Anda di halaman 1dari 60

D

Assalamualaikum wr wb
B A
E
C
PRESENTATION

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI


DI KEDUNGSEPUR JAWA TENGAH

KELOMPO D
KA: Sela renika
10070318011 B A
Andi Maryam
100703180..
Shabilla Zahira
10070318070
C
M Satria Faldi Fazary
10070317036
PENDAHULUAN

Kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki masing-masing kabupaten/ kota


dalam satu kawasan strategis merupakan modal dasar dan faktor potensial
yang dimiliki Propinsi Jawa Tengah, yang dapat digunakan untuk mencapai
sasaran pembangunan serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah.
Langkah strategis dalam mencapai pembangunan salah satunya mengambil
kebijakan yang mengarah pada perkembangan pusat pertumbuhan ekonomi,
maka pemerintah Provinsi Jawa Tengah membentuk kawasan kerjasama antar
daerah yang dapat dimanfaatkan dalam upaya pemeretaan pembangunan dalam
suatu kawasan. Pengembangan kawasan prioritas yang bersifat strategis
ditetapkan dengan skala pandang nasional dan daerah sesuai dengan prioritas
kebutuhan dan kegunaannya. Salah satunya adalah Kawasan KEDUNGSEPUR
(Kendal, Demak, Unggaran (Semarang), Kota Semarang, Kota Salatiga dan
Purwodadi (Grobogan).
Pendekatan keruangan menjadi aspek penting dalam penelitian ini, dengan mengkaji dan
menganalisis karakter petumbuhan ekonomi wilayah, terutama dalam ruang masing-masing
kabupaten/ kota di kawasan KEDUNGSEPUR. Selain itu faktorfaktor geografis dapat
mempengaruhi distribusi keruangan dari perkembangan ekonomi wilayah, sehingga secara spasial
dapat dilakukan analisis lebih mendalam yang disertai dengan perbandingan antara faktor-faktor
ekonomi wilayah yang menjadi basis dalam kegiatan perekonomian wilayah. Tujuan terbentuknya
kawasan antar daerah kabupaten/ kota oleh pemerintah propinsi Jawa Tengah adalah untuk
pemerataan pendapatan dalam bentuk kawasan terpadu.
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KEDUNGSEPUR Laju pertumbuhan ekonomi di
No Kabupaten/Kota 2014 2015 2016 2017 2018 kedungsepur bersifat
5.14% 5.21% 5.56% 5.84% 5.49%
fluktuatif, ini disebabkan
1 kendal
potensi sumberdaya alam dan
2demak
4.29% 5.93% 5.10% 5.82% 5.37%
sumberdaya manusia yang
3semarang
5.84% 5.51% 5.29% 5.65% 5.79% dimiliki masing-masing
4.07% 5.91% 5.90% 4.46% 5.96% kabupaten/ kota 6 berbeda-
4grobogan
beda.
6.31% 5.81% 5.89% 6.54% 6.52%
5kota semarang

6kota salatiga
5.56% 5.17% 5.27% 5.65% 5.51% laju pertumbuhan ekonomi kedung sepur
7.00%

6.00%

5.00%

4.00%

3.00%

2.00%

1.00%

0.00%
GAMBARAN kendal demak semarang grobogan kota semarang kota salatiga
Struktur perekonomian kabupate Kendal dilihat
berdasarkan kontribusi PDRB sektor industri
relatif tinggi yaitu sebesar 41,37%,
kabupaten demak didukung oleh sektor industri
relative tinggi sebesar 29.41 %, serta sektor
pertanian sebesar 24.02% , kabupate
grobogan dengan kontribusi PDRB sektor
pertanian sebesar 30.63%, serta kabupaten
semarang dengan kontribusi PDRB sektor
industri pengolahan paling besar yaitu
39.27% , kota semarang dengan kontribusi
PDRB sektor industri pengolahan yaitu sebesar
27.7% , kota salatiga dengan kontribusi PDRB
sektor industri pengolahan sebesar 31.15%.

GAMBARAN
PDRB Perkapita dalam juta rupiah dan jumlah penduduk tiap
kawasan metropolitan di jawa tengah 2018
Jumlah Penduduk PDRB per kapita adalah total PDRB suatu
No Kota/Kabupaten PDRB/ Kapita
Tahun 2018 daerah dibagi jumlah penduduk di daerah
1 Kendal 39457.18 964106 tersebut untuk tahun yang sama. Semakin
2 Demak 24440048.2 1151796 tinggi tingkat PDRB per kapita di suatu
daerah maka semakin tinggi pula tingkat
3 Grobogan 25426317.7 1371610
kesejahteraan masyarakatnya. Dan
4 Kota Semarang 174649261.9 1786114 sebaliknya semakin rendah tingkat PDRB
5 Kab. Semarang 46229865.77 1040629 per kapita di suatu daerah maka semakin
6 Kota salatiga 12303446.9 191571 rendah tingkat kesejahteraan
  Total 283088397.7 6505826
masyarakatnya.

Kota Semarang merupakan daerah yang


memiliki PDRB per kapita tertinggi di
kawasan ini kemudian posisi kedua yaitu
Kabupaten semarang, posisi ketiga
Kabupaten Grobogan, posisi keempat
Kabupaten Demak, posisi kelima Kota
Salatiga dan terakhir Kabupaten Kendal.

GAMBARAN
Nilai IPM Kedungsepur, Jawa Tengah Grafik Nilai IPM Kedungsepur 2014 - 2018
90

No Kabupaten/Kota 2014 2015 2016 2017 2018 80

70
1 Kendal 68.46 69.57 70.11 70.62 71.28
60
2 Demak 68.95 69.75 70.1 70.41 70.41
50

3 Semarang 71.65 71.89 72.4 73.2 73.61 40

30
4 Grobogan 67.77 68.05 68.52 68.87 69.32
20
5 kota semarang 79.24 80.23 81.19 82.01 82.72
10

6 kota salatiga 79.98 80.96 81.14 81.86 82.41 0


kendal demak semarang grobogan kota semarang kota salatiga

sumber : ipm.bps.go.id 2014 2015 2016 2017 2018

Data IPM diatas merupakan ipm dikedung sepur pada


tahun 2014-2018. Demikian juga terjadi pada masing-
masing indikator IPM yang menunjukan peningkatan kearah
yang lebih baik pada semua kabupaten/kota. Pada tahun
2018, diantara kabupaten/kota di kawasan kedungsepur,
IPM paling rendah adalah kabupaten grobogan (69.32),
sedangkan IPM paling tinggi terletak di kota semarang
sebesar 82.72. pada tabel diatas kawasan kedungsepur
menunjukan kecenderungan/perkembangan IPM 2014-2018.
GAMBARAN
 
Gini Rasio Menurut Kabupaten/Kota Kawasan (KEDUNGSEPUR), Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2015
Gini Rasio
Wilayah Jateng
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kabupaten
0.22 0.25 0.25 0.24 0.22 0.27 0.25 0.19 0.25 0.28 0.27 0.37 0.36 0.32 0.34 0.34
Kendal
Kabupaten
0.19 0.20 0.20 0.24 0.24 0.30 0.27 0.24 0.24 0.22 0.24 0.31 0.34 0.33 0.32 0.32
Demak
Kota Semarang 0.36 0.30 0.30 0.28 0.24 0.25 0.29 0.30 0.26 0.37 0.32 0.35 0.35 0.35 0.31 0.31

Kabupaten
0.20 0.23 0.23 0.22 0.24 0.24 0.28 0.19 0.27 0.26 0.28 0.33 0.36 0.31 0.31 0.31
Semarang

Kota Salatiga 0.25 0.29 0.29 0.29 0.28 0.29 0.29 0.30 0.32 0.29 0.35 0.34 0.35 0.37 0.35 0.35

Kabupaten
0.20 0.22 0.22 0.23 0.23 0.22 0.22 0.22 0.26 0.23 0.28 0.32 0.35 0.34 0.34 0.34
Grobogan

Sumber : jateng.bps.go.id/dynamictable/2018/01/24/47/gini-rasio-menurut-kabupaten-kota-di-jawa-tengah-2000-2015.html (Data Diolah, 2019)

Pada tabel diatas, data index gini dikawasan kedungsepur pada tahun 2015
adalah kota salatiga sebesar 0.35 dan terendah adalah kota semarang dan
kabupaten semarang sebesar 0.31. artinya dikawasan kedungsepur pada tahun
2015 hanya terjadi ketimpangan sedang. Namun, dilihat dari tabel index gini
diatas dikawasan kedungsepur pada tahun 2000-2015 ketimpangann nya tidak
stabil bahkan ada pada tahun tertentu yang merupakan pemerataan sempurna
dan kawasan kedungsepur hanya terjadi ketimpangan sedang saja karena nilai
nya hanya sebesar 0.35.
GAMBARAN  
METODE ANALISIS

 1. Indeks Williamson


Indeks Williamson merupakan salah satu indeks yang paling
sering digunakan untuk melihat ketimpangan antar wilayah.
Willamson (1975) mengembangkan Indeks ketimpangan
wilayah yang diformulasikan sebagai berikut:

Vw =
Keterangan:
Vw : Indeks kesenjangan Williamson (Iw)
Yi : PDRB perkapita wilayah daerah i
Ӯ : Rata-rata PDRB perkapita provinsi
fi : dimana fi jumlah penduduk kabupaten/ kota ke-i dan n
n : Jumlah penduduk
Indeks ketimpangan wilayah akan menghasilkan indeks
yang lebih besar atau sama dengan nol. Jika semua Yi = Ӯ maka Angka Indeks Williamson berkisar
akan menghasilkan indeks = 0, yang berarti tidak adanya antara nol sampai dengan satu: IW <
kesenjangan ekonomi daerah. Indeks lebih besar dari 0 0,4 = artinya tingkat ketimpangan
menunjukan adanya ketimpangan ekonomi antar wilayah. rendah 0,4 < IW < 0,5 = artinya
tingkat ketimpangan moderat IW >
0,5 = artinya tingkat ketimpangan
tinggi
METODE ANALISIS

2. Analisis Tipologi Ekonomi Regional (Tipologi Klassen)


Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai
sumbu vertikal dan rata-rata PDRB per kapita sebagai sumbu
horizontal. Pendekatan wilayah menghasilkan empat klasifikasi
daerah yang masing-masing mempunyai karakteristik
pertumbuhan ekonomi yang berbeda-beda, antara lain:
1. Daerah Bertumbuh Maju dan Cepat (Rapid Growth Region)
2. Daerah Maju Tapi Tertekan (Retarted Region).
3. Daerah Berkembang Cepat (Growing Region).
4. Daetah Relatif Tertinggal (Relatively Backward Region)
(Syafrizal, 1997, dalam kuncoro, 2002).
METODE ANALISIS

3. Analisis Basic LQ (Location Question)


Analisis Location Question (LQ), merupakan perbandingan
relatif antara kemampuan sektor yang sama pada wilayah yang
lebih luas, serta terfokus pada substitusi impor yang potensial
atau produk dengan potensi ekspansi ekspor. Hal ini akan
memberikan suatu gambaran tentang industri mana yang
terkonsentrasi dan industri mana yang tersebar (Shukla, 2000
dalam Rustiadi, dkk, 2011).
𝐿𝑄𝑖 = (𝐸𝑖𝑙/𝐸𝑙)/( 𝐸𝑖𝑟/ 𝐸𝑟)
Ket:
𝐿𝑄𝑖 = 𝐿𝑜𝑐𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑄𝑢𝑜𝑡𝑖𝑒𝑛 𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑖
𝐸𝑖𝑙 = 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑖 𝑙𝑜𝑘𝑎𝑙
𝐸𝑙 = 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖 𝑙𝑜𝑘𝑎𝑙
𝐸𝑖𝑟 = 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑟
𝐸𝑟 = 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎
Ket: • 𝑳𝑸𝒊 > 𝟏 sektor basis; artinya komoditas i di suatu Wilayah memiliki keunggulan
komparatif.
• 𝑳𝑸𝒊 = 𝟏 sektor non-basis; artinya komoditas i di suatu Wilayah tidak memiliki keunggulan,
produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan Wilayah sendiri.
• 𝑳𝑸𝒊 < 𝟏sektor non-basis; artinya komoditas i di suatu Wilayah tidak dapat memenuhi
kebutuhan sendiri hingga diperlukan pasokan dari luar. ℎ �
METODE ANALISIS

4. Shiftshare
Analisis Shift Share adalah analisis yang digunakan untuk
mengetahui proses pertumbuhan ekonomi suatu daerah dalam
kaitannya dengan perekonomian daerah acuan yaitu daerah
yang lebih besar (regional atau nasional). Teknik analisis shift
share ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (G) suatu
variabel wilayah, seperti tenaga kerja, nilai tambah,
pendapatan atau output, selama kurun waktu tertentu menjadi
pengaruh : pertumbuhan nasional (N), Proportional Shift (P),
dan Differential Shift ( D ).

KOMPONEN SHIFT SHARE


• Propotional Shift Menilai pertumbuhan sektor i dibandingkan dengan seluruh sektor
secara wilayah atau nasional

• Diferential Shift Menilai pertumbuhan sektor i lokal dibandingkan dengan sektor i


secara wilayah atau nasional
𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑆ℎ𝑖𝑓𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑖𝑎𝑛 = 𝑃𝐷𝐵 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 2010𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑖𝑎𝑛 /𝑃𝐷𝐵 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
2005𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑖𝑎𝑛 − 𝑃𝐷𝐵 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 2010𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙/ 𝑃𝐷𝐵 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 2005𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

𝐷𝑖𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑆ℎ𝑖𝑓𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑖𝑎𝑛 = 𝑃𝐷𝑅𝐵 𝐵𝑎𝑛𝑡𝑒𝑛 2010𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑖𝑎𝑛/ 𝑃𝐷𝑅𝐵 𝐵𝑎𝑛𝑡𝑒𝑛 2005𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑖𝑎𝑛


− 𝑃𝐷𝐵 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 2010𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑖𝑎𝑛/ 𝑃𝐷𝐵 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 2005𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑖𝑎n
METODE ANALISIS

-Propotional Shift – PP bernilai positif (PP > 0) pada wilayah/daerah


yang berspesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat.
– PP bernilai negative (PP < 0) pada wilayah/daerah yang
berspesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat.

• Diferential Shift – PPW bernilai positif (PPW > 0) pada sector yang
mempunyai keunggulan kompetitif diwilayah atau daerah tersebut
(disebut juga sebagai keuntungan lokasional) – PPW bernilai negative
(PPW < 0) pada sector yang tidak mempunyai keunggulan kompetitif
atau tidak dapat bersaing.

Interpretasi pergeseran bersih (PB) PP+PPW = (PB) > 0, berarti sektor


tersebut tumbuh progresif. PP+PPW = (PB) < 0, berarti sektor tersebut
mengalami kemunduran.
METODE ANALISIS

5. Analisis ICOR
Konsep capital-output ratio (COR) atau sering juga disebut koefisien modal
menunjukkan hubungan antara besarnya investasi (modal) dan nilai output.
Konsep COR tersebut dikenal melalui teori yang dikemukakan oleh Harrod-
Domar. Konsep COR ada 2 macam, yaitu average capital-output ratio (ACOR)
dan incremental capital-output ratio (ICOR). ACOR menunjukkan hubungan
antara stok modal yang ada dan aliran output lancar yang dihasilkan. ICOR
menunjukkan perbandingan antara kenaikan tertentu pada stok modal (delta K)
dan kenaikan output atau pendapatan (delta Y). ICOR dapat digambarkan
sebagai berikut:
ICOR =
Keterangan :
Dk : pertumbuhan kapital
atau investasi
Dy : pertambahan output
dalam ekonomi
METODE ANALISIS

6. ANALISIS INPUT OUTPUT


Analisis Input Output (IO) adalah analisis mengenai
ketergantungan di antara berbagai sektor dan aktivitas
ekonomi, baik antar sektor produksi (internal) maupun antara
sektor produksi daengan sektor konsumsi akhir. Apabila
terdapat perubahan dalam salah satu, beberapa atau semua
komponen dalam permintaan akhir akan mengakibatkan
perubahan sektor-sektor yang terkait.

Model Analisis :
(1). Analisis IO terbuka artinya dalam analisis yang diperlakukan
sebagai sektor endogen hanya sektor produksi, sedangkan sektor
sektor rumah tangga dianggap sektor eksogen.
(2). Sebaliknya adalah analisis IO tertutup. Dalam analisis IO
tertutup, di samping sektor produksi, juga memasukkan sektor
rumah tangga sebagai sektor endogen.
METODE ANALISIS

Secara umum, suatu tabel I-O dirinci menurut banyaknya kegiatan ekonomi atau industri
sebanyak n klasifikasi (yaitu banyaknya klasifikasi KLUI, banyaknya kolom) dan banyaknya
produk atau komoditi yang dihasilkan sebanyak m klasifikasi (yaitu klasifikasi KBKI, banyaknya
baris) disebut sebagai tabel I-O berukuran m x n, karena terdapat n klasifikasi kegiatan
ekonomi atau industri (kolom) dan m klasifikasi komoditi atau produk (baris).  Pada kasus
m≠n, maka suatu tabel I-O disebut sebagai tabel I-O yang tidak simetrik; sedangkan pada
kasus m=n, maka suatu tabel I-O disebut sebagai tabel I-O yang simetrik.
ANALISIS

1. INDEX WILLIAMSON
华西的另一个运动

1. INDEKS WILLIAMSON KAWASAN KEDUNG SEPUR

PDRB Jumlah
Kabupaten/Kota Konstan Penduduk PDRB Perkapita Yi-Y fi/n Hasil
0.14819 0.000
Kab. Kendal 29186.4 964106 30273019.8 -41441.44 1 5
0.17704
Demak 17474.1 1151796 15171176.2 -15143285 1 0.21
0.21082
Kota Semarang 131137.3 1371610 95608270.4 65293809 8 0.9
0.27454
Kab. Semarang 33857.6 1786114 18956040.2 -11358421 1 0.2
0.15995
Kab. Salatiga 12606.8 1040629 12114607.9 -18199853 3 0.24
0.02944
Kab. Grobogan 18704.3 191571 9763652.83 -20550808 6 0.12
1.670
TOTAL   6505826 181886767.2     5
 Y  30314461.21          
ANALISIS

Secara agregat rata-rata angka IW di kawasan


KEDUNGSEPUR pada tahun 2014-2018 sebesar 0,3. Angka
ini menunjukkan bahwa kawasan strategis KEDUNGSEPUR,
华西的另一个运动

terjadi ketimpangan pendapatan walaupun tingkat


ketimpangan dalam kategori moderat, jika 0,3 < IW <
0,5 . Artinya Ketimpangan terjadi dikarenakan adanya
konsentrasi aktivitas perekonomi di Kota Semarang relatif
tinggi. Hal itu dibuktikan salah satunya dengan besarnya
kontribusi sektor PDRB dan PDRB per kapita Kota Semarang
terhadap PDRB ADHK 2000 kawasan strategis
KEDUNGSEPUR serta tingginya nilai IW sebesar 0.9
dengan kategori tingkat ketimpangan tinggi.
ANALISIS
2. LOCATION QUOTIENT (LQ)

Hasil Analisis LQ Kabupaten Kendal


No. Sektor
LQ
2018 Keterangan
华西的另一个运动

1 Pertanian 1.4 Sektor Basis

2 Pertambangan dan penggalian 0.5 Sektor Non Basis

3 Industri Pengolahan 1.2 Sektor Basis

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.6 Sektor Basis

5 Bangunan 0.6 Sektor Non Basis

6 Perdagangan Hotel dan Restoran 0.9 Sektor Non Basis

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.9 Sektor Non Basis

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.6 Sektor Non Basis

9 Jasa-Jasa 0.7 Sektor Non Basis

Kabupaten Kendal memiliki sektor basis


pada Sektor Pertanian, Sektor Industri
Pengolahan, serta Sektor Listrik, Gas, dan Air
Bersih. Sektor dengan nilai LQ paling tinggi
yaitu Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih.
Sektor ini merupakan sektor basis di
Kabupaten Kendal, maka sektor ini melayani
pasar di Kabupaten Kendal maupun di luar
Kabupaten Kendal.
ANALISIS

Hasil Analisis LQ Kabupaten Demak


LQ
No. Sektor
2018 Keterangan
华西的另一个运动

1 Pertanian 1.6 Sektor Basis

2 Pertambangan dan penggalian 0.2 Sektor Non Basis

3 Industri Pengolahan 0.9 Sektor Non Basis

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.0 Sektor Basis

5 Bangunan 0.8 Sektor Non Basis

6 Perdagangan Hotel dan Restoran 1.2 Sektor Basis

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.7 Sektor Non Basis

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.8 Sektor Non Basis

9 Jasa-Jasa 1.2 Sektor Basis

Kabupaten demak memiliki sektor basis pada Sektor Pertanian, Sektor Listrik gas & air
bersih,sector perdagangan Hotel & restoran serta jasa-jasa lainnya. Sektor dengan nilai LQ
paling tinggi yaitu Sektor Pertanian. Sektor ini merupakan sektor basis di Kabupaten Kendal,
maka sektor ini melayani pasar di Kabupaten Demak maupun di luar Kabupaten Demak. Dan yang
termasuk sector non basis adalah pada sector pertambangan dan penggalian, sector industry
pengolahan, bangunan, sector pengangkutan dan komunikasi serta keuangan persewaan dan jasa
perusahaan maka sektor ini hanya mengandalkan impor darin luar daerah.
.
ANALISIS

Hasil Analisis LQ Kabupaten Demak


LQ
No. Sektor
2018 Keterangan

1 Pertanian 1.6 Sektor Basis


华西的另一个运动

2 Pertambangan dan penggalian 0.2 Sektor Non Basis

3 Industri Pengolahan 0.9 Sektor Non Basis

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.0 Sektor Basis

5 Bangunan 0.8 Sektor Non Basis

6 Perdagangan Hotel dan Restoran 1.2 Sektor Basis

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.7 Sektor Non Basis

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.8 Sektor Non Basis

9 Jasa-Jasa 1.2 Sektor Basis

Kabupaten demak memiliki sektor basis pada Sektor Pertanian, Sektor Listrik gas & air
bersih,sector perdagangan Hotel & restoran serta jasa-jasa lainnya. Sektor dengan nilai LQ
paling tinggi yaitu Sektor Pertanian. Sektor ini merupakan sektor basis di Kabupaten Kendal,
maka sektor ini melayani pasar di Kabupaten Demak maupun di luar Kabupaten Demak. Dan yang
termasuk sector non basis adalah pada sector pertambangan dan penggalian, sector industry
pengolahan, bangunan, sector pengangkutan dan komunikasi serta keuangan persewaan dan jasa
perusahaan maka sektor ini hanya mengandalkan impor darin luar daerah.
.
ANALISIS

Hasil Analisis LQ Kabupaten Demak


LQ
No. Sektor
2018 Keterangan
1.6 Sektor Basis
华西的另一个运动

1 Pertanian
2 Pertambangan dan penggalian 0.2 Sektor Non Basis

3 Industri Pengolahan 0.9 Sektor Non Basis

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.0 Sektor Basis

5 Bangunan 0.8 Sektor Non Basis

6 Perdagangan Hotel dan Restoran 1.2 Sektor Basis

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.7 Sektor Non Basis

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.8 Sektor Non Basis

9 Jasa-Jasa 1.2 Sektor Basis

Kabupaten demak memiliki sektor basis pada Sektor Pertanian, Sektor Listrik gas & air
bersih,sector perdagangan Hotel & restoran serta jasa-jasa lainnya. Sektor dengan nilai LQ
paling tinggi yaitu Sektor Pertanian. Sektor ini merupakan sektor basis di Kabupaten Kendal,
maka sektor ini melayani pasar di Kabupaten Demak maupun di luar Kabupaten Demak. Dan yang
termasuk sector non basis adalah pada sector pertambangan dan penggalian, sector industry
pengolahan, bangunan, sector pengangkutan dan komunikasi serta keuangan persewaan dan jasa
perusahaan maka sektor ini hanya mengandalkan impor darin luar daerah.
.
ANALISIS

Hasil Analisis LQ Kota Semarang


No. Sektor LQ
2018 Keterangan
Sektor Non
0.1
Pertanian
华西的另一个运动

1 Basis
Sektor Non
0.1
2 Pertambangan dan penggalian Basis
Sektor Non
0.8
3 Industri Pengolahan Basis
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.2 Sektor Basis
5 Bangunan 2.5 Sektor Basis
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 1.0 Sektor Basis
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1.5 Sektor Basis
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.6 Sektor Basis
Sektor Non
0.8
9 Jasa-Jasa Basis

Kota Semarang memiliki sektor basis pada Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih,
Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi, serta Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sektor dengan nilai
LQ paling tinggi yaitu Sektor Bangunan. Sektor ini merupakan sektor basis di Kota
Semarang, maka sektor ini melayani pasar di Kota Semarang maupun di luar Kota
Semarang. Sedangkann yang sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri
pengolahan dan jasa-jasa lain merupakan sektor non basis yang mana sektor ini hanya
mendapatkan dari luar daerah.
ANALISIS

No. Sektor
LQ Kabupaten Semarang
2018 Keterangan

1 Pertanian 0.8 Sektor Non Basis

2 Pertambangan dan penggalian 0.1 Sektor Non Basis

3 Industri Pengolahan 1.1 Sektor Basis


华西的另一个运动

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.1 Sektor Basis

5 Bangunan 1.3 Sektor Basis

6 Perdagangan Hotel dan Restoran 0.8 Sektor Non Basis

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.9 Sektor Non Basis


Keuangan, Persewaan dan Jasa
1.4
8 Perusahaan Sektor Basis

9 Jasa-Jasa 0.9 Sektor Non Basis

Kabupaten Semarang memiliki sektor basis pada Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas,
dan Air Bersih, Sektor Bangunan, serta Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sektor
dengan nilai LQ yang paling tinggi yaitu Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan. Sektor ini
merupakan sektor basis di Kabupaten Semarang, maka sektor ini melayani pasar di Kabupaten Semarang
maupun di luar Kabupaten Semarang. Sedangkan sektor pertanian, pertambangan dan penggalian,
perdagangan hotel dan restoran , pengangkutan dan komunikasi dan jasa-jasa ini merupakan sektor non
basis yang mana mendapat pelayanan pasar dari luar atau impor dari luar daerah.
ANALISIS

Hasil Analisis LQ Kabupaten Grobogan


No
.
Sektor LQ Keterangan

1 Pertanian 2.1 Sektor Basis

2 Pertambangan dan penggalian 0.5 Sektor Non Basis


华西的另一个运动

3 Industri Pengolahan 0.4 Sektor Non Basis

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.9 Sektor Non Basis

5 Bangunan 0.5 Sektor Non Basis

6 Perdagangan Hotel dan Restoran 1.5 Sektor Basis

7 Pengangkutan dan Komunikasi 1.2 Sektor Basis

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.3 Sektor Basis

9 Jasa-Jasa 1.3 Sektor Basis

Kabupaten Grobogan memiliki sektor basis pada Sektor Pertanian, Sektor Bangunan, Sektor
Perdagangan Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan,
Persewaan, dan Jasa Perusahaan, serta Sektor Jasa-jasa. Sektor dengan nilai LQ yang paling
tinggi yaitu Pertanian. Sektor ini merupakan sektor basis di Kabupaten Grobogan, maka sektor ini
melayani pasar di Kabupaten Grobogan maupun di luar Kabupaten Grobogan.
ANALISIS

Hasil Analisis LQ Kabupaten Salatiga


No
Sektor LQ
. 2018 Keterangan
Sektor Non
0,3
1 Pertanian Basis
华西的另一个运动

Sektor Non
0,0
2 Pertambangan dan penggalian Basis
Sektor Non
0,9
3 Industri Pengolahan Basis
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,6 Sektor Basis
5 Bangunan 1,4 Sektor Basis
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 1,0 Sektor Basis
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,4 Sektor Basis
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,9 Sektor Basis
9 Jasa-Jasa 1,4 Sektor Basis

Di kabupaten Salatiga yang menjadi sektor Non Basis yaitu pada sektor Pertanian,
Pertambangan & Penggalian serta Industri Pengolahan. Di kabupaten Salatiga juga yang
menjadi sektor basis yaitu ada sektor Listrik gas & air bersih, bangunan, perdagangan
hotel & restoran, Pengangkutan & komunikasi, Keuangan persewaan & jasa perusahaan,
dan Jasa-jasa lainnya. Yang menjadi sektor basis paling tinggi di Kabupaten salatiga
adalah sektor Keuangan Persewaan dan jasa perusahaan, Sektor ini merupakan sektor
basis di Kabupaten Salatiga, maka sektor ini melayani pasar di Kabupaten Salatiga
maupun di luar Kabupaten Salatiga.
 
3. ANALISIS SHIFT SHARE ANALISIS

Interpretasi Hasil Analisis Komponen Pergeseran Proporsional (PS)


No. Sektor Pergeseran Proporsional (PS) Interpretasi

Spesialisasi dalam sektor


1 Pertanian -0.107 yang secara nasional Dari tabel tersebut
tumbuh lambat diketahui terdapat lima sektor di
Spesialisasi dalam sektor dengan angka Proportional Shift
2 Pertambangan dan penggalian 0.299 yang secara nasional
tumbuh cepat
bernilai positif. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat
3 Industri Pengolahan
Spesialisasi dalam sektor
-0.045 yang secara nasional pertumbuhan di daerah Provinsi
tumbuh lambat Jawa Tengah lebih cepat
Spesialisasi dalam sektor
dibandingkan nasional. Adapun
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -0.012 yang secara nasional beberapa sektor yang bernilai
tumbuh lambat positif yaitu Sektor
Spesialisasi dalam sektor Pertambangan dan Penggalian,
5 Bangunan 0.082 yang secara nasional
Sektor Bangunan, Sektor
tumbuh cepat
Pengangkutan dan Komunikasi,
6 Perdagangan Hotel dan Restoran
Spesialisasi dalam sektor
-0.004 yang secara nasional Sektor Keuangan, Persewaan, dan
tumbuh lambat Jasa Perusahaan, serta Sektor
Jasa-Jasa. Selain itu, sektor
Spesialisasi dalam sektor
7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.092 yang secara nasional yang bernilai negatif yaitu
tumbuh cepat Sektor Pertanian, Sektor
Spesialisasi dalam sektor Industri Pengolahan, Sektor
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.092 yang secara nasional
Listrik, Gas, dan Air Bersih,
tumbuh cepat
serta Sektor Perdagangan,
9 Jasa-Jasa
Spesialisasi dalam sektor
0.059 yang secara nasional Hotel, dan Restoran.
tumbuh cepat
KENDAL ANALISIS
 
Interpretasi Hasil Analisis Komponen Pergeseran Differensial (DS) Dari tabel tersebut,
Kabupaten Kendal diketahui bahwa terdapat
Pergeseran Diffrensial lima sektor yang bernilai
No. Sektor Interpretasi positif yang terdiri atas
(DS)
Sektor Pertambangan dan
1 Pertanian -0.018 Tidak Mempunyai Penggalian, Sektor
Daya Saing
Industri Pengolahan,
2 Pertambangan dan penggalian 2.513 Mempunyai Daya Sektor Bangunan, Sektor
Saing
Pengangkutan dan
3 Industri Pengolahan 0.093 Mempunyai Daya Komunikasi, serta Sektor
Saing
Keuangan, Persewaan,
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -0.004 Tidak Mempunyai dan Jasa Perusahaan. Hal
Daya Saing ini mengindikasikan
5 Bangunan 0.003 Mempunyai Daya bahwa kelima sektor
Saing tersebut menguntungkan
6 Perdagangan Hotel dan Restoran -0.008 Tidak Mempunyai dalam perkembangan
Daya Saing Produk Domestik Regional
7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.005 Mempunyai Daya secara intern. Sementara
Saing itu, empat sektor lainnya
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.029 Mempunyai Daya yang bernilai negatif
Saing mengindikasikan bahwa
9. Jasa-Jasa -0.007 Tidak Mempunyai
keempat sektor tersebut
Daya Saing kurang menguntungkan
dalam perkembangan
Produk Domestik Regional
DEMAK ANALISIS
Interpretasi Hasil Analisis Komponen Pergeseran Differensial (DS)
Pergeseran
No. Sektor Interpretasi
Diffrensial (DS)
Tidak
1 Pertanian -0.014 Mempunyai
Daya Saing
2 Pertambangan dan penggalian 0.101 Mempunyai
Daya Saing Dari tabel tersebut, diketahui bahwa terdapat empat Sektor
yang bernilai positif yang terdiri atas Sektor Pertambangan
3 Industri Pengolahan 0.166 Mempunyai
Daya Saing dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik Gas
dan Air bersih, serta Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran.
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.022 Mempunyai Hal ini mengindikasikan bahwa keempat sektor tersebut
Daya Saing
menguntungkan dalam perkembangan Produk Domestik Regional
5 Bangunan
Tidak
-0.036 Mempunyai secara intern. Sementara itu, lima sektor lainnya yang bernilai
negatif mengindikasikan bahwa keempat sektor tersebut
Daya Saing
kurang menguntungkan dalam perkembangan Produk Domestik
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 0.064 Mempunyai Regional Kabupaten Demak secara intern.
Daya Saing
Tidak
7 Pengangkutan dan Komunikasi -0.033 Mempunyai
Daya Saing
Tidak
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan -0.007 Mempunyai
Daya Saing
Tidak
9 Jasa-Jasa -0.017 Mempunyai
Daya Saing
KOTA SEMARANG ANALISIS

Interpretasi Hasil Analisis Komponen Pergeseran Differensial (DS)

Pergeseran
No. Sektor Interpretasi
Diffrensial (DS)

1 Pertanian -0.076 Tidak Mempunyai


Daya Saing
Dari tabel tersebut, diketahui bahwa terdapat
empat Sektor yang bernilai positif yang terdiri
2 Pertambangan dan penggalian -0.470 Tidak Mempunyai atas Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik
Daya Saing Gas dan Air Bersih, Sektor Keuangan, Persewaan,
dan Jasa Perusahaan, serta Sektor Jasa-jasa. Hal
3 Industri Pengolahan 0.118 Mempunyai Daya ini mengindikasikan bahwa keempat sektor
Saing
tersebut menguntungkan dalam perkembangan
0.047 Mempunyai Daya
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
Saing Produk Domestik Regional secara intern.
Sementara itu, lima sektor lainnya yang bernilai
5 Bangunan -0.053 Tidak Mempunyai negatif mengindikasikan bahwa keempat sektor
Daya Saing tersebut kurang menguntungkan dalam
perkembangan Produk Domestik Regional Kota
6 Perdagangan Hotel dan Restoran -0.002 Tidak Mempunyai Semarang secara intern.
Daya Saing

7 Pengangkutan dan Komunikasi -0.015 Tidak Mempunyai


Daya Saing
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.050 Mempunyai Daya
Saing
9 Jasa-Jasa 0.042 Mempunyai Daya
Saing
KABUPATEN SEMARANG ANALISIS

Interpretasi Hasil Analisis Komponen Pergeseran Differensial (DS)

Pergeseran
No. Sektor Interpretasi
Diffrensial (DS)
Dari tabel tersebut, diketahui bahwa terdapat
1 Pertanian 0.011 Mempunyai tujuh sektor yang bernilai positif yang terdiri
Daya Saing
atas Sektor Pertanian, Sektor Industri
tidak Pengolahan, Sektor Bangunan, Sektor
2 Pertambangan dan penggalian -0.117 Mempunyai
Perdagangan Hotel dan Restoran, Sektor
Daya Saing
Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor
3 Industri Pengolahan 0.033 Mempunyai Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan,
Daya Saing
serta Sektor Jasa-jasa. Hal ini
Tidak mengindikasikan bahwa kelima sektor tersebut
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -0.023 Mempunyai
menguntungkan dalam perkembangan Produk
Daya Saing
Domestik Regional secara intern. Sementara
5 Bangunan 0.002 Mempunyai itu, dua sektor lainnya yang bernilai negatif
Daya Saing
mengindikasikan bahwa kedua sektor tersebut
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 0.005 Mempunyai kurang menguntungkan dalam perkembangan
Daya Saing
Produk Domestik Regional Kabupaten Semarang
7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.006 Mempunyai secara intern.
Daya Saing
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.031 Mempunyai
Daya Saing
9 Jasa-Jasa 0.028 Mempunyai
Daya Saing
KOTA SALATIGA ANALISIS
Interpretasi Hasil Analisis Komponen Pergeseran Differensial (DS)

No. Sektor
Pergeseran Diffrensial
(DS)
Interpretasi Dari tabel tersebut,
diketahui bahwa terdapat dua
1 Pertanian 0,004 Mempunyai Daya sektor yang bernilai positif
Saing
yang terdiri atas Sektor
2 Pertambangan dan penggalian -0,499 Tidak Mempunyai Pertanian dam Sektor
Daya Saing Industri Pengolahan. Hal ini
3 Industri Pengolahan 0,030 Mempunyai Daya mengindikasikan bahwa kedua
Saing
sektor tersebut
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -0,068 Tidak Mempunyai menguntungkan dalam
Daya Saing perkembangan Produk
Domestik Regional secara
intern. Sementara itu, tujuh
5 Bangunan -0,027 Tidak Mempunyai
Daya Saing
sektor lainnya yang bernilai
6 Perdagangan Hotel dan Restoran -0,017 Tidak Mempunyai negatif mengindikasikan
Daya Saing bahwa ke tujuh sektor
tersebut kurang
7 Pengangkutan dan Komunikasi -0,060 Tidak Mempunyai
menguntungkan dalam
perkembangan Produk
Daya Saing

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan -0,008 Tidak Mempunyai Domestik Regional Kabupaten
Daya Saing Salatiga secara intern.
9 Jasa-Jasa -0,024 Tidak Mempunyai
Daya Saing
GROBOGAN ANALISIS

Interpretasi Hasil Analisis Komponen Pergeseran Differensial (DS)


Dari tabel tersebut, diketahui
No Pergeseran bahwa terdapat empat sektor
Sektor Interpretasi
. Diffrensial (DS) yang bernilai positif yang terdiri
Mempunyai Daya atas Sektor Pertanian, Sektor
1 Pertanian 0.070 Industri Pengolahan, Sektor
Saing
Listrik, Gas, dan Air Bersih,
Tidak Mempunyai
2 Pertambangan dan penggalian -0.234 serta Sektor Pengangkutan dan
Daya Saing
Komunikasi. Hal ini
Mempunyai Daya mengindikasikan bahwa keempat
3 Industri Pengolahan 0.182
Saing sektor tersebut menguntungkan
Mempunyai Daya dalam perkembangan Produk
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.031
Saing Domestik Regional secara intern.
Tidak Mempunyai Sementara itu, lima sektor
5 Bangunan -0.064 lainnya yang bernilai negatif
Daya Saing
mengindikasikan bahwa kedua
Tidak Mempunyai
6 Perdagangan Hotel dan Restoran -0.005 sektor tersebut kurang
Daya Saing
menguntungkan dalam
Mempunyai Daya perkembangan Produk Domestik
7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.011
Saing Regional Kabupaten Grobogan
Tidak Mempunyai secara intern.
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan -0.007
Daya Saing
Tidak Mempunyai
9 Jasa-Jasa -0.044
Daya Saing
ANALISIS
4. TYPOLOGI KLASSEN

KENDAL
TYPOLOGI KLASSEN
No PB
Sektor
. LQ (PS+DS) Keterangan
-
LQ PB <
1 Pertanian 1. 0.1
>1 0
4 25 Sektor Stagnan
2
Pertambangan dan 0. LQ 2.8 PB > Sektor
penggalian 5 <1 12 0 Potensial
3 Industri Pengolahan
1. LQ 0.0 PB > Sektor Tumbuh
2 >1 48 0 Pesat Jadi pada analisis typology klassen di kabupaten
- Kendal dari hasil perhitungan LQ dan PB
LQ PB <
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.
>1
0.0
0 ( Pergeseran Bersih), sektor pertambangan dan
6 16 Sektor Stagnan penggalian, sektor bangunan, sektor keuangan,
0. LQ 0.0 PB > Sektor sektor persewaan dan jasa perusahaan, serta
5 Bangunan
6 <1 85 0 Potensial sektor jasa-jasa termasuk sektor potensial
- karena hasil pb>0 dan LQ<0, sedangkan sektor
Perdagangan Hotel dan LQ PB < industri pengolahan yang mana LQ>1 dan PB>0,
6
Restoran 0. 0.0 Sektor
<1 0 yang termasuk sektor stagnan atau tertekan
9 12 Tertinggal
Pengangkutan dan 0. LQ 0.0 PB > Sektor adalah sektor pertanian dan sektor listrik, gas
7
Komunikasi dan air, serta yang termasuk sektor tertinggal
9 <1 97 0 Tertinggal
adalah sektor perdagangan hotel dan restoran
Keuangan, Persewaan dan 0. LQ 0.1 PB > Sektor
8
Jasa Perusahaan
dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
6 <1 21 0 Potensial
0. LQ 0.0 PB > Sektor
9 Jasa-Jasa
7 <1 52 0 Potensial
ANALISIS
DEMAK

TYPOLOGI KLASSEN
No. Sektor
LQ PB (PS+DS) Keterangan

1 Pertanian LQ > 1 PB < 0


1.6 -0.028539808 Sektor Stagnan
2 Pertambangan dan penggalian LQ < 1 PB > 0
0.2 0.062827199 Sektor Potensial

3 Industri Pengolahan LQ < 1 PB < 0


0.9 -0.014832704 Sektor Tertinggal

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih LQ > 1 PB < 0


1.0 -0.015468265 Sektor Stagnan
5 Bangunan LQ < 1 PB > 0
0.8 0.030330212 Sektor Potensial
6 Perdagangan Hotel dan Restoran LQ > 1 PB > 0
Jadi pada analisis typology klassen di kabupaten Demak
1.2 0.032481997 Sektor Tumbuh Pesat dari hasil perhitungan LQ dan PB ( Pergeseran Bersih),
7 Pengangkutan dan Komunikasi
0.7
LQ < 1
0.017314665
PB > 0
Sektor Potensial sektor pertambangan, sektor pengangkutan dan sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa perdagangan termasuk sektor potensial karena hasil pb>0
8 LQ < 1 PB > 0
Perusahaan
0.8 0.00773428 Sektor Potensial dan LQ<0, sedangkan sektor bangunan dan sektor keuangan
termasuk sektor tumbuh pesat yang mana LQ>1 dan PB>0,
yang termasuk sektor stagnan atau tertekan adalah sektor
9 Jasa-Jasa LQ > 1 PB < 0
1.2 -0.002569108 Sektor Stagnan
industi pengolahan dan sektor listrik, gas dan air, serta
yang termasuk sektor tertinggal adalah sektor pertanian
dan sektor jasa-jasa.
ANALISIS
KOTA SEMARANG

TYPOLOGI KLASSEN
No
Sektor
.
LQ PB (PS+DS) Interpretasi Jadi pada analisis typology klassen di Kota Semarang dari
1 Pertanian 0.1 LQ < 1 -0.028539808 PB < 0 Sektor Tertinggal hasil perhitungan LQ dan PB ( Pergeseran Bersih), sektor
2 Pertambangan dan penggalian 0.1 LQ < 1 PB > 0 pertambangan termasuk sektor potensial karena hasil pb>0
0.062827199 Sektor Potensial
dan LQ<0, sedangkan sektor bangunan,sektor keuangan,
3 Industri Pengolahan 0.8 LQ < 1 PB < 0
-0.014832704 Sektor Tertinggal sektor perdagangan dan sektor pengangkutan termasuk
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.2 LQ > 1 -0.015468265 PB < 0 Sektor Stagnan sektor tumbuh pesat yang mana LQ>1 dan PB>0, yang
termasuk sektor stagnan atau tertekan adalah sektor
5 Bangunan 2.5 LQ > 1 PB > 0 Sektor Tumbuh
0.030330212 Pesat listrik, gas dan air, serta yang termasuk sektor tertinggal
adalah,sektor indusri pengolahan, sektor pertanian dan
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 1.0 LQ > 1 PB > 0 Sektor Tumbuh sektor jasa-jasa.
0.032481997 Pesat

7 Pengangkutan dan Komunikasi 1.5 LQ > 1 PB > 0 Sektor Tumbuh


0.017314665 Pesat
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8
Perusahaan
1.6 LQ > 1 PB > 0 Sektor Tumbuh
0.00773428 Pesat
9 Jasa-Jasa 0.8 LQ < 1 -0.002569108 PB < 0 Sektor Tertinggal
ANALISIS
KABUPATEN SEMARANG

TYPOLOGI KLASSEN
No. Sektor
LQ PB (PS+DS) Keterangan
1 Pertanian LQ < 1 PB < 0
0.8 -0.028539808 Sektor Tertinggal
Pertambangan dan
2
penggalian LQ < 1 PB > 0
0.1 0.062827199 Sektor Tertinggal
3 Industri Pengolahan LQ > 1 PB < 0
1.1 -0.014832704 Sektor Stagnan
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih LQ > 1 PB < 0
1.1 -0.015468265 Sektor Stagnan
5 Bangunan LQ > 1 PB > 0
1.3 0.030330212 Sektor Tumbuh Pesat
Perdagangan Hotel dan Jadi pada analisis typology klassen di kabupaten Semarang
6 LQ < 1 PB > 0
Restoran
0.8 0.032481997 Sektor Potensial
dari hasil perhitungan LQ dan PB ( Pergeseran Bersih),
sektor pertambangan, sektor pengangkutan dan sektor
7
Pengangkutan dan
Komunikasi LQ < 1 PB > 0 perdagangan termasuk sektor potensial karena hasil pb>0
0.9 0.017314665 Sektor Potensial dan LQ<0, sedangkan sektor bangunan dan sektor keuangan
Keuangan, Persewaan dan termasuk sektor tumbuh pesat yang mana LQ>1 dan PB>0,
8 LQ >1 PB > 0
Jasa Perusahaan
1.4 0.00773428 Sektor Tumbuh Pesat yang termasuk sektor stagnan atau tertekan adalah sektor
industi pengolahan dan sektor listrik, gas dan air, serta
9 Jasa-Jasa LQ < 1 PB < 0
0.9 -0.002569108 Sektor Potensial yang termasuk sektor tertinggal adalah sektor pertanian
dan sektor jasa-jasa.
ANALISIS
SALATIGA

GABUNGAN NILAI LQ DAN PERGESERAN BERSIH (PB)


No. Sektor
LQ PB (PS+DS) Interpretasi
1 Pertanian LQ > 1 PB < 0
2.5 -0.028539808 Sektor Stagnan

2 Pertambangan dan penggalian LQ > 1 PB > 0


4.7 0.062827199 Sektor Tumbuh Pesat
3 Industri Pengolahan LQ < 1 PB < 0
0.1 -0.014832704 Sektor Terbelakang
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih LQ < 1 PB < 0
0.2 -0.015468265 Sektor Terbelakang
5 Bangunan LQ < 1 PB > 0
0.9 0.030330212 Sektor Potensial

6
Perdagangan Hotel dan
LQ < 1 PB > 0
Jadi pada analisis typology klassen di Kota Salatiga dari
Restoran
0.9 0.032481997 Sektor Potensial hasil perhitungan LQ dan PB ( Pergeseran Bersih), sektor
pertambangan termasuk sektor potensial karena hasil pb>0
7 Pengangkutan dan Komunikasi LQ < 1 PB > 0 dan LQ<0, sedangkan sektor bangunan,sektor keuangan,
0.4 0.017314665 Sektor Potensial sektor perdagangan dan sektor pengangkutan termasuk
Keuangan, Persewaan dan Jasa sektor tumbuh pesat yang mana LQ>1 dan PB>0, yang
LQ < 1 PB > 0
termasuk sektor stagnan atau tertekan adalah sektor
8
Perusahaan
0.6 0.00773428 Sektor Potensial
listrik, gas dan air, serta yang termasuk sektor tertinggal
9 Jasa-Jasa
1.3
LQ > 1
-0.002569108
PB < 0
Sektor Stagnan adalah,sektor indusri pengolahan, sektor pertanian dan
sektor jasa-jasa.
GROBOGAN ANALISIS
GROBOGAN

GABUNGAN NILAI LQ DAN PERGESERAN BERSIH (PB)


No. Sektor
LQ PB (PS+DS) Interpretasi
1 Pertanian LQ > 1 PB <0
2.1 -0.037 Sektor Stagnan
2 Pertambangan dan penggalian LQ < 1 PB > 0
0.5 0.065 Sektor Potensial
3 Industri Pengolahan LQ < 1 PB >0
0.4 0.137 Sektor Potensial
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih LQ < 1 PB >0
0.9 0.019 Sektor Potensial
LQ < 1 PB >0
Jadi pada analisis typology klassen di kabupaten grobogan
5 Bangunan
0.5 0.018 Sektor Potensial
6 Perdagangan Hotel dan Restoran LQ > 1 PB <0
dari hasil perhitungan LQ dan PB ( Pergeseran Bersih),
1.5 -0.009 Sektor Stagnan sektor pertambangan termasuk sektor potensial karena
7 Pengangkutan dan Komunikasi LQ > 1 PB >0 hasil pb>0 dan LQ<0, sedangkan sektor bangunan,sektor
1.2 0.103 Sektor Tumbuh pesat keuangan, sektor perdagangan dan sektor pengangkutan
Keuangan, Persewaan dan Jasa termasuk sektor tumbuh pesat yang mana LQ>1 dan PB>0,
8 LQ > 1 PB >0
Perusahaan
yang termasuk sektor stagnan atau tertekan adalah sektor
1.3 0.085 Sektor Tumbuh Pesat
listrik, gas dan air, serta yang termasuk sektor tertinggal
9 Jasa-Jasa
1.3
LQ > 1
0.015
PB >0
Sektor Tumbuh Pesat adalah,sektor indusri pengolahan, sektor pertanian dan
sektor jasa-jasa.
 
4 ANALISIS
5. ICOR

KENDAL

ICOR ICORt-
No Sektor g ICOR
t-1 2 ICOR sebesar 0.18 pada sector Pertambangan dan
1 Pertanian
5.67889 0 0 0 Penggalian artinya setiap modal yang di investasikan
0.09 sebesar 0.18 pada tahun sekarang diperkirakan akan
9.914779 0.180839 0
2 Pertambangan dan penggalian 5723 menghasilkan pendapatan di sector pertambangan dan
8.888664 0.227224 0 0 penggalian sebesar 1 rupiah pada tahun yang sama.
3 Industri Pengolahan

7.16641 0 0 0 Icor sebesar 0.09 pada sector pertambangan dan


4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
penggalian menandakan bahwa untuk setiap modal yang
10.34827 0 0 0
5 Bangunan di investasikan sebesar 0.09 rupiah pada tahun sekarang
7.706785 0 0 0
diperkirakan dapat menghasilkan pendapatan sector
6 Perdagangan Hotel dan Restoran
pertambangan dan penggalian dalam 1 tahun kemudian
9.582823 0 0 0 sebanyak 1 rupiah.
7 Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa 7.338235 0 0 0


8 Perusahaan

8.302714 0 0 0
9 Jasa-Jasa
DEMAK ANALISIS

No Sektor g ICOR ICORt-1 ICORt-2

0.873351888 0 0 0 ICOR sebesar 0.67 pada sector Industri Pengolahan


1 Pertanian
artinya setiap modal yang di investasikan sebesar 0.67
9.532479264 0.697581721 0.381171047 0
2 Pertambangan dan penggalian pada tahun sekarang diperkirakan akan menghasilkan
1.95747357
6.41571545 0.675449773 1.278541409 pendapatan di sector ini sebesar 1 rupiah pada tahun
3 Industri Pengolahan 3
813.429931 0.017515276 0 0 yang sama.
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

5 Bangunan
5.85809115 0.001493021 0 0 Icor sebesar 0.23 pada sector perdagangan hotel dan
Perdagangan Hotel dan
6.441476867 0.083115986 0.238093476
0.21862928 restoran menandakan bahwa untuk setiap modal yang di
6 Restoran 9 investasikan sebesar 0.23 rupiah pada tahun sekarang
9.188943702 0.208510977 0 0
7 Pengangkutan dan Komunikasi diperkirakan dapat menghasilkan pendapatan sector ini
Keuangan, Persewaan dan
8 Jasa Perusahaan
5.584288334 0 0 0 dalam 1 tahun kemudian sebanyak 1 rupiah.
0.02722002
6.608103971 0.042928376 0.042462876 Icor untuk jasa-jasa lainnya sebesar 0.03 dapat diartikan
9 Jasa-Jasa 5
bahwa untuk setiap penanaman modal sebanyak 0.03
rupiah pada tahun sekrang di perkirakan dapat
menghasilkan 1 rupiah pendapatan sector ini dalam 2
tahun kemudian.
KOTA SEMARANG
4 ANALISIS

No Sektor g ICOR ICORt-1 ICORt-2


ICOR sebesar 0.02 pada sector Pengangkutan dan
Komunikasi artinya setiap modal yang di investasikan
4.051455      
1 Pertanian
sebesar 0.02 pada tahun sekarang diperkirakan akan
1.31167 0.00403
menghasilkan pendapatan di sector ini sebesar 1
103.255  
2 Pertambangan dan penggalian
7 4 rupiah pada tahun yang sama.
0.02765 0.02098672 Icor sebesar 0.03 pada sector Pengangkutan dan
171.065 0.79173
3 6
3 Industri Pengolahan Komunikasi menandakan bahwa untuk setiap modal
330.1533      
yang di investasikan sebesar 0.03 rupiah pada tahun
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih sekarang diperkirakan dapat menghasilkan
5 Bangunan
678.457       pendapatan sector ini dalam 1 tahun kemudian
420.5024
0.02699 0.00103 0.00049032 sebanyak 1 rupiah.
5 1 4
6 Perdagangan Hotel dan Restoran
Icor untuk industry pengolahan sebesar 0.02 dapat
0.02244 0.03008 0.00356615
347.8152
4 7 2
diartikan bahwa untuk setiap penanaman modal
7 Pengangkutan dan Komunikasi
sebanyak 0.02 rupiah pada tahun sekrang di
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
191.497      
perkirakan dapat menghasilkan 1 rupiah pendapatan
271.2592       sector ini dalam 2 tahun kemudian.
9 Jasa-Jasa
ANALISIS
KABUPATEN4 SEMARANG

N
Sektor g ICOR ICORt-1 ICORt-2
o ICOR sebesar 3.98 pada sector Listrik gas dan air bersih
6.0635 0.0711 artinya setiap modal yang di investasikan sebesar 3.98
0 0
1 Pertanian 15 56
10.007 2.3591 0.7489
pada tahun sekarang diperkirakan akan menghasilkan
0
2 Pertambangan dan penggalian 17 75 68 pendapatan di sector ini sebesar 1 rupiah pada tahun yang
7.5183 1.4074 0.7222 0.1229 sama.
3 Industri Pengolahan 2 64 95 43
7.4241 3.9769 0.2586 Icor sebesar 0.07 pada sector pertania menandakan
0
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 72 84 08 bahwa untuk setiap modal yang di investasikan sebesar
10.797
0 0 0 0.07 rupiah pada tahun sekarang diperkirakan dapat
5 Bangunan 8
8.1958 0.0053 0.3725 0.0558 menghasilkan pendapatan sector ini dalam 1 tahun
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 09 24 52 38 kemudian sebanyak 1 rupiah.
10.354 0.0032 0.0134 0.0028
7 Pengangkutan dan Komunikasi 43 81 18 7
Icor untuk industry pengolahan sebesar 0.12 dapat
10.074 1.0542 diartikan bahwa untuk setiap penanaman modal sebanyak
0 0
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 36 64 0.12 rupiah pada tahun sekrang di perkirakan dapat
9.5673 0.7078 0.0012
0 menghasilkan 1 rupiah pendapatan sector jasa-jasa lainnya
9 Jasa-Jasa 74 47 2
ini dalam 2 tahun kemudian.
4 ANALISIS
SALATIGA

No Sektor G ICOR ICORt-1 ICORt-2 ICOR sebesar 0.32 pada sector keuangan
4.5 0 0 0 persewaan dan jasa perusahaan artinya setiap
1 Pertanian
modal yang di investasikan sebesar 0.32 pada
95.89709
0.6 0 0 tahun sekarang diperkirakan akan menghasilkan
51
2 Pertambangan dan penggalian
pendapatan di sector ini sebesar 1 rupiah pada
15.20258 0.5100776 0.0466651 tahun yang sama.
3.5
594 2 11
3 Industri Pengolahan
Icor sebesar 0.66 pada sector perdagangan hotel
4.3 0 0 0
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih dan restoran menandakan bahwa untuk setiap
6.1 0
0.1353393
0
modal yang di investasikan sebesar 0.66 rupiah
15
5 Bangunan pada tahun sekarang diperkirakan dapat
2.848418 0.6628980
menghasilkan pendapatan sector ini dalam 1
5.3 0
653 49 tahun kemudian sebanyak 1 rupiah.
6 Perdagangan Hotel dan Restoran

7 Pengangkutan dan Komunikasi


11.4 0 0 0 Icor untuk industry pengolahan sebesar 0.04
dapat diartikan bahwa untuk setiap penanaman
0.322699
5.7 0 0 modal sebanyak 0.04 rupiah pada tahun sekrang
93
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
di perkirakan dapat menghasilkan 1 rupiah
10.2 0 0 0
9 Jasa-Jasa pendapatan sector ini dalam 2 tahun kemudian.
ANALISIS
GROBOGAN
4

No Sektor g ICOR ICORt-1 ICORt-2 ICOR sebesar 0.07 pada sector Bangunan
3.0 0 0 0.190654712
1 Pertanian artinya setiap modal yang di investasikan
Pertambangan dan 3.7 4.324821343 0 0 sebesar 0.07 pada tahun sekarang
2 penggalian diperkirakan akan menghasilkan pendapatan
3 Industri Pengolahan
8.5 0.829849679 0 0 di sector bangunan sebesar 1 rupiah pada
5.1 0 0 0 tahun yang sama.
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
4.9 0.075828636 0 0 Icor sebesar 0.18 pada sector perdagangan
5 Bangunan
hotel dan restoran menandakan bahwa untuk
6.6 0.023776608 0.179548107 0
6
Perdagangan Hotel dan
Restoran
setiap modal yang di investasikan sebesar
0.18 rupiah pada tahun sekarang diperkirakan
Pengangkutan dan 9.8 0 1.18124605 0
7 Komunikasi dapat menghasilkan pendapatan sector ini
dalam 1 tahun kemudian sebanyak 1 rupiah.
4.6 0 0 0
Keuangan, Persewaan dan
8 Jasa Perusahaan Icor untuk jasa-jasa lainnya sebesar 0.19
9 Jasa-Jasa
6.5 0.231970997 0 0 dapat diartikan bahwa untuk setiap
penanaman modal sebanyak 0.19 rupiah pada
tahun sekrang di perkirakan dapat
menghasilkan 1 rupiah pendapatan sector ini
dalam 2 tahun kemudian.
PEMBAHASAN
A. Index Williamson

1. Indeks Williamson

Dari analisis diatas menunjukan


perekonomian di kawasan KEDUNGSEPUR
masih terkonsentrasi didaerah pusat
pertumbuhan ekonomi yaitu Kota
Semarang, ini dapat dibuktikan dengan
tingginya pendapatan perkapita Kota
Semarang tahun 2014-2018. Dengan sarana
dan prasana serta infrastruktur yang jauh
lebih baik ketimbang wilayah lain, Kota
Semarang menjadi daya magnet bagi
penduduk di daerah pinggiran (hinterland)
disekitar Kota Semarang untuk melakukan
aktivitas perekonomian, sehingga terjadi
persaingan antar penduduk asal dengan
penduduk pendatang yang menimbulkan
ketimpangan wilayah. Pertumbuhan ekonomi
di Kota Semarang selalu tumbuh, namun
diikuti dengan besarnya angka ketimpangan
pendapatan.
2. LQ

Analisis LQ Kawasan Kedung Sapur


Sektor LQ
Pertanian 1.1
Pertambangan dan penggalian 0.2
Industri Pengolahan 0.9
Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.2
Bangunan 1.2
Perdagangan Hotel dan Restoran 1.1
Pengangkutan dan Komunikasi 1.1
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.3
Jasa-Jasa 1.1
Sektor Basis, meliputi sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor
bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Dari ketujuh sektor yang masuk dalam kategori sektor basis, sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan yang mempunyai nilai (LQ) tertinggi yaitu 1,3, sektor ini
menjadi andalan dalam mencapai visi misi dari terbentuknya kawasan startegis
KEDUNGSAPUR, artinya kurun waktu 2014-2018 terjadi pembangunan yang pesat yang
berkaitan dengan perbaikan sarana dan prasarana publik, sehingga mendorong sektor
lain untuk tumbuh yaitu sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan dengan
nilai LQ tertinggi kedua 1,2, maka kelancaran pembangunan harus didukung oleh
tercukupnya aliran listrik, gas dan air bersih serta pembangunan yang baik, sehingga
akan mendorong investasi masuk ke kawasan strategis KEDUNGSAPUR, selanjutnya akan
mendorong sektor penggangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan hotel dan
restoran, sektor pertanian, serta sektor jasa-jasa untuk tumbuh dengan baik seiring
dengan perbaikan sarana dan prasarana demi kelancaran distribusi perekonomian.
Pada dasarnya kawasan strategis KEDUNGSAPUR merupakan
jalur PANTURA dan JOGLOSEMAR, sehingga menjadi lokasi yang
potensial untuk dikembangkan sektor hotel dan restoran,
sehingga menjadi alternatif daerah transit atau lintasan yang
mampu memberi layanan fasilitas yang cukup baik. Sebab
tumbuh dan berkembangnya sektor maka perputaran uang
serta pelayanan jasa akan mengikuti perbaikan pertumbuhan
ekonomi.
Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian
merupakan kategori sektor non basis, hal ini terjadi
karena kawasan strategis KEDUNGSAPUR tidak
memilik potensi sumberdaya alam pertambangan,
misalnya saja minyak bumi atau gas alam, tetapi
mempunyai sumberdaya alam pengalian tanah yang
dikenal dengan galian tanah a, b dan c, itu mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
perkapita kawasan strategis KEDUNGSAPUR walaupun
pertumbuhan paling sedikit. Sama halnya dengan sektor
industri pengolahan yang menjadi sektor non basis. Hal
ini terjadi karena menurunnya produksi industri
pengolahan dan masyarakat masih menganggao sektor
ini bukan oilihan untuk mencari kerja.
Dilihat dari grafik batang diatas menunjukan
bahwa hasil analisis LQ di daerah metropolitan
Jawa Tengah yang memiliki rata-rata LQ sebesar 9,
daerah yang berada dibawah rata-rata yaitu
kabupaten Kendal, kabupaten demak, dan
kabupaten semarang. Serta yang berada diatas
rata-rata adalah kota semarang, kabupaten
grobogan dan kota salatiga.
3.SHIFTSHARE

Jadi dari hasil shiftshare


menurut lapangan usaha di
kedungsepur tahun 2018
bahwa sektor yang
mengalami kemunduran
yaitu sektor pertanian
sedangkan sektor yang
lainnya menjadi sektor
unggulan atau mempunyai
daya saing, namun paling
tinggi adalah pada sektor
pertambangan dan
penggalian.
SKOR PB > 0 PB < 0
LQ > 0 KUADRAN I KUADRAN II
DAERAH TUMBUH PESAT
(KOTA SEMARANG)
DAERAH MAJU TAPI
TERTEKAN ( STAGNAN)
4.Typologi klassen
TIDAK ADA DAERAH
LQ < 0 KUADRAN III KUADRAN IV
POTENSIAL DAERAH TERTINGGAL
( KABUPATEN KENDAL, TIDAK ADA DAERAH
KABUPATEN DEMAK,
KABUPATEN SEMARANG,
KABUPATEN GROBOGAN &
KABUPATEN SALATIGA)

INTERPRETASI :
 Kuadran I : Daerah Tumbuh Pesat
Kabupaten atau Kota yang termasuk dalam kuadran I adalah
Kota Semarang
 Kuadran II : Daerah Maju tapi Tertekan (Stagnan)
Kabupaten atau Kota yang termasuk dalam Kuadran II
adalah Tidak ada Kabupaten atau kota yang masuk dalam
kuadran II ini
 Kuadran III : Daerah Potensial
Kabupaten atau Kota yang termasuk dalam kuadran III ini
adalah Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten
Semarang, Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Salatiga.
 Kuadran IV : Daerah Tertinggal
Kabupaten atau Kota yang termasuk dalam Kuadran IV
adalah Tidak ada Kabupaten atau kota yang masuk dalam
kuadran IV ini .
KESIMPULAN

Berdasar analisis yang telah 2. di kawasan KEDUNGSEPUR masih terkonsentrasi


dilakukan, maka dapat didaerah pusat pertumbuhan ekonomi yaitu Kota
ditarik kesimpulan bahwa Semarang, ini dapat dibuktikan dengan tingginya
kondisi perekonomian di pendapatan perkapita Kota Semarang tahun 2014-2018.
kabupaten/kota di Dengan sarana dan prasana serta infrastruktur yang jauh
KEDUNGSEPUR tahun 2014- lebih baik ketimbang wilayah lain, Kota Semarang menjadi
daya magnet bagi penduduk di daerah pinggiran
2018 sebagai berikut :
(hinterland) disekitar Kota Semarang untuk melakukan
1. Berdasar analisis
pertumbuhan ekonomi
aktivitas perekonomian, sehingga terjadi persaingan antar
penduduk asal dengan penduduk pendatang yang B A
degan menggunakan rumus menimbulkan ketimpangan wilayah. Pertumbuhan
sederhana kawasan ekonomi di Kota Semarang selalu tumbuh, namun diikuti
strategis KEDUNGSEPUR,
Laju Perumbuhan Ekonomi
dengan besarnya angka ketimpangan pendapatan
C
dari 2014-2018 paling
tertinggi adalah kota
semarang sebesar 6.54%
dan yang paling kecil
grobogaan 3.21%
KESIMPULAN

3. Berdasar analisis dengan menggunakan Location Quotient (LQ), diperoleh kesimpulan


bahwa sektor keuangan, persewaan dan jasa merupakan sektor yang menjadi keunggulan
di KEDUNGSEPUR. Hal ini ditunjukkan dengan adanya empat daerah yang menjadikan
sektor bangunan menjadi sektor basis, yaitu Kabupaten grobogan, Kabupaten Semarang,
Kota Semarang dan Kota Salatiga. Selain sektor keuangan, KEDUNGSEPUR juga memiliki
sektor yang menjadi sektor unggulan lainnya yaitu sektor listrik, gas dan air bersih dan
sektor banguanan karena sektor tersebut menjadi sektor basis di empat daerah yaitu
Kabupaten grobogan, Kabupaten Semarang, Kota Semarang dan Kota Salatiga. Serta hasil
analisis LQ di daerah metropolitan Jawa Tengah yang memiliki rata-rata LQ sebesar 9,
daerah yang berada dibawah rata-rata yaitu kabupaten Kendal, kabupaten demak, dan B A
kabupaten semarang. Serta yang berada diatas rata-rata adalah kota semarang, kabupaten
grobogan dan kota salatiga.

C
KESIMPULAN

5. typology klassen
4. Dari analisis shiftshare
menurut lapangan usaha di Secara agregat kawasan KEDUNGSPUR masuk dalam
kedungsepur tahun 2018 kuadran III yaitu kategori daerah Potensial. Secara garis
bahwa sektor yang
mengalami kemunduran besar terbentunya kuadran I, II, III dan IV dipengaruhi oleh
yaitu sektor pertanian potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia
sedangkan sektor yang
lainnya menjadi sektor
unggulan atau mempunyai
masing-masing daerah. Sehingga kontribusi sektor
berpengaruh besar terhadap pembangunan dan B A
daya saing, namun paling
tinggi adalah pada sektor pertumbuhan ekonomi di masing-masing daerah, yang
pertambangan dan menyebabkan percepatan pembangunan masing-masing
penggalian.
kabupaten/ kota akan dipengaruhi oleh hasil pembentukan
C
PDRB Perkapita dan jumlah penduduk masing-masing
wilayah sehinga akan membentuk pola masing-masing
kuadran.
KESIMPULAN

7. Pada index gini pernah terjadi


6. Dari data ipm juga ketimpangan paling tinggi
diantara Kawasan kedungsepur
menunjukkan kota yaitu kota semarang pada tahun
semarang yang padat 2009 yaitu 0.37 namun tahun
selanjutnya kota semarang
dengan penduduk nya, ketimpangan nya terjadi
atau pembangunan fluktuatif dan terakhir tahun
2015 yaitu 0.32 artinya terjadi B A
manusia paling besar ketimpangan sedang.

C
“REKOMENDASI”

1. Dalam rangka mendorong peningkatan pertumbuhan perekonomi di Wilayah


KEDUNGSEPUR perlu dilakukan upaya-upaya yang lebih serius dalam
menyatukan persepsi antar daerah, sehingga terciptanya suatu kerjasama yang
saling menguntungkan sata sama lain.
2. Kebijakan pembangunan yang memprioritaskan pada daerah yang relatif
tertinggaltanpa mengabaikan daerah yang sudah maju dan tumbuh pesat
3. Pada Pembangunan sektor-sektor potensial yang telah menjadi sektor basis
di masing-masing daerah. Banyaknya daerah yang bersektor basis pada sektor
pertanian, untuk mengangkat sektor pertanian ini pengembangan agribisnis dan B A
agroindustri yang dapat menciptakan keterkaitan sektoral terutama dengan
sektor industri pengolahan yang memiliki kontribusi lebih besar di dalam
perekonomian di KEDUNGSEPUR.
“SEKIAN DAN TERIMAKASIH”
A

Anda mungkin juga menyukai