7 Februari 2022
LATAR BELAKANG
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
KESEHATAN
2014 2015 2016 2018
(audited) (audited) (audited) (audited)
Pemanfaatan di FKTP 66,87 juta 100,6 juta 120,9 juta 147,5 juta
(Puskesmas, Dokter praktek
perorangan, Klinik Pratama)
Pemanfaatan di poliklinik rawat 21,3 juta 39,8 juta 49,3 juta 76,8 juta
jalan RS
Pemanfaatan rawat inap RS 4,2 juta 6,3 7,6 juta 9,7 juta
(lanjut)
Jumlah rujukan 24,4 juta
TOTAL PEMANFAATAN 92,3 juta 146,7 juta 177,8 juta 258,4 juta
KEBIJAKAN DAN REGULASI
INFRASTRUKTUR FASYANKES
• Rumah Sakit dan Puskesmas
• Penyediaan peralatan penunjang (Tempat tidur, alat diagnostik, dll)
MANAJEMEN
• Mutu Pelayanan, Patient Safety
• Bertangung jawab menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan sehari- hari
TANTANGAN DAN
PERMASALAHAN PELAYANAN
KESEHATAN SAAT INI
TANTANGAN
PELAYANAN KESEHATAN
Jangkauan Pelayanan
Kesehatan belum merata
terutama di daerah DTPK
AKSES
DAN MUTU Mutu pelayanan kesehatan
https://www.jawapos.com/jpg-today/25/02/2019/repotnya-warga-mendapat-layanan-rawat-jalan-dengan-bpjs-kesehatan/
LAMBATNYA
PELAYANAN IGD
- Turn-over pasien rawat inap
lambat sehingga pasien IGD yang
rawat inap tidak bisa masuk
- Alat kesehatan terbatas (misal:
mengantri untuk Rontgen di IGD)
- Kurangnya tenaga kesehatan di
IGD untuk menangani kasus-kasus
kegawatan yang berat (labor
intensive, high skills,require more
technology, equipment and time)
- Belum ada sistem konsultan on-
site (delay karena konsultan tidak
bisa dihubungi)
https://www.tribunnews.com/images/regional/view/877891/pasien-kjs-antri-di-rumah-sakit-koja
PENOLAKAN
PASIEN RAWAT
INAP DI RS
- Kamar rawat inap penuh (overload)
- Kendala administrasi BPJS
- Banyaknya pasien inap yang
memerlukan perawatan jangka
panjang (misal Carcinoma)
- Keterbatasan bed dan alat yang
diperlukan (misa: ada bed tetapi pasien
memerlukan ventilator, tetapi ICU
penuh)
- Penyakit berat yang memerlukan
kualifikasi spesialiasi khusus/ sub-
spesialis belum tersedia. Misal: HIV
dengan MRSA dan sepsis, selayaknya
ditangani konsultan sub-spesialis
infeksi dan ruang isolasi dan obat-obat https://balitribune.co.id/content/dua-rs-tolak-pasien-bpjs-kesehatan
yg direstriksi
KELAS RS TIDAK
MENGGAMBARKAN
KOMPETENSI YANG
SEBENARNYA
- Kompetensi berhubungan
dengan kualitas pelayanan
yang diberikan
- Tidak ada pembatasan
maskimal pada pelayanan
kesehatan masing- masing RS
sesuai dengan kualifikasi/ tipe
nya
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4639940/tak-penuhi-kompetensi-615-rumah-sakit-direkomendasikan-turun-kelas
KELANGKAAN
TENAGA
KESEHATAN DI
DAERAH YANG JAUH
DARI PUSAT KOTA
- Keterbatasan distribusi
dan ketersediaan SDM
Kesehatan sesuai dengan
jenis dankompetensinya
- Infrastruktur utama, dan
penyokong pelayanan
kesehatan di daerah yang
belum kuat
https://www.batasnegeri.com/pengorbanan-luar-biasa-dokter-dokter-hebat-di-perbatasan/
PROSES RUJUKAN
YANG LAMA
- Belum kuatnya networking antar
RS, kurangnya komunikasi antara
fasyankes yang merujuk dan
dirujuk
- SISRUTE belum tertata & belum
ada batasan kuantitas (rasio
terhadap pasien) dan kualitas
tenaga medis
- Penapisan pasien yang
membutuhkan pelayanan sub-
spesialis belum efektif (misal: pasien
perlu sub-spesialis tertahan di RS tipe
B,C atau D, sementara pasien yang tidak
perlu sub-spesialis kadang justru dirujuk
ke RS tipe A atau B)
http://madiuntoday.id/2019/02/01/berlakukan-surat-rujukan-pengambilan-nomor-antrian-tertib-dan-lancar/
Dampak dari permasalahan implementasi Rujukan online
dalam program JKN yang belum terselesaikan
(Peraturan Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS No 24 tahun 2018 tentang penyelenggaraan rujukan berjenjang
berbasis kompetensi kesehatan berjenjang melalui integrasi sistem informasi)
penjelasan pasal : bahwa peserta yang menginginkan kelas lebih tinggi dari hak nya (kelas
standar) dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehaan tambahan atau
membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS dengan biaya yang harus
dibayar akibat peningkatan kelas perawatan
ARAH KEBIJAKAN PERUBAHAN REGULASI
Undang – Undang No 36
PMK NO 30 THN 2019 TENTANG
Tahun 2009 tentang KLASIFIKASI DAN PERIZINAN
Kesehatan RUMAH SAKIT
Undang – Undang No 44
Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit SEBAGAI PEMENUHAN UNTUK PERBAIKAN
STANDAR SDM & SPA DALAM PENCAPAIAN
PERBAIKAN & PENINGKATAN MUTU
Undang – Undang No 40
Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial
Nasional
Permenkes No. 001 Tahun 2012
Permenkes No. 2052 Tahun 2011
Proses revisi PMK tentang Sistem Rujukan
tentang Izin Praktik Dan Pelaksanaan
Pelayanan Kesehatan
Praktik Kedokteran
Perorangan
KELAS STANDAR
• Kebutuhan standar minimal alat kesehatan yang harus terpenuhi
disetiap ruang rawat inap
• Memenuhi standar PPI dan keselamatan pasien
• SDM sesuai dengan ratio kebutuhan (ratio perawat: pasien sesuai
dengan jenis pelayanan rawat inap
• Akses dan mutu sesuai standar pelayanan
Roadmap Kajian Kelas Standar
Target Utama
• Terselenggaranya penetapan standarisasi pembiayaan di kelas perawatan inap menjadi Non Kelas dan
atau Kelas
• Untuk dengan pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional diharapkan standarisasi pembiayaannya dalam
standar kelas 2
• Kajian Perawatan Non Kelas (setara Kelas II), yang terdiri : Potret kepesertaan JKN, Data eksisting TT RS
perkelas, Utilisasi rawat inap perkelas, Standar fasilitas rawat inap Non Kelas, Penyesuaian premi dan
tarif
• Penyusunan Regulasi Kebijakan pembiayaan tarif
2024
• Pelaksanaan
2022-2023 • Monitoring dan Evaluasi
• Uji coba/pilot project
Regional Barat, Tengah, Timur
(RS Pemerintah)
2020-2021 • Evaluasi pelaksanaan ujicoba
Kajian Kelas Standar
• Koordinasi lintas sektor
• Kajian Perawatan Non Kelas (setara Kelas II)
- Potret kepesertaan JKN
- Data eksisting TT RS perkelas
- Utilisasi rawat inap perkelas
- Standar fasilitas rawat inap Non Kelas
- Penyesuaian premi dan tarif
• Penyusunan Regulasi
PERUBAHAN PARADIGMA PELAYANAN
KOLABORASI INTERDISIPLIN, PATIENT CENTERDNESS, BERBASIS TIM
Profesional
pemberi Asuhan EFFECTIVE
PERAWAT/ DPJP RS yang menerapkan patient-
APOTEKER EFFICIENT centered care memiliki keuntungan:
BIDAN
EFISIEN AMAN
menyediakan pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan yang seragam tanpa
INTEGRASI
berbasis bukti kepada masyarakat membedakan jenis kelamin, suku, etnik, tempat
tinggal, agama, sosial ekonomi
EFEKTIF ADIL
mengurangi waktu tunggu dan keterlambatan
pemberian pelayanan kesehatan menyediakan pelayanan yang sesuai dengan
preferensi, kebutuhan dan nilai-nilai individu
TEPAT kMal
BERORIENTASI
WAKTU PASIEN
menyediakan pelayanan yang terkoordinasi lintas fasyankes dan pemberi
pelayanan, serta menyediakan yankes untuk seluruh siklus kehidupan
UPAYA PENATAAN SISTEM RUJUKAN :
SISTEM RUJUKAN BERBASIS KOMPETENSI
Pelayanan Kesehatan Sub Spesialistik oleh
DIPERLUKAN TATA
KELOLA YANG BAIK Tersier dokter sub spesialis di Faskes Tingkat lanjutan
KEWENANGAN KLINIS (RS Kelas A dan kelas B)
PPK I FKTP
PPK II
PPK III PNPK, CP DAN PPK
INA CBGs
Sekunder
SUMBER DAYA MANUSIA
Pelayanan Kesehatan Spesialistik oleh
SARANA PENUNJANG DAN ALKES dokter spesialis di Faskes Tingkat
lanjutan (RS Kelas C dan D, Klinik
Utama)
Penunjang Diagnosa
Primer KAPITASI
Obat-obat
Pelayanan Kesehatan Dasar oleh
Faskes Tingkat pertama
FOKUS PELAYANAN PRIMER (Puskesmas, RS Kelas D Pratama)
Promotif dan Preventif
Pengecualian: Gawat darurat, bencana, geografis, kekhususan masalah kes pasien
INTEROPERABILITAS SISTEM BPJS KESEHATAN
DAN SISTEM RUJUKAN TERINTEGRASI
Tujuan :
1. Terlaksanananya bridging sistem SISRUTE dangan Sistem BPJS Kesehatan
2. Efektifitas sistem rujukan berbasis kompetensi untuk rawat jalan dapat dijalankan untk
pasien JKN melalui SISRUTE
3. Pertukaran data bersama dalam sistem rujukan baik dalam hal kepesertaan BPJS dan
Rujukan berbasis kompetensi yang ada di SISRUTE