Anda di halaman 1dari 30

MEMBANGUN KESEIMBANGAN: STRATEGI MENURUNKAN PORSI

PASIEN JKN-BPJS DAN MENINGKATKAN EFISIENSI LOGISTIK


FARMASI DI RUMAH SAKIT SWASTA ANGGREK

Odilia Dea Novena 226080304


Kelas 37F

Dosen :
Dr. Dra. Eka Yoshida, Apt. MM. MARS

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.
Saya sebagai penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Bahkan saya juga berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa di praktikkan dalam kehidupan sehari hari.
Saya sebagai penyusun makalah ini tentu merasa masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini.

Jakarta, 22 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................3
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................4
3.1 Rencana yang akan dilakukan selaku Wadir Medik lakukan
dalam Manajemen Logistik di RS Anggrek pada tahun 2024
dan seterusnya.....................................................................................4
3.2 Strategi yang akan dilakukan di Tahun 2024....................................14
3.3 Langkah-Langkah yang akan dilaksanakan dalam Tahun 2024........18
BAB III PENUTUP................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.......................................................................................23
3.2 Saran..................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk mengatasi masalah keseimbangan jumlah pasien yang tercakup
dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-BPJS) dan meningkatkan efisiensi
logistik farmasi di rumah sakit swasta, sangat penting untuk mempertimbangkan
berbagai faktor seperti kepuasan pasien, kualitas layanan, dan dampak program
JKN terhadap fasilitas kesehatan. Implementasi program JKN telah secara
signifikan mempengaruhi sistem layanan kesehatan di Indonesia, yang mengarah
pada perubahan demografi pasien, pemanfaatan layanan, dan aspek keuangan.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa program JKN telah mempengaruhi
kepuasan pasien, kualitas layanan, dan aspek keuangan di fasilitas kesehatan
(Saleh & Makmun, 2021; Puspitasari et al., 2020; Noorhidayah et al., 2019; Putri
& Aini, 2021). Selain itu, program ini juga berdampak pada profitabilitas rumah
sakit, yang dibuktikan dengan perbandingan profitabilitas antara pasien BPJS dan
non-BPJS (Hakim et al., 2016). Lebih lanjut, program JKN berimplikasi pada
logistik farmasi dan manajemen fasilitas kesehatan. Program ini telah
menyebabkan perubahan dalam pengadaan dan penetapan harga obat, serta
pengelolaan persediaan obat di rumah sakit (Anggriani et al., 2019). Dampak
program JKN terhadap logistik farmasi dan manajemen fasilitas kesehatan sangat
penting bagi rumah sakit swasta untuk memastikan layanan farmasi yang efisien
dan efektif bagi pasien yang tercakup dalam JKN-BPJS.
Selain dampak dari program JKN, kepuasan pasien dan kualitas layanan
kesehatan merupakan faktor penting dalam mengatasi masalah ini. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa kepuasan pasien terhadap kualitas layanan
kesehatan, termasuk layanan kefarmasian, dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti penerapan akreditasi, penggunaan teknologi kesehatan, dan penerapan
intervensi keperawatan berbasis bukti (Supartha et al., 2018; Wulandari et al.,
2019; Tonasih & Gunawan, 2021). Oleh karena itu, meningkatkan kepuasan
pasien dan kualitas layanan kesehatan, termasuk logistik farmasi, sangat penting
bagi rumah sakit swasta untuk menarik dan mempertahankan pasien yang

1
ditanggung oleh JKN-BPJS. Selain itu, studi tentang hambatan yang dirasakan
dalam mengakses layanan kesehatan dan risiko komplikasi kehamilan di
Indonesia menyoroti tantangan akses layanan kesehatan di berbagai daerah dan
kelompok sosial ekonomi (Rizkianti et al., 2021). Hal ini menggarisbawahi
pentingnya mengatasi kesenjangan akses layanan kesehatan dan memastikan
ketersediaan logistik farmasi dan layanan kesehatan yang adil bagi semua pasien,
termasuk mereka yang tercakup dalam JKN-BPJS.
Secara keseluruhan, untuk mengatasi masalah keseimbangan jumlah
pasien yang ditanggung oleh JKN-BPJS dan meningkatkan efisiensi logistik
farmasi di rumah sakit swasta membutuhkan pemahaman yang komprehensif
tentang dampak program JKN terhadap kepuasan pasien, kualitas layanan, logistik
farmasi, dan akses layanan kesehatan. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor
tersebut, rumah sakit swasta dapat mengembangkan strategi untuk
mengoptimalkan logistik farmasi, meningkatkan kualitas layanan kesehatan, dan
memastikan akses layanan kesehatan yang adil bagi seluruh pasien, termasuk
pasien yang tercakup dalam program JKN-BPJS.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat di identifikasi soal sebagai
berikut: Pada bulan November 2023, anda baru saja diangkat sebagai Wakil
Direktur Medik Rumah Sakit Swasta “Anggrek” type kelas B. Rumah sakit ini
melayani pasien JKN-BPJS rata-rata 80% dari total pasien rumah sakit. Jumlah
tempat tidur RS sebanyak 450 dan BOR 80%. Pemilik rumah sakit menginginkan
pori pelayanan JKN-BPJS diturunkan menjadi 50% dikarenakan adanya
perubahan visi misi dan pemilik saham rumah sakit. Pemilik rumah sakit juga
meminta anda sebagai Direktur untuk membenahi masalabh logistic farmasi yang
saat ini mempunyai nilai persediaan barang farmasi yang sangat besar Rp.
750.340.000 dan dikendalikan penuh oleh Instalasi Farmasi. Pembelian barang
farmasi terus meningkat serta profile dan volume pasien yang nyaris tidak
berubah. Barang farmasi yang rusak dan kadaluarsa sebesar 1,75% ditahun 2022
dan 2% sampai Oktober tahuun 2023 dari stok yang ada. Total anggaran farmasi
sebesar 50 Miliay dan realisasi 60 M. instalasi Farmasi mempunyai 5 orang
Apoteker, 20 asisten apoteker serta 10 pegawai administrasi dengan 1 satelit

2
farmasi pelayanan rawat jalan dengan 500 per hari dan 2 satelit farmasi pelayanan
rawat inap.
1.2 Rumusan Masalah
1. Rencana apa yang akan anda lakukan selaku Wadir Medik lakukan
dalam Manajemen Logistik di RS Anggrek pada tahun 2024 dan
seterusnya?
2. Strategi apa yang anda akan lakukan ditahun 2024?
3. Langkah-langkah apa saja yang akan dilaksanakan dalam 2024?

3
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Rencana yang akan dilakukan selaku Wadir Medik lakukan dalam
Manajemen Logistik di RS Anggrek pada tahun 2024 dan seterusnya
November 2023
Jumlah Tempat Tidur RS 450
BOR (%) 80%
Jumlah Pasien Jkn-Bpjs 80% dari total pasien rumah sakit
Pori Pelayanan Jkn-Bpjs (%) 50%
Nilai Persediaan Barang Farmasi Rp. 750.340.000
(Rp)
Barang Farmasi Rusak/Kadaluarsa 1,75% (2022), 2% (sampai Oktober
(%) 2023)
Anggaran Farmasi Total (Rp) 50 Miliar
Realisasi Anggaran Farmasi (Rp) 60 Miliar
Jumlah Apoteker 5
Jumlah Asinten Apoteker 20
Jumlah Pegawai Administrasi 10
Satelit Farmasi Rawat Jalan 1 dengan 500 pasien per hari
Satelit Farmasi Rawat Inap 2

Tabel Rencana Bisnis dan Anggaran


Deskripsi Tahun 2023
Persediaan Awal Rp750.340.000
Peningkatan Pembelian
Anggaran Farmasi Rp50.000.000.000
Realisasi Pembelian Rp60.000.000.000
Selisih Rp10.000.000.000
Barang Rusak dan Kadaluarsa
Tahun 2022 Rp13.130.150
Oktober 2023 Rp15.006.800
Total Rusak dan Kadaluarsa Rp28.140.750

4
Persediaan Akhir
Persediaan Awal + Peningkatan Rp60.722.199.250
Pembelian - Total Rusak dan
Kadaluarsa

1. Selisih antara anggaran farmasi dan realisasi pembelian sebesar


Rp10.000.000.000 merupakan suatu perbedaan yang signifikan dalam
perencanaan keuangan rumah sakit. Hal ini mengindikasikan bahwa
terdapat ketidakcocokan antara perkiraan anggaran yang disusun dan
pengeluaran aktual yang terjadi. Untuk menghindari terjadinya selisih ini
di masa depan, beberapa langkah strategis dapat diambil. Pertama, perlu
dilakukan evaluasi mendalam terhadap proses perencanaan anggaran
farmasi. Hal ini meliputi analisis data historis penjualan, proyeksi
kebutuhan masa depan, dan faktor-faktor eksternal yang dapat
memengaruhi harga dan ketersediaan obat-obatan. Kedua, perlu
ditingkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran, dengan
penetapan kebijakan yang jelas dan pengawasan yang ketat terhadap
proses pengadaan dan pembelian. Selain itu, negosiasi harga yang lebih
baik dengan pemasok juga dapat membantu mengoptimalkan penggunaan
anggaran. Manajemen persediaan yang efisien juga menjadi kunci dalam
mengurangi biaya persediaan yang tidak perlu. Evaluasi berkala terhadap
kinerja dan pembuatan perbaikan yang berkelanjutan akan menjadi
langkah penting dalam meningkatkan efektivitas manajemen farmasi di
rumah sakit. Dengan melibatkan tim keuangan dan meningkatkan
kesadaran pegawai terkait pengelolaan anggaran, diharapkan rumah sakit
dapat memperbaiki proses perencanaan dan pengeluaran anggaran farmasi
serta menghindari terjadinya selisih yang signifikan di masa mendatang.
2. Selama periode Tahun 2022 dan Oktober 2023, rumah sakit mengalami
kerugian akibat barang farmasi yang rusak atau kadaluarsa sebesar
Rp28.140.750. Hal ini menunjukkan adanya masalah dalam manajemen
persediaan dan pengawasan terhadap kualitas barang farmasi. Analisis atas

5
penyebab terjadinya kerugian ini menjadi penting untuk meningkatkan
efisiensi dan mengurangi pemborosan di masa mendatang. Salah satu
penyebab adalah kurangnya pemantauan terhadap masa kedaluwarsa
barang, sehingga barang tersebut tidak dapat digunakan tepat waktu dan
akhirnya rusak. Selain itu, pengendalian persediaan yang kurang ketat juga
dapat menyebabkan penumpukan stok yang tidak diperlukan,
meningkatkan risiko barang rusak atau kadaluarsa. Untuk mengatasi
masalah ini, perlu ditingkatkan sistem pemantauan dan pelaporan terhadap
persediaan barang farmasi, termasuk penetapan kebijakan tentang rotasi
stok dan penghapusan barang yang sudah melewati masa kadaluwarsa.
Selain itu, pelatihan kepada staf terkait manajemen persediaan dan
kesadaran akan pentingnya pemeliharaan kualitas barang farmasi juga
menjadi langkah penting dalam mencegah kerugian di masa mendatang.
Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, diharapkan rumah sakit
dapat mengurangi atau bahkan menghindari kerugian yang disebabkan
oleh barang farmasi yang rusak atau kadaluarsa.
3. Berdasarkan data yang diberikan, dapat dianalisis beberapa hal, sebagai
berikut:
 Pelayanan Pasien JKN-BPJS: Saat ini, rumah sakit melayani 80%
pasien dari program JKN-BPJS. Namun, pemilik rumah sakit ingin
menurunkan persentase ini menjadi 50%. Rencana strategis untuk
menyesuaikan struktur layanan guna mencapai target 50% sambil
mempertahankan kualitas layanan yang baik dapat mencakup langkah-
langkah berikut:
a. Evaluasi Kebutuhan: Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap
kebutuhan layanan saat ini dan identifikasi area di mana
penyesuaian diperlukan untuk mencapai target 50%. Ini termasuk
menganalisis tren pasien, permintaan layanan, dan penggunaan
fasilitas.
b. Penyesuaian Struktur: Menyesuaikan struktur pelayanan dengan
mengidentifikasi area di mana kapasitas layanan dapat ditingkatkan
atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan. Ini melibatkan

6
penambahan atau pengurangan jumlah tempat tidur, penyesuaian
jadwal pelayanan, atau perubahan dalam penempatan staf.
c. Pengoptimalan Sumber Daya: Memanfaatkan sumber daya yang
ada secara optimal untuk mencapai target 50%. Ini bisa melibatkan
pemakaian yang lebih efisien dari ruang dan peralatan,
penjadwalan staf yang lebih cerdas, atau penggunaan teknologi
untuk meningkatkan produktivitas.
d. Pelatihan dan Pengembangan: Memberikan pelatihan dan
pengembangan kepada staf untuk memastikan bahwa mereka siap
menghadapi perubahan dalam struktur layanan dan dapat
memberikan layanan yang berkualitas. Ini termasuk pelatihan
tentang penggunaan teknologi baru, manajemen waktu, dan
keterampilan komunikasi.
e. Pengukuran Kinerja: Menetapkan metrik kinerja yang jelas dan
terukur untuk melacak kemajuan dalam mencapai target 50% dan
mempertahankan kualitas layanan. Ini mekan evaluasi terus-
menerus terhadap efektivitas strategi dan perbaikan yang
diperlukan.
f. Kolaborasi dan Komunikasi: Melibatkan seluruh tim pelayanan
dalam proses perencanaan dan implementasi untuk memastikan
kolaborasi yang baik dan komunikasi yang efektif. Hal ini mekan
berbagi informasi dan masukan yang penting untuk kesuksesan
rencana.
 Persediaan Barang Farmasi: Persediaan barang farmasi yang besar
dapat menimbulkan masalah keuangan dan operasional bagi rumah
sakit. Rencana strategis untuk mengelola persediaan secara efisien,
termasuk mengevaluasi kebutuhan pasokan, mengidentifikasi pola
pembelian, dan mengurangi pemborosan serta kerugian akibat barang
rusak atau kadaluwarsa dapat terdiri dari langkah-langkah berikut:
a. Analisis Kebutuhan Pasokan: Melakukan evaluasi menyeluruh
terhadap kebutuhan pasokan untuk memastikan bahwa persediaan
mencukupi untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan produksi.

7
Identifikasi produk-produk yang paling sering digunakan dan yang
memiliki permintaan tinggi untuk diprioritaskan dalam pembelian.
b. Identifikasi Pola Pembelian: Menganalisis pola pembelian yang ada
untuk mengidentifikasi tren dalam pembelian barang dan
menyesuaikan kebutuhan dengan itu. Perhatikan faktor-faktor
seperti musim, permintaan proyek khusus, dan fluktuasi pasar
untuk membuat keputusan pembelian yang lebih cerdas dan efisien.
c. Penggunaan Sistem Manajemen Persediaan: Mengimplementasikan
sistem manajemen persediaan yang efektif untuk memantau dan
mengelola stok barang dengan lebih efisien. Gunakan teknologi
seperti perangkat lunak manajemen persediaan untuk memantau
level persediaan, memperkirakan kebutuhan, dan membuat
peringatan otomatis untuk pengisian ulang saat diperlukan.
d. Pengurangan Pemborosan: Mengidentifikasi dan kurangi
pemborosan dalam persediaan dengan memperketat pengendalian
atas pembelian dan penyimpanan barang. Buat kebijakan yang jelas
tentang penggunaan barang, pengelolaan pembelian, dan
pemantauan kebutuhan persediaan untuk meminimalkan
pemborosan dan pengeluaran yang tidak perlu.
e. Pengendalian Kerugian Barang: Menerapkan prosedur yang ketat
untuk mengurangi kerugian akibat barang rusak atau kadaluwarsa.
Ini termasuk penanganan yang hati-hati terhadap barang selama
penyimpanan dan pengiriman, serta pemantauan teratur terhadap
tanggal kadaluwarsa dan kondisi barang.
f. Evaluasi dan Perbaikan Terus-Menerus: Melakukan evaluasi
reguler terhadap efektivitas strategi pengelolaan persediaan dan
identifikasi area di mana perbaikan dapat dilakukan. Terapkan
tindakan perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi
dan mengurangi pemborosan atau kerugian barang secara
berkelanjutan.
 Anggaran Farmasi: Terdapat perbedaan antara anggaran dan realisasi
belanja farmasi. Rencana strategis untuk mengatasi perbedaan antara

8
anggaran dan realisasi belanja farmasi serta mengevaluasi efisiensi
pengelolaan anggaran dapat melibatkan langkah-langkah berikut:
a. Analisis Perbedaan: Melakukan analisis mendalam untuk
memahami penyebab perbedaan antara anggaran dan realisasi
belanja farmasi. Identifikasi faktor-faktor seperti fluktuasi harga
bahan baku, kebutuhan pasien yang tidak terduga, perubahan dalam
kebijakan pengadaan obat-obatan, dan kean pemborosan atau
pemakaian yang tidak efisien.
b. Evaluasi Proses Pengadaan: Meninjau kembali proses pengadaan
obat-obatan dari awal hingga akhir untuk mengevaluasi efisiensi
dan keefektifan sistem saat ini. Perhatikan apakah ada kesenjangan
atau kekurangan dalam proses pengadaan yang dapat menyebabkan
perbedaan antara anggaran dan realisasi belanja farmasi.
c. Identifikasi Peningkatan Efisiensi: Mengidentifikasi area-area di
mana efisiensi dalam pengelolaan anggaran dapat ditingkatkan. Ini
termasuk perbaikan dalam perencanaan dan peramalan persediaan,
negosiasi harga dengan pemasok, pemantauan dan pengendalian
pengeluaran, serta pengurangan pemborosan atau pembelian yang
tidak perlu.
d. Implementasi Perbaikan: Menerapkan perbaikan yang diperlukan
berdasarkan hasil analisis dan evaluasi. Ini melibatkan
pembaharuan kebijakan pengadaan, pelatihan untuk staf terkait,
peningkatan pemantauan dan pelaporan anggaran, dan langkah-
langkah lain yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran farmasi.
e. Pengawasan dan Evaluasi: Melakukan pemantauan terus-menerus
terhadap implementasi perbaikan dan evaluasi dampaknya terhadap
perbedaan antara anggaran dan realisasi belanja farmasi. Tinjau
kembali kinerja secara berkala dan sesuaikan strategi sesuai
kebutuhan untuk memastikan pencapaian target pengeluaran yang
efisien dan efektif.

9
 Personil di Instalasi Farmasi: Rencana strategis untuk meningkatkan
kinerja dan efisiensi instalasi farmasi serta memastikan pelayanan
farmasi yang optimal bagi pasien rawat jalan dan rawat inap dapat
melibatkan langkah-langkah berikut:
a. Analisis Kinerja Personil: Melakukan analisis menyeluruh terhadap
kinerja personil di instalasi farmasi, termasuk apoteker, asisten
apoteker, dan staf administrasi. Evaluasi produktivitas, ketepatan
waktu, kepatuhan terhadap prosedur, dan kualitas layanan yang
diberikan. Identifikasi area-area di mana peningkatan diperlukan,
seperti pelatihan tambahan, penugasan ulang tanggung jawab, atau
peningkatan penggunaan teknologi dalam proses kerja.
b. Evaluasi Proses Manajemen Persediaan: Meninjau kembali proses
manajemen persediaan farmasi dari awal hingga akhir untuk
mengevaluasi efisiensi dan efektivitasnya. Identifikasi potensi
pemborosan, kekurangan stok, atau kelebihan persediaan yang
dapat mengganggu pelayanan farmasi yang optimal. Perhatikan
juga prosedur pengadaan, pengawasan persediaan, dan distribusi
obat-obatan ke unit-unit pelayanan kesehatan.
c. Peningkatan Penggunaan Teknologi: Mempertimbangkan
penggunaan teknologi dalam manajemen persediaan farmasi untuk
meningkatkan efisiensi dan akurasi. Implementasikan sistem
manajemen persediaan berbasis komputer yang terintegrasi dengan
sistem informasi rumah sakit untuk memantau persediaan secara
real-time, menghasilkan laporan analisis persediaan, dan
mengoptimalkan pengadaan obat-obatan.
d. Penyempurnaan Proses Pelayanan: Mengdentifikasi dan perbaiki
proses-proses dalam pelayanan farmasi untuk meningkatkan
kecepatan, akurasi, dan kenyamanan bagi pasien. Pertimbangkan
penerapan sistem otomatisasi dalam distribusi obat-obatan ke
pasien rawat jalan dan rawat inap, serta peningkatan komunikasi
antara instalasi farmasi dan unit-unit pelayanan kesehatan.

10
e. Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan: Menyediakan
pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi personil instalasi
farmasi untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam manajemen
persediaan, pelayanan pelanggan, dan penggunaan teknologi.
Fokuskan pada peningkatan pengetahuan tentang obat-obatan,
keamanan pasien, etika profesional, dan kemampuan komunikasi
interpersonal.
 Barang Farmasi Rusak dan Kadaluwarsa: Tingginya persentase
barang farmasi yang rusak atau kadaluwarsa dapat mengakibatkan
pemborosan dan risiko keamanan pasien. Rencana strategis untuk
mengatasi tingginya persentase barang farmasi yang rusak atau
kadaluwarsa harus melibatkan langkah-langkah pencegahan yang
komprehensif. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
a. Analisis Penyebab: Melakukan analisis menyeluruh untuk
mengidentifikasi penyebab tingginya persentase barang farmasi
yang rusak atau kadaluwarsa. Ini bisa termasuk penyimpanan yang
tidak sesuai, manajemen persediaan yang buruk, kelebihan stok,
atau kurangnya rotasi persediaan.
b. Evaluasi Sistem Manajemen Persediaan: Meninjau kembali sistem
manajemen persediaan farmasi untuk memastikan bahwa proses
pengadaan, penyimpanan, dan pengawasan persediaan dilakukan
dengan baik. Perhatikan kecukupan pengawasan suhu dan
kelembaban, serta kepatuhan terhadap prosedur penanganan dan
penyimpanan barang farmasi.
c. Implementasi Sistem Pelacakan Persediaan: Menerapkan sistem
pelacakan persediaan yang mekan pengawasan yang lebih ketat
terhadap umur simpan barang farmasi. Sistem ini dapat membantu
dalam mengidentifikasi produk yang mendekati tanggal
kadaluwarsa dan memastikan penggunaannya sebelum
kedaluwarsa.
b. Peningkatan Rotasi Persediaan: Melakukan rotasi persediaan secara
teratur untuk mengurangi risiko barang farmasi kedaluwarsa.

11
Prioritaskan penggunaan barang-barang dengan tanggal
kedaluwarsa yang lebih dekat, dan pastikan pengadaan dilakukan
sesuai dengan kebutuhan aktual.
c. Pelatihan Tenaga Kerja: Memberikan pelatihan kepada staf instalasi
farmasi tentang praktik terbaik dalam manajemen persediaan,
termasuk penanganan dan penyimpanan yang benar, rotasi
persediaan, dan pengawasan tanggal kedaluwarsa. Pastikan bahwa
semua staf memahami pentingnya mematuhi prosedur ini untuk
mengurangi pemborosan dan risiko keamanan pasien.
d. Peningkatan Komunikasi antara Departemen: Meningkatkan
komunikasi antara departemen farmasi, departemen pengadaan, dan
departemen klinis untuk memastikan bahwa pengadaan barang
farmasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan aktual pasien.
Koordinasi yang baik antara departemen-departemen ini dapat
membantu mengurangi kelebihan stok dan meminimalkan risiko
pemborosan.

Rencana Manajemen Logistik di RS Anggrek Tahun 2024 dan Seterusnya


A. Analisis Situasi:
1) Visi dan Misi: Perubahan visi dan misi rumah sakit, termasuk keinginan
untuk menurunkan porsi pasien JKN-BPJS.
2) Logistik Farmasi:
 Persediaan barang farmasi tinggi (Rp. 750.340.000).
 Pembelian barang farmasi terus meningkat.
 Barang farmasi rusak/kadaluarsa: 1,75% (2022) dan 2% (2023).
3) Anggaran farmasi: Rp. 50 miliar (realisasi: Rp. 60 miliar).
4) Tenaga farmasi: 5 apoteker, 20 asisten apoteker, 10 administrasi.
5) Satelit farmasi: 1 (rawat jalan) & 2 (rawat inap).
B. Tujuan:
1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen logistik farmasi.
2) Menurunkan nilai persediaan barang farmasi.
3) Mengurangi tingkat kerusakan dan kadaluarsa barang farmasi.

12
4) Menyesuaikan dengan perubahan visi dan misi rumah sakit.
C. Strategi:
1) Pendekatan Sistem:
 Penerapan sistem informasi manajemen logistik farmasi yang
terintegrasi.
 Melakukan audit dan evaluasi sistem logistik farmasi secara berkala.
 Mengembangkan standar operasional prosedur (SOP) yang jelas untuk
semua proses logistik farmasi.
2) Pengelolaan Persediaan:
 Menerapkan sistem manajemen persediaan yang tepat (misalnya: First
Expired First Out (FEFO)).
 Melakukan analisis kebutuhan obat secara berkala dan akurat.
 Bekerja sama dengan distributor untuk optimasi stok dan retur barang.
3) Pengendalian Kualitas:
 Memperkuat sistem kontrol kualitas obat, termasuk inspeksi dan
pengujian.
 Melakukan pelatihan kepada staf farmasi tentang penyimpanan dan
penanganan obat yang benar.
 Menerapkan sistem penarikan kembali (recall) obat yang rusak atau
kadaluarsa.
4) Efisiensi Biaya:
 Melakukan negosiasi harga dengan distributor dan pabrikan obat.
 Memanfaatkan teknologi untuk optimasi proses logistik.
 Melakukan analisis biaya-manfaat (cost-benefit analysis) untuk setiap
pengadaan obat.
5) Penyesuaian Visi dan Misi:
 Membangun sistem logistik yang mendukung visi dan misi baru rumah
sakit.
 Melakukan analisis terhadap kebutuhan obat untuk pasien JKN-BPJS
dan non-JKN-BPJS.
 Mengembangkan strategi untuk meningkatkan pendapatan dari pasien
non-JKN-BPJS.

13
D. Implementasi:
1) Tahun 2024:
 Membentuk tim khusus untuk manajemen logistik farmasi.
 Melakukan audit dan evaluasi sistem logistik farmasi.
 Menyusun dan menerapkan SOP untuk semua proses logistik farmasi.
 Menerapkan sistem manajemen persediaan yang tepat.
 Memperkuat sistem kontrol kualitas obat.
 Melakukan negosiasi harga dengan distributor dan pabrikan obat.
2) Tahun 2025 dan seterusnya:
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas strategi yang
diterapkan.
 Melakukan perbaikan dan penyesuaian strategi secara berkala.
 Mengembangkan sistem logistik farmasi yang berkelanjutan.
E. Kesimpulan: Dengan menerapkan strategi dan langkah-langkah yang tepat,
diharapkan manajemen logistik di RS Anggrek dapat menjadi lebih efisien dan
efektif. Hal ini akan membantu rumah sakit dalam mencapai tujuannya,
termasuk dalam menyesuaikan dengan perubahan visi dan misi rumah sakit.

2.2 Strategi yang akan dilakukan di Tahun 2024


Dalam menghadapi tahun 2024, strategi utama yang akan diimplementasikan di
Rumah Sakit Anggrek adalah fokus pada:

Efisiensi
operasional

STRATEGI
LOGISTIK

Kemitraan
Implementasi
dengan
teknologi
pemasok

14
a. Efisiensi operasional: Strategi efisiensi operasional dalam manajemen
farmasi melibatkan beberapa langkah kunci, yang meliputi identifikasi dan
penghapusan bottleneck dalam rantai pasokan farmasi serta pembaruan
proses-proses untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan logistik secara
keseluruhan. Pertama, identifikasi bottleneck atau titik-titik tertentu dalam
rantai pasokan yang menjadi hambatan utama dalam aliran barang farmasi.
Ini bisa termasuk proses pengadaan yang lambat, kurangnya ketersediaan
stok, atau masalah dalam distribusi barang. Setelah bottleneck teridentifikasi,
langkah selanjutnya adalah mengembangkan solusi untuk mengatasi masalah
tersebut. Ini dapat melibatkan peningkatan sistem pengadaan, negosiasi
kontrak dengan pemasok untuk pengiriman yang lebih cepat, atau investasi
dalam teknologi yang mekan pelacakan persediaan secara real-time. Selain
itu, pembaruan proses-proses logistik juga penting untuk meningkatkan
efisiensi secara keseluruhan. Ini termasuk penggunaan sistem manajemen
persediaan yang lebih canggih, implementasi otomatisasi dalam proses
pengiriman dan penyimpanan, serta pengoptimalan rute distribusi. Dengan
mengidentifikasi bottleneck dan memperbarui proses-proses logistik, rumah
sakit dapat meningkatkan efisiensi operasional mereka dalam pengelolaan
farmasi, yang pada gilirannya akan meningkatkan ketersediaan obat-obatan
yang diperlukan bagi pasien
b. Kemitraan yang lebih erat dengan pemasok: Upaya untuk memperkuat
kemitraan dengan pemasok adalah salah satu strategi utama dalam
meningkatkan keberlanjutan pasokan. Hal ini dilakukan dengan membina
kerja sama yang lebih erat dengan pemasok untuk memastikan ketersediaan
barang yang konsisten dan harga yang bersaing. Melalui kerjasama yang erat
ini dapat meningkatkan transparansi, responsivitas, dan efisiensi dalam rantai
pasok, yang pada gilirannya akan mendukung pelayanan yang lebih baik
kepada pasien.
c. Strategi implementasi teknologi juga akan diterapkan, dengan
mempertimbangkan penggunaan sistem informasi atau teknologi lainnya,
yang bertujuan untuk meningkatkan visibilitas dan kontrol atas persediaan

15
farmasi. Dengan demikian, upaya ini tidak hanya meningkatkan efisiensi
dalam manajemen persediaan, tetapi juga memperkuat hubungan dengan
pemasok untuk mendukung operasi farmasi yang lebih lancar dan
berkelanjutan.

Strategi Manajemen Logistik Farmasi di RS Anggrek Tahun 2024


A. Membentuk Tim Manajemen Logistik Farmasi:
1) Terdiri dari:
 Wakil Direktur Medik (Ketua)
 Ka. Instalasi Farmasi
 Ka. Komite Medik
 Ka. Keuangan
 Perwakilan dokter & perawat
 Ahli logistik farmasi
2) Tugas:
 Merumuskan strategi dan kebijakan logistik farmasi
 Melakukan audit dan evaluasi sistem logistik farmasi
 Menyusun dan menerapkan SOP logistik farmasi
 Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja logistik farmasi
B. Pengendalian Persediaan Barang Farmasi:
1) Menerapkan sistem manajemen persediaan:
 First Expired First Out (FEFO)
 Just In Time (JIT)
 Economic Order Quantity (EOQ)
2) Melakukan analisis kebutuhan obat:
 Klasifikasi ABC
 Analisis pola penggunaan obat
 Perhitungan stock opname
3) Bekerjasama dengan distributor:
 Optimasi stok dan retur barang
 Kontrak jangka panjang untuk obat generik

16
 Penerapan sistem e-procurement
C. Pengendalian Kualitas Barang Farmasi:
1) Memperkuat sistem kontrol kualitas obat:
 Inspeksi dan pengujian rutin
 Penerapan Good Storage Practices (GSP)
 Pelatihan staf farmasi tentang penyimpanan dan penanganan obat
2) Penerapan sistem penarikan kembali (recall):
 Obat yang rusak atau kadaluarsa
 Obat dengan efek samping berbahaya
D. Efisiensi Biaya:
1) Melakukan negosiasi harga dengan distributor dan pabrikan obat:
 Membandingkan harga dari berbagai sumber
 Melakukan tender untuk obat tertentu
 Memanfaatkan e-katalog
2) Memanfaatkan teknologi untuk optimasi proses logistik:
 Sistem informasi manajemen logistik farmasi
 Barcode dan RFID untuk pelacakan obat
 Automation dispensing system
3) Melakukan analisis biaya-manfaat (cost-benefit analysis):
 Setiap pengadaan obat
 Penggunaan obat generik
E. Penyesuaian Visi dan Misi:
1) Membangun sistem logistik yang mendukung visi dan misi baru rumah
sakit:
 Fokus pada pasien non-JKN-BPJS
 Meningkatkan pendapatan dari layanan farmasi
2) Melakukan analisis terhadap kebutuhan obat:
 Pasien JKN-BPJS dan non-JKN-BPJS
 Mengembangkan formularium rumah sakit yang terdiferensiasi
3) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan pendapatan:
 Layanan farmasi non-JKN-BPJS

17
 Penjualan obat bebas dan alat kesehatan
F. Monitoring dan Evaluasi:
1) Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas
strategi yang diterapkan.
2) Melakukan perbaikan dan penyesuaian strategi secara berkala.
3) Mengembangkan sistem logistik farmasi yang berkelanjutan.
G. Kerjasama:
1) Meningkatkan kerjasama dengan dokter dan tenaga kesehatan lain dalam
pemilihan obat yang tepat dan rasional.
2) Mendorong penggunaan obat generik untuk menekan biaya pengobatan.
3) Melakukan edukasi kepada pasien tentang penggunaan obat yang tepat dan
aman.
Kesimpulan: Dengan menerapkan strategi di atas, diharapkan manajemen
logistik farmasi di RS Anggrek menjadi lebih efisien, efektif, dan mendukung visi
dan misi baru rumah sakit.

2.3 Langkah-Langkah yang akan dilaksanakan dalam Tahun 2024


Pada tahun 2024, sejumlah langkah-langkah konkret akan diambil di
Rumah Sakit Anggrek untuk meningkatkan manajemen logistik.

Kuartal pertama Kuartal ketiga Sepanjang tahun


hingga kuartal hingga kuartal 2024:
kedua: keempat: Setiap kuartal: Evaluasi berkala
Fokus pada Strategi Review dan terhadap
evaluasi dan mengurangi pembaruan pelayanan satelit
perbaikan proses persediaan kebijakan farmasi, dengan
pelayanan JKN- barang farmasi, pembelian agar menggunakan
BPJS sambil sesuai dengan teknologi untuk
meningkatkan kebutuhan meningkatkan
pengawasan aktual efisiensi logistik
terhadap barang
yang rusak atau
kadaluwarsa

a. Pada kuartal pertama hingga kuartal kedua, akan diberikan fokus pada
evaluasi dan perbaikan proses pelayanan JKN-BPJS. Langkah ini mencakup

18
identifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan bagi staf farmasi agar
mereka dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dengan lancar.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa staf farmasi memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan pelayanan
yang optimal kepada pasien JKN-BPJS.
b. Pada kuartal ketiga hingga kuartal keempat, akan dilaksanakan strategi untuk
mengurangi persediaan barang farmasi, sambil meningkatkan pengawasan
terhadap barang yang rusak atau kadaluwarsa. Langkah-langkah ini
mencakup evaluasi dan penyesuaian kebijakan persediaan, penggunaan
metode pengawasan yang lebih efektif, dan penerapan langkah-langkah
pencegahan yang diperlukan untuk mengurangi pemborosan dan risiko
keamanan pasien.
c. Dilakukan review dan pembaruan kebijakan pembelian agar sesuai dengan
kebutuhan aktual. Langkah ini mencakup evaluasi ulang atas proses
pembelian yang ada, identifikasi perubahan kebutuhan pasokan farmasi, dan
penyempurnaan kebijakan pembelian untuk memastikan ketersediaan barang
yang tepat pada waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan yang aktual.
Dengan demikian, pengelolaan persediaan farmasi dapat lebih efisien dan
sesuai dengan kondisi yang terkini.
d. Sepanjang tahun 2024, akan dilakukan evaluasi berkala terhadap pelayanan
satelit farmasi, dengan menggunakan teknologi yang sesuai untuk
meningkatkan efisiensi logistik. Evaluasi ini mencakup peninjauan kinerja,
identifikasi area perbaikan, dan penerapan solusi teknologi yang sesuai untuk
memperbaiki proses logistik secara keseluruhan. Dengan demikian,
diharapkan pelayanan satelit farmasi dapat lebih efisien dan responsif
terhadap kebutuhan pasien.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan manajemen logistik di Rumah Sakit
Anggrek dapat ditingkatkan secara berkelanjutan sepanjang tahun 2024,
memberikan dampak positif pada pelayanan kesehatan yang disediakan oleh
rumah sakit ini.

Langkah-langkah Manajemen Logistik Farmasi di RS Anggrek Tahun 2024

19
A. Triwulan 1:
1) Pembentukan Tim:
 Membentuk tim manajemen logistik farmasi (terdiri dari Ka. Instalasi
Farmasi, Ka. Komite Medik, Ka. Keuangan, dll.).
 Menetapkan ketua tim dan mendelegasikan tugas.
2) Evaluasi Sistem:
 Melakukan audit dan evaluasi sistem logistik farmasi yang ada saat ini.
 Mengidentifikasi masalah dan area yang perlu diperbaiki.
3) Perumusan Strategi:
 Merumuskan strategi dan kebijakan logistik farmasi berdasarkan hasil
evaluasi.
 Menetapkan tujuan dan target yang ingin dicapai.
4) Penyusunan SOP:
 Menyusun dan menerapkan SOP untuk semua proses logistik farmasi.
 Memastikan semua staf memahami dan mengikuti SOP.
5) Pengadaan Teknologi:
 Memilih dan menerapkan sistem informasi manajemen logistik
farmasi.
 Memanfaatkan teknologi untuk optimasi proses logistik (barcode,
RFID, automation dispensing system).
B. Triwulan 2:
1) Implementasi Strategi:
 Memulai implementasi strategi yang telah dirumuskan.
 Melakukan pelatihan kepada staf farmasi tentang sistem dan prosedur
baru.
2) Monitoring dan Evaluasi:
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas strategi yang
diterapkan.
 Melakukan penyesuaian jika diperlukan.
3) Kerjasama dengan Distributor:

20
 Membangun kerjasama dengan distributor untuk optimasi stok dan
retur barang.
 Melakukan negosiasi harga dan kontrak jangka panjang.
4) Pengendalian Kualitas:
 Memperkuat sistem kontrol kualitas obat.
 Melakukan pelatihan tentang penyimpanan dan penanganan obat.
C. Triwulan 3:
1) Analisis Kebutuhan Obat:
 Melakukan analisis kebutuhan obat secara berkala dan akurat.
 Memanfaatkan data untuk klasifikasi ABC dan analisis pola
penggunaan obat.
2) Efisiensi Biaya:
 Melakukan analisis biaya-manfaat untuk setiap pengadaan obat.
 Mendorong penggunaan obat generik.
3) Penyesuaian Visi dan Misi:
 Mengembangkan sistem logistik yang mendukung visi dan misi baru
rumah sakit.
 Melakukan analisis terhadap kebutuhan obat pasien JKN-BPJS dan
non-JKN-BPJS.
D. Triwulan 4:
1) Evaluasi dan Perbaikan:
 Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja logistik farmasi
selama tahun 2024.
 Mengidentifikasi area yang masih perlu diperbaiki.
2) Pengembangan Berkelanjutan:
 Mengembangkan sistem logistik farmasi yang berkelanjutan.
 Mengintegrasikan logistik farmasi dengan sistem lain di rumah sakit.
3) Edukasi Pasien:
 Melakukan edukasi kepada pasien tentang penggunaan obat yang tepat
dan aman.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Masalah 1:
A. Tujuan yang jelas telah ditetapkan, termasuk peningkatan efisiensi
dan efektivitas manajemen logistik farmasi, penurunan nilai
persediaan barang farmasi, pengurangan tingkat kerusakan dan
kadaluarsa barang farmasi, serta penyesuaian dengan perubahan
visi dan misi rumah sakit.
B. Strategi yang komprehensif telah dirumuskan untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut. Strategi-strategi ini mencakup pendekatan
sistem, pengelolaan persediaan, pengendalian kualitas, efisiensi
biaya, dan penyesuaian visi dan misi rumah sakit.
C. Implementasi rencana akan dimulai pada tahun 2024 dengan
pembentukan tim khusus, audit dan evaluasi sistem logistik,
penyusunan SOP, penerapan sistem manajemen persediaan,
memperkuat sistem kontrol kualitas, dan negosiasi harga dengan
distributor dan pabrikan obat.
D. Tahun 2025 dan seterusnya akan didedikasikan untuk monitoring,
evaluasi, perbaikan, dan penyesuaian strategi secara berkala guna
mengembangkan sistem logistik farmasi yang berkelanjutan.
E. Harapan dari penerapan strategi dan langkah-langkah yang
diusulkan adalah agar manajemen logistik di RS Anggrek dapat
menjadi lebih efisien dan efektif sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Masalah 2:
A. Pembentukan Tim Manajemen Logistik Farmasi yang terdiri dari
berbagai stakeholder penting adalah langkah yang tepat untuk
merumuskan strategi dan kebijakan logistik farmasi, serta
melakukan audit, evaluasi, dan monitoring kinerja logistik farmasi
secara efektif.

23
B. Pengendalian persediaan barang farmasi yang efisien melalui
penerapan sistem manajemen persediaan yang tepat seperti FEFO,
JIT, dan EOQ, serta analisis kebutuhan obat yang cermat dan
kerjasama yang baik dengan distributor akan membantu
mengoptimalkan ketersediaan obat-obatan yang diperlukan bagi
pasien.
C. Pengendalian kualitas barang farmasi yang ketat, termasuk
penerapan kontrol kualitas obat dan sistem penarikan kembali,
akan memastikan bahwa obat yang disediakan untuk pasien adalah
aman dan berkualitas tinggi.
D. Upaya efisiensi biaya melalui negosiasi harga dengan pemasok,
pemanfaatan teknologi untuk optimasi proses logistik, dan analisis
biaya-manfaat akan membantu rumah sakit mengelola anggaran
farmasi secara lebih efisien.
E. Penyesuaian visi dan misi rumah sakit dengan fokus pada pasien
non-JKN-BPJS, pengembangan strategi pendapatan baru, dan
analisis kebutuhan obat untuk berbagai kelompok pasien akan
memastikan bahwa sistem logistik farmasi mendukung visi dan
misi baru rumah sakit.
F. Monitoring, evaluasi, perbaikan, dan pengembangan sistem
logistik farmasi yang berkelanjutan akan menjadi langkah penting
untuk memastikan bahwa strategi yang diterapkan terus
berkembang dan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
G. Kerjasama yang erat dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya
serta edukasi kepada pasien tentang penggunaan obat yang tepat
akan menjadi faktor penting dalam kesuksesan strategi manajemen
logistik farmasi.
3. Masalah 3:
A. Fokus pada Pelayanan JKN-BPJS: RS Anggrek akan memulai
tahun 2024 dengan mengevaluasi dan memperbaiki proses
pelayanan JKN-BPJS. Hal ini termasuk identifikasi kebutuhan

24
pelatihan bagi staf farmasi untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan tersebut, dengan tujuan memastikan pelayanan optimal
kepada pasien JKN-BPJS.
B. Pengurangan Persediaan dan Peningkatan Pengawasan: Pada
kuartal-kuartal berikutnya, akan dilakukan strategi untuk
mengurangi persediaan barang farmasi sambil meningkatkan
pengawasan terhadap barang yang rusak atau kadaluwarsa.
Langkah ini akan memastikan efisiensi pengelolaan persediaan dan
keamanan pasien.
C. Pembaruan Kebijakan Pembelian: RS Anggrek akan melakukan
review dan pembaruan kebijakan pembelian agar sesuai dengan
kebutuhan aktual. Ini akan membantu meningkatkan efisiensi
pengadaan dan ketersediaan barang farmasi yang tepat pada waktu
yang tepat.
D. Evaluasi Berkala terhadap Pelayanan Satelit Farmasi: Selama
tahun 2024, akan dilakukan evaluasi berkala terhadap pelayanan
satelit farmasi dengan menggunakan teknologi yang sesuai untuk
meningkatkan efisiensi logistik. Hal ini akan memastikan bahwa
pelayanan satelit farmasi dapat lebih responsif terhadap kebutuhan
pasien.

3.2 Saran
1. Masalah 1: Prioritaskan implementasi strategi dan langkah-langkah
yang telah dirumuskan dengan seksama pada tahun 2024. Pastikan
bahwa setiap langkah diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan dengan efektif. Selama tahun 2025 dan seterusnya,
berikan perhatian yang berkelanjutan terhadap monitoring, evaluasi,
perbaikan, dan penyesuaian strategi secara berkala. Ini penting untuk
mengembangkan sistem logistik farmasi yang berkelanjutan dan
responsif terhadap perubahan lingkungan dan kebutuhan rumah sakit.
2. Masalah 2: Lanjutkan pembentukan dan pengembangan Tim
Manajemen Logistik Farmasi dengan mengutamakan kolaborasi dan

25
komunikasi yang efektif di antara stakeholder yang terlibat. Pastikan
agar setiap anggota tim memahami peran dan tanggung jawab mereka
dengan jelas. Monitor dan evaluasi secara berkala kinerja logistik
farmasi, serta identifikasi area-area perbaikan yang mungkin. Berikan
perhatian khusus pada pengendalian persediaan, pengendalian kualitas,
dan efisiensi biaya untuk mengoptimalkan operasi farmasi secara
keseluruhan.
3. Masalah 3: Lanjutkan upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada
pasien JKN-BPJS dengan memperbaiki proses yang ada dan
memberikan pelatihan yang diperlukan kepada staf farmasi. Pastikan
bahwa setiap langkah yang diambil berpusat pada pelayanan yang
optimal kepada pasien. Teruskan strategi pengurangan persediaan
barang farmasi, pembaruan kebijakan pembelian, dan evaluasi berkala
terhadap pelayanan satelit farmasi. Pastikan bahwa langkah-langkah
ini diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan ketersediaan obat-
obatan yang tepat kepada pasien dengan cara yang aman dan efektif.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, Y., Sarnianto, P., Aisyah, S., & Pontoan, J. (2019). Trend price analysis
of drug before and after the implementation of e-catalogue at the hospital.
Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi (Journal of Management and
Pharmacy Practice), 9(1), 1. https://doi.org/10.22146/jmpf.44496
Hakim, M., Nuswandari, A., & Negoro, N. (2016). Perbandingan profitabilitas
pasien bpjs dan pasien umum di rumah sakit brawijaya surabaya dengan
pendekatan customer profitability analysis. Jurnal Sosial Humaniora, 9(2),
197. https://doi.org/10.12962/j24433527.v9i2.1652
Noorhidayah, N., Anggraeni, S., & Tuzzahra, S. (2019). Pengaruh kualitas
pelayanan terhadap tingkat kepuasan pasien bpjs di pelayanan rawat jalan
rsud ratu zalecha martapura tahun 2019. Dinamika Kesehatan Jurnal
Kebidanan Dan Keperawatan, 10(2), 758-772.
https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2.525
Puspitasari, A., Pertiwiwati, E., & Rizany, I. (2020). Perbedaan tingkat kepuasan
pasien umum dengan pasien bpjs berdasarkan mutu pelayanan
keperawatan di instalasi rawat inap rsud ratu zalecha martapura. Dunia
Keperawatan Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan, 8(1), 93.
https://doi.org/10.20527/dk.v8i1.5869
Putri, Y. and Aini, Q. (2021). The satisfaction analysis of national health insurance
(jkn) patient using the hospital consumer assessment healthcare providers
and systems (hcahps) survey between public hospital and private hospital
in d.i. yogyakarta. Jurnal Aisyah Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(3).
https://doi.org/10.30604/jika.v6i3.819
Rizkianti, A., Saptarini, I., & Rachmalina, R. (2021). Perceived barriers in
accessing health care and the risk of pregnancy complications in indonesia.
International Journal of Women S Health, Volume 13, 761-772.
https://doi.org/10.2147/ijwh.s310850
Saleh, D. and Makmun, A. (2021). Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
asuransi bpjs di puskesmas pattallassang. Indonesian Journal of Health,
2(01), 31-39. https://doi.org/10.33368/inajoh.v2i1.36
Supartha, I., Waluyo, A., & Yona, S. (2018). Penerapan tindakan keperawatan
berbasis penelitian akupresur p6 dan edukasi perawat terhadap kejadian
mual dan muntah pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Jurnal
Medika Usada, 1(1). https://doi.org/10.54107/medikausada.v1i1.19
Tonasih, T. and Gunawan, U. (2021). Kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan di klinik pratama. Jurnal Smart Kebidanan, 8(1), 44.
https://doi.org/10.34310/sjkb.v8i1.427
Wulandari, R., Ridho, I., Supriyanto, S., Qomaruddin, M., Damayanti, N.,
Laksono, A., & Rassa, A. (2019). Pengaruh pelaksanaan akreditasi

27
puskesmas terhadap kepuasan pasien. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 15(3), 228. https://doi.org/10.30597/mkmi.v15i3.6195

28

Anda mungkin juga menyukai