bintik merah pada kulit dan kelainan darah jarang terjadi, dan
dapat terjadi batu ginjal
Sediaan : Acetazolamid (generik), diamox (Phapros)
5. Agonis Prostaglandin

Mekanisme kerja obat agonis prostaglandin menurunkan tekanan intraokuler


dengan meningkatkan aliran aquaeous humor, meskipun mekanisme pasti belum
diketahui.

a. Latanopros

Merupakan suatu prodrug prostaglandin-F2 (PGF2). Obat ini menembus kornea dan
menurunkan TIO melalui peningkatan aliran aquaeous uveousklera.

Indikasi : Tekanan intraokuler pada glaukoma sudut lebar dan hipertensi


okular pada pasien yang tidak menunjukan respon terhadap obat
lain.
Dosis :1 tetes 2x sehari larutan 0,005%
Sediaan : Xalatan TM (Upjohn Indonesia)
INTERAKSI OBAT
Obat A Obat B Efek yang terjadi

Betabloker optalmik Digitalis Penggunaan propanolol menyebabkan bradikaria pada pasien


aritmia akibat menggunakan digitalis

Kinidin Betabloker optalmik Kinidin meningkatkan kadar serum metoprolol dan timolol karena
inhibisi enzim CYP2D6, demikian juga kadar serum propanolol
naik, dapat terjadi bradikardia

Betabloker Senyawa fenotiazin Pada penggunaan klorpromazin, thioridazin dengan propanolol


terjadi peningkatan kadar serum kedua obat, terjadi hipotensi

Karbakhol, pilokarpin NSAID Dilaporkan karbakol dan pilokarpin menjadi tidak efektif bila
digunakan bersama NSAID topikal

Latanoprost Obat tetes mengandung Terjadi pengendapan secara in vitro, gunakan dengan interval 5
timerosal menit

Karbakhol Flurbiprofen, surprofen Dilaporkan karbakol menjadi tidak efektif bila digunakan
bersamaan dengan flurbiprofen, atau surprofen
STUDI KASUS

Tn. S usia 45 tahun datang dengan keluhan penglihatan pada mata kanan
dan kiri buram sejak 4 hari lalu. Buram pada kedua mata munculnya tiba-tiba dan
hanya bisa melihat bayangan samar-samar. Kedua mata merah, sedikit berair dan
nyeri. Nyeri dirasakan terus menerus dan menghilang setelah tidur sebentar. Pasien
juga mengeluh sakit kepala terus-menerus.
Berdasarkan pemeriksaan oftalmologis, didapatkan visus occuli dextra (OD)
dan sinistra (OS) adalah 3/60. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva.
Pada pemeriksaan tekanan bola mata didapatkan TIO mata kanan (25.8) dan mata
kiri (30.4). Pasien diberikan Timol 0.5% eye drop 2 dd gtt I ODS, Polynel eye drop 6
dd gtt I ODS, Glaucon tab 2 dd I dan KCL tab 2 dd I
Analisis SOAP
1. subjek

Tn. S usia 45 tahun datang dengan keluhan penglihatan pada mata


kanan dan kiri buram sejak 4 hari lalu. Buram pada kedua mata
munculnya tiba-tiba dan hanya bisa melihat bayangan samar-samar.
Kedua mata merah, sedikit berair dan nyeri. Nyeri dirasakan terus
menerus dan menghilang setelah tidur sebentar. Pasien juga mengeluh
sakit kepala terus-menerus.
2. Objektif

Pemeriksaan fisik
a. Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 84x/ menit
Suhu : 36.6oC
Pernafasan : 20x/ menit

b. Status Oftalmologis
3. Assesment

a. DIAGNOSIS
Glaukoma akut ODS
b. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad fungsionam : Ad bonam
Ad sanationam : Ad bonam

Pasien dalam kasus ini tergolong dalam glaukoma primer sudut tertutup. Gejala
dan tanda pada glaukoma akut tertutup, ditemukan mata merah dengan penglihatan turun
mendadak, tekanan intraokuler meningkat mendadak, nyeri yang hebat, melihat halo di
sekitar lampu yang dilihat, terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah. Mata
menunjukkan tanda-tanda peradangan dengan kelopak mata bengkak, kornea suram dan
edem, iris sembab meradang, pupil melebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat,
papil saraf optik hiperemis.
Glaukoma akut merupakan salah satus kasus kegawat daruratan pada
penyakit mata sehingga penatalaksanaan harus dilakukan segera di rumah
sakit. Tujuan pengobatan pada glaukoma akut adalah untuk menurunkan
tekanan bola mata secepatnya kemudian apabila tekanan bola mata
normal dan mata tenang maka dapat dilakukan pembedahan. Pengobatan
pada glaukoma akut harus segera berupa kombinasi pengobatan sistemik
dan topikal.
4. Plan
Pada kasus ini, pasien diberikan obat
topikal tetes mata Timolol 0.5% 2x1 tetes
1. Timol 0.5% eye drop 2 dd gtt I ODS (ODS) dan Polynel 6x1 tetes (ODS)
sedangkan untuk pengobatan sistemik
2. Polynel eye drop 6 dd gtt I ODS diberikan Glaucon (asetazolamid) tablet
3. Glaucon tab 2 dd I 2x1 mg dan KCL tablet 2x1.

4. KCL tab 2 dd I

Glaucon mengandung asetazolamid yang termasuk dalam golongan karbonik


anhidrase inhibitor. Efeknya dapat menurunkan tekanan dengan menghambat produksi
humor akuos sehingga sangat berguna untuk menurunkan tekanan intraokular secara
cepat. Obat ini dapat diberikan secara oral dengan dosis 250-1000 mg per hari. Pada
pasien dengan glaukoma akut yang disertai mual muntah dapat diberikan Asetazolamid
500 mg IV, yang disusul dengan 250 mg tablet setiap 4 jam sesudah keluhan mual
hilang. Pemberian obat ini memberikan efek samping hilangnya kalium tubuh, parastesi,
anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan miopia sementara. Untuk mencegah efek
samping tersebut, pada pasien ini diberikan pemberian KCL tablet.
Timolol merupakan beta bloker non selektif dengan aktivitas dan konsentrasi
tertinggi pada camera occuli posterior (COP) yang dicapai dalam waktu 30-60 menit
setelah pemberian topikal. Beta bloker dapat menurunkan tekanan intraokular dengan
cara mengurangi produksi humor aquos. Penggunan beta bloker non selektif sebagai
inisiasi terapi dapat diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat
diulang dalam 4, 8, dan 12 jam kemudian. Pemberian Timolol 0.5% 2x1 tetes (ODS)
sudah tepat. Timolol termasuk beta bloker non selektif sehingga perlu diperhatikan
pemberiannya pada pasien dengan asma, PPOK, dan penyakit jantung. Polynel tetes
mata steril ini mengandung Fluoromethasone 1 mg dan Neomycin Sulfate diberi untuk
mengurangi reaksi peradangan yang terjadi akibat proses akut.

Anda mungkin juga menyukai