Anda di halaman 1dari 39

PENANGANAN SENGKETA

KESEHATAN

Drg. Suryono, SH, Ph.D


Pusat Mediasi Sekolah
Pascasarjana UGM -Yogyakarta
Profesi Kesehatan
 Memberikan pelayanan kesehatan dalam rangka
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat
khususnya dalam bidang kesehatan <-- Tenaga
Kesehatan ( pengemban profesi kesehatan)
 Motivasi : memberikan pertolongan untuk
meringankan beban penderitaan pasien (krn;
penyakit, kecelakaan dsb)
 Prestasi : Upaya maksimal berdasarkan ilmu
kedokteran/kesehatan Inspanning Verbintennis
 Berbeda dengan profesi lainnya (salon, bengkel,
pedagang, perkreditan) Resultaat Verbintennis
Pelayanan Kesehatan

 Motif : mengupayakan untuk menjadi lebih


baik (meringankan penderitaan,
pengupayakan penyembuhan,
meningkatkan kualitas hidup)

 Tindakannya tidak bersifat melawan


hukum (asal dilakukan sesuai dengan
kompetensi dan SOP)
Kemungkinan Hasil dari Upaya Maksimal yang
dilakukan oleh Nakes (Tenaga Kesehatan)
terhadap pasien :
 Sembuh
 Penderitaan berkurang
 Tidak ada perubahan
 Perjalanan penyakit tetap berkembang
 Hasil yang tidak diinginkan : Kecelakaan dan Resiko
Medis : alergi, kecacatan, kematian

Ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti  tidak ada nakes


yang berani menjanjikan kesembuhan pd pasien
Variasi biologi pasien  respon terhadap pengobatan
berbeda-beda hasilnya
Unwanted Result in Medicine

Risks;
From the disseases
From Medical procedures
1.Dead
2.Complication
Unwanted Result in Medicine
3.Desease progress
4.No effect

Malpractice
(misconduct,
Negligence
incompetence)
Patient’s Risks

Risk arise from Risk arise from


Medical Procedures The dissease

Information from Physician

Informed opinion

Informed dicision

Consent to medical procedure Refuse the medical procedure


Accept risk arise from medical procedure Accept risk arise from dissease
Malpractice

Malpractice

Misconduct Negligence incompetence

Ethics dicipline Law Comission Omission

Civil Private Administration


Malpractice
 Menjalankan profesi dengan tidak baik;
 Muncul karena tindakan yang disengaja
a. Misconduct kesengajaan melanggar
ketentuan etik/disiplin/hukum
b.Negligencekelalaian medik; melakukan yang
seharusnya tidak dilakukan (Komisi) dan tidak
melakukan yang seharusnya dilakukan(Omisi)
sebagai pengemban profesi kesehatan
c.Incompetence kekurang mahiran
Negligence (Tindakan Kelalaian)

Malfeasance
Melakukan tindakan yang tidak tepat
/melanggar hukum

Medical Negligence Misfeasance


Melakukan pilihan tindakan medis tepat,
ttp dilakukan dgn tidak tepat

Nonfeasance

Tidak melakukan tindakan medis yang


merupakan kewajiban baginya
Tingkatan Negligence
 Kelalaian ringan (Culpa Levis)
tidak melakukan sesuatu yang secara wajar dilakukan
/melakukan sesuatu yang secara wajar tidak dilakukan
orang lain dalam situasi dan kondisi tersebut
 Kelalaian berat (Culpa Lata)
sadar dan dengan sengaja melakukan sesuatu yang
sepatutnya tidak dilakukan

Kelalaian bukanlah kejahatan bila tidak


menimbulkan kerugian atau cedera pada org
lain, atau orang lain bisa menerimanya
Unsur Kelalaian
 Duty to use due care, hub nakes-pasien
harus sudah ada saat peristiwa itu terjadi
 Dereliction, ada penyimpangan
 Damage (injury), ada cidera/kerugian pada
pasien
 Direct causation, tindakan tenaga
kesehatan harus menjadi penyebab
langsung ( ada hubungan sebab akibat)
Kecelakan medis (Mishaps)
 Merupakan peristiwa yang tidak terduga;
sesuatu yg tidak enak,tidak
menguntungkan,bahkan mencelakakan bagi
yang terkena
 Kecelakaan tidak sama dengan kelalaian
 Kecelakaan medik merupakan tindakan yang
dapat dimaklumi dan dimaafkan sehingga tidak
dapat dipersalahkan atau dituntut asal upaya
pencegahan telah ada/dilakukan
Mishaps

Foreseen Unforeseen

Prevention Prevention
not performed performed

Liable Not Liable


Medical procedure liability

Unwanted Result

Risks Malpractice

Consent obtained No Consent obtained

Not liable liable


Mengapa sengketa kesehatan
timbul?
 Timbul karena komunikasi tidak efektif;
 Perbedaan sudut pandang tentang pengobatan
 Hasil perawatan bukan suatu kepastian
 Akibat-akibat lain yang tidak dinginkan muncul
karena praktik profesi kesehatan
 Malpraktik
Factor penyebab meningkatnya
Sengketa Kesehatan
Dissatisfaction Patiens Dispute/Conflict

TRIGGER FACTOR;
Unwanted effects
No consent
Poor communication
PREDISPOSING
FACTORS ;
Life style
Culture
Expectation
Knowledge
(HR;Law)
etc
Ekspresi dari konflik
 Menulis dikotak saran RS
 Menulis di Media masa (Koran,internet)
 Somasi (mengirim surat peringatan)
 Perdata (Gugatan)
 Pidana (Laporan,Pengaduan,Tuntutan)
Ranah Sengketa Pelayanan
Kesehatan & Penyelesaiannya
Pelanggaran :
UU No.36/2009
UU No.44/2009
UU No.29/2004

Isu Etik Isu Disiplin Isu Hukum

MKEK/MKEKG MKDKI/MKDKI-P Pengadilan Negeri

ADR/ MEDIASI

Perdamaian
&/kompensasi

Keputusan : Keputusan : Keputusan :


Teguran Peringatan tertulis Penjara/Kurungan/Denda/
Pencabutan Izin Praktek ; Rekomendasi Pencabutan STR & SIP Ganti rugi/
sementara/Tetap Kewajiban mengikuti Pelatihan/latihan Teguran/Pencabutan
12/24/2019 winsuryo@hotmail.com 18
Alur Pengaduan & Tata Cara Penanganan
Pelanggaran Disiplin

Setiap orang/kepentingan yang dirugikan Pengaduan tertulis Penetapan Majelis Pemeriksa Awal

Pemeriksaaan awal investigasi

Menolak karena hal-hal Pelanggaran etik Pelanggaran Disiplin

Pelaksanaan Keputusan

Kepada pengadu Organisasi Profesi Penetapan


Majelis Pemeriksa Disiplin

MKEK
12/24/2019 winsuryo@hotmail.com 19
Tata Cara Penanganan
Pelanggaran Disiplin oleh Majelis Pemeriksa Disiplin dan
Pelaksanaan Keputusan
Hasil Pemeriksaan Oleh Majelis Pemeriksa Penetapan Majelis Pemeriksa Disiplin
Awal :ada indikasi Pelanggaran Disiplin oleh Ketua MKDKI

Pemeriksaan Proses Pembuktian

Keputusan

Bebas/tidak bersalah Peringatan Tertulis Rekomendasi/Pencabutan STR/SIP Mengikuti Pendidikan/Pelatihan

Pelaksanaan Keputusan

Sekretariat MKDKI/MKDKI-P

KKI Dinkes
(STR) (SIP) KKI

12/24/2019 winsuryo@hotmail.com 20
Dokter / Dokter gigi Institusi Pendidikan Kolegium
Aspek Hukum Hubungan Nakes-Pasien dan
dasar pertanggungan jawab, bentuk gugatan
perdata pasien

Perjanjian Wanprestasi

Contractual liability
Perikatan
Nakes -Pasien
Perbuatan
Melanggar
Hukum (PMH)
Undang-undang

Zaakwaarneming

Tort liability
Bentuk Gugatan Perdata

Wanprestasi
Perbuatan Melanggar Hukum
Zaakwaarneming
Wanprestasi
1.Sama sekali tidak memenuhi prestasi
2.Memenuhi prestasi tetapi terlambat
3.Memenuhi ttp tidak sesuai dengan yang
diperjanjikan
4.Memenuhi prestasi tetapi yang tidak
dibolehkan
Perbuatan Melanggar Hukum
/PMH(onrechmatige daad)
Bentuk PMH :
 Bertentangan dengan hak orang lain
 Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri
 Bertentangan dengan nilai-nilai/norma kesusilaan
 Bertentangan dengan keharusan yang harus
diindahkan dalam pergaulan masyarakat

Syarat untuk dikatakan melakukan PMH :


1. Ada perbuatan melanggar hukum
2. Ada kesalahan atau kelalaian
3. Ada kerugiaan
4. Ada hubungan kausal antara kesalahan dengan
kerugian
Zaakwaarneming (Perikatan krn
UU)
 Mengikatkan diri karena kewajiban hukum/UU (1354
BW), terbebani kewajiban hukum hingga orang yang
diwakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri
urusannya bila tidak dijalankan sebagaimana mestinya
dan berakibat kerugian maka berhak atas ganti rugi
 Zaakwarneming bukanlah penyebab malpraktik
medis,ttp bila dalam pelaksanaanya terdapat
penyimpangan dari SOP dapat berakibat malpraktik
 Ex: pada tindakan kegawat daruratan pasien, dr/tenaga
kesehatan wajib memberikan pertolongan dan biasanya
tidak didahului oleh informed consent
Problem di lapangan
Tindakan perawatan yang dilakukan sesuai
ketentuan medis oleh Nakes sekalipun dengan
hasil adanya resiko medis kematian bukanlah
tindakan yang bertentangan dengan undang-
undang atau kejahatan  Bukan Tindak
Kriminal/Pidana  Belum dipahami oleh
masyarakat umum maupun penyidik

Penentuan tindak pidana atau bukan, perlu dilakukan


audit medis oleh ikatan profesi  Oleh karena itu Perlu
adanya kerjasama antara ikatan profesi dg Kepolisian
dalam penyidikan agar tidak terjadi pembunuhan
karakter profesi akibat tuntutan dugaan malpraktik
Penyelesaian sengketa
kesehatan dg pihak pasien
Ada 2 jalur :
 Litigasi  Jalur peradilan :
Mengajukan Gugatan (kuasa hukum) Prosedur
Beracara di Pengadilan /Persidangan  Putusan
(menang/kalah)  bisa ada upaya hukum
(banding/kasasi/PK)

 Non litigasi  Jalur non peradilan mediasi


akta perdamaian (sama-sama menang)tidak
ada upaya hukum
Mediasi ?
 Penyelesaian sengketa melalui pendekatan win-
win solution dengan perantara pihak ke-3 yang
netral (mediator)

 Mediator dalam ketentuan Mahkamah Agung


adalah Mediator Bersertifikat  diperoleh dari
proses pendidikan yang terakreditasi MA)

 Wadah profesi nya IMKI ( Ikatan Mediator


Kesehatan Indonesia)
Nilai Luhur Mediasi
 Sesuai dengan budaya bangsa Indonesia /budaya
ketimuran

 Non formal sudah ada sejak jaman nenek moyangsaat


ini budaya ini semakin menipis dengan perubahan
zaman

 Mengapa di negara maju seperti Jepang, Korea,


Singapura, Canada bisa berkembang dan melembaga dg
baik sedang di Indonesia belum?

 Beda pendapat tidak harus diselesaikan dengan menang


dan kalah
Apa dasar hukum mediasi ?
 UU No.30 th 1999 tentang Arbitrase dan
alternatif penyelesaian sengketa
 Perma nomor 1 tahun 2008 ttg Mediasi
 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal
(29) “Dalam hal tenaga kesehatan diduga
melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya,
kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu
melalui mediasi”
Mediasi di Indonesia
 Menghidupkan kembali tradisi lama untuk
bermusyawarah dalam menyelesaikan beda
pendapat

 Sebagai bentuk alternatif penyelesaian sengketa


yang diterima oleh sistem hukum di Indonesia

 Membantu dalam mengatasi penumpukan


perkara di Pengadilan Tk I, PT, MA
Mengapa sengketa kesehatan
perlu mediasi ?
 Profesi kesehatan  Rawan terhadap pembunuhan
karakter profesi
 Pada dasarnya adalah tuntutan ganti rugi , yang
merupakan sengketa perdata
 Sifatnya tertutup
 Tidak banyak menyita waktu dan pembiayaan (Prosedur
beracara di Pengadilan butuh banyak waktu dan biaya)
 Dapat mempertahankan hubungan baik antara tenaga
kesehatan dengan pihak pasien /keluarga pasien
Apa keuntungannya?
 Jadwal fleksibel ditentukan oleh para pihak
 Biaya ringan
 Proses cepat
 Tidak perlu pengacara
 Hasil akhir merupakan nota/akta perdamaian
yang menguntungkan keduabelah pihak
 Hubungan baik para pihak bisa dipertahankan
 Tidak dimungkinkan adanya upaya hukum
seperti banding /kasasi/PK dan tuntutan balik
Mediator Bersertifikat
 Mengikuti pendidikan Mediator yang
terakreditasi Mahkamah Agung
 PMI- Pusat Sekolah Pascasarjana UGM
merupakan salah satu lembaga Pencetak
Mediator Bersertifikat
 Merupakan profesi baru yang berkembang
saat ini  dalam bidang kesehatan sudah
di akomodir dalam UU Kesehatan no.36
tahun 2009
Permasalahan kesehatan apa saja
yang bisa dimediasi ?
 Selain tindak pidana pada dasarnya semua bisa
dilakukan mediasi (tindak pidana malpraktik
contoh dokter melakukan aborsi tanpa indikasi
medis yang diperkenankan menurut UU, jual beli
organ tubuh, membuat keterangan palsu,dst)

 Sengketa kesehatan yang diajukan ke lembaga


peradilan pada hakekatnya adalah sengketa
perdata untuk mendapatkan ganti rugi
Bagaimana prosesnya
 Bila perkara berasal dari pengadilan harus
mengikuti ketentuan Perma nomor 1 tahun 2008
( ada batasan waktu, perlu melaporkan hasil
mediasi ( gagal/sukses) ke Pengadilan, berakhir
dengan akta perdamaian atau dengan
pencabutan gugatan)
 Bila perkara berasal langsung dari para pihak (
tidak ada batasan waktu, bila menginginkan
nota perdamain diwujudkan dalam bentuk akta
perdamaian harus didaftarkan ke PN untuk
mendapatkan keputusan
Bagaimana keterkaitan dengan
lembaga MKDK dan MKEK
 Jika perkara itu berasal dari para pihak
sebaiknya MKDK/MKTK/Ikatan Profesi
mendapatkan tembusan hasil penyelesaian
sengketanya sebagai dasar untuk melakukan
pembinaan terhadap anggota ataupun
penjatuhan sanksi administratif
 Jika perkara itu berasal dari pengadilan,
mestinya MKDK/MKTK sudah mengetahuinya
sehingga secara teori tidak diperlukan
Prospek dan Pengembangan
 Mediasi menjadi alternatif yang tepat
sebagai bentuk penyelesaian sengketa
kesehatan
 Karena merupakan bidang baru perlu
adanya sosialisasi ke masyarakat
 Saat ini ketersediaan SDM mediator
bersertifikat masih sangat terbatas 
padahal keperluannya sangat dibutuhkan
dalam bidang kesehatan
Penutup
 Sengketa kesehatan tidak harus
diselesaikan dengan menang atau kalah
melalui litigasi
 Penyelesaian sengketa melalui mediasi
lebih dapat menjamin hubungan baik

Anda mungkin juga menyukai