Anda di halaman 1dari 27

PENGERTIAN

 HIV :
Human Immunodeficiency
Virus

 AIDS: Acquired Immune Deficiency Syndrome


fase terakhir dari infeksi HIV dan biasanya dicirikan
oleh jumlah CD4 kurang dari 200.

 AIDS merupakan kumpulan dari sejumlah penyakit


yang mempengaruhi tubuh dimana sistem kekebalan
yang melemah tidak dapat merespons.
ETIOLOGI

 Penyebabnya adalah golongan virus retro yang disebut


human immunodeficiency virus (HIV).

 HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai


retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika
ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2.
HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen
dibandingkan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan
keduanya disebut HIV.
PATOFISIOLOGI
RSHS
PATOFISIOLOGI
Virus HIV Merusak seluler Menyerang TLimfositT,
Limfosi, sel
saraf, makrofag, limfosit B Immunocompromise

HIV -positif
Invasi kuman patogen Flora normal patogen
Organ Target
RX psikologis

Manifestasi oral Manifestasi Saraf Gastrointestinal Respiratori Dermatologi Sensori

Diare Disfungsi Penyakit Infeksi Gatal,sepsis, G3.Penlihatan


Lesi Mulut Kompleks Encepalopati Hepatitis anorektal & pendengaran
demensia akut Biliari nyeri
Nutrisi inadequat

Nutrisi inadequat
Cairan berkurang

Cairan berkurang

Gangguan sensori
Gangguan rasa nyaman:
Gangguan rasa nyaman:

Tidak efektif pola nafas

Gangguan Body Image


Gangguan mobilisassi

Tidak efektif bersihan


Aktifitas intoleran

Gangguan pola BAB


Hiperthermi

jalan nafas
nyeri
nyeri
Transmisi infeksi HIV dan AIDS

1. Periode jendela. Lamanya 12minggu ( 3 bulan) setelah


infeksi. Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu
dengan gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun
dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala
demam, keringat malam hari, BB menurun, diare,
neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi
AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi
oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.
5. STADIUM KLINIS HIV (WHO)

Stadium klinis 1: Stadium klinis 2: Stadium klinis 3: Stadium klinis 4:


Asimtomatik Sakit ringan Sakit sedang Sakit berat (AIDS)
Tidak ada gejala atau • Berat badan turun •Berat badan turun •Sindroma wasting HIV
> 10% •Pneumonia
hanya: 5-10% •Kandidiasis mulut
pneumosistis
• Limpadenopati • Luka pada sudut •Oral Hairy
Leukoplakia •Kandidiasis
generalisata mulut •Diare (kadang-kadang esofagus(nyeri hebat saat
persisten (PGL) •Dermatitis intermitten) menelan)
•Demam tanpa •Herpes simpleks ulserasi
• Kelenjar multipel seboroik sebab yang jelas(kadang- •Limpoma*
berukuran kecil •Pruritic Papular kadang intermitten)
•Infeksi bakteri yang
•Sarkoma kaposi
tanpa rasa nyeri Eruption(PPE) berat(Pneumonia, •Kanker serviks invasif*
•Retinitis CMV
•Herpes Zoster Piomositis)
•TB paru •TB ekstra paru*
•ISPA berulang •Hb <8, •Meningitis kriptokokus*
Leukosit <500 •Abses Otak
Trombo <50000
Toksoplasmosis*
•Ginggivitis/
periodontitis •Ensefalopati HIV*
ulseratif nekrotikan •Gejala nefropati atau
akut kardiomiopati yg terkait
HIV

Keadaan yg ditandai dengan * membutuhkan diagnosis dokter-data dari rekam medis sebelumnya
Manifestasi Klinik

Infeksi Oportunistik
Penyakit yang disebabkan oleh berbagai
organisme, yang biasanya tidak
menimbulkan penyakit pada orang
dengan sistem kekebalan yang normal
GAMBARAN INFEKSI OPORTUNISTIK (IO)

 Viral OIs
Human papillomavirus (HPV), varicella zoster virus (VZV), herpes simplex
(HSV), hepatitis C (HCV), hepatitis B (HBV), cytomegalovirus (CMV),
human herpesvirus 8 (HHV-8; can progress to Kaposi’s sarcoma [KS])
 Bacterial OIS
syphilis, tuberculosis (TB), Mycobacterium avium complex (MAC), bacterial
respiratory infections such as Haemophilus influenzae and Streptococcus
pneumoniae, bacterial enteric infections, and salmonellosis
 Fungal OIs
Candidiasis, histoplasmosis, aspergillosis, coccidioidomycosis,
cryptococcosis, and Pneumocystis jiroveci pneumonia, previously known as
Pneumocystis carinii pneumonia (PCP)
 Protozoal OIs
Toxoplasmic encephalitis (TE), microsporidiosis, and cryptosporidiosis
Infeksi Oportunistik

1. Limfadenopati generalisata persisten (PGL)


Pembengkakan kronis kelenjar getah bening >1 cm
ditemukan paling sedikit di 2 tempat selama 3 bulan atau
lebih.Biasanya di kepala, leher, dan di daerah ketiak.
2. Penyakit kulit
Ruam kulit yang gatal:
1. Dermatitis seboroik : Lesi kulit bersisik pada batas antara wajah
dan rambut serta sisi hidung. Sisik ini sering berminyak dan.
2. Prurigo: lesi kulit yang gatal pada lengan dan tungkai. Sering
disertai papul kemerahan.kecil bekas garukan.
3. Herpes Zoster: Biasanya menyerang di daerah dada, tetapi dapat
juga timbul di tungkai, lengan atau wajah. Vesikel hanya terdapat
pada satu sisi tubuh saja disertai nyeri. Kadang nyeri menetap
sesudah lesi sembuh.
Infeksi Oportunistik

3. Problem mulut dan/tenggorok dan esofagus


1. Kelitis angularis: dapat menimbulkan luka pada susut
mulut yang kronis, terjadi pada awal infeksi HIV stadium
klinis 2.
2. Ulserasi berulang pada mulut
3. Kandidiasis oral: Bercak putih yang ditimbulkan oleh
kandida, dapat hilang jika dikerok. Kadang-kadang muncul
seperti bercak kemerahan. Merupakan tanda stadium klinis
3.
4. Kandidiasis esofagus: nyeri hebat pada saat menelan sulit
makan. Merupakan tanda stadium klinis 4.
5. Oral Hairy Leukoplakia(OHL): Garis vertikal putih di
samping lidah, tidak nyeri, tidak hilang jika dikerok,lebih
dari 1 bulan. Tanda stadium klinis 3
Infeksi Oportunistik
4. TB
1. TB Paru
Dicurigai TB paru jika: batuk kronis,demam,atau
berkeringat (terutama malam), hilang nafsu makan,berat
badan turun,kadang-kadang nyeri dada. Sputum BTA
positif,jika negatifdx ditegakkan oleh dokter.
2. TB Ekstra Paru
Gejala sesuai dengan organ yang terkena
5. HIV Wasting Syndrom
Pasien sangat kurus dengan demam kronis. dan/atau
diare kronis.
Faktor-faktor Resiko terinfeksi HIV

1. Penjaja seks laki-laki atau perempuan


2. Pengguna Napza Suntik (dahulu atau sekarang)
3. Laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki
(LSL) dan transgender(waria)
4. Pernah berhubungan seks tanpa pelindung dengan
penjaja seks komersial.
5. Pernah atau sedang mengidap penyakit infeksi menular
seksual (IMS)
6. Pernah mendapatkan transfusi darah atau resipient
produk darah
7. Suntikan,tato,tindik,dengan menggunakan alat non-
steril.
Penularan HIV-AIDS

1. Darah
2. Cairan Sperma pada laki-laki
3. Cairan vagina pada perempuan
4. Ibu ke anak: selama kehamilan, melahirkan,
menyusui/ASI
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay):


Tes serum antibodi HIV dengan teknik penangkapan berlapis.
Beberapa tes ELISA mempunyai kemampuan mendeteksi
kedua antibodi HIV (HIV 1 & HIV2) dan antigen.
 Western blot
Antibodi HIV dalam tes serum dideteksi dengan cara reaksi
berbagai protein virus
 Rapid test
 Viral Load, untuk menghitung RNA HIV dalam plasma
 CD4/CD8, penanda yang ditemukan pada limfosit
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

VCT – PITC
VCT: Voluntary Counseling and Testing
PITC: Provider Initiated HIV Testing and Conseling
VCT
PITC
REKOMENDASI KEWASPADAAN BAKU

1. Hand hygiene
2. Personal protective equipment (PPE)
3. Soiled patient care equipment
4. Environmental control
5. Textiles and laundry
6. Patient resuscitation
7. Patient placement
8. Respiratory hygiene/cough
Penatalaksanaan Medis pada Infeksi HIV

 ARV
 Treatment of Opportunistic Infections
 Prevention of Opportunistic Infections
 Antidiarrheal Therapy
 Chemotherapy :Kaposi’s Sarcoma
 Antidepressant Therapy
 Nutrition Therapy
Perawatan Pada Pasien HIV-AIDS

1. Pengkajian
2. Rencana Keperawatan
3. Implementasi
4. Evaluasi
Perawatan Pada Pasien HIV-AIDS

1. Pengkajian
2. Rencana Keperawatan
3. Implementasi
4. Evaluasi
PENGKAJIAN

1. Status Nutrisi
2. Integritas Kulit
3. Status Respiratory
4. Status neurologis
5. Keseimbangan cairan dan elektrolit
6. Tingkat pengetahuan
Rencana Keperawatan

Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
Resiko tinggi infeksi berhubungan Pasien akan bebas infeksi oportunistik 1. Monitor tanda-tanda infeksi Untuk pengobatan dini
dengan imunosupresi, malnutrisi dan dan komplikasinya dengan kriteria tak baru. Mencegah pasien terpapar oleh kuman
pola hidup yang beresiko. ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak 2. gunakan teknik aseptik pada patogen yang diperoleh di rumah sakit.
ada infeksi oportunis, tanda vital dalam setiap tindakan invasif. Cuci Mencegah bertambahnya infeksi
batas normal, tidak ada luka atau tangan sebelum meberikan Meyakinkan diagnosis akurat dan
eksudat. tindakan. pengobatan
3. Anjurkan pasien metoda Mempertahankan kadar darah yang
mencegah terpapar terhadap terapeutik
lingkungan yang patogen.
4. Kumpulkan spesimen untuk tes
lab sesuai order.
5. Atur pemberian antiinfeksi
sesuai order
Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim 1. Anjurkan pasien atau orang Pasien dan keluarga mau dan
berhubungan dengan infeksi HIV, kesehatan memperhatikan universal penting lainnya metode memerlukan informasikan ini
adanya infeksi nonopportunisitik yang precautions dengan kriteriaa kontak mencegah transmisi HIV dan Mencegah transimisi infeksi HIV ke
dapat ditransmisikan. pasien dan tim kesehatan tidak terpapar kuman patogen lainnya. orang lain
HIV, tidak terinfeksi patogen lain 2. Gunakan darah dan cairan tubuh
seperti TBC. precaution bial merawat pasien.
Gunakan masker bila perlu.

Intolerans aktivitas berhubungan Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, 1. Monitor respon fisiologis Respon bervariasi dari hari ke hari
dengan kelemahan, pertukaran oksigen, dengan kriteria bebas dyspnea dan terhadap aktivitas Mengurangi kebutuhan energi
malnutrisi, kelelahan. takikardi selama aktivitas. 2. Berikan bantuan perawatan yang Ekstra istirahat perlu jika karena
pasien sendiri tidak mampu meningkatkan kebutuhan metabolik
3. Jadwalkan perawatan pasien
sehingga tidak mengganggu
isitirahat.
Rencana Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari Pasien mempunyai intake kalori dan 1. Monitor kemampuan Intake menurun dihubungkan dengan
kebutuhan tubuh berhubungan protein yang adekuat untuk mengunyah dan menelan. nyeri tenggorokan dan mulut
dengan intake yang kurang, memenuhi kebutuhan metaboliknya 2. Monitor BB, intake dan ouput Menentukan data dasar
meningkatnya kebutuhan metabolic, dengan kriteria mual dan muntah 3. Atur antiemetik sesuai order Mengurangi muntah
dan menurunnya absorbsi zat gizi. dikontrol, pasien makan TKTP, 4. Rencanakan diet dengan Meyakinkan bahwa makanan sesuai
serum albumin dan protein dalam pasien dan orang penting dengan keinginan pasien
batas n ormal, BB mendekati seperti lainnya.
sebelum sakit.

Diare berhubungan dengan infeksi GI Pasien merasa nyaman dan 1. Kaji konsistensi dan frekuensi Mendeteksi adanya darah dalam feses
mengnontrol diare, komplikasi minimal feses dan adanya darah. Hipermotiliti mumnya dengan diare
dengan kriteria perut lunak, tidak 2. Auskultasi bunyi usus Mengurangi motilitas usus, yang
tegang, feses lunak dan warna normal, 3. Atur agen antimotilitas dan pelan, emperburuk perforasi pada
kram perut hilang, psilium (Metamucil) sesuai intestinal
order Untuk menghilangkan distensi
4. Berikan ointment A dan D,
vaselin atau zinc oside

Tidak efektif koping keluarga Keluarga atau orang penting lain 1. Kaji koping keluarga terhadap Memulai suatu hubungan dalam
berhubungan dengan cemas tentang mempertahankan suport sistem dan sakit pasein dan perawatannya bekerja secara konstruktif dengan
keadaan yang orang dicintai. adaptasi terhadap perubahan akan 2. Biarkan keluarga keluarga.
kebutuhannya dengan kriteria pasien mengungkapkana perasaan Mereka tak menyadari bahwa mereka
dan keluarga berinteraksi dengan cara secara verbal berbicara secara bebas
yang konstruktif 3. Ajarkan kepada keluaraga Menghilangkan kecemasan tentang
tentang penyakit dan transmisi melalui kontak sederhana.
transmisinya.
Rujukan

 Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year Book, Toronto.

 Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.

 Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.

 Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

 Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B.
Lippincott Company, London.

 Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition,
Mosby Year Book, Toronto

 Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai