Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE)

BANTUAN OPERSIONAL KESEHATAN (BOK) UPAYA DETEKSI DINI


SUMBER DANA DAK NON FISIK KEMENKES RI TAHUN 2023

INSTANSI : PEMERINTAH KAB. BOLAANG MONGONDOW


SELATAN
SKPD : Dinas Kesehatan
PROGRAM : Peningkatan Upaya Kesehatan Masyarakat
KEGIATAN : Bantuan Operasional Kesehatan
KELUARAN (0UTPUT) : Meningkatnya pelayanan kesehatan luar gedung,
meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan, meningkatnya fungsi manajemen
Kesehatan dinas kesehatan
MANFAAT (OUTCOME) : Tersedianya pelayanan yang komprehensif dalam
pelayanan kesehatan
DAMPAK (benefit) : Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan baik
luar maupun dalam gedung

1. Latar Belakang
a. Dasar Hukum
• Undang – undangKesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
• PeraturanMenteriKesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentangPuskesmas
• PeraturanMenteriKesehatan RI Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

b. Gambaran Umum

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam pemanfaatan mengalami


perluasan bukan hanya untuk operasional Puskesmas dan dukungan
manajemen tetapi juga untuk peningkatan peran Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota sebagai fasilitas rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat sekunder termasuk
Balai Kesehatan Masyarakat sebagai UPTnya serta untuk kegiatan peningkatan
distribusi obat ke Puskesmas dan e- logistic di Kabupaten/ Kota. Dalam
pengelolaan dana BOK merupakan satu kesatuan sumber pembiayaan
operasional untuk pelaksanaan upaya kesehatan bersama sumber dana lain
yang ada di Puskesmas seperti dana APBD, Kapitasi BPJS dan dana lainnya
yang sah yang dikelola menggunakan mekanisme APBD.
Bantuan Operasional Kesehatan merupakan bantuan pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah untuk mendukung operasional Puskesmas dalam
rangka pencapaian program kesehatan prioritas Nasional, khususnya kegiatan
promotif preventif sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat. Bantuan
Operasional Kesehatan diharapkan dapat mendekatkan petugas kesehatan
kepada masyarakat dan memberdayakan masyarakat, melalui mobilisasi kader
kesehatan untuk berperan aktif dalam pembangunan kesehatan. Oleh karena
itu penggunaan dana BOK di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota diharapkan tepat sasaran dengan mengacu kepada Petunjuk Teknis yang
ada.
Meningkatnya kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) secara
signifikan akan menambah beban masyarakat dan pemerintah
karena penanganannya membutuhkan waktu yang lama, biaya yang besar
dan teknologi yang tinggi. Hasil Riskesdas menunjukan prevalensi
penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan
Riskesdas 2013 antara lain kanker,stroke,penyakit gagal kronis,diabetes
melitus dan hipertensi.
Prevalensi kanker naik 1,4% ( Riskesdas 2013 ) menjadi 1,8 % di 2018
demikian dengan prevalensi stroke naik dari 7 % menjadi 10% sementara
penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%. Selain itu berdsasarkan
Pemeriksaan Gula darah prevalensi diabetes melitus naik 6,9 % menjadi 8,5%
dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari
25,8% menjadi 34,1%.
K a s u s P T M memang tidak ditularkan namun mematikan dan
mengakibatkan individu menjadi tidak ataukurang produktif namun PTM
dapat dicegah dengan mengendalikan faktor resiko melalui deteksidini.Dalam
upaya pencegahan dan pengendalian PTM maka diperlukan deteksi
dini faktor resiko PTM melalui Posbindu dan Pandu PTM dan deteksi
dini kanker leher rahim dan kanker payudara melalui IVA Test dan
Sadanis dalam upaya menurunkan morbiditas, mortalitas dan disabilitas
PTM melalui intensifikasi pencegahan dan pengendalian menuju Indonesia
Sehat

1. Tujuan
- Untuk menurunkan angka kejadian Jantung Stroke dan Cholesterol
- Mencegah dan mengendalian penyakit Jantung Stroke dan Cholesterol
pada masyarakat Kab. Bolaang Mongondow Selatan

2. Alasan Kegiatan Dilaksanakan


- Belum semua masyarakat menyadari tentang bahaya penyakit tidak
menular
- Belum semuannya sasaran penderita risiko PTM yang berjumlah
59.000 jiwa mendapatkan pemeriksaan Cholesterol

- Alat EKG yang tersedia di 4 Puskesmas tidak memiliki Bahan Habis


Pakai seperti gel, Sarung Tangan steril

B. Penerima Manfaat
Kegiatan pengadaan BMHP Skrining PTM diharapkan bermanfaat bagi
masyarakat dengan risiko PTM di 82 Desa di wilayah Kab. Bolaang
Mongondow Selatan
C. Strategi Pencapaian Keluaran
1. Metode Pelaksanaan
a. Persiapan pengadaan/pembelian BMHP skrining PTM melakukan rapat
intern, menyusun TOR, RAB dan Spesifikasi Teknis
b. Penyerahan spesifikasi teknis peralatan kepada Kuasa Pemegang
Anggaran dan Pejabat Pembuat Komitmen dengan tembusan Panitia
Pengadaan Barang/Jasa Direktorat PPTM
c. Pelaksanaaan pengadaaan barang melalui e-purchasing ( e- catalog) /
lelang
d. Pendistribusian BMHP Skrining PTM di terfokus di 9 Puskesmas yang
menjadi Lokasi Khusus Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada
tahun 2023
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan Tahun 2022
D. Waktu Pencapaian Keluaran
Kegiatan pengadaan pembelian BMHP Skrining PTM kesehatan dilakukan pada
tahun 2023
E. Biaya Yang Diperlukan
Biaya pengadaan pembelian BMHP Skrining PTM sebesar Rp. 185.613.206
(Seratus Delapan Puluh Lima Juta Enam Ratus Tiga Belas Ribu Dua Ratus
Enam Rupiah). Rincian anggaran biaya (RAB) sebagaimana terlampir.
Bolaang Uki, 12 Oktober 2022
TOR Bantuan Operasional Kesehatan 5
TOR Bantuan Operasional Kesehatan 6

Anda mungkin juga menyukai