Anda di halaman 1dari 37

MINI RISET

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATRANG KABUPATEN JEMBER
OLEH:
WAHYU IKHWAN NANDA MUKHLISH (142011101004)
NIKMATUL MAULA NUR RAHMADANI (142011101006)

PEMBIMBING:
dr.T. NINIK WIDYAWATI
dr. DWITA ARYADINA RACHMAWATI, M.KES
2019
LATAR BELAKANG

 Tuberkulosis  penyakit kronik menular karena M. tuberculosis


 WHO  kedaruratan global (Global Emergency) karena tidak terkendali
LATAR BELAKANG

 WHO (2017)  10,4 juta orang terinfeksi TB di dunia, artinya 120 kasus setiap
100.000 populasi dan 480.000 kejadian MDR TB
LATAR BELAKANG

 Indonesia (2016)  351.893 kasus TB dengan prevalensi tertinggi di provinsi Jawa


Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah
LATAR BELAKANG

 Jawa Timur (2017)  menduduki urutan kedua di Indonesia dengan 26.152 kasus
baru BTA +
LATAR BELAKANG

 Jember (2017)  menempati urutan


 TB Paru di Puskesmas Patrang Jember
kedua di Jawa Timur dengan 3.497 Juni – November 2019  38 kasus
kasus TB
LATAR BELAKANG

Infeksi TB  menyebar melalui udara yang


terkontaminasi oleh M. Tuberculosis dari
penderita saat batuk, bersin, atau berbicara
 berhubungan dengan faktor lingkungan.

Menular cepat kepada orang dengan daya


tahan tubuh lemah, mengganggu sumberdaya
manusia dan umumnya menyerang kelompok
masyarakat dengan golongan sosial ekonomi
rendah.
LATAR BELAKANG

FAKTOR RISIKO HOST Apa faktor risiko yang


mempengaruhi kejadian
FAKTOR RISIKO
 Imunosupresi
tuberkulosis paru di
ENVIRONMENT
 Penyakit penyerta: seperti HIVkerja Puskesmas
wilayah
 Perumahan padat penduduk
dan DM Patrang Kabupaten Jember?
 Kurang sinar matahari
 Gizi buruk
 Sirkulasi udara yang buruk
 Bahan kimia
 Jenis lantai  kelembapan
 Kontak dengan pasien TB
TUJUAN DAN MANFAAT

 Tujuan  mengetahui jenis faktor risiko yang berpengaruh


terhadap kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas
Patrang, Kabupaten Jember.
TUJUAN DAN MANFAAT

 Manfaat
1. Informasi untuk menambah wawasan di bidang ilmu pengetahuan.
2. Bahan pertimbangan pemangku kebijakan untuk menentukan keputusan
terkait kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Patrang.
3. Dasar tindakan program promosi kesehatan dan usaha preventif
masalah penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas Patrang.
4. Bahan informasi bagi masyarakat mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi penularan tuberkulosis paru
TINJAUAN PUSTAKA
 Tuberkulosis  Penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat
menyerang paru dan organ lainnya.
 Etiologi  Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang yang bersifat tahan asam. Kuman
sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet
TINJAUAN PUSTAKA

 Gejala Tuberkulosis:
1. Batuk berdahak 2 minggu / >
2. Sesak nafas
3. Badan lemas
4. Nafsu makan menurun
5. Berat badan menurun
6. Malaise
7. Demam malam hari tanpa kegiatan fisik
8. Demam meriang > 1 bulan
KERANGKA TEORI
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
• Case Control

Tempat dan Waktu


• Puskesmas Patrang dan wilayah kerja Puskesmas Patrang
• Selama bulan November 2019

Populasi dan Sampel


• Semua pasien terdiagnosis TB Paru yang sedang menjalani pengobatan di Puskesmas
Patrang
• Sampel  66 (33 kasus, 33 kontrol)  memenuhi kriteria
KRITERIA PENELITIAN

INKLUSI
1. Pasien baru yang terdiagnosis
secara bakteriologis mengalami TB
di Puskesmas Patrang Kabupaten
Jember

2. Bersedia mengisi kuesioner yang


telah disediakan sebagai tanda
persetujuan sampel penelitian.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
• Bebas  usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, status imunisasi BCG, riwayat
diabetes mellitus, riwayat kontak penderita TB,, tingkat pendidikan, luas ventilasi,
jenis lantai rumah, dan kepadatan hunian.
• Terikat  kejadian TB paru.

Jenis dan Sumber Data Penelitian


• Data Primer  wawancara dan observasi kunjungan rumah
• Data Sekunder  Rekam medis dan data hasil pemeriksaan

Analisis Penelitian
• Univariat
• Bivariat  Chi square dan Spearmen’s rho
• Multivariat  mengetahui variabel yang diduga saling mempengaruhi dan mengetahui
mana yang menjadi faktor utama meningkatkan kejadian TB Paru
INSTRUMEN PENELITIAN
Tabel Pengumpulan Data Sampel

No Jenis Usia IMT Status Riw. DM Tingkat Riwayat kontak Luas Jenis Kepada
Kelamin Imunisasi BCG Pendidi penderita TB ventilas Lantai tan
kan i (m2) Hunian
Ada Tidak Ada Tidak Ya Tidak (jiwa/m
2)
DEFINISI OPERASIONAL
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Jenis Data
1. Usia Usia responden yang Wawancara dan Buku register 1. Usia 0-18 tahun Ordinal
dihitung sejak lahir rekam medis pasien dan 2. Usia 19-40 tahun
sampai dilakukan kuesioner 3. Usia 41-60 tahun
wawancara 4. > 60 tahun
2. Jenis Perbedaan individu Wawancara dan Buku register 1. laki-laki Nominal
kelamin berdasarkan gender rekam medis pasien dan 2.Perempuan
kuesioner
3. Status Gizi Status gizi diukur dengan BB(kg)/TB2 (m2) Timbanga, 1. Kurang Ordinal
menentukan indeks microtoise, (IMT<18,5)
massa tubuh sampel kalkulator 2. Normal (IMT
penelitian. Menghitung 18,5-25,0)
perbandingan berat 3. Gemuk (25,1-
badan/tinggi badan 27,0)
kuadrat. 4. Sangat gemuk
(IMT>27,0)
DEFINISI OPERASIONAL

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Jenis Data
4. Status Adanya luka parut pada Pemeriksaan pada Buku register 1. Ada skar Nominal
imunisasi deltoid kanan sampel pasien dan 2. Tidak ada skar
BCG kuesioner
5. Riwayat Riwayat penyakit DM Peninjauan pada Buku register 1. Ada riwayat DM Nominal
Diabetes yang dimiliki oleh sampel catatan rekam pasien dan 2. Tidak ada riwayat
Mellius medis Puskesmas kuesioner DM
Patrang dan
anamnesis
6. Riwayat Riwayat pasien Wawancara Buku register 1. Ada kontak Nominal
kontak melakukan dengan pasien pasien dan 2. Tidak ada kontak
dengan yang terdiagnosis TB kuesioner
penderita
TB
DEFINISI OPERASIONAL
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Jenis Data

7. Tingkat Status pendidikan Wawancara Kuesioner 1. Tidak tamat SD Ordinal


Pendidikan terakhir sampel 2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Sarjana/Diploma

8. Luas Lubang yang digunakan Wawancara, Meteran 1. <10% luas lantai Nominal
ventilasi untuk pertukaran udara menggunakan Kuesioner 2. >10% luas lantai
di rumah. Luas bukaan meteran
ventilasi minimal 10%
luas lantai.
(Kepmenkes No
829/1999)
DEFINISI OPERASIONAL
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Jenis Data
9. Jenis lantai Jenis lantai rumah yang WawancaraObse Kuesioner 1. Standar Nominal
ditinggali sampel. Jenis lantai rvasi di rumah 2. Tidak standar
yang memenuhi syarat sampel
rumah sehat yaitu lantai
yang kedap air, tidak
lembab.
(Kepmenkes No 829/1999)
10. Kepadatan Luas rumah / jumlah Wawancara, Meteran 1. <10m2/orang Nominal
hunian anggota keluarga yang menggunakan Kuesioner 2. >10m2/orang
tinggal dalam 1 rumah. meteran
Kebutuhan luas ruang/jiwa
minimum adalah 10m2/jiwa
(Kepmenkes No 829/1999)
METODE PENELITIAN Gambar 3.2 Alur Penelitian

Rancangan Penelitian

PA SPTBP D A Alur Penelitian

Populasi pasien TB Paru dan non-TB Paru di Puskesmas


PB SPK D A
Patrang

Kriteria Inklusi

PA = Populasi Kasus TB Paru


PB = Populasi Kontrol Pengambilan data sampel

SPK = Sampel pasien kontrol


Pencatatan data
SPTBP = Sampel pasien TB Paru
D = Pengumpulan data
Pengelolaan data dan analisis data
A = Analisis Faktor Risiko
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Indeks Massa Tubuh Jumlah (n) Persentase (%) Usia Jumlah (n) Persentase (%)

Kurang 17 25,8 0-18 tahun 14 21,2

Normal 43 65,2 19-40 tahun 22 33,3

Gemuk 3 4,5 41-60 tahun 17 25,8

Sangat gemuk 3 4,5 >60 tahun 13 19,7

Total 66 100 Total 66 100

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)


Laki-laki 37 56,1
Perempuan 29 43,9
Total 66 100

Riwayat Imunisasi Jumlah (n) Persentase (%) Riwayat DM Jumlah (n) Persentase (%)
BCG Ada diabetes mellitus 14 21,2
Tidak ada skar 40 60,6 Tidak ada diabetes 52 78,8
Ada skar 26 39,4 mellitus
Total 66 100 Total 66 100
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat

Riwayat kontak Jumlah (n) Persentase (%) Jenis Lantai Jumlah (n) Persentase (%)
Ada kontak 10 15,2 Standar 46 69,7
Tidak ada kontak 56 84,8 Tidak standar 20 30,3
Total 66 100 Total 66 100

Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)


Tidak tamat SD 3 4,5
SD 23 34,8
SMP 18 27,3
SMA 19 28,8
Sarjana/Diploma 3 4,5
Total 66 100
Luas Ventilasi Jumlah (n) Persentase (%) Kepadatan Hunian Jumlah (n) Persentase (%)
<10% luas lantai 30 45,5 <10m2/orang 27 40,9
>10% luas lantai 36 54,5 >10m2/orang 39 59,1
Total 66 100 Total 66 100
HASIL UJI CHI SQUARE
Variabel Kategori TB Paru
Ya Tidak p-value Odds Ratio
n % N %
Jenis Kelamin Laki-laki 21 56,8 16 43,2
0,215
Perempuan 12 41,4 17 58,6
Riw. Imunisasi Ada skar 17 42,5 23 57,5
0,131
BCG Tidak ada skar 16 61,5 10 38,5
Riwayat DM Ada Riwayat DM 10 71,4 4 28,6
Tidak ada Riwayat 23 44,2 29 55,8 0,071
DM
Riwayat Kontak Ada kontak 10 100 0 0
0,001 2,435
Penderita TB Tidak ada kontak 23 41,1 33 58,9
Luas Ventilasi <10% luas lantai 19 63,3 11 36,7
0,048 2,714
>10% luas lantai 14 38,9 22 61,1
Kepadatan Hunian <10m2/orang 19 70,4 8 29,6
0,006 4,241
>10m2/orang 14 35,9 25 64,1
Jenis Lantai Standar 19 41,3 27 58,7
0,032 0,302
Tidak standar 14 70,0 6 30,0
HASIL UJI SPEARMEN’S RHO
Variabel Kategori TB Paru
Ya Tidak p-value r
N % n %
Usia 0-18 tahun 2 14,3 12 85,7
19-40 tahun 17 77,3 5 22,7
0,219 -0,153
41-60 tahun 6 35,3 11 64,7
>60 tahun 8 61,5 5 38,5
Status Gizi Kurang 14 82,4 3 17,6
Normal 15 34,9 28 65,1
0,035 0,260
Gemuk 1 33,3 2 66,7
Sangat Gemuk 3 100 0 0
Tingkat Tidak tamat SD 2 66,7 1 33,3
Pendidikan SD 12 52,2 11 47,8
SMP 8 44,4 10 55,6 0,666 0,54
SMA 10 52,6 9 47,4
Sarjana/ Diploma 1 33,3 2 66,7
ANALISIS MULTIVARIAT
Variabel yang dapat dianalisis multivariat harus memenuhi syarat p-value <0,25. Analisis multivariat dilakukan
dengan uji regresi logistik.Variabel yang memenuhi syarat sebagai kandidat untuk dilakukan analisis multivariat

Variabel p-value Keterangan


Usia 0,189 Kandidat
Jenis Kelamin 0,215 Kandidat
Status Gizi 0,281 Bukan kandidat
Riw. Imunisasi BCG 0,131 Kandidat
Riw. DM 0,071 Kandidat
Riw. Kontak TB 0,001 Kandidat
Tingkat Pendidikan 0,622 Bukan kandidat
Luas Ventilasi 0,048 Kandidat
Kepadatan Hunian 0,006 Kandidat
Jenis lantai 0,032 Kandidat
ANALISIS MULTIVARIAT
Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model Akhir
p-value OR p-value OR p-value OR p-value OR
Usia 0,567 1,308 0,817 1,096 - - 0,573 1,301
Jenis Kelamin 0,675 1,346 0,412 1,602 0,683 1,335 - -
Riw. Imunisasi 0,023 0,63 0,595 0,596 0,017 0,092 0,023 0,064
BCG
Riw. DM 0,194 3,624 0,527 1,713 0,215 3,307 0,155 3,953
Riw. Kontak TB 0,998 1,01 - - 0,998 0,83 0,998 0,97
Luas Ventilasi 0,007 0,006 0,309 0,285 0,008 0,007 0,005 0,006
Kepadatan 0,007 35,4 0,035 6,382 0,008 30,208 0,007 36,889
Hunian
Jenis Lantai 0,062 0,139 0,244 0,366 0,067 0,153 0,051 0,131

Kepadatan hunian merupakan variabel yang dominan berpengaruh terhadap kejadian TB Paru
PEMBAHASAN

Indeks Massa Tubuh


 Keadaan status gizi memiliki hubungan yang signifikan terkait dengan TB Paru, namun
korelasinya lemah. Penurunan gizi atau kurang gizi akan mengakibatkan daya tahan
tubuh yang rendah dan rentan terhadap penyakit sehingga reaksi imunitas terhadap
penyakit infeksi akan menurun. Peningkatan taraf ekonomi sosial dan peningkatan daya tahan
tubuh dengan makan makanan gizi seimbang dapat meningkatkan status gizi seseorang
(Oktavia et al., 2016)
 Luas Ventilasi
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri bersifat mesofilik yang tumbuh optimal pada suhu 31-370
celcius dan tingkat kelembaban yang tinggi .Ventilasi memiliki manfaat untuk menurunkan kelembaban
melalui pertukaran udara dari dalam dan luar ruangan. Sinar matahari bersifat bakterisid yang dapat
membunuh bakteri di udara
(Heriyanti, 2013).
Tingkat Kepadatan Hunian
 Jumlah penghuni yang semakin banyak akan berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam ruangan
tersebut, begitu juga kadar uap air dan suhu udaranya. Dengan meningkatnya kadar CO2 udara di dalam
rumah, maka akan memberi kesempatan tumbuh dan berkembang biak lebih bagi Mycobacterium
tuberculosis.
 Bakteri Mycobacterium tuberculosis akan menetap di udara selama kurang lebih 2 jam sehingga memiliki
kemungkinan untuk menularkan penyakit pada anggota keluarga yang lain (Dotulong et al., 2015).
 Riwayat kontak dengan penderita TB
Adanya host yang positif BTA menularkan infeksi TB paru kepada orang yang sehat melalui droplet (percikan ludah)
yang mengandung ribuan bakteri Mycobacterium tubercullosis. Sumber penularan adalah penderita TB Paru BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan, kuman TB Paru tersebut dapat menyebar dari
paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya (Octavia, 2016).
 Jenis Lantai
Komponen yang harus dipenuhi rumah sehat memiliki lantai kedap air dan tidak lembab. Jenis lantai tanah memiliki
peran terhadap proses kejadian tuberkulosis paru, melalui kelembaban dalam ruangan. Faktor lain yang memengaruhi
kelembaban ruangan yaitu musim, temperatur di luar ruangan, sinar matahari yang dapat masuk ke ruangan, dan luas
ventilasi (Heriyani et al., 2013). Lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban, pada musim panas lantai menjadi
kering sehingga dapat menimbulkan debu yang berbahaya bagi penghuninya. Diperlukan peningkatan taraf ekonomi
dan penyuluhan tentang lingkungan perumahan yang sehat agar masyarakat dapat terhindar dari faktor risiko yang
dapat menyebabkan kelembaban ruangan menjadi tinggi.
KESIMPULAN

 Berdasarkan hasil analisis maka kesimpulan dari penelitian ini yaitu faktor risiko yang berpengaruh
terhadap kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Patrang adalah indeks massa tubuh,
luas ventilasi, kepadatan hunian, jenis lantai, dan riwayat kontak dengan penderita TB. IMT
underweight memiliki korelasi lemah terhadap kejadian TB paru (r=0,260), luas ventilasi yang tidak
memenuhi syarat memiliki odd ratio 2,714 kali lipat untuk menimbulkan TB paru, kepadatan hunian yang
tidak memenuhi syarat memiliki odd ratio 4,241 kali lipat untuk menimbulkan TB paru, jenis lantai yang
tidak memenuhi syarat memiliki odd ratio 0,302 kali lipat menimbulkan TB paru, riwayat kontak dengan
penderita TB memiliki odd ratio 2,435 kali lipat untuk tertular TB paru. Faktor risiko yang paling
berpengaruh terhadap kejadian TB Paru adalah kepadatan hunian.
SARAN

Bagi Petugas Kesehatan


1. Perlunya evaluasi berkelanjutan terhadap faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
tuberkulosis paru
2. Perlu upaya kesehatan promotif dan preventif berdasarkan hasil analisis faktor risiko untuk
menurunkan angka kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Patrang, Kabupaten Jember.
Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dengan populasi yang
lebih luas agar hasil penelitian dapat digeneralisasi sesuai dengan keadaan yang ada di masyarakat.
2. Mempertimbangkan untuk mengamati faktor-faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kejadian
tuberkulosis paru.

Anda mungkin juga menyukai