Anda di halaman 1dari 12

Pandangan - pandangan

Pendidikan
Noviea Varahdilah Sandi, M.Sn.
Pertemuan ke - 4
Pendidikan dipandang sebagai bidang studi
interdisipliner karena didasarkan atas berbagai
bidang ilmu seperti filsafat moral sosial(Rousseau,
Piaget), psikologi (Freud, Piaget, Dewey).
Pendidikan sebagai usaha memanusiakan manusia
memiliki skop yang luas dan multitafsir. Skop
pendidikan dimaknai sebagai pandangan-
pandangan atau aliran-aliran pendidikan yang lahir
karena latar belakang filsafat dan pendekatanya
berbeda. Ragam keilmuan yang melengkapi
pendidikan menjadikan kajian tentang
menimbulkan tafsir yang banyak (multitafsir).
Pandangan-pandangan Pendidikan
1. Empirisme
2. Nativisme
3. Naturalisme
4. Konvergensi
5. Perenialisme
6. Essensialisme
7. Progressivisme
8. Rekonstruksionisme
Empirisme
Empirisme berasal dari kata empiri yang berarti
pengalaman. tokoh Empirisme ini adalah John Locke
(1632-1704). Menurut dari aliran ini mendidik bearti
membentuk manusia sekehendak pendidik.oleh karena
itu, aliran ini bersifat optimis terhadap hasil pendidikan.
Sasaran pendidikan pada aliran ini yaitu membentuk
akal sehat dalam tubuh yang sehat, belajar dari
pengalaman lebih baik ketimbang membaca buku, meski
membaca juga penting artinya untuk pendidikan. Anak-
anak harus diberi tahu seperti apakah dunia itu
sebenarnya supaya mereka siap menghadapinya dan
tahu sejak awal mana yang baik, buruk, benar dan salah.
(O'Neil, 2002: 591)
Empirisme branggapan bahwa seluruh
pengetahuan adalah keluaran pengalaman
personal. pengalaman semacam itu biasanya
dianggap lahir dari perjumpaam daya tangkap
indrawi antara individu dengan sebuah dunia
yang mengada secara mandiri untuk diketahui
Nativisme
Aliran ini adalah penganut dari salah satu ajaran filsafat idealisme.
tokoh nativisme adalah Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang
berpandangan bahwa faktor pembawaan yang bersifat kodrat dari
kelahiran dan tidak mendapatkan pengaruh dari alam sekitar atau
pendidikan sekalipun, dan itulah yang disebut kepribadian manusia.
nativisme berasal dari bahasa Latin, yaitu nativs yang memiliki arti
terlahir. Aliran ini percaya potensi-potensi dari faktor pembawa
yang bersifat kodrati sebagai pribadi seseorang, bukan hasil
pendidikan. Tanpa potensi-potensi hereditas yang baik, tidaklah
mungkin seseorang mendapatkan taraf yang dikehendaki, meskipun
mendapatkan pendidikan yang maksimal (Indar, 1994:43).
penjelasan di atas memperlihatkan bahwa Arthur Schopenhauer
percaya bahwa anak-anak yang lahir ke dunia sudah memiliki
pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut
arahanya masing-masing.
Naturalisme
Pandangan naturalisme hampir sama dengan aliran nativisme.
Pandangan naturalisme menyatakan bahwa kecil kemungkinan
manusia dapat dididik karena faktor pembawaan yang bersifat
kodrat dari kelahiran. Tokoh aliran ini adalah Jean Jacques
Rousseau (1712-1778), yang mengemukakan pendapatnya dalam
bukunya Emile (1762). Memiliki sumbangsih sekaligus motor
Revolusi Prancis dengan kalimat pembukanya yang terkenal :
“Manusia terlahir bebas, tetapi di mana-mana ia terbelenggu”.
Aliran ini juga disebu aliran negativisme karena berpandangan
bahwa pendidikan hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak
didik saja dengan sendirinya dan selanjutnya diserahkan pada
alam. jadi, pendidikan tidak diperlukan tidak diperlukan dan yang
dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam agar
pembawaanya yang baik tadi tidak menjadi rusak oleh tangan
manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan.
Konvergensi
Aliran konvergensi merupakan sebuah usaha untuk
mengompromikan dua macam aliran yang berbeda secara
ekstrem, yaitu aliran empirisme dan juga aliran nativisme.
Tokoh aliran ini yaitu Wiliam Stern (1871-1938). Berpendapat
bahwa pembawaan dan lingkungan sama pentingnya.
keduanya berpengaruh terhadap perkembangan anak didik.
hasil perkembangan dan pendidikan anak tergantung pada
besar kecilnya pembawaan serta situasi lingkunganya. Wiliam
Stren dalam Sukardjo dan Kamarudin (2010:31) menjelaskan
bahwa pemahamanya tentang pentingnya pembawaan dan
lingkungan itu dengan perumpamaan dua garis yang menuju
ke satu titik pertemuan. Oleh karena itu, teorinya dikenal
sebagai sebutan konvergensi
Perenialisme
Brameld dalam O'Neil (2002-22) menjelaskan bahwa pada dasarnya
perenialisme adalah sudut pandang dimana sasaran yang lain dicapai
oleh pendidikan adalah kepemilikan atas prinsip-prinsip tentang
kenyataan, kebenaran, dan nilai yang abadi, tak terikat waktu, tak
terikat ruang. Perenailisme berasal dari kata perennial diartikan
sebagai abadi atau kekal yang dapat bearti pula terus tiada akhir.
Indar (1994:137) menjelaskan bahwa esensi perenialisme ialah
berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat kekal
abadi. Selanjutnya seperti diungkapkan sebelumnya, perenialisme
melihat bahwa akibat atau ujung dari kehidupan zaman modern telah
menimbulkan banyak krisis di berbagai bidang kehidupan manusi.
Untuk mengobati zaman yang sedang sakit ini, aliran ini memberikan
konsep jalan keluar regressive road to culture, yaitu kembali atau
mundur kepada kebudayaan masa lampau yang masih ideal.
Essensialisme
Essnsialisme, di pihak lain, berpegang pada kenyataan
utama bahwa alam semesta segala unsurnya diatur oleh
hukum yang mencangkup semuanya, serta tatanan yang
sudah mapan sebelumnya. oleh karena itu, tugas utama
manusia adalah memahami hukum dan tatanan ini
sehingga ia bisa menghargai dan menyesuaikan diri
dengannya. bagi seorang esensialis, sasaran utama
sekolah adalah mengenalkan anak didik kepada karakter
dasar alam semesta yang tertata itu dengan cara
mengenalkan mereka pada warisan budaya (O'Neil,
2002:22). Tujuan utama aliran essensialisme adalah
membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat.
Progressivisme

Tujuan utama sekolah, menurut pandangan


progressivisme adalah meningkatkan kecerdasan praktis,
serta untuk membuat siswa menjadi lebih efektif dalam
memecahkan berbagai problem yang disajikan dalam
konteks pengalaman pada umumnya (O'Neil, 2002:23).
Progressivisme mempercayai manusia sebagai subjek
yang memiliki kemampuan menghidupi dunia dan
lingkungan hidupnya, serta mempunyai kemampuan
untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah
yang akan mengancam manusia itu sendiri. Pendidikan
dianggap mampu untuk mengubah dan menyelamatkan
manusia demi masa depan.
Rekonstruksionisme

Rekonstruksikonisme berpandangan bahwa sekolah


semestinya diabadikan kepada pencapaian tatanan
demokratis yang mendunia. aliran ini percaya
bahwa teori pada puncaknya tak terpisahkan dari
latar belakang sosial dalam suatu era kesejahteraan
tertentu. Pikiran, dengan begitu, adalah sebuah
keluaran atau produk dari kehidupan di sebuah
masyarakat tertentu di suatu waktu (O'Neil,
2002:23). Filosofi dari pandangan ini beranggapan
bahwa sekolah harus merintis jalan ke arah usaha
penciptaan sebuah tatanan sosial yang lebih
manusiawi, memanusiakan, dan demokratis.

Anda mungkin juga menyukai