Anda di halaman 1dari 85

TRANSISTOR

ELECTRONICS
PENGERTIAN TRANSISTOR DAN
KELAS-KELAS PENGUATAN
DENGAN TRANSISTOR
JONATHAN SAPUTRA AMIN
XI ELEKTRONIKA DAYA DAN KOMUNIKASI 1
Pendahuluan
• WalterH. Brattain dan John Bardeen pada akhir Desember 1947 di
Bell Telephone Laboratories berhasil menciptakan suatu komponen
yang mempunyai sifat menguatkan yaitu yang disebut dengan
Transistor
• Keuntungan komponen transistor ini disbanding dengan pendahulunya,
yaitu tabung hampa adalah ukuran fisiknya yang sangat kecil dan
ringan
• Teknologi sekarang ini ratusan ribu bahkan jutaan transistor dapat
dibuat dalam satu keping silikon
Pendahuluan
Penggunaan transistor yang mulai mencuat ke permukaan pada tahun
'70-an ternyata memiliki beberapa kelebihan dibandingkan tabung
hampa elektronik, antara lain :
•Transistor lebih sederhana sehingga dapat diproduksi dengan biaya
lebih rendah.
•Transistor mengkonsumsi daya yang lebih rendah dibandingkan tabung
hampa.
•Transistor dapat dioperasikan dalam keadaan dingin sehingga tidak
perlu waktu untuk pemanasan.
Pendahuluan
• Ukuran transistor jauh lebih kecil dibandingkan tabung hampa.
• Daya tahan transistor lebih lama dan dapat mencapai beberapa
dasawarsa.
• Transistor mempunyai daya tahan yang tinggi tehadap goncangan dan
getaran.
Pendahuluan
Fungsi Transistor
Transistor adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik
modern, yaitu :
•Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier
(penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik
stabil, dan penguat sinyal radio
•Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar
berkecepatan tinggi
•Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga
berfungsi sebagai logic gate, memori, dan komponen-komponen lainnya.
Bentuk Transistor
Kelas-kelas Transistor
1. Transistor  frekuensi-rendah, Transistor yang dirancang secara
spesifik untuk aplikasi-aplikasi frekuensi audio (Di bawah 100 kHz).
2. Transistor frekuensi-tinggi, Transistor yang dirancang secara spesifik
untuk aplikasi-aplikasi frekuensi radio (100 kHz ke atas).
3. Transistor Daya (Power), Transistor yang bekerja pada level daya
yang cukup tinggi (perangkat semacam ini biasanya dikelompokkan
ke dalam jenis daya frekuensi audio dan frekuensi radio).
4. Transistor saklar, Transistor yang dirancang untuk aplikasi-aplikasi
pensaklaran.
Kelas-kelas Transistor
5. Transistor derau-rendah (low noise), transistor yang memiliki
karakteristik derau-rendah dan yang ditujukan terutama untuk
penguat sinyal amplitudo rendah.
6. Transistor tegangan-tinggi (high voltage), Transistor yang
dirancang secara spesifik untuk menangani tegangan tinggi.
7. Transistor penggerak (driver), Transistor yang bekerja pada level
daaya dan tegangan menengah dan yang seringkali digunakan
sebelum tahapan (daya) akhir yang bekerja pada level daya yang
cukup tinggi.
Jenis-jenis Transistor
Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar transistor, yaitu :
•Bipolar Junction Transistor (BJT atau transistor bipolar)
• Aliran listrik : 2 pembawa muatan (hole dan elektron)
•Field-Effect Transistor (FET atau transistor unipolar)
• Aliran listrik : satu pembawa muatan (hole atau elektron bebas saja)
Jenis-jenis Transistor

Simbol Transistor dari berbagai jenis


Transistor Bipolar
• Transistor bipolar adalah komponen semikonduktor yang terdiri dari sebuah
bahan tipe p dan diapit oleh dua bahan tipe n (transistor NPN) atau terdiri
dari sebuah bahan tipe n dan diapit oleh dua bahan tipe p (transistor PNP)
1. Transistor NPN :
 collector diberi tegangan lebih positif dari emittor.
2. Transitor PNP :
 emittor diberi tegangan lebih positif dari collector.

• Transistor mempunyai tiga terminal yang berasal dari masing-masing bahan


tersebut
• Ketiga terminal tersebut yaitu Emitor (E), Basis (B), Kolektor (C)
Transistor Bipolar
• Dasar
kerja transistor bipolar adalah sebagai regulator arus listrik atau
menghantarkan arus apabila basis mendapatkan masukan atau umpan.
• Transistorjenis Bipolar ini paling banyak digunakan dalam suatu
rangkaian elektronika
Konstruksi Transistor Bipolar

Struktur dan Simbol Transistor Bipolar


Konstruksi Transistor Bipolar
• Emitor artinya pemancar, disinilah pembawa muatan berasal
• Colector artinya pengumpul. Pembawa muatan yang berasal dari
emitor ditampung pada Colector.
• Basis artinya dasar, basis digunakan sebagai elektroda mengendali.
Transistor Unipolar
• Transistor
jenis ini mempunyai kesamaan dengan transistor bipolar
yaitu sama-sama mempunyai 3 kaki elektroda, Masing-masing kaki
dinamakan Drain (D), Source (S) dan Gate (G).
• Transistor
Efek Medan atau FET ini dikenal juga dengan Transistor
Unipolar yaitu memiliki hanya satu buah kutub saja.
• Dasar kinerja FET ini adalah mengatur dan mengendalikan aliran
elektron dari Source ke Drain melalui tegangan yang diberikan pada
Gate. Dan hal itulah yang menjadi perbedaan antara FET dengan
Transistor Bipolar.
Transistor Unipolar
• Transistor
efek medan mempunyai keunggulan lebih stabil terhadap
temperatur dan konstruksinya lebih kecil serta pembuatannya lebih
mudah dari transistor bipolar, sehingga amat bermanfaat untuk
pembuatan IC.
• Jenis
dari transistor FET itu sendiri adalah :
JFET (Junction Field Effect Transistor)
MOSFET (Metal Oxide Semiconduktor Field Effect Transistor)
JFET (Junction Field Effect
Transistor)
•JFET adalah komponen tiga terminal dimana salah satu terminal dapat
mengontrol arus antara dua terminal lainnya.
• JFET terdiri atas dua jenis, yakni kanal-N dan kanal-P, sebagaimana
transistor terdapat jenis NPN dan PNP.
• JFET terdiri dari suatu channel (saluran) yang terbuat dari sekeping
semikonduktor (misalnya tipe N). pada saluran ini ditempelkan dua
bagian yang terbuat dari semikonduktor jenis yang berbeda (misalnya
tipe P). bagian ini disebut Gate. Dan pada bagian lain, ujung bawah di
sebut Source sedangkan ujung atas disebut Drain.
JFET (Junction Field Effect
Transistor)

Struktur dan Simbol JFET


JFET (Junction Field Effect
Transistor)
Cara kerja JFET :
•Jika
channel antara source dengan drain cukup lebar maka elektrok akan
mengalir dari source ke drain.
•Dan jika channel ini menyempit, maka aliran elektron akan berkurang atau
berhenti sama sekali.
•Lebar channel sangat ditentukan oleh Vgs (Tegangan antara Gate dengan
Source).
Metal Oxide Semiconduktor Field Effect
Transistor(MOSFET)
• MOSFET (Metal Oxide Semiconduktor Field Effect Transistor) adalah suatu
transistor dari bahan semiconduktor (silicon) dengan tingkat konsentrasi
ketidakmurnian tertentu.
• Tingkat dari ketidak murnian ini akan menentukan jenis transistor tersebut,
yaitu transistor MOSFET tipe–N (NMOS) dan transistor MOSFET tipe-P
(PMOS).
PENGUATAN DENGAN
TRANSISTOR
CIRI-CIRI PENGUATAN
DENGAN TRANSISTOR
• CIRI CIRI PENGUAT KELAS
• AMPLIFIER ATAU PENGUAT
• Amplifier merupakan penguat yang berfungsi untuk menguatkan sinyal kemudian di
umpankan ke output.
• MACAM - MACAM :
✓ KELAS A :
• Ciri - ciri :
•Sinyal keluarannya bekerja pada daerah aktif.
•Fidelitas yang tinggi.
•Bentuk sinyal keluarannya sama persis dengan input.
•Efisiensi yang rendah.
•Transistor selalu ON sehingga sebagian besar sumber catu daya terbuang menjadi
panas
•Transistor penguat kelas A perlu ditambah dengan pendingin ekstra (misalnya
heatsink yang lebih besar
• ✓ KELAS B : 
• Ciri - ciri :
•Pushpull atau transistor bekerja bergantian antara Transistor 1 (NPN) dan Transistor 2 (PNP)
•Panas yang dihasilkan tidak terlalu besar
•Efisiensi lebih besar (75%)
•Adanya cacat silang (crossover)
•Tegangan power supply + , - , dan ground
• ✓ KELAS AB :
• Ciri - ciri :
•Pushpull atau transistor bekerja bergantian antara Transistor 1 (NPN) dan Transistor 2 (PNP)
•Panas yang dihasilkan tidak terlalu besar
•Efisiensi lebih besar (50%-75%)
•Tidak terjadi cacat silang (crossover)
•Fidelitas tinggi
•Terjadi penggemukan sinyal pada kedua transistornya aktifnya pada saat transisi (gumming)
•Tegangan power supply + , - , dan ground
• ✓ KELAS C :
• Ciri - ciri :
•Hanya memerlukan 1 transistor
•Bekerja aktif hanya pada fasa positif
•Efisiensi tinggi (100%)
•Fidelitas lebih rendah dari kelas AB
•Sering dipakai pada rangkaian osilator pemancar
•Bekerja didaerah aktif
• ✓ KELAS D :
• Ciri - ciri :
•Menggunakan teknik PWM(Pulse Width Modulation) dimana lebar dari pulsa ini
proporsional terhadap amplitudo sinyal input
•Bekerja sebagai switching Transistor
•Menggunakan teknik sampling
•Memerlukan sebuah generator gelombang segitiga dan komparator untuk menghasilkan
sinyal PWM yang proporsional terhadap amplitudo sinyal input
•Untuk menaikan fidelitas diperlukan filter
•Sering dipakai dalam penguat digital 1 bit
• Penguat atau Amplifier diklasifikasikan ke dalam kelas-kelas sesuai dengan karakteristik
konstruksi dan operasinya masing-masing.

Tidak semua penguat (amplifier) sama dan ada perbedaan jelas yang dibuat antara cara tahap
output mereka dikonfigurasi dan beroperasi. Karakteristik operasi utama dari penguat yang
ideal adalah linearitas, penguatan sinyal, efisiensi dan output daya tetapi dalam penguat
amplifier kenyataanya selalu ada kerugian antara karakteristik yang berbeda ini.

Umumnya, penguat daya (power amplifier) atau sinyal besar digunakan dalam tahap output
sistem penguat audio untuk menggerakkan beban speaker. Speaker tipikal memiliki
impedansi antara 4Ω dan 8Ω, sehingga power amplifier harus mampu memasok arus puncak
tinggi yang diperlukan untuk menggerakkan speaker impedansi rendah.

Salah satu metode yang digunakan untuk membedakan karakteristik kelistrikan dari berbagai
jenis penguat atau amplifier adalah dengan “kelas”, dan dengan demikian penguat amplifier
diklasifikasikan berdasarkan konfigurasi rangkaian dan metode operasinya. Kemudian Kelas
Penguat adalah istilah yang digunakan untuk membedakan antara berbagai jenis kelas
penguat.
• Kelas Penguat (Amplifier) mewakili jumlah sinyal output yang bervariasi dalam rangkaian amplifier
selama satu siklus operasi ketika bekerja oleh sinyal input sinusoidal.

Klasifikasi kelas penguat berkisar dari operasi seluruhnya linier (untuk digunakan dalam
amplifikasi sinyal ketepatan tinggi) dengan efisiensi sangat rendah, hingga sepenuhnya non-linear
(di mana reproduksi sinyal yang ketepatan tidak begitu penting) operasi tetapi dengan efisiensi
yang jauh lebih tinggi, sementara yang lain adalah gabungan antara keduanya.

Kelas penguat (amplifier) sebagian besar disatukan menjadi dua kelompok dasar. Yang pertama
adalah penguat sudut konduksi yang dikontrol secara klasik membentuk kelas penguat yang lebih
umum dari penguat kelas A, B, AB dan C, yang ditentukan oleh lamanya keadaan konduksi mereka
pada beberapa bagian dari bentuk gelombang output, sehingga operasi transistor tahap output
terletak suatu tempat antara "sepenuhnya-ON" dan "sepenuhnya-OFF".

Set kedua penguat (amplifier) adalah kelas penguat yang disebut "switching" yang lebih baru adalah
penguat kelas D, E, F, G, S, T dll, yang menggunakan rangkaian digital dan 
modulasi lebar pulsa (PWM) untuk secara terus-menerus (konstan) mengganti sinyal antara
"sepenuhnya ON” dan “sepenuhnya-OFF” mendorong output dengan keras ke saturasi transistor
dan area cut-off.
PRINSIP KERJA
PENGUATAN DENGAN
TRANSISTOR
• Penguat (Amplifier) Kelas A
• Penguat (Amplifier) Kelas A adalah jenis penguat atau amplifier yang paling
umum karena desainnya yang sederhana. Penguat kelas A, secara harfiah berarti
"kelas terbaik" dari penguat terutama karena tingkat distorsi sinyal rendah dan
mungkin terdengar terbaik dari semua kelas penguat yang disebutkan di sini.

Penguat kelas A memiliki linieritas tertinggi di atas kelas penguat lainnya dan
karena itu beroperasi di bagian linier kurva karakteristik.

Umumnya penguat kelas A menggunakan transistor tunggal yang sama (Bipolar, 


FET, MOSFET, dll) yang terhubung dalam konfigurasi common emitter untuk
kedua bagian gelombang dengan transistor selalu memiliki arus yang mengalir
melalui itu, bahkan jika tidak memiliki sinyal dasar.
• Ini berarti bahwa tahap output apakah menggunakan perangkat Bipolar, MOSFET atau IGBT,
tidak pernah didorong sepenuhnya ke daerah cut-off atau saturasi tetapi sebaliknya memiliki
titik-biasing base titik-Q di tengah garis bebannya. Kemudian transistor tidak pernah
mematikan "OFF" yang merupakan salah satu kelemahan utamanya.
• Rangkaian Penguat Kelas A

Untuk mencapai linearitas dan gain yang


tinggi, tahap output dari penguat kelas A
bias "ON" (melakukan) sepanjang waktu.
Kemudian untuk penguat yang
diklasifikasikan sebagai "Penguat Kelas
A", arus idle sinyal nol pada tahap output
harus sama atau lebih besar dari arus
beban maksimum (biasanya speaker)
yang diperlukan untuk menghasilkan
sinyal output terbesar.
• Sebagai penguat kelas A beroperasi di bagian linier kurva karakteristiknya, perangkat output
tunggal melakukan melalui 360 derajat penuh dari bentuk gelombang output. Kemudian
penguat kelas A setara dengan sumber arus.

• Karena penguat kelas A beroperasi di daerah linier, tegangan bias base DC (atau gerbang) DC
harus dipilih dengan benar untuk memastikan operasi yang benar dan distorsi rendah.
Namun, karena perangkat output "ON" setiap saat, itu selalu membawa arus, yang merupakan
kehilangan daya terus menerus dalam penguat.

• Karena kehilangan kelas daya yang terus-menerus ini, penguat kelas A menghasilkan panas
yang luar biasa yang menambah efisiensinya yang sangat rendah, sekitar 30%,
menjadikannya tidak praktis untuk penguatan daya tinggi.

• Juga karena arus idling yang tinggi dari penguat, catu daya harus berukuran sesuai dan
disaring dengan baik untuk menghindari dengungan dan kebisingan penguat. Oleh karena itu,
karena rendahnya efisiensi dan masalah pemanasan pada penguat Kelas A, kelas penguat
yang lebih efisien telah dikembangkan.
• Penguat (Amplifier) Kelas B
• Penguat (Amplifier) kelas B diciptakan sebagai solusi untuk masalah efisiensi dan pemanasan
yang terkait dengan penguat kelas A sebelumnya. Dasar penguat kelas B menggunakan dua
transistor bebas baik bipolar FET untuk setiap setengah dari bentuk gelombang dengan tahap
outputnya dikonfigurasi dalam pengaturan tipe "push-pull", sehingga setiap perangkat
transistor hanya menguatkan setengah dari bentuk gelombang output.

Dalam penguat kelas B, tidak ada arus bias base DC karena arus diamnya nol, sehingga daya
DC-nya kecil dan karenanya efisiensinya jauh lebih tinggi daripada penguat kelas A. Namun,
harga yang dibayarkan untuk peningkatan efisiensi adalah dalam linearitas perangkat
switching.

• Rangkaian Penguat Kelas B


• Ketika sinyal input menjadi positif, bias transistor positif berjalan sementara transistor negatif beralih "OFF".
Demikian juga, ketika sinyal input menjadi negatif, transistor positif beralih "OFF" sementara bias transistor
negatif mengubah "ON" dan melakukan bagian negatif dari sinyal. Dengan demikian transistor hanya
melakukan separuh waktu, baik pada setengah atau negatif dari sinyal input.

Kemudian kita dapat melihat bahwa setiap perangkat transistor dari penguat kelas B hanya berjalan melalui
setengah atau 180 derajat bentuk gelombang output dalam pergantian waktu yang ketat, tetapi karena tahap
keluaran memiliki perangkat untuk kedua bagian dari bentuk gelombang sinyal maka kedua bagian tersebut
digabungkan menjadi satu. untuk menghasilkan bentuk gelombang output linear penuh.

Desain push-pull penguat ini jelas lebih efisien daripada penguat Kelas A, sekitar 50%, tetapi masalah dengan
desain penguat kelas B adalah bahwa ia dapat membuat distorsi pada titik nol-persimpangan (junction)
gelombang karena gelombang mati transistor tegangan base input dari -0.7V ke +0.7.

Kita ingat dari tutorial Transistor bahwa dibutuhkan tegangan base-emitter sekitar 0.7 volt untuk mendapatkan
transistor bipolar untuk mulai berjalan. Kemudian dalam penguat kelas B, transistor output tidak "bias" ke
keadaan "ON" operasi sampai tegangan ini terlampaui.

Ini berarti bahwa bagian dari bentuk gelombang yang berada dalam jendela 0.7 volt ini tidak akan direproduksi
secara akurat membuat penguat kelas B tidak cocok untuk aplikasi penguat audio presisi. Untuk mengatasi
distorsi zero-crossing ini (juga dikenal sebagai Distorsi Crossover ) penguat kelas AB dikembangkan.
• Penguat (Amplifier) Kelas AB
• Seperti namanya, Penguat (Amplifier) Kelas AB adalah kombinasi dari penguat jenis "Penguat Kelas
A" dan "Penguat Kelas B" yang telah kita bahas di atas. Klasifikasi penguat kelas AB saat ini
merupakan salah satu jenis desain penguat daya audio yang paling umum digunakan.

Penguat kelas AB adalah variasi penguat kelas B seperti yang dijelaskan di atas, kecuali bahwa
kedua perangkat diizinkan untuk berjalan pada waktu yang sama di sekitar titik crossover bentuk
gelombang menghilangkan masalah distorsi crossover penguat kelas B sebelumnya.
• Kedua transistor memiliki tegangan bias yang sangat kecil, biasanya pada 5 hingga 10% dari arus
diam untuk membiasakan transistor tepat di atas titik batasnya. Kemudian alat penghantar, baik
bipolar FET, akan "ON" selama lebih dari satu setengah siklus, tetapi jauh lebih sedikit dari satu
siklus penuh dari sinyal input.

Oleh karena itu, dalam desain penguat kelas AB, masing-masing transistor push-pull melakukan
sedikit lebih dari setengah siklus konduksi di penguat kelas B, tetapi jauh lebih sedikit daripada
siklus penuh konduksi penguat kelas A. Dengan kata lain, sudut konduksi penguat kelas AB adalah
suatu tempat antara 180° dan 360° tergantung pada titik bias yang dipilih seperti yang ditunjukkan.
• Rangkaian Penguat Kelas AB

• Keuntungan dari tegangan bias kecil ini, yang disediakan oleh Dioda atau Resistor seri, adalah
bahwa distorsi crossover yang dibuat oleh karakteristik penguat kelas B diatasi, tanpa
inefisiensi dari desain penguat kelas A. Jadi penguat kelas AB adalah gabungan yang baik
antara penguat kelas A dan penguat kelas B dalam hal efisiensi dan linieritas, dengan efisiensi
konversi mencapai sekitar 50% hingga 60%.
• Penguat (Amplifier) Kelas C
• Desain Penguat (Amplifier) Kelas C memiliki efisiensi terbesar tapi linearitas
termiskin dari kelas penguat yang disebutkan di sini. Kelas Penguat sebelumnya,
kelas A, kelas B dan kelas AB dianggap sebagai penguat linier, karena amplitudo dan
fase sinyal output terkait secara linear dengan amplitudo dan fase sinyal input.

Namun, penguat kelas C sangat bias sehingga arus output adalah nol untuk lebih dari
setengah dari siklus sinyal input sinusoidal dengan transistor idling pada titik cut-off.
Dengan kata lain, sudut konduksi untuk transistor secara signifikan kurang dari 180
derajat, dan umumnya sekitar 90 derajat.

Sementara bentuk biasing transistor ini memberikan efisiensi yang jauh lebih baik
sekitar 80% ke penguat, ini memperkenalkan distorsi yang sangat berat dari sinyal
output. Oleh karena itu, penguat kelas C tidak cocok untuk digunakan sebagai
amplifier audio.
• Rangkaian Penguat Kelas C

• Karena distorsi audio yang berat, penguat kelas C biasanya digunakan dalam Osilator gelombang
sinusoidal frekuensi tinggi dan jenis penguat frekuensi radio tertentu, di mana pulsa arus yang
dihasilkan pada output penguat dapat dikonversi untuk menyelesaikan gelombang
sinusoidal dari frekuensi tertentu oleh penggunaan rangkaian resonansi LC di rangkaian
collector-nya.
• Rangkaian Penguat Kelas C
• Karena distorsi audio yang berat, penguat kelas C biasanya digunakan
dalam Osilator gelombang sinusoidal frekuensi tinggi dan jenis penguat frekuensi radio
tertentu, di mana pulsa arus yang dihasilkan pada output penguat dapat dikonversi untuk
menyelesaikan gelombang sinusoidal dari frekuensi tertentu oleh penggunaan rangkaian
resonansi LC di rangkaian collector-nya.
• Ringkasan Kelas-kelas Penguat (Amplifier)
• Kemudian kita telah melihat bahwa titik operasi DC diam ( titik-Q ) dari suatu penguat
menentukan klasifikasi penguat. Dengan mengatur posisi titik-Q pada setengah jalan pada
garis beban kurva karakteristik penguat (amplifier), penguat akan beroperasi sebagai
penguat kelas A.

Dengan memindahkan titik-Q yang lebih rendah ke bawah garis beban mengubah penguat ke
kelas AB, B atau C penguat. Kemudian operasi penguat kelas sehubungan dengan titik
operasi DC dapat diberikan sebagai:
• Kelas dan Efisiensi Penguat (Amplifier)

• Selain penguat audio, ada sejumlah Kelas Penguat efisiensi tinggi yang berkaitan dengan desain
penguat yang menggunakan teknik switching yang berbeda untuk mengurangi kehilangan daya dan
meningkatkan efisiensi.

Beberapa desain kelas penguat yang tercantum di bawah ini menggunakan resonansi RLC atau
beberapa tegangan catu daya untuk mengurangi kehilangan daya, atau merupakan amplifier tipe
digital DSP (pemrosesan sinyal digital) yang menggunakan teknik switching lebar pulsa modulasi
(PWM).
• Penguat (Amplifier) Kelas D
• Penguat (amplifier) Kelas D pada dasarnya adalah penguat
switching non-linier atau penguat PWM. Penguat Kelas D secara
teoritis dapat mencapai efisiensi 100%, karena tidak ada periode
selama siklus adalah tegangan dan bentuk gelombang arus
tumpang tindih karena arus hanya diambil melalui transistor
yang aktif.
PENGUAT DAYA LANJUTAN

  PENGUAT DAYA KELAS A TERGANDENG LANGSUNG


  PENGUAT DAYA KELAS A TERGANDENG TRANSFORMATOR
  PENGUAT DORONG – TARIK KELAS B
  PENGUAT KELAS AB
Ic
Imaks
-------------------------- IB1

------------------------------
ic Q
--------------------------
ωt IB2

--------------
Imin

------------------------------
-------------------------- IB3

Vc
V min Vc Vmaks

Vc

ωt
PENGUAT DAYA
• Penguat daya adalah penguat yang mampu memberikan ayunan
tegangan dan arus keluaran (daya) yang besar ke beban dengan
resistans rendah. Penguat daya ideal dapat memberikan 100% daya
yang diambil dari catu daya. Dalam praktek ini tidak pernah terjadi
karena komponen di dalam penguat melesap sebagian daya yang
diambil dari catu daya.
• Berdasarkan titik kerjanya penguat daya dapat diklasifikasikan
sebagai penguat daya kelas A, kelas B, dan kelas AB. Sedangkan
penguat secara umum diklasifikan sebagai penguat kelas A, kelas B,
kelas AB, dan kelas C.
• Penguat kelas A adalah penguat dengan arus keluaran mengalir pada seluruh siklus (Gambar 8.a).
Untuk penguat kelas B arus keluaran mengalir selama separuh siklus (Gambar 8.b). Penguat kelas
AB merupakan kelas antara A dan B sehingga arus keluaran mengalir selama lebih dari setengah
siklus dan kurang dari satu siklus (Gambar 8.c). Sedangkan penguat kelas C arus keluaran
mengalir kurang dari satu siklus (Gambar 8.d).

ic ic

π 2π t 0 π 2π t

(a) (b)
Arus keluaran penguat berdasarkan pada titik kerjanya Arus keluaran penguat berdasarkan pada titik kerjanya
untuk penguat kelas A untuk penguat kelas B

ic ic

0 π 2π t 0 π t

(c) (d)
Arus keluaran penguat berdasarkan pada titik kerjanya Arus keluaran penguat berdasarkan pada titik kerjanya
untuk penguat kelas AB untuk penguat kelas C
Penguat Daya Kelas A Tergandeng Langsung
• Untai penguat daya kelas A tergandeng langsung (direct coupled) terlihat pada
Gambar 8.2 sedangkan karakteristiknya terlihat pada Gambar 8.3.

+Vcc

IB Ic

RL
Rn

Vc
Ic
Imaks
-------------------------- IB1

------------------------------
ic Q
--------------------------
ωt IB2

--------------
Imin

------------------------------
-------------------------- IB3

Vi
Vc
V min Vc Vmaks

Vc

Gambar 8.2\Untai penguat kelas A


Tergandeng langsung
ωt
• Garis beban mempunyai lereng -1 / RL dan memotong sumbu vc di
titik Vcc. Titik kerja Q penguat diperoleh dari perpotongan antara
kurva arus basis yang dipilih (LB2 ) dengan garis beban. Titik kerja Q
dipilih agar ayunan sinyal dari titik kerja Q adalah maksimum.
Pada grafik karakteristik digunakan notasi berikut :
Ic : arus kolektor pada titik kerja Q, yang disebut arus
lengang (quiescent current).
ic : perubahan sesaat arus kolektor terhadap arus lengang Ic.
ic : perubahan total arus kolektor.
• Bila karakteristik transfer (hubungan antara arus masukan dan arus
keluaran) mempunyai kurva dinamis yang linier, maka sinyal
masukan sinusoide akan menghasilkan sinyal keluaran (arus atau
tegangan) juga sinusoide. Dalam hal ini tidak ada cacat nonlinear,
dan daya keluaran P dapat dihitung secara grafis :
P = Vc Ic = Ic² RL
Dengan Vc : nilai rms tegangan kolektor
Ic : nilai rms arus kolektor
RL : resistan beban
• Bila Im (Vm) : ayunan arus (tegangan) puncak sinusoide, maka dari
gambar 8.2 :
Ic = Im = Imaks - Imin
2 22
Vc = Vm = Vmaks – Vmin
2 2 2
Maka daya P = Vm Im = Im² RL = Vm²
2 2 2 RL
atau P= (Vmaks - Vmin ) (Imaks - Imin)
8
8.1.1 Cacat Harmonis Kedua
• Bila watak alih mempunyai kurva dinamis yang tidak linear, maka tegangan
keluaran akan berbeda dengan sinyal masukan. Cacat seperti ini disebut cacat
amplitude atau cacat nonlinear.
• Misal kurva dinamis terhadap titik kerja Q dapat dinyataka dengan prabola dan
bukan garis lurus, maka:
ic = G1 ib + G2 ib² (8.6)
Dengan ic : arus kolektor sesaat
ib : arus baris sesaat
G1,G2 : tetapan
• Bila ragam gelombang masukan sinusoide:
Ib = Ibm cos t (8.7)
• Maka dengan subtitusi ke Pers. (8.6) diperoleh:
ic = G1 Ibm cos t + G2 Ibm² cos² t
Karena cos² t = 1/2+ 1/2 cos t + B2 cos 2t
dengan Bo, B1 dan B2 masing-masing amplitude komponen dc,
komponen frekuensi fundamental, dan komponen harmonis kedua.
Bo, B1 dan B2 dapat dihitung dari G1 dan G2..
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa cacat nonlinear
parabolis menghasilkan:
1. Komponen fundamental yang berfrekuensi sama dengan
sinyal masukan ().
2. Suku harmonis kedua frekuensi 2.
3. Komponen dc.
• Amplitudo Bo, B1 dan B2 untuk resistor beban tertentu dapat dicari dari watak dinamis atau statis. Dari Gambar 8.2
terlihat bahwa:
• Bila t = 0, ic = Imaks
• t =  / 2 ic = Ic
• t =  ic = Imin (8.9)
• Dengan subtitusi ke Pers. (8.8) diperoleh:
• Imaks = Ic + Bo + B1 + B2
• Ic = Ic + Bo - B
• Imin = Ic + Bo – B + B2 (8.10)
• Terlihat bahwa :
• Bc = B2 (8.11)
• B1 = ½ (Imaks = Imin) (8.12)
• B2=Bo=1/4 (Imaks + Imin-2Ic) (8.13)
• Cacat harmonis kedua (D2) didefinisikan sebagai rasio mutlak dari amplitude komponen harmonis kedua (B2)
terhadap amplitude komponen fundamental(B1) :
• D2 = B2 (8.14)
• B1
8.1.2 Harmonis yang Lebih Tinggi
• Bila ayunan sinyal masukan cukup besar, maka kurva alih dinamis terhadap titik Q dapat dinyatakan dengan deret:
• Ic = G1 Ib + G2 ib +G3ib +G4ib +....... (8.l5)
• Bila sinyal masukan: ib = Ibm cos wt maka :
• Ic = Ic + Bo + B1cost + B2cos2t +B3 b1 cos t cos 3t+......
(8.l6)
• Secara grafis dapat dicari koefisien B0,B1,B2,B3 dan B4
• Bila t = 0 , ic = Imaks
• t =   3 , ic = I1/2
• t =   2 , ic = Ic (8.l7)
• t = 2  3 , ic = I4/2
• t =  , ic = Imin
• Maka B0 = 1/6 (Imaks +2I ½ + 2 I 4/2 – Imin) – Ic
• B1 = 1/3(Imaks + I1/2 –I4/2 – Imin)
• B2 = 1/4(Imaks - 2Ic + 2I4/2 – Imin) (8.18)
• B3 = 1/6(Imaks - 2I1/2 + 2I4/2 – Imin)
• B4 = 1/12(Imaks - 4I1/2 + 6Ic - 4I4/2 – Imin)
• Cacat harmonis kedua (D2), ketiga (D3) dan keempat (D4) didefinisikan sebagai
berikut :
• D2 = B2 D3 = B3 D4 = B4 (8.18)
• B1 B1 B1
8.1.3 Daya Keluaran
• Daya keluaran diberikan pada frekuensi fundamental adalah :
• P1 = B1 RL (8.20)
• 2
• Daya keluaran total adalah :
• P = (B2 + B3 + B...................) RL /2
• = (I + D2 + D................... ) P1 (8.21)
• Atau
• P = (1 + D ) P1
• Dengan cacat total atau fariabel cacat adalah :
• D = D2 + D3 + D......... (8.22)
8.1.4 Efisiensi Penguat Daya Kelas A

• Efisiensi ( ) penguat daya didefisinikan dengan :


•  = Daya sinyal yang diberikan ke beban x 100%
• Daya dc dari penyedia daya (8.23)
•  = ½ B1R1 x 100 % (8.24)
• Vcc (Ic + Bo + IB)
• Dengan :
• Vcc : Tegangan catu daya
• IB : Arus prasikap basis
• = (Vcc – VBE) / RB
• Bila komponen cacat dan arus prasikap basis diabaikan,
• maka :
•  = ½ Vm Im x 100% = 50Vm Im (8.25)
• VccIc VccIc
• Pada penguat daya kelas A terlihat bahwa :

Beban menyerap daya dc meskipun tidak ada sinyal, maka


efisiensinya kecil
Sinyal maksimum terjadi pada saat :
Im = Ic dan Vm = ½ Vcc
Maka daya keluaran maksimum adalah :
P = ½ Vm Im = ¼ Vcc Ic
Dari peramaan (8.25), efisiensi maksimum adalah :
maks = VccIc x l00 % = 25 % (8.26)
4VccIc
8.2 Penguat Daya kelas A Tergandeng Transformator
• Penguat daya kelas A tergandeng transformator (trafo) terlihat pada gambar
8.4a sedangkan karakteristik keluarannya terlihat pada Gambar 8.4b

+Vcc
Garis beban dc

2Vcc
N1 N2 RL RL’

Vcc Garis beban ac


RL’ - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

(a)
Vcc 2Vcc Vc
Untai Penguat daya kelas A
Dengan kopling trafo (b)
Karakteristik keluarnya
• Beban yang terlihat pada bagian primer trafo adalah RL yang merupakan cerminan RL
• RL’ = ( N1)² RL (8.27)
• N1
• Dengan N1/N2 : perbandingan lilitan primer dan sekunder trafo.
• Sinyal keluaran maksimum terjadi pada saat
• Im = Voc / RL’ dan Vm = Vcc (8.28)
• Daya ac keluaran maksimum adalah :
• P maks = ½ Vm Im = Vcc²/ (2RL’) (8.29)
• Daya dc dari catu daya adalah :
• Pdc = Vcc (Vcc / RL’) = Vcc / RL (8.30)
• Maka efisiensi maksimum adalah :
• maks = (Pmaks / Pdc) l00 5 = 50 % (8.31)
• Terlihat bahwa efisiensi maksimum penguat daya tergandeng trafo dua kali lebih besar pada
penguat daya tergandeng langsung.
• Contoh 8.1:
Suatu penguat daya kelas A tergandeng trafo terlihat pada Gambar 8.3 berikut : Arus basis puncak ke
puncak (ibpp) = 50 mA. Tegangan catu daya (Vcc) = 200 V,  =l00 dan resisitans beban RL= 5000 
Perbandingan lilitan trafo N1/N2 = 1/15. Hitunglah :
a) Arus kolektor puncak ke puncak (Icpp)
b) Daya yang diberikan ke beban
c) Rugi daya pada resistans emitter Rc
d) Daya yang diserap (disipasi) pada transistor
Efisiensi Vcc = 200V

N2
N1
RL = 5000Ω

in

Gambar 8.3
Penguat daya kelas A
RE = 2Ω Tergandeng trafo
• Solusi :
a) Arus kolektor puncak ke puncak adalah :
Icpp =  Ibpp = 100 x 50 mA = 5000 mA = 5A
b) Beban yang terlihat oleh penguat pada bagian
primer trafo adalah :
RL’ = (N1/N2)³ RL
= (1/15) ² 5000 = 22,222Ω
c) Daya pada beban adalah :
P = (icpp) ² RL = ( 5 ) ² . 22,22 = 69,443 Watt
2V² 2V²
Rugi daya pada resistor emitter
P = (icpp) ² RE = ( 5 ) ² . 22 = 6,25 Watt
2V² 2V²
d) Daya yang diberikan catu daya adalah :
Pdc = Vcc Ic
Dengan Ic=Icpp/2=5/2 =2,5A, maka:
Pdc=200 x 2,5 = 500 watt
e) Daya yang diserap transistor adalah :
Pc = pdc-P-PRE = 500-69,443- 6,25=424,307 watt
f) Efisiensi penguat daya :
h = (P/Pdv)l00%
= (69,443/ 500) l00% = 13,88%
8.3 Penguat Dorong – Tarik Kelas B
• Penguat dorong tarik (push-pull) kelas B terlihat pada gambar 8.4a
Vcc

R1

Q1

R2

R3
RL
Q2
(b)
Sinyal keluaran dengan
Adanya cacat persilangan

R4

(a)
Penguat dorong – tarik
kelas B
• Penguat terdiri atas dua transistor Q1 dan Q2 komplementer (yang satu pnp dan
yang lain pn). Istilah dorong-tarik karena masing – masing transistor dalam
penguat kelas B menghantar pada setengah siklus sinyal masukan secara
bergantian. Selama setengah siklus positif sinyal masukan, Q1 berprasikap on
dan Q2 berprasikap off, dan selama setengah siklus negatif berikutnya Q1
transistor dalam keadaan lengang (quiscent state) dan berprasikap off. Karena
hal tersebut maka efisiensi penguat menjadi tinggi.
• Pemrasikapan diperoleh dengan untai pembagi tegangan R1, R 2, R3 dan R4. Bila
pemrasikapan tidak sesuai, maka penguat kelas B cenderung mengalami cacat
persilangan (cross – over distortion). Cacat persilangan (Gambar 3.4 b)
ditunjukan dengan adanya garis dasar antara setengah siklus sinyal keluaran.
Cacat ini disebabkan oleh adanya periode waktu pendek yang mana kedua
transistor diberi prasikap pada level di atas cutt-off.
Karakteristik Kerja Penguat Dorong Tarik Kelas B
• Garis beban dc penguat kelas B dorong – tarik adalah vertical
(Gambar 8.5) pada VcE = Vcc/2, karena tegangan antara kolektor dan
emitter adalah tetap untuk arus kolektor sembarang. Garis beban ac
mempunyai lereng -1 / RL dan memotong garis beban dc dititik VcE =
Vcc/2RL = VCEQ pada ic = 0. Titik potongnya dengan sumbu ic adalah
pada ic=Vcc/2RL. Daya kembang (complience) juga terlihat pada
gambar 8,5 yang mana setiap transistor dapat melakukan transisi
penuh dari titik lengang VCEQ hingga mendekati 0 volt.
ic

Vcc
2RL Garis beban dc

Garis beban ac

Vcc
2RL

oV VCEQ Vcc VcE

Daya kembang

Gambar 8.5
Garis beban dan daya kembang penguat
dorong tarik kelas B
• 8.3.2 Efisiensi Penguat Daya Kelas B
• Efisiensi penguat daya kelas B dihitung sebagai berikut :
• Misalkan arus beban puncak adalah Im, maka tegangan beban puncak adalah :
• Vm = Im RL (8.32)
• Daya keluaran adalah :
• P = ½ Im Vm (8.33)
• Arus dc masing – masing transistor dengan adanya beban adalah :
• Idc = Im / (8.34)
• Dari daya penyedia daya adalah :
• Pdc = 2 Im Vcc /  (8.35)
• Faktor 2 pada Pers. (8.35) karena menggunakan dua transistor.
• Efisiensinya adalah :
•  = P x 100 % =  Vm x 100 % (8.36)
• Pi 4 Vcc
• Efisiensi maksimum tercapai bila Vm = Vcc, maka :
•  = 25% = 78,5% (8.37)
• 8.3.3 Lesapan Daya
• Daya terlesap (terdisipasi) Pc adalah daya masukan ke untai kolektor dikurangi
daya kebeban :
• Pc = Pdc – p
• = 2 Im Vcc / - ½ Im Vm (8.38)
• Karena Im = Vm / RL , maka :
• Pc = 2 Vm Vcc - Vm (8.39)
•  RL 2RL
• Terlihat bahwa Pc=0 untuk Vm = 0
• Untuk Vm = 2Vcc /  maka daya terselap maksimum, yaitu :
• Pc (maks) = 2Vcc / ( RL) (8.40)
• Daya beban maksimum (Pmaks) diperoleh bila Vm= Vcc, maka :
• P masks = ½ Vcc / RL (8.41)
• Sehingga hubungan antara daya terselap maksimum dengan daya beban maksimum
adalah :
Pc (maks) = (4/ ) Pmaks = 0,4 Pmaks (8.42)
• 8.3.4 Cacat Pada Penguat Dorong Tarik Kelas B

• Pada Penguat daya dorong – tarik kelas B (lihat Gambar 3.4) bila waktu alih (hubungan antara arus kolektor
dengan arus basis) tidak linear, maka arus kolektor Q1 dan Q2 adalah :
• Icl = Ic + Bc + B1 cos t + B2 cos 2t + B3 cos 3t..........
• (8.43)
• ic2(t) = icl (t+) (bila Q1 dan Q2 sepadan)
• = Ic + Bo + B1 cos (t +) + B2 cos2(t +)....
• = Ic + Bo – B1 cos t +B2 cos2t - B2 cos3t......
• (8.44)
• Arus pada beban adalah :
• iL = icL – i c2
• =2(B1 cos t + B3 cos3t + .................) (8.45)
• Dari persamaan (8.45) terlihat bahwa penguat dorong-tarik menghilangkan harmonis
genap. Sehingga sumber cact terutama disebabkan oleh suku harmonis ketiga (bila Q1
dan Q2 identik). Bila Q1 dan Q2 tidak identik maka akan timbul juga suku- suku
harmonis genap.
• 8.4 Penguat Kelas AB

Penguat kelas B dengan prasikap pembagi tegangan mempunyai dua masalah:


1.Cacat persilangan dapat terjadi
2. Dapat timbul rentetan termal (thermal runaway)
Untai prasikap yang sering digunakan untuk menghilangkan cacat persilangan dan rentetan
termal adalah prasikap diode (Gambar 8.6). Untai prasikap ini menggunakan dua diode D1 dan
D2 untuk menggantikan resistor R2 dan R3, antara basis kedua transistor. Kedua diode tersebut
merupakan diode kompensasi untuk menyepadani karakteristik nilai VBE kedua transistor.
Karena kedua diode tersebut menghantarkan arus, maka penurunan tegangan pada kedua diode
adalah = 2x VF = 2 x 0,7V = 1,4 Volt
dengan VF : tegangan maju diode (untuk diode Silikon VF = 0,7 Volt).
Karena kedua diode tersebut menghantarkan arus, maka penurunan
tegangan pada kedua diode adalah
= 2x VF = 2 x 0,7V = 1,4 Volt
dengan VF : tegangan maju diode (untuk diode Silikon VF = 0,7
Volt). Penurunan tegangan antara basisi transistor Q1 dan Q2 adalah
sama dengan penurunan tegangan pada kedua diode D1 dan D2 :
VBE1 + VEB2 = 1,4 Volt
Bila kedua transistor sepadan maka:
VBE1 + = - VBE2 = 0,7 Volt
Sehingga kedua transistor menghantar meskipun sinyal masukan 0
Volt.
Vcc

R1

Q1

D1
Vo

D2
RL
Q1

R2

Gambar 8.6
Penguat daya kelas AB
• Bila terdapat sinyal masukan sinusoide, maka arus transistor dan

Ragam gelombang sinyal

Arus beban
Arus kolektor Q2
Arus kolektor Q1

(d)
masukan

©
(b)
(a)

----------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------
Gambar 8.7
----------------------------------------------------------------------------------
arus beban terlihat pada Gambar 8.7

Ic2
Vi

Vci

iL
Terlihat bahwa setiap transistor menghantar lebih dari setengah siklus sinyal masukan, sehingga penguat
diklasifikasikan sebagai penguat kelas AB.
Analisis tegangan prasikap pada penguat kelas AB (Gambar 8.6) adalah sebagai berikut. Tegangan pada
resistor R1 dan R2 adalah :
VR1 + VR2 = Vcc – 1,4 Volt (8.46)
Tegangan pada basis Q2 adalah :
VB2 = R2 (Vcc – 1,4 Volt) (8.47)
R1 + R2
Tegangan pada basisi Q1 adalah:
VB1 = VB2 + 1,4 Volt (8.48)
Bila R1 = R2, maka dari Pers. (8.47) diperoleh:
VB2 = Vcc /2 – 0,7 Volt (8.49)
dan VB1 = VCEQ + 0,7 Volt (8.50)
Terlihat bahwa transistor Q1 dan Q2 akan mendapat prasikap dengan benar dan tidak
tergantung nilai resistor, bila R1 = R2
Penguat kelas AB lebih banyak digunakan dari kelas B.
Kecuali untai pemrasikapannya, penguat kelas B dan kelas AB adalah identik, dan
umumnya keduanya disebut penguat kelas B.
Contoh 8.2
Untuk berikut (Gambar 8.8) adalah penguat daya kelas B. Transistor Q2 dan Q3
adalah sepadan dengan   hfe = 150. Transistor Q1 mempunyai   hfe = 50
a) Hitunglah arus lengang di semua resistor dan tentukan nilai R3 sehingga
 VCE3  =  VCE2
b) Hitung daya maksimum yang dapat diberikan kebeban speaker 4. bila
resistans keluaran penguat daya diabaikan.
+6V

I3
R3

IB2

Q2

R4
I1 220Ω

R1 i4
12 k

IB1 Q3
Rs
Q1 IB3

I2
Vs
R2
8,2 K

Gambar 8.8
Penguat daya kelas B
Dengan beban spaeker
Solusi
a) Bila transistor Q2 dan Q3 sepadan maka tegangan titik lengang pada emitter Q2 dan Q3 adalah:
VCEQ = Vcc/2= 6/2= 3 Volt
Tegangan pada basis transistor Q1, Q2 dan Q3 adalah:
VB1 = 0,7 Volt
VB2 = VCEQ 0,7 = 3 + 0,7 = 3,7 Volt
VB3 = VCEQ 0,7 = 3 – 0,7 = 2,3 Volt
Arus pada resistor R1, R2 dan R4 adalah :
11 = (VB2 – VB1) / R1 = (3,7 – 0,7) / 120000
= 250.10-6 A=250A
12 = VB1 / R2 = 0,7 / 8200
= 85,365.10 -6 A
= 85,356 A
14 = (VB2 – VB3) / R4
= (3,7 – 2,3) / 220
= 0,006. 10-3 A = 6 mA
Arus basis dan kolektor dari Q1 adalah :
IB1 = 11 – 12 250 – 85,365 = 164,635 A
IC1 =  IB1 = 50 x 164,635 = 8231A = 8,231 mA
Arus basis Q3 dan Q2 :
IB3 = IC1 – I1 = 8,231 – 6 = 2,231 mA
IB2 = IB3 = 2,231 mA (karena Q2 dan Q3 sepadan)
Arus pada resistor R3 adalah :
I3 = 11 + 14 + IB2 = 0,250 + 6 – 2,231 : 8,481 mA
Resistor R3 dapat ditentukan dengan:
R3 = (Vcc – VB2) / 13 = (6 – 3,7) / 8,481
= 0,271 K
= 271 
b) Arus beban puncak adalah :
Ip = ½ Vcc / (Ro + RL)
dengan R0: resistans keluaran penguat daya.
Bila resistans keluaran penguat daya diabaikan, maka arus beban
puncak:
Ip  ½ Vcc/RL = 3/4 = 0,75 A
Daya beban maksimum adalah :
Pmaks = ½ Ip2 RL
= ½ x 0,752 x 4
= 1,125 Watt
LATIHAN
GAMBARKAN UNTAI PENGUAT DAYA DORONG –TARIK KELAS B DALAM
KONFIGURASI KOLEKTOR BERSAMA
A) DENGAN TRAFO KELUARAN
B) TANPA TRAFO KELUARAN

Jawab :
a) b)

Vcc
Vcc

RL

RL

Vcc

Anda mungkin juga menyukai