Anda di halaman 1dari 37

KEBIJAKAN RUJUKAN ONLINE

TERHADAP
KESEJAHTERAAN TENAGA KESEHATAN

dr. Budhi Suryadharma, SH,M.HKes


DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

18 Januari 2020
LATAR BELAKANG
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Perkembangan Cakupan

Jumlah Penduduk Indonesia: 272 juta (2019)


(https://www.worldometers.info/world-population/indonesia-population/

Juta Jiwa Sejak awal diluncurkan


222.463.022
program JKN-KIS pada tahun
250
199.170.283
2014, cakupan kepesertaan
187.982.949
program terus meningkat
171.939.324
200 156.790.317
89
133.423.753
75
81 Program PBI dari seluruh
150 65
58 peserta JKN menurun setiap
38 36
11 15 20 26 tahunnya, menunnjukkan
100 9
peningkatan kepesertaan dari
50 86 88 91 92 92 97 segmen Non-PBI

0
2014 2015 2016 2017 2018 1 Juli 2019

PBI Peserta yang didaftarkan PEMDA Non PBI

https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/b39df9ae7a30a5c7d4bd0f54d763b447.pdf
PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN OLEH PESERTA
JKN
2014 2015 2016 2018
(audited) (audited) (audited) (audited)
Pemanfaatan di FKTP 66,87 juta 100,6 juta 120,9 juta 147,5 juta
(Puskesmas, Dokter praktek
perorangan, Klinik Pratama)
Pemanfaatan di poliklinik rawat 21,3 juta 39,8 juta 49,3 juta 76,8 juta
jalan RS
Pemanfaatan rawat inap RS 4,2 juta 6,3 7,6 juta 9,7 juta
(lanjut)
Jumlah rujukan 24,4 juta
TOTAL PEMANFAATAN 92,3 juta 146,7 juta 177,8 juta 258,4 juta

* TOTAL Pemanfaatan = jumlah kunjungan

https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/arsip/categories/MzA/publikasi
KEBIJAKAN DAN REGULASI

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004


tentang Kesehatan tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

• Jaminan kesehatan diselenggarakan secara


• Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial
memperoleh akses atas sumber daya di bidang dan prinsip ekuitas.
kesehatan • Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan
• Setiap orang mempunyai hak dalam tujuan menjamin agar peserta memperoleh
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, manfaat pemeliharaan kesehatan dan
bermutu, dan terjangkau perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan.

peserta memperoleh pemeliharaan dan perlindungan kesehatan yang


dilaksanakan dengan prinsip ekuitas
SUPPLY SIDE DALAM PELAYANAN KESEHATAN
REGULASI
• KEBIJAKAN melalui UU kesehatan, Permenkes dan Peraturan Pemerintah lainnya

INFRASTRUKTUR FASYANKES
• Rumah Sakit dan Puskesmas
• Penyediaan peralatan penunjang (Tempat tidur, alat diagnostik, dll)

OBAT DAN BAHAN HABIS PAKAI


• Farmasi
• Bahan penunjang lainnya: reagen, kassa, kapas, dll

TENAGA KESEHATAN: DOKTER, PERAWAT, BIDAN,PEKARYA KESEHATAN


• Sesuai kompetensi dan kelas RS
• Sesuai perundangan yang berlaku: memiliki STR & SIP

MANAJEMEN
• Mutu Pelayanan, Patient Safety
• Bertangung jawab menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan sehari- hari
TANTANGAN DAN
PERMASALAHAN PELAYANAN
KESEHATAN SAAT INI
TANTANGAN
PELAYANAN KESEHATAN

Jangkauan Pelayanan
Kesehatan belum merata
terutama di daerah DTPK
AKSES
DAN MUTU Mutu pelayanan kesehatan

Kelas RS tidak menggambarkan


kompetensi yang sebenarnya

Era UHC, Globalisasi, Disrupsi


ANTRIAN PASIEN BPJS DI
PELAYANAN RAWAT
JALAN RS
- Jadwal praktek dokter tidak
tersosialisasi atau tidak sesuai
kenyataan (real time)
- Jadwal buka poliklinik RS belum
bisa menjawab kebutuhan
pasien
- Kuota Pasien (perlukah
diterapkan?)
- Prosedur pendaftaran/
administrasi perlu
disederhanakan?

https://www.jawapos.com/jpg-today/25/02/2019/repotnya-warga-mendapat-layanan-rawat-jalan-dengan-bpjs-kesehatan/
LAMBATNYA PELAYANAN
IGD
- Turn-over pasien rawat inap
lambat sehingga pasien IGD yang
rawat inap tidak bisa masuk
- Alat kesehatan terbatas (misal:
mengantri untuk Rontgen di IGD)
- Kurangnya tenaga kesehatan di
IGD untuk menangani kasus-kasus
kegawatan yang berat (labor
intensive, high skills,require more
technology, equipment and time)
- Belum ada sistem konsultan on-
site (delay karena konsultan tidak
bisa dihubungi)
https://www.tribunnews.com/images/regional/view/877891/pasien-kjs-antri-di-rumah-sakit-koja
PENOLAKAN PASIEN
RAWAT INAP DI RS
- Kamar rawat inap penuh (overload)
- Kendala administrasi BPJS
- Banyaknya pasien inap yang
memerlukan perawatan jangka
panjang (misal Carcinoma)
- Keterbatasan bed dan alat yang
diperlukan (misa: ada bed tetapi pasien
memerlukan ventilator, tetapi ICU
penuh)
- Penyakit berat yang memerlukan
kualifikasi spesialiasi khusus/ sub-
spesialis belum tersedia. Misal: HIV
dengan MRSA dan sepsis, selayaknya
ditangani konsultan sub-spesialis
infeksi dan ruang isolasi dan obat-obat https://balitribune.co.id/content/dua-rs-tolak-pasien-bpjs-kesehatan
yg direstriksi
KELAS RS TIDAK
MENGGAMBARKAN
KOMPETENSI YANG
SEBENARNYA
- Kompetensi berhubungan
dengan kualitas pelayanan
yang diberikan
- Tidak ada pembatasan
maskimal pada pelayanan
kesehatan masing- masing RS
sesuai dengan kualifikasi/ tipe
nya

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4639940/tak-penuhi-kompetensi-615-rumah-sakit-direkomendasikan-turun-kelas
KELANGKAAN TENAGA
KESEHATAN DI DAERAH
YANG JAUH DARI PUSAT
KOTA
- Keterbatasan distribusi
dan ketersediaan SDM
Kesehatan sesuai dengan
jenis dankompetensinya
- Infrastruktur utama, dan
penyokong pelayanan
kesehatan di daerah yang
belum kuat

https://www.batasnegeri.com/pengorbanan-luar-biasa-dokter-dokter-hebat-di-perbatasan/
PROSES RUJUKAN YANG
LAMA
- Belum kuatnya networking antar
RS, kurangnya komunikasi antara
fasyankes yang merujuk dan
dirujuk
- SISRUTE belum tertata & belum
ada batasan kuantitas (rasio
terhadap pasien) dan kualitas
tenaga medis
- Penapisan pasien yang
membutuhkan pelayanan sub-
spesialis belum efektif (misal: pasien
perlu sub-spesialis tertahan di RS tipe
B,C atau D, sementara pasien yang tidak
perlu sub-spesialis kadang justru dirujuk
ke RS tipe A atau B)
http://madiuntoday.id/2019/02/01/berlakukan-surat-rujukan-pengambilan-nomor-antrian-tertib-dan-lancar/
Dampak dari permasalahan implementasi Rujukan online
dalam program JKN yang belum terselesaikan
(Peraturan Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS No 24 tahun 2018 tentang penyelenggaraan rujukan berjenjang
berbasis kompetensi kesehatan berjenjang melalui integrasi sistem informasi)

Pasien tertahan di Puskesmas, atau


Belum dapat menjawab kebutuhan menumpuk di RS kelas C atau D,
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
dan tidak mendapat pelayanan sesuai
penyakit pasien
degan kebutuhannya

Maraknya OOP & pengobatan alternatif


Belum sesuai standar mutu dan patient yang tidak rasional adalah cerminan
safety ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan
DAMPAK BAGI
TENAGA KESEHATAN
- Menurunnya pendapatan
- Rasionalisasi karyawan
(pengurangan pegawai)

Ratusan karyawan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soeselo Slawi, Kab.
Tegal terancam dirumahkan, lantaran pendapatan rumah sakit turun drastis
menyusul penerapan kebijakan rujukan berjenjang BPJS Kesehatan.

https://www.suaramerdeka.com/news/baca/134510/karyawan-rsud-soeselo-
terancam-dirumahkan
MEDICAL ERRORS (MALPRAKTEK)
- Berkaitan dengan tingkat kelelahan
- Merupakan salah satu indikator mutu dan patient
safety
- Dapat berakibat perdata maupun pidana

https://www.cdc.gov/niosh/nioshtic-2/20037634.html
KEBIJAKAN KELAS STANDAR RS
DAN SISTEM RUJUKAN ONLINE
KEBIJAKAN KELAS STANDAR
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

pasal 23 ayat 4 UU SJSN


Dalam hal peserta membutuhkan
rawat inap rumah sakit, maka kelas
pelayanan di rumah sakit diberikan
berdasar kelas standar

penjelasan pasal : bahwa peserta yang menginginkan kelas lebih tinggi dari hak nya (kelas
standar) dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehaan tambahan atau
membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS dengan biaya yang harus
dibayar akibat peningkatan kelas perawatan
ARAH KEBIJAKAN PERUBAHAN REGULASI
Undang – Undang No 36
PMK NO 30 THN 2019 TENTANG
Tahun 2009 tentang KLASIFIKASI DAN PERIZINAN
Kesehatan RUMAH SAKIT

Undang – Undang No 44
Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit SEBAGAI PEMENUHAN UNTUK PERBAIKAN
STANDAR SDM & SPA DALAM PENCAPAIAN
PERBAIKAN & PENINGKATAN MUTU

Undang – Undang No 40
Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial
Nasional
Permenkes No. 001 Tahun 2012
Permenkes No. 2052 Tahun 2011
Proses revisi PMK tentang Sistem Rujukan
tentang Izin Praktik Dan Pelaksanaan
Pelayanan Kesehatan
Praktik Kedokteran
Perorangan
KELAS STANDAR
• Kebutuhan standar minimal alat kesehatan yang harus terpenuhi
disetiap ruang rawat inap
• Memenuhi standar PPI dan keselamatan pasien
• SDM sesuai dengan ratio kebutuhan (ratio perawat: pasien sesuai
dengan jenis pelayanan rawat inap
• Akses dan mutu sesuai standar pelayanan
Roadmap Kajian Kelas Standar
Target Utama
• Terselenggaranya penetapan standarisasi pembiayaan di kelas perawatan inap menjadi Non Kelas dan
atau Kelas
• Untuk dengan pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional diharapkan standarisasi pembiayaannya dalam
standar kelas 2
• Kajian Perawatan Non Kelas (setara Kelas II), yang terdiri : Potret kepesertaan JKN, Data eksisting TT RS
perkelas, Utilisasi rawat inap perkelas, Standar fasilitas rawat inap Non Kelas, Penyesuaian premi dan
tarif
• Penyusunan Regulasi Kebijakan pembiayaan tarif

1. Jangka Pendek (Tahun 2020-2021):


• Kajian Kelas standar perawatan di RS
• Kajian penetapan tarif premi, Cost Sharing dan Top Up menggunakan COB untuk standarisasi
kelas perawatan
• Uji coba penerapan pelaksanaan standarisasi satu tariff pada satu kelas perawatan
2. Jangka Menengah (Tahun 2022-2024):
• Penetapan standarisasi kelas perawatan untuk JKN dan penyesuaian Premi melalui koordinasi
Lintas Sektor, DJSN dan Kemenkeu.
REVIEW KELAS RUMAH
SAKIT
- Kepmenkes RI NOMOR
HK.01.07/MENKES/373/2019
tentang Pedoman Reviu Kelas
Rumah Sakit
- Hasil Reviu kelas RS: 194 RS
direkomendasikan untuk
menyesuaiakan kelas RS
- RS dapat mengajukan tanggapan
dan keberatan
ROADMAP IMPLEMENTASI KELAS STANDAR

2024
• Pelaksanaan
2022-2023 • Monitoring dan Evaluasi
• Uji coba/pilot project
Regional Barat, Tengah, Timur
(RS Pemerintah)
2020-2021 • Evaluasi pelaksanaan ujicoba
Kajian Kelas Standar
• Koordinasi lintas sektor
• Kajian Perawatan Non Kelas (setara Kelas II)
- Potret kepesertaan JKN
- Data eksisting TT RS perkelas
- Utilisasi rawat inap perkelas
- Standar fasilitas rawat inap Non Kelas
- Penyesuaian premi dan tarif
• Penyusunan Regulasi
KONDISI JUMLAH RS DI INDONESIA

Total RS: 2843 Total RS Terakreditasi: 2.383

Sumber: RSOnline per 11 September 2019

Sumber: KARS per 11 September 2019


Jumlah RS yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan sebanyak 2.266 RS
SumberBPJSK per 3 Oktober 2019
CAPAIAN AKREDITASI RUMAH SAKIT DI INDONESIA

PERDANA 701 RS TERAKREDITASI 2418 KARS INTERNASIONAL 11


DASAR 176 BELUM TERAKREDITASI 451 JCI 31
MADYA 343 JUMLAH RUMAH SAKIT 2869 ACHS 1
UTAMA 335
JUMLAH 43
PARIPURNA 863
RS TERAKREDITASI NASIONAL 2418

DATA RS ONLINE, WEB KARS 17 Desember 2019


PERUBAHAN PARADIGMA PELAYANAN
KOLABORASI INTERDISIPLIN, PATIENT CENTERDNESS, BERBASIS TIM
Profesional
pemberi Asuhan EFFECTIVE
PERAWAT/ DPJP RS yang menerapkan patient-
APOTEKER EFFICIENT centered care memiliki keuntungan:
BIDAN

PSIKOLOGI NUTRISIONIS
PASIEN
DIETISIEN
Mengurangi length of stay
KLINIS KELUARGA PATIENT
SAFETY
TERAPIS TEKNISI Menurunkan harga pada unit cost
FISIK MEDIS per kasus
LAINNYA
PPA VALUE OF PATIENT
Tugas Mandiri SATISFACTION Menurunkan adverse events
Sumber: dr. Nico Lumenta (KARS)
Tugas Kolaboratif
Tugas Delegatif Meningkatkan kepuasan SDM
1. PASIEN adalah Pusat Pelayanan, Pasien adalah bagian dari Tim
2. DPJP : sebagai Clinical Leader Menurunkan biaya operasional
3. NAKES PPA (Profesional Pemberi Asuhan) merupakan Tim Interdisiplin,
dan klaim lebih
diposisikan di sekitar pasien, tugas mandiri, delegatif, kolaboratif, kompetensi
memadai, sama penting / setara pd kontribusi profesinya Meningkatkan pemasaran RS
4. Profesional Pemberi Asuhan (PPA)  Integrasi Asuhan
RUMAH SAKIT BERTUMBUH:
LAYANAN UNGGULAN
(PMK No 76 Tahun 2015)
PENGEMBANGAN LAYANAN UNGGULAN
RUMAH SAKIT YANG DIDUKUNG TENAGA 1 merupakan layanan spesialistik
KESEHATAN YANG BERKOMPETEN, PELAYANAN dan/atau subspesialistik
ADMINISTRASI DAN IT YANG HANDAL
2 merupakan layanan yang berbasis
bukti (evidence based medicine)

3 tersedia layanan dengan kualitas tertinggi


dalam dimensi keterjaminan mutu,
keandalan, pelayanan yang responsif dan
empati

4 mampu berkompetisi dengan layanan


serupa di negara lain
DIMENSI MUTU
PELAYANAN KESEHATAN
Optimalkan Sumberdaya
yang ada, tanpa pemborosan
bahan
7 DIMENSI
MUTU
meminimalisasi terjadinya kerugian (harm),
cedera
dan kesalahan medis yang bisa dicegah
kepada mereka yang menerima pelayanan
EFISIEN AMAN
menyediakan pelayanan kesehatan menyediakan pelayanan yang seragam tanpa

INTEGRASI
yang berbasis bukti kepada membedakan jenis kelamin, suku, etnik, tempat
masyarakat tinggal, agama, sosial ekonomi

EFEKTIF ADIL
mengurangi waktu tunggu dan
keterlambatan pemberian pelayanan menyediakan pelayanan yang sesuai
kesehatan dengan preferensi, kebutuhan dan nilai-
nilai individu
kMal
TEPAT BERORIENTASI
WAKTU PASIEN
menyediakan pelayanan yang terkoordinasi lintas fasyankes dan
pemberi pelayanan, serta menyediakan yankes untuk seluruh siklus
kehidupan
UPAYA PENATAAN SISTEM RUJUKAN :
SISTEM RUJUKAN BERBASIS KOMPETENSI
Pelayanan Kesehatan Sub Spesialistik oleh
DIPERLUKAN TATA
KELOLA YANG BAIK Tersier dokter sub spesialis di Faskes Tingkat lanjutan
KEWENANGAN KLINIS (RS Kelas A dan kelas B)
PPK I  FKTP
PPK II
PPK III PNPK, CP DAN PPK
INA CBGs
Sekunder
SUMBER DAYA MANUSIA
Pelayanan Kesehatan Spesialistik oleh
SARANA PENUNJANG DAN ALKES dokter spesialis di Faskes Tingkat
lanjutan (RS Kelas C dan D, Klinik
Utama)
Penunjang Diagnosa

Primer KAPITASI
Obat-obat
Pelayanan Kesehatan Dasar oleh
Faskes Tingkat pertama
FOKUS PELAYANAN PRIMER (Puskesmas, RS Kelas D Pratama)
Promotif dan Preventif
Pengecualian: Gawat darurat, bencana, geografis, kekhususan masalah kes pasien
INTEROPERABILITAS SISTEM BPJS KESEHATAN
DAN SISTEM RUJUKAN TERINTEGRASI
Tujuan :
1. Terlaksanananya bridging sistem SISRUTE dangan Sistem BPJS Kesehatan
2. Efektifitas sistem rujukan berbasis kompetensi untuk rawat jalan dapat dijalankan untk
pasien JKN melalui SISRUTE
3. Pertukaran data bersama dalam sistem rujukan baik dalam hal kepesertaan BPJS dan
Rujukan berbasis kompetensi yang ada di SISRUTE

BPJS KESEHATAN SISRUTE


• Tersedianya komunikasi rujukan baik via chat maupun video
• Mengeluarkan proses administrasi rujukan komunikasi
sebagai dasar penerbitan SEP di tempat tujuan • Informasi Sumber daya fasyankes
rujukan • Profil fasyankes dengan koordinat GPS
• monitoring ambulan melalui tracking ambulan perujuk
• Informasi keaktifan kepesertaan dari sistem • dashboard dan monitoring kegiatan rujukan
BPS untuk memastikan apakah pasien tersebut • Pedoman Kriteria Rujukan berbasis Kompetensi fasyankes
masih aktif sebagai peserta JKN • dlll
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
a. Penataan Distribusi SDM antar Kabupaten/
Kota
b. pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan
yang terjangkau oleh masyarakat;
Peran Pemerintah
dan Pemerintah c. peningkatan mutu pelayanan kesehatan;
Daerah (Dinas d. keselamatan pasien;
Kesehatan) e. pengembangan jangkauan pelayanan; dan
f. peningkatan kemampuan kemandirian
fasilitas pelayanan kesehatan.
g. Koordinasi pengaturan SDM antar
pemerintah daerah Kabupaten/ kota di
wilayah Provinsi
KESIMPULAN
KESIMPULAN

• Regulasi/ Kebijakan pelayanan kesehatan diatur oleh Kementerian


Kesehatan RI
• Kebijakan perubahan regulasi berpengaruh terhadap paradigma
pelayanan, dimensi mutu pelayanan, kajian kelas standar, dan
penataan sistem rujukan
• Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) adalah rumah besar untuk
semua aplikasi yang terkait bidang kesehatan.
• RS perlu melakukan inovasi dan networking serta mengembangkan
layanan unggulan sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan tenaga kesehatan
TERIMA KASIH

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2020

Anda mungkin juga menyukai