Anda di halaman 1dari 99

Biologi

SMA/MA Kelas X Semester 1

Oleh: Henny Purnamawati


Siti Nur Hidayah
Rumiyati

Disklaimer Daftar isi


Disklaimer
• PowerPoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna
membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran.

• Materi PowerPoint ini mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan


Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013.

• Dengan berbagai alasan, materi dalam PowerPoint ini disajikan


secara ringkas, hanya memuat poin-poin besar saja.

• Dalam penggunaannya nanti, Bapak/Ibu Guru dapat


mengembangkannya sesuai kebutuhan.

• Harapan kami, dengan PowerPoint ini Bapak/Ibu Guru dapat


mengembangkan pembelajaran secara kreatif dan interaktif.
DAFTAR ISI

BAB I Ruang Lingkup Biologi

BAB II Keanekaragaman Hayati pada Makhluk Hidup

BAB III Virus

BAB IV Bakteri

BAB V Protista

BAB VI Fungi
BAB

I Ruang Lingkup Biologi

A. Hakikat Biologi sebagai Ilmu


Sains
B. Metode Ilmiah
C. Prosedur Keselamatan Kerja
di Laboratorium

Kembali ke daftar isi


A. Hakikat Biologi sebagai Ilmu Sains
1. Biologi sebagai Ilmu
2. Objek Kajian Biologi
3. Cabang-Cabang Ilmu dalam Biologi
4. Peranan Biologi bagi Kehidupan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Biologi sebagai Ilmu

Apa itu Biologi?


Biologi atau ilmu hayat merupakan bagian dari Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) yang disebut juga Sains.
Sains didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala-
gejala alam.
Gejala-gejala di alam dapat terjadi pada benda hidup
(biotik) maupun benda tidak hidup (abiotik).
Biologi mempelajari gejala-gejala alam yang terjadi pada
benda hidup.
Biologi berasal dari bahasa Yunani yaitu bios (hidup) dan
logos (ilmu).

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Objek Kajian Biologi

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Cabang-Cabang Ilmu dalam Biologi

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


4. Peranan Biologi bagi Kehidupan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


B. Metode Ilmiah

1. Langkah-Langkah Metode Ilmiah


2. Sikap Ilmiah
3. Laporan Ilmiah

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Langkah-Langkah Metode Ilmiah

a. Pemilihan Masalah
b. Perumusan Masalah
c. Pengumpulan Keterangan
d. Penyusunan Hipotesis
e. Pengujian Hipotesis
f. Pengolahan Data
g. Pengambilan Kesimpulan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Sikap Ilmiah
a. Mampu Membedakan Opini dan Fakta
b. Memiliki Rasa Ingin Tahu
c. Peduli Lingkungan
d. Jujur terhadap Fakta
e. Terbuka dan Fleksibel
f. Berani Mencoba
g. Berpendapat secara Ilmiah dan Kritis
h. Bekerja Sama
i. Ulet dan Gigih
j. Bertanggung Jawab

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Laporan Ilmiah
a. Judul Laporan
b. Prakata
c. Daftar Isi
d. Pendahuluan
e. Tinjauan Pustaka
f. Metode Penelitian
g. Hasil dan Pembahasan
h. Kesimpulan
i. Daftar Pustaka
j. Lampiran

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


C. Prosedur Keselamatan Kerja di
Laboratorium

1. Mengenal Alat-Alat Laboratorium


2. Mengenal Bahan-Bahan Laboratorium
3. Mengenal Prosedur Kerja di Laboratorium

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Mengenal Alat-Alat Laboratorium
Alat-alat laboratorium merupakan sarana yang dibutuhkan untuk melakukan
praktikum. Beberapa jenis alat laboratorium di antaranya autoklaf, cawan petri,
gelas arloji, tabung reaksi, termometer, dan gelas beker.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Mengenal Bahan-Bahan Laboratorium
Bahan-bahan laboratorium yang digunakan meliputi bahan kimia dan bahan
biologi. Bahan-bahan kimia tersebut di antaranya alkohol, akuades, asam klorida,
dan eter. Adapun bahan biologi tersebut yaitu makhluk hidup, dapat berupa
hewan, tumbuhan, Protista, virus, dan bakteri.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Mengenal Prosedur Kerja di Laboratorium

Mudah Dapat Sangat Dapat Berbahaya Bersifat


meledak membakar mudah menimbul- bagi racun
(eksplosif) bahan lain terbakar. kan kehidupan (toxic)
pada (pengoksi- kerusakan organisme apabila
kondisi dasi). pada di terisap,
tertentu. jaringan lingkungan tertelan,
tubuh . atau
manusia terpapar
(korosif). kulit.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


BAB
Keanekaragaman Hayati
II pada Makhluk Hidup

A. Pengertian dan Jenis-Jenis K


eanekaragaman Hayati
B. Keanekaragaman Hayati di In
donesia
C. Klasifikasi Keanekaragaman
Hayati

Kembali ke daftar isi


A. Pengertian dan Jenis-Jenis
Keanekaragaman Hayati

1. Keanekaragaman Gen
2. Keanekaragaman Jenis
3. Keanekaragaman Ekosistem

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Keanekaragaman Gen
Apa itu keanekaragaman gen?
Keanekaragaman individu dalam satu jenis makhluk hidup.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Keanekaragaman Jenis
Apa itu keanekaragaman jenis?
Keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis
atau spesies makhluk hidup dalam genus yang sama atau
familia yang sama.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Keanekaragaman Ekosistem
Bagaimana keanekaragaman ekosistem terjadi?
Keanekaragaman tingkat ekosistem terjadi akibat adanya perbedaan
letak geografis. Perbedaan letak geografis ini mengakibatkan
terjadinya perbedaan iklim yang akan berpengaruh terhadap jenis-
jenis tumbuhan dan hewan yang hidup di suatu daerah.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


B. Keanekaragaman Hayati di Indonesia
1. Persebaran Flora di Indonesia
2. Persebaran Fauna di Indonesia
3. Manfaat dan Nilai Keanekaragaman
Hayati
4. Aktivitas Manusia yang Memengaruhi
Keanekaragaman Hayati
5. Upaya Pelestarian Keanekaragaman
Hayati
Sumber: https://youtu.be/f-vshHBFbe8

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Persebaran Flora di Indonesia
 Flora di Indonesia tercakup dalam kawasan Malesiana, yang terdiri
atas Indonesia, Filipina, Malaysia, Kepulauan Solomon, dan Papua
Nugini.
 Persebaran flora di Indonesia tidak merata.
 Hutan hujan tropis di Kalimantan mempunyai keanekaragaman
tumbuhan paling tinggi.
 Untuk daerah Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Kepulauan Sunda
mempunyai keanekaragaman tumbuhan paling sedikit.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Persebaran Fauna di Indonesia
 Wallace membuat garis Wallace yang memisahkan jenis fauna Indonesia
bagian barat (daerah Oriental) dengan bagian timur (daerah Australian).
 Weber membuat garis Weber yang memisahkan jenis fauna Indonesia
bagian timur dan tengah yang dikenal sebagai daerah peralihan antara
wilayah Oriental dan Australian.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


a. Daerah Oriental
1) Daerah Oriental meliputi Pulau Jawa, Bali, Sumatra, dan
Kalimantan.
2) Banyak mamalia berukuran besar.
3) Terdapat berbagai jenis kera.
4) Terdapat burung-burung berwarna kurang menarik, tetapi bersuara
merdu.
5) Terdapat berbagai jenis ikan air tawar.

Orang utan Harimau sumatra Jalak bali

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


b. Daerah Australian
1) Daerah Australian meliputi Papua dan pulau-pulau sekitarnya.
2) Terdapat mamalia berukuran kecil.
3) Banyak hewan berkantong.
4) Tidak terdapat spesies kera.
5) Burung berwarna-warni, namun bersuara kurang merdu.

Cenderawasih Kuskus Kanguru pohon

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


c. Daerah Peralihan
1) Daerah peralihan meliputi daerah Sulawesi dan
Kepulauan Nusa Tenggara.
2) Terdiri atas hewan-hewan endemik yaitu hewan yang
Maleo
hanya ada di pulau tersebut.
Anoa

Komodo Rangkong Singapuar

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Manfaat dan Nilai Keanekaragaman Hayati

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


4. Aktivitas Manusia yang Memengaruhi
Keanekaragaman Hayati

Aktivitas manusia yang Aktivitas manusia yang


dapat menurunkan dapat meningkatkan
keanekaragaman hayati keanekaragaman hayati
a.Perusakan habitat. a.Pemuliaan.
b.Penggunaan bahan kimia secara b.Reboisasi (penghijauan).
berlebihan. c.Pembuatan taman-taman kota.
c.Adanya pertanian monokultur. d.Pelestarian plasma nutfah secara
d.Pencemaran lingkungan dari in situ dan ex situ.
limbah pabrik atau rumah tangga. e.Penebangan pohon di hutan
dilakukan dengan menerapkan
sistem tebang pilih dan tanam
kembali.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


5. Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati

a. Melakukan pelestarian b. Memanfaatkan keanekaragaman


keanekaragaman hayati baik hayati dengan menerapkan prinsip-
secara in situ maupun ex situ. prinsip berikut.
Pelestarian secara in situ yaitu 1)Prinsip daya toleransi.
pelestarian makhluk hidup dalam 2)In optimum.
habitat aslinya. 3)Prinsip ketahanbalikan.
Pelestarian secara ex situ yaitu 4)Faktor pengontrol.
pelestarian makhluk hidup di luar
habitat aslinya tetapi lingkungan
dibuat mirip aslinya.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


C. Klasifikasi Keanekaragaman Hayati
1. Perkembangan Sistem Klasifikasi
2. Pemberian Nama Ilmiah

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Perkembangan Sistem Klasifikasi

a. Klasifikasi Sistem Artifisial atau Buatan


Sistem ini menggunakan struktur morfologi, anatomi, maupun fisiologi
(terutama alat reproduksi dan habitatnya) sebagai dasar
pengklasifikasian.
a. Klasifikasi Sistem Alami
Klasifikasi sistem alami menggunakan dasar persamaan dan perbedaan
morfologi (bentuk luar tubuh) secara alami atau wajar.
a. Klasifikasi Sistem Filogenetik
Klasifikasi sistem filogenetik disusun berdasarkan jauh dekatnya hubungan
kekerabatan antara takson yang satu dengan yang lain.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Pemberian Nama Ilmiah
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam menulis nama ilmiah makhluk hidup
dengan sistem tata nama binomial sebagai berikut.
a. Nama Jenis (Spesies)
Nama jenis untuk hewan maupun tumbuhan harus terdiri atas dua kata tunggal yang sudah
dilatinkan.
Kata pertama merupakan nama marga (genus), sedangkan kata kedua merupakan penunjuk
spesies atau jenis.
Dalam penulisan nama marga, huruf pertama harus dimulai dengan huruf besar.
Adapun nama penunjuk jenis seluruhnya menggunakan huruf kecil.
Setiap nama jenis (spesies) makhluk hidup ditulis dengan huruf cetak miring atau digarisbawahi
secara terpisah agar dapat dibedakan dengan nama atau istilah lain (bahasa tulis teksnya).
b. Nama Marga (Genus)
Nama marga tumbuhan maupun hewan terdiri atas suku kata yang merupakan kata benda
berbentuk tunggal (mufrad).
Huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital dan dicetak miring.
c. Nama Suku (Familia)
Pada tumbuhan, nama suku berasal dari nama marga ditambahkan akhiran -aceae.
Pada hewan, nama suku berasal dari nama marga ditambahkan dengan -ideae.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


BAB

III Virus

A. Ciri-Ciri Virus
B. Peranan Virus bagi
Kehidupan

Kembali ke daftar isi


A. Ciri-Ciri Virus
1. Sejarah Penemuan Virus
2. Sifat-Sifat Virus
3. Struktur Virus
4. Klasifikasi Virus
5. Replikasi Virus

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Sejarah Penemuan Virus

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Sifat-Sifat Virus

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Struktur Virus
a. Ukuran Virus c. Susunan Tubuh Virus

b. BentukVirus

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


4. Klasifikasi Virus

Dari uraian tersebut, virus dapat dikelompokkan berdasarkan


kandungan asam nukleatnya, bentuk dasar,
keberadaan selubung yang melapisi nukleokapsid, jumlah kapsomer, dan sel inang.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


a. Pengelompokan Virus Berdasarkan Kandungan Asam Nukleatnya

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


b. Pengelompokan Virus Berdasarkan Bentuk Dasarnya

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


c. Pengelompokan Virus Berdasarkan Keberadaan Selubung yang Melapisi Nukleokapsid

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


d. Pengelompokan Virus Berdasarkan Jumlah Kapsomernya

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


e. Pengelompokan Virus Berdasarkan Sel Inangnya

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


5. Replikasi Virus
Replikasi virus merupakan proses reproduksi pada virus. Proses replikasi
virus melalui daur litik dan daur lisogenik.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


B. Peranan Virus bagi Kehidupan
1. Virus yang Menguntungkan
2. Virus yang Merugikan
3. Pencegahan terhadap Inveksi Virus
4. Mengenal Lebih Dekat HIV

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Virus yang Menguntungkan
a. Interferon
b. Profag
c. Vaksin

d. Peta Kromosom

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Virus yang Merugikan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Pencegahan terhadap Infeksi Virus

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


4. Mengenal Lebih Dekat HIV

 HIV memiliki ukuran 1/70 kali dari ukuran sel darah putih
manusia.
 HIV menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome).
 HIV menyerang sel darah putih dengan cara menginfeksi sel
CD4.
 HIV dapat ditularkan kepada orang yang sehat melalui berbagai
cara seperti hubungan seksual, transfusi darah, pemakaian
jarum suntik bersama, dan dari ibu penderita AIDS kepada
anaknya yang masih dalam kandungan.
 Sampai saat ini, AIDS belum ada obatnya.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


BAB

IV Bakteri

A. Ciri-ciri Bakteri
B. Klasifikasi Bakteri serta Pera
nannya dalam Kehidupan

Kembali ke daftar isi


A. Ciri-Ciri Bakteri
1. Ciri Umum Bakteri
2. Struktur Bakteri
3. Bentuk Bakteri
4. Reproduksi Bakteri
5. Morfologi Koloni Bakteri
6. Pewarnaan/Pengecatan Bakteri

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Ciri Umum Bakteri
Bakteri mempunyai ciri-ciri umum seperti berikut.
a.Berukuran kecil (diameter 0,5–1 mikron dengan panjang 1–20 mikron)
sehingga sering disebut mikroorganisme.
b.Mempunyai dinding sel.
c.Hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop.
d.Bersifat uniseluler (terdiri atas satu sel).
e.Bersifat prokariotik (tidak mempunyai membran inti).
f.Bersifat kosmopolit (habitatnya meliputi daerah yang luas).
g.Hidup secara soliter atau berkoloni.
h.Beberapa jenis bakteri mampu membentuk endospora saat kondisi
lingkungan tidak menguntungkan. Contoh Clostridium botulinum, Clostridium
tetani, dan Bacillus anthracis.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Struktur Bakteri
a. Struktur Umum Bakteri
Struktur umum bakteri meliputi dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, dan bahan
inti.
b. Struktur Tambahan Bakteri
Struktur tambahan bakteri meliputi flagela, pili atau fimbrie, kapsul, klorosom, mesosom, vakuola
gas, dan endospora.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Bentuk Bakteri

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


4. Reproduksi Bakteri
a. Reproduksi Seksual b. Reproduksi Aseksual

1) Transformasi Sebagian besar bakteri melakukan reproduksi


aseksual melalui proses pembelahan biner.
Proses ini mampu mereproduksi salinan
genetik dari sel induk secara tepat.
Reproduksi yang cepat ini memungkinkan
bakteri dapat berkembang menjadi sangat
banyak dalam lingkungan yang meng-
untungkan.
2) Transduksi

3) Konjugasi

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


5. Morfologi Koloni Bakteri

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


6. Pewarnaan/Pengecatan Bakteri
Pewarnaan atau pengecatan bakteri merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi
bakteri. Secara umum perwarnaan bakteri mempunyai beberapa tujuan berikut.
a.Mempermudah melihat bentuk bakteri.
b.Memperjelas ukuran bakteri.
c.Melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri (jika memungkinkan).
d.Melihat reaksi bakteri terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan
kimia dapat diketahui.
Salah satu teknik pewarnaan yang banyak digunakan untuk mengidentifikasi bakteri
yaitu pewarnaan Gram. Melalui pewarnaan Gram, bakteri dapat dibedakan antara bakteri
Gram negatif dan bakteri Gram positif.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


B. Klasifikasi Bakteri serta Peranannya
dalam Kehidupan
1. Klasifikasi Eubacteria (Bakteri Sejati)
2. Peranan Bakteri dalam Kehidupan
3. Cara Mengatasi Bakteri Merugikan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Klasifikasi Eubacteria (Bakteri Sejati)

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Peranan Bakteri dalam Kehidupan
a. Bakteri yang Menguntungkan
1)Peranan Bakteri di Bidang Industri Makanan
2)Peranan Bakteri di Bidang Obat-obatan dan Vitamin
3)Peranan Bakteri di Bidang Pertanian
4)Peranan Bakteri dalam Pembuatan Biogas dan sebagai Pengurai

b. Bakteri yang Merugikan


1)Peranan Bakteri yang Mengakibatkan Penyakit pada Manusia, Hewan,
dan Tumbuhan
2)Peranan Bakteri yang Merusak Makanan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Peranan Bakteri di Bidang Industri Makanan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Peranan Bakteri di Bidang Obat-obatan dan Vitamin

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Peranan Bakteri di Bidang Pertanian

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Peranan Bakteri dalam Pembuatan Biogas dan sebagai Pengurai

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Peranan Bakteri yang Mengakibatkan Penyakit
pada Manusia, Hewan, dan Tumbuhan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Peranan Bakteri yang Merusak Makanan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Cara Mengatasi Bakteri Merugikan

a. Pengawetan b. Imunisasi c. Menjaga Kebersihan


•Usaha untuk dan Kesehatan Diri serta
makanan memperoleh Lingkungan
1) Pendinginan kekebalan tubuh
terhadap penyakit
2) Pemanasan yang disebabkan oleh
(pasteurisasi) mikroorganisme
patogen.
3) Pengeringan
•Salah satu cara
4) Pengalengan imunisasi dengan
melakukan vaksinasi.
5) Pengasinan
6) Pemanisan
7) Pengasaman
8) Fermentasi

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


BAB

V Protista

A. Ciri-Ciri Umum Protista


B. Ciri-Ciri dan Klasifikasi Protista Me
nyerupai Jamur serta Peranannya b
agi Kehidupan
C. Ciri-Ciri dan Klasifikasi Protista Me
nyerupai Tumbuhan (Algae) serta P
eranannya bagi Kehidupan
D. Ciri-Ciri dan Klasifikasi Protista Me
nyerupai Hewan (Protozoa) serta Pe
ranannya bagi Kehidupan

Kembali ke daftar isi


A. Ciri-Ciri Umum Protista

1. Eukariotik
2. Uniseluler dan Multiseluler
3. Heterotrof dan Fotoautotrof
4. Bereproduksi secara Seksual dan Aseksual

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


B. Ciri-Ciri dan Klasifikasi Protista
Menyerupai Jamur serta Peranannya bagi
Kehidupan

1. Klasifikasi Protista menyerupai Jamur


2. Peranan Protista men
yerupai Jamur bagi Kehidupan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Klasifikasi Protista Menyerupai Jamur
a. Jamur Lendir

b. Jamur Air (Oomycota)

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Peranan Protista menyerupai Jamur bagi Kehidupan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


C. Ciri-Ciri dan Klasifikasi Protista
Menyerupai Tumbuhan (Algae) serta
Peranannya bagi Kehidupan

1. Ciri-Ciri Algae
2. Klasifikasi dan Peranan Algae

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Ciri-Ciri Algae

Ukuran dan Bentuk Struktur dan Fungsi Reproduksi Habitat dan


Tubuh Tubuh Cara Hidup

Algae memiliki Sel-sel yang Algae Algae memiliki


ukuran menyusun Algae bereproduksi baik kloroplas
beranekaragam dari baik yang uniseluler secara aseksual mapun sehingga mampu
yang tidak dapat maupun multiseluler seksual. Reproduksi melangsungkan
dilihat (mikroskopik) berupa sel secara aseksual proses
sampai yang dapat eukariotik. Sel Algae berlangsung dengan fotosintesis.
dilihat menggunakan dilapisi oleh dinding pembelahan sel Algae hidup
mata telanjang sel dan di dalamnya (pembelahan biner), bebas di perairan
(makroskopik). terdapat kloroplas fragmentasi, dan misalnya kolam,
yaitu organel plastida pembentukan spora. danau, sungai,
yang mengandung Reproduksi seksual rawa, dan laut.
zat warna (pigmen). melibatkan peleburan
dua gamet yang
berbeda jenis untuk
membentuk zigot dan
tumbuh menjadi individu
baru.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Klasifikasi dan Peranan Algae
a. Salah satu spesies Bacillariophyta
adalah Navicula yang dapat
dimanfaatkan sebagai campuran
semen, dinamit, dan bahan
penggosok.
b. Beberapa jenis Algae cokelat
misalnya Laminaria dan
Macrocystis menghasilkan algin
(asam alginat). Asam alginat
merupakan bagian koloid dari
ganggang cokelat yang digunakan
dalam pembuatan es krim, pil,
tablet, salep, obat pembersih gigi,
losion, dan krim sehabis mencukur.
Selain itu, Laminaria juga
dimanfaatkan sebagai pupuk dan
makanan ternak karena kandungan
nitrogen dan kaliumnya yang tinggi.
c. Beberapa jenis Algae merah dapat
dimanfaatkan sebagai bahan
pembuat agar-agar, misalnya
Eucheuma spinosum dan Gelidium
robustum.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


C. Ciri-Ciri dan Klasifikasi Protista
Menyerupai Hewan (Protozoa) serta
Peranannya bagi Kehidupan
1. Ciri-Ciri Protozoa
2. Klasifikasi Protozoa Beserta Peranannya
bagi Kehidupan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Ciri-Ciri Protozoa

Struktur Tubuh Reproduksi Habitat dan Cara Hidup

Protozoa nemiliki ukuran Sebagian besar Protozoa dapat hidup


tubuh antara 100–300 Protozoa melakukan soliter atau berkoloni pada
mikron sehingga bersifat reproduksi aseksual berbagai jenis habitat.
mikroskopis. Protozoa dengan cara Sebagian besar Protozoa
merupakan organisme pembelahan biner. hidup bebas di perairan.
bersel satu (uniseluler). Namun, ada juga Beberapa jenis lainnya
Semua kegiatan beberapa jenis Protozoa ada yang hidup di tanah.
dilakukan oleh satu sel yang melangsungkan Ada juga yang hidup di
tunggal. Setiap sel terdiri reproduksi seksual dalam tubuh organisme
atas bagian-bagian dengan cara penyatuan lainnya seperti hewan dan
seperti membran plasma, sel generatif (gamet) dan manusia dengan cara
sitoplasma, vakuola atau penyatuan inti sel bersimbiosis. Protozoa
makanan, vakuola vegetatif. merupakan organisme
kontraktil, inti sel, dan heterotrof yang
mitokondria. memangsa bakteri,
Protista lain, dan sampah
organisme.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Klasifikasi Protozoa Beserta Peranannya bagi
Kehidupan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


BAB

VI Fungi

A. Ciri-Ciri Umum Jamur


B. Zygomycotina
C. Ascomycotina
D. Basidiomycotina
E. Deuteromycotina

Kembali ke daftar isi


A. Ciri-Ciri Umum Jamur
Pada dasarnya, jamur memiliki ciri-ciri umum seperti berikut.
1.Organisme eukariotik yang memiliki dinding sel dari zat kitin.
2.Tidak mempunyai klorofil sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Fungi
memperoleh bahan organik dari lingkungannya, baik dari makhluk hidup
lain atau dari sisa makhluk hidup.
3.Anggota Fungi ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler. Tubuh
Fungi multiseluler berupa talus yang tersusun dari hifa yang
bercabangcabang membentuk miselium.
4.Habitatnya di tempat-tempat lembap dengan pH rendah serta bersifat
kosmopolitan (mudah hidup di berbagai tempat).
5.Dalam daur hidup Fungi terjadi reproduksi seksual dan aseksual.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


B. Kelompok Jamur Zygomycotina
1. Ciri-Ciri Jamur Zygomycotina
2. Reproduksi Zygomycotina
3. Contoh Zygomycotina

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Ciri-Ciri Jamur Zygomycotina

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Reproduksi Zygomycotina
a. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual pada Zygomycotina menggunakan spora vegetatif.
b. Reproduksi Seksual
Hifa jantan (+) dan hifa betina (–) saling berdekatan. Hifa-hifa tersebut membentuk
cabang hifa (gametangium).

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Contoh Zygomycotina
a. Rhizopus sp., mampu memecah amilum menjadi dekstrosa, protein, dan lemak
dalam kedelai menjadi molekul yang lebih sederhana. Beberapa jenis Rhizopus
sebagai berikut.
1) Rhizopus stolonifer merupakan jamur yang biasa tumbuh pada roti basi.
2) Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae merupakan jamur yang membantu
dalam pembuatan tempe.
3) Rhizopus nigricans mampu menghasilkan asam fumarat dan biasa tumbuh pada
tomat.
b. Mucor mucedo banyak ditemukan pada kotoran ternak.
c. Mucor hiemalis berperan dalam fermentasi susu kedelai.
d. Pilobolus hidup pada kotoran hewan yang telah terdekomposisi.
e. Beauveria bassiana dimanfaatkan sebagai pengendali hama alami.
f. Metarrhisium anisopliae berperan dalam mengendalikan kumbang kolorado.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


C. Kelompok Jamur Ascomycotina
1. Ciri-Ciri Ascomycotina
2. Reproduksi Ascomycotina
3. Contoh Ascomycotina dan Peranannya

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Ciri-Ciri Jamur Ascomycotina

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Reproduksi Ascomycotina
a. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual pada
Ascomycotina multiseluler dilakukan
dengan fragmentasi miselium dan
pembentukan konidia. Reproduksi
aseksual pada Ascomycotina
uniseluler dengan membentuk
tunas.

b. Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual pada
Ascomycotina uniseluler terjadi
dengan cara konjugasi. Reproduksi
seksual pada Ascomycotina
multiseluler dilakukan dengan cara
seperti gambar di samping.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Contoh Ascomycotina dan Peranannya

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


D. Kelompok Jamur Basidiomycotina
1. Ciri-Ciri Basidiomycotina
2. Reproduksi Basidiomycotina
3. Contoh Basidiomycotina dan Peranannya

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Ciri-Ciri Jamur Basidiomycotina

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Reproduksi Basidiomycotina
Reproduksi aseksual pada jamur Basidiomycotina dengan cara membentuk konidia.
Sementara itu, reproduksi seksualnya dilakukan dengan cara membentuk basidiospora.
Pada reproduksi seksual, hifa (+) dan hifa (–) saling mendekat dan dinding selnya larut
(plasmogami) sehingga terbentuk hifa dengan dua inti haploid yang berpasangan
(dikariotik).

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Contoh Basidiomycotina
a. Volvariella volvaceae (jamur merang) dan Agaricus sp. sebagai bahan makanan.
Jamur ini ditanam pada media yang mengandung banyak selulosa (misalnya
merang padi) dan mempunyai kelembapan tinggi.
b. Auricularia polytricha (jamur kuping) sebagai bahan makanan. Bentuknya seperti
telinga, kenyal, warnanya cokelat kehitaman, dan hidup pada kayu yang lapuk.
c. Pleurotus (jamur tiram) sebagai bahan makanan. Jamur ini sering dibudidayakan
dengan media serbuk kayu atau bahan yang mengandung banyak lignin dan
selulosa.
d. Ganoderma applanatum (jamur kayu) sebagai bahan obat-obatan. Tubuh buahnya
berbentuk setengah lingkaran seperti kipas dan keras.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


E. Kelompok Jamur Deuteromycotina
1. Ciri-Ciri Deuteromycotina
2. Reproduksi Deuteromycotina
3. Contoh Deuteromycotina dan Peranannya

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Ciri-Ciri Jamur Deuteromycotina

a. Memiliki hifa bersekat dan dinding selnya dari zat kitin.


b. Jarang membentuk tubuh buah dan berukuran mikroskopis.
c. Hidup sebagai saprofit atau parasit.
d. Reproduksi seksualnya belum diketahui. Jadi, semua jenis Fungi
yang sudah dapat diidentifikasi, tetapi belum diketahui cara
reproduksi seksualnya dikelompokkan dalam Deuteromycotina.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Reproduksi Deuteromycotina
 Reproduksi aseksual jamur ini dengan cara menghasilkan
konidia, blastophora (membentuk tunas), dan arthrospora
(membentuk spora dengan benang hifa).
 Cara reproduksi seksualnya belum diketahui sehingga
dinamakan Fungi imperfecti atau jamur tidak sempurna.
 Apabila telah ditemukan cara reproduksi seksualnya, Fungi
tersebut dapat digolongkan dalam divisi yang lain sesuai
dengan cara reproduksi seksualnya.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Contoh Deuteromycotina
a.Tinea versicolor mengakibatkan penyakit panau pada manusia.
b.Epidermophyton floocossum mengakibatkan penyakit kaki atlet pada manusia.
c.Trichophyton mengakibatkan penyakit kulit ring worm pada manusia.
d.Helminthospora oryzae sebagai parasit karena dapat merusak kecambah serta
menyerang daun dan buah tanaman budi daya.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Sekian dan Terima Kasih

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab

Anda mungkin juga menyukai