Anda di halaman 1dari 81

Peraturan Perundang

-undangan di Bidang
Susu dan Produk Susu

Disampaikan oleh :
Titis Khulyatun P, SF., Apt
BBPOM di Pontianak

Seminar Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Pontianak


Dasar hukum
Undang – undang No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan

Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 Tentang Label


dan Iklan Pangan

Peraturan Kepala Badan POM No 12 Tahun 2016 Tentang


Pendaftaran Pangan Olahan

Peraturan Kepala Badan POM Nomor 1 Tahun 2015


Tentang Kategori Pangan
UU Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
Pasal 4 :
Penyelenggaraan Pangan bertujuan untuk :
a.meningkatkan kemampuan memproduksi Pangan secara mandiri;
b.menyediakan Pangan yang beraneka ragam dan memenuhi persyaratan
keamanan, mutu, dan Gizi bagi konsumsi masyarakat;
c.mewujudkan tingkat kecukupan Pangan, terutama Pangan Pokok dengan harga
yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
d.mempermudah atau meningkatkan akses Pangan bagi masyarakat, terutama
masyarakat rawan Pangan dan Gizi;
e.meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas Pangan di pasar dalam
negeri dan luar negeri;
f.meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang Pangan yang
aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat;
g.meningkatkan kesejahteraan bagi Petani, Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku
Usaha Pangan; dan
h.melindungi dan mengembangkan kekayaan sumber daya Pangan nasional.
UU Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan (lanjutan..)

Pasal 5 :
Lingkup pengaturan Penyelenggaraan Pangan meliputi :
a. perencanaan Pangan;
b. Ketersediaan Pangan;
c. keterjangkauan Pangan;
d. konsumsi Pangan dan Gizi;
e. Keamanan Pangan;
f. label dan iklan Pangan;
g. pengawasan;
h. sistem informasi Pangan;
i. penelitian dan pengembangan Pangan;
j. kelembagaan Pangan;
k. peran serta masyarakat; dan
l. penyidikan
PP Nomor 69 tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan
Pasal 17
(1) Nama produk pangan harus menunjukkan sifat dan atau keadaan yang sebenarnya.
(2) Penggunaan nama produk pangan tertentu yang sudah terdapat dalam Standar
Nasional Indonesia, dapat diberlakukan wajib dengan keputusan Menteri teknis.
(3) Penggunaan nama selain yang termasuk dalam Standar Nasional Indonesia harus
menggunakan nama yang lazim atau umum, dengan memperhatikan ketentuan Pasal 4
ayat (1).

Pasal 18
(1) Dalam hal produk pangan telah memenuhi persyaratan tentang nama produk
pangan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia, produk pangan yang
bersangkutan dapat menggunakan nama jenis produk pangan yang telah
ditetapkan.
(2) Dalam hal nama jenis produk pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum
ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia, produk pangan yang bersangkutan
dapat menggunakan nama jenis produk pangan yang ditetapkan oleh Menteri
teknis sepanjang memenuhi persyaratan bagi penggunaan nama jenis produk
pangan yang bersangkutan.
Peraturan Kepala Badan POM No.12 Tahun 2016
tentang Pendaftaran Pangan Olahan
Lampiran IV Persyaratan Label Pangan Olahan

III. PENCANTUMAN KETERANGAN PADA LABEL

1. Nama Pangan Olahan


a. Nama pangan olahan terdiri dari nama jenis dan nama dagang.
b. Nama jenis adalah pernyataan atau keterangan identitas mengenai pangan
olahan.
c. Nama jenis pada label harus dicantumkan pada bagian utama label.
d. Persyaratan pemberian nama jenis :
1) Nama jenis harus sesuai dengan SNI yang telah diberlakukan wajib.
2) Nama jenis yang belum diatur dalam angka 1) harus memenuhi ketentuan
kategori pangan.
3) Dalam hal nama jenis belum ditetapkan dalam SNI dan/atau Kategori Pangan,
Nama Jenis yang bersangkutan baru dapat digunakan setelah terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari Kepala Badan cq. Direktorat Standardisasi Produk
Pangan.
Peraturan Kepala Badan POM Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Kategori Pangan
Pasal 2
(1) Pangan yang dibuat di dalam negeri atau yang diimpor untuk diperdagangkan dalam
kemasan eceran, wajib memenuhi ketentuan mengenai Kategori Pangan
(2) Kategori Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. Kategori Pangan 01.0 Produk-produk susu dan analognya, kecuali yang termasuk
kategori 02.0.
b. Kategori Pangan 02.0 Lemak, minyak, dan emulsi minyak;
c. Kategori Pangan 03.0 Es untuk dimakan (edible ice, termasuk sherbet dan sorbet)
d. Kategori Pangan 04.0 Buah dan sayur (termasuk jamur, umbi, kacang termasuk
kacang kedelai, dan lidah buaya), rumput laut, biji-bijian.
e. Kategori Pangan 05.0 Kembang gula / permen dan cokelat.
f. Kategori Pangan 06.0 Serealia dan produk serealia yang merupakan produk
turunan dari biji serealia, akar dan umbi, kacang dan empulur (bagian dalam batang
tanaman), tidak termasuk produk bakeri dari kategori 07.0 dan tidak termasuk
kacang dari kategori 04.2.1 dan 04.2.2;
g. Kategori Pangan 07.0 Produk bakeri.
h. Kategori Pangan 08.0 Daging dan produk daging, termasuk daging unggas dan
daging hewan buruan.;
Peraturan Kepala Badan POM Nomor 1
Tahun 2015
tentang Kategori Pangan (lanjutan …)
Pasal 2 (lanjutan)

i. Kategori Pangan 09.0 Ikan dan produk perikanan termasuk moluska, krustase,
ekinodermata, serta amfibi dan reptil;
j. Kategori Pangan 10.0 Telur dan produk-produk telur;
k. Kategori Pangan 11.0 Pemanis, termasuk madu;
l. Kategori Pangan 12.0 Garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein;
m. Kategori Pangan 13.0 Produk pangan untuk keperluan gizi khusus;
n. Kategori Pangan 14.0 Minuman, tidak termasuk produk susu;
o. Kategori Pangan 15.0 Makanan ringan siap santap;
p. Kategori Pangan 16.0 Pangan campuran (komposit), tidak termasuk pangan
dari kategori 01.0 sampai 15.0.

(3) Kategori Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran I sampai dengan Lampiran XVI yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.
Peraturan Kepala Badan POM Nomor 1
Tahun 2015
tentang Kategori Pangan (lanjutan …)
Pasal 3
(1) Dalam hal suatu jenis pangan tidak terdapat dalam kategori pangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, maka penetapannya dilakukan
berdasarkan persetujuan tertulis dari Kepala Badan;
(2) Pelaksanaan pemberian persetujuan Kepala Badan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan sesuai Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 4
(1) Kategori pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 wajib digunakan
dalam penyusunan ketentuan mengenai standar dan persyaratan keamanan
pangan, mutu, dan gizi pangan
(2) Ketentuan mengenai standar dan persyaratan keamanan, mutu, dan gizi
pangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) antara lain meliputi jenis dan
batas maksimum penggunaan Bahan Tambahan Pangan, dan batas cemaran.

Pasal 5
Kategori pangan merupakan acuan bagi pelaku usaha pangan dalam
melakukan kegiatan produksi, importasi, penyaluran dan penyerahan pangan.
Kategori
Penggunaan
Pangan MENGAPA DIPERLUKAN ?

1. PEMERINTAH (BPOM)
• Pengawasan pangan sebelum dan sesudah beredar (pangan
yang beredar harus memenuhi ketentuan Kategori Pangan)
- Pendaftaran pangan olahan
- Inspeksi dan sertifikasi pangan
- Penyuluhan keamanan pangan
- Penilaian kesesuaian iklan
• Penyusunan ketentuan mengenai standar dan persyaratan
Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan, antara lain jenis dan batas
maksimum BTP, batas cemaran
2. KONSUMEN
• Meningkatkan pengetahuan mengenai pangan yang
diinginkan
• Menjaga keamanan pangan yang beredar

3. PRODUSEN PANGAN
• Acuan dalam rangka produksi, importasi penyaluran dan
penyerahan pangan
• Meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam proses
teknologi pangan
Peraturan Ka BPOM No 21
Tahun 2016 tentang kategori
Pangan

Kategori Pangan
identik dengan
Nama Jenis Pangan

identik dengan
Nama Produk
Pangan

Kategori Pangan berisi :


- Definisi
- Karakteristik dasar
SUB SUB SUB SUB SUB
KATEGORI KATEGORI SUB
Kategori • 14.1.1 Air KATEGORI
Pangan
• 14.1 Minuman Minum
(Ringan) Tidak
Beralkohol • 14.1.2 Sari • 14.1.1.1 Air
Mineral Alami
• Setiap kategori pangan • 14.2 Minuman
Buah dan Sari
dan
Sayuran
(01 – 16) terdiri dari Beralkohol, Sumbernya
beberapa sub-kategori Termasuk • 14.1.3 Nektar
• 14.1.1.2 Air
Minuman Buah dan
• Setiap sub-kategori Serupa yang Nektar Sayur Minum Olahan
Bebas
terdiri dari sub-sub Alkohol atau • 14.1.4
kategori Rendah
Minuman
Alkohol
• Setiap sub sub-kategori Berbasis Air
Berperisa,
terdiri dari sub sub-sub- Termasuk
Minuman
kategori (4 digit) Olahraga,
Minuman
Elektrolit dan

cont Particulated
Drinks

oh • 14.1.5 Kopi,
Kopi
Substitusi,
Teh, Seduhan
Herbal, dan
Minuman
BijiBijian dan
Sereal Panas,
kecuali Cokelat
Penentuan Kategori Pangan

Data yang diperlukan


 Komposisi produk
 Proses produksi
 Cara konsumsi/penggunaan
 Peruntukan
 Bentuk produk (sampel)

Analisis
Berdasarkan data di atas maka suatu produk pangan dikategorikan
berdasarkan kesesuaian dengan definisi dan karakteristik dasar
yang tercantum dalam Kategori Pangan
Contoh Kategori Pangan
Kategori Pangan 01.0
Produk-produk susu dan analognya, kecuali
yang termasuk kategori 02.0
Terdiri dari 8 sub kategori

01.1 Susu dan minuman berbasis susu


01.2 Susu fermentasi dan produk susu hasil hidrolisa enzim
renin (plain), kecuali yang termasuk kategori 01.1.2
01.3 Susu kental dan analognya
01.4 Krim (plain) dan sejenisnya
01.5 Susu bubuk dan krim bubuk dan bubuk analog (plain)
01.6 Keju dan keju analog
01.7 Makanan pencuci mulut berbahan dasar susu (misalnya
puding, yogurt berperisa atau yogurt dengan buah)
01.8 Whey dan produk whey, kecuali keju whey
Produk-produk susu dan analognya,
kecuali yang termasuk kategori 02.0
Susu adalah cairan dari ambing sapi,, kerbau, kuda, kambing, domba
dan hewan ternak penghasil susu lainnya, baik segar maupun yag
dipanaskan melalui proses pasteurisasi, Ultra High Temperature atau
sterilisasi.

Termasuk semua jenis produk susu yang diperoleh dari susu hewan
penghasil susu (contohnya sapi, kerbau, kuda, kambing, domba dan
lain-lain). Tidak termasuk produk susu formula dari kategori 13.1 dan
13.3
Kategori Pangan 13.0
Produk Pangan Untuk Keperluan Gizi Khusus

Terdiri dari 6 sub kategori

13.1 Formula untuk Bayi dan Formula Lanjutan, serta


Formula untuk Kebutuhan Medis Khusus
13.2 Makanan Bayi dan Anak Dalam Masa Pertumbuhan
13.3 Makanan Diet Khusus untuk Keperluan Kesehatan,
Termasuk untuk Bayi dan Anak anak (kecuali produk
kategori Pangan 13.1)
13.4 Pangan Diet untuk Pelangsing dan Penurun Berat Badan
13.5 Makanan Diet
13.6 Suplemen Pangan
Kategori Pangan 01.1.1.1 Susu (plain)

Contoh
Contoh : Susu UHT (Ultra High Temperature)

Definisi :
Susu UHT adalah produk susu cair yang diperoleh dari susu segar
atau susu rekonstitusi atau susu rekombinasi yang disterilkan pada
suhu tidak kurang dari 135°C selama 2 detik dan dikemas segera
dalam kemasan yang steril secara aseptis.

Karakteristik Dasar :
- Kadar lemak susu tidak kurang dari 3%;
- Total padatan bukan-lemak tidak kurang dari 8%.
- Uji reduktase: warna biru metilen tidak hilang dalam waktu kurang dari 5 jam.
Kategori Pangan 01.1.2 Minuman Berbasis Susu yang
Berperisa dan atau Difermentasi (Contohnya Susu Cokelat,
Eggnog, Minuman Yogurt, Minuman Berbasis Whey)

Contoh
Contoh : Minuman Susu Berperisa

Definisi :
Minuman susu berperisa adalah minuman berbahan dasar susu segar, susu
rekonstitusi atau susu rekombinasi yang diberi perisa, dapat ditambahkan gula,
bahan pangan lain dan disterilisasi atau dipasteurisasi serta dikemas secara
kedap (hermetis).

Karakteristik Dasar :
• Kadar lemak susu tidak kurang dari 2%;
• Total padatan tidak kurang dari 12%.
Kategori Pangan 14.0

MINUMAN, TIDAK TERMASUK PRODUK SUSU

Terdiri dari 2 sub kategori :

14.1 Minuman Ringan Tidak Beralkohol


14.2 Minuman Beralkohol, Termasuk Minuman Serupa yang
Bebas Alkohol atau Rendah Alkohol
Kategori Pangan 14.1.4 Minuman Berbasis Air
Berperisa, Termasuk Minuman Olahraga
atau Elektrolit dan minuman berpartikel

Minuman berperisa Minuman Rasa Susu


Minuman berperisa adalah Karakteristik dasar:
produk minuman yang • Mengandung susu
diperoleh dari kurang dari 10% dihitung
pencampuran air minum sebagai susu segar;
dengan bahan perisa dan • Kadar lemak susu kurang
gula dengan atau tanpa dari 0.3%.
penambahan bahan
pangan lain melalui proses
pemanasan.

Karakteristik dasar:
Kadar gula minimal 7.0%
(sebagai sakarosa)
Implementasi Kategori Pangan :
Cemaran mikroba dan logam berat dalam Susu dan Susu
Kental Manis
• Cemaran mikroba : *)
• Cemaran logam berat *) :
Jenis makanan Jenis cemaran Batas Jenis logam Jenis pangan Batas
mikroba maksimum berat maksimum
Susu (Plain) ALT 104 (mg/kg)
Kat 01.1.1.1 N=5 c=1 koloni/mL Arsen Cokelat bubuk 1
Enterobacteriac 1 APM/mL Cadmium Cokelat dan 0.5
eae n=5 c=2 produk kakao
Salmonella Negatif/25 Merkuri Cokelat bubuk 0.03
N=5 c=0 mL Timbal Cokelat 1
Susu Pasteurisasi Staphylococcus 102
aureus n=5 c=2 koloni/mL
Kapang & 10 koloni/mL
Khamir N=5 c=1
Catatan : *) sesuai Peraturan Kepala Badan
POM No HK.00.06.1.52.4011 tentang
Penetapan Batas Maksimum Cemaran
Mikroba dan Kimia dalam Makanan
: **) sesuai Peraturan Kepala Badan POM No
13 Tahun 2019 tentang Penetapan Batas
Maksimal Cemaran Mikroba dalam Pangan
Olahan
Pangan Industri Rumah
Tangga
Peraturan Kepala Badan POM
1.No.HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga
2.No. HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga

Ketentuan mengenai Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)

• Perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan
pengolahan pangan manual hingga semi otomatis.

• Wajib menerapkan CPPB-IRT dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatannya

• Label pangan IRT tidak boleh mencantumkan klaim kesehatan atau klaim gizi
Jenis pangan yang diizinkan untuk
memperoleh Sertifikat Produksi Pangan
Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)
Kode Jenis pangan Kode Jenis pangan

01 Hasil olahan daging kering 09 Gula, kembang gula dan madu

02 Hasil olahan ikan kering 10 Kopi, teh, coklat kering atau


campurannya
03 Hasil olahan unggas kering 11 Bumbu

04 Sayur asin dan sayur kering 12 Rempah-rempah

05 Hasil olahan kelapa 13 Minuman ringan, minuman


serbuk
06 Tepung dan hasil olahnya 14 Hasil olahan buah

07 Minyak dan lemak 15 Hasil olahan biji-bijian dan umbi

08 Selai, jeli dan sejenisnya 16 Lain-lain es


Jenis pangan yang tidak diizinkan untuk
memperoleh Sertifikat Produksi Pangan
Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)

Produk olahan susu merupakan produk yang tidak diperbolehkan diproduksi oleh
Industri Rumah Tangga.

Karena susu merupakan produk pangan yang termasuk kategori pangan risiko tinggi
karena memiliki aktivitas air (aw) > 0,85 dan pH tinggi (>4,6) yang mudah dijadikan meia
pertumbuhan mikroba patogen. Bila tidak ditangani dengan baik, produk olahan susu
dapat menyebabkan terjadinya keracunan yang membahayakan terjadinya keracunan
yang membahayakan kesehatan konsumen

Peraturan Kepala Badan POM No.HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
Pedoman Pengolahan, Evaluasi Keamanan dan Pendaftaran Pangan Olahan Produksi UMKM, - Produk Susu
(Dit PKP – Seafast Center IPB)
ABEL PANGAN OLAHAN
Deputi 3

Was Kam

I. KETENTUAN UMUM
II. BAGIAN LABEL
III. TULISAN DAN GAMBAR
IV. PENCANTUMAN KETERANGAN PADA
LABEL
IV. HAL- HAL YANG DILARANG
DICANTUMKAN PADA LABEL PANGAN
OLAHAN

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya – Badan POM RI 26
KETENTUAN UMUM
 Wajib ada pada setiap pangan yang dikemas untuk
diperdagangkan

 Berisikan keterangan mengenai pangan

 Benar dan tidak menyesatkan


LABEL
PANGAN  Terletak pada bagian yang mudah dilihat dan
dibaca

 Tidak mudah lepas, luntur atau rusak

 tulisan jelas, mudah dibaca, teratur dan tidak berdesak-desakan.


 Label yang melekat atau ditempelkan pada kemasan harus melekat kuat
sehingga jika dilepas akan merusak label/kemasan aslinya.
27
BAGIAN LABEL
Tanggal Kedaluwarsa
& Kode Produksi
Berat Bersih/Isi Bersih
Nama Dagang

Nama pangan

Informasi Nilai Gizi

Daftar bahan yang


digunakan

Nama dan Alamat pihak


yang
memproduksi/memasukk
an pangan No. pendaftaran
28
BAGIAN UTAMA LABEL

√ memuat keterangan paling penting untuk diketahui

√ harus ditempatkan pada satu sisi kemasan yang paling


mudah dilihat, diamati dan atau dibaca

√ Keterangan yang harus dicantumkan pada bagian utama


label paling sedikit:

s a m b io
S e la i K a c a n g
B e r a t b e r s ih : 2 5 0 g
a. Nama jenis, dan bila ada nama dagang;
b. berat bersih / isi bersih; M D 123456789012
D ip r o d u k s i o le h :
c. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau P T. S u ry a K e n c a n a
J a k a r t a 1 0 5 6 0 - I n d o n e s ia
memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia.

B a g i a n U ta m a L a b e l 29
LANJUTAN

 Pada label pangan olahan juga harus dicantumkan keterangan tentang:


 kandungan gizi,
 iradiasi pangan,
 Pangan organik,
 Pangan rekayasa genetika,
 pangan yang dibuat dari bahan baku alamiah,
 Petunjuk penggunaan/penyiapan,
 Petunjuk tentang cara penyimpanan,
 petunjuk atau saran penyajian,
 peruntukan,
 Keterangan lain yang perlu diketahui mengenai dampak pangan
terhadap kesehatan manusia,
 Peringatan.

30
TULISAN DAN GAMBAR

Bahasa, Huruf dan Angka

menggunakan bahasa Indonesia, angka Arab dan huruf Latin

Penggunaan istilah asing dapat dilakukan sepanjang tidak ada padanannya, misalnya
nama kimia untuk menyebutkan suatu jenis bahan yang digunakan dalam komposisi

dapat ditambahkan keterangan yang sama dalam bahasa selain


bahasa Indonesia, angka Arab dan huruf Latin

31
GAMBAR

 Harus menunjukkan hal yang sebenarnya,


termasuk sifat dan/atau keadaan pangan olahan serta tidak
boleh menyesatkan

BOLEH
• bukan sebagai perisa
• pada komposisi harus
dicantumkan jumlah bahan
yang digunakan tersebut
Gambar buah, sayur, daging,
ikan
Misal :

”Komposisi : air, gula, sari buah mangga (10%), perisa mangga” ”Komposisi :
gula, ekstrak buah jeruk (2%), perisa jeruk”
32
Ukuran Huruf dan Tulisan

harus jelas, mudah dibaca,


proporsional dengan luas
permukaan label

Ukuran huruf minimal ≥


huruf kecil “o” Arial ukuran
1 mm (Arial 6 point)

Keterangan dalam bahasa Indonesia


harus ditulis dengan ukuran huruf
yang proporsional dengan bahasa
lain dan tidak < 1 mm

33
TULISAN DAN PERINGATAN

1) Pangan olahan yang mengandung bahan berasal dari babi


2) Minuman Beralkohol
3) Pangan Olahan yang Mengandung Alkohol
4) Susu Kental Manis
5) Formula Bayi
6) Pangan yang Mengandung Alergen
7) Pangan Olahan yang Mengandung Pemanis Buatan
8) Sediaan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
9) Tulisan dan Gambar Terkait Sponsor Suatu Kegiatan (Event)

34
Pangan olahan yang mengandung bahan
berasal dari babi

• harus mencantumkan

• Tulisan harus jelas terbaca, proporsional terhadap luas permukaan label,


ukuran paling sedikit 1,5 mm, dicantumkan pada bagian yang paling mudah
dilihat oleh konsumen.
• Penulisan bahan pangan yang berasal dari babi harus diikuti dengan kata
‘babi’.
Contoh : ”daging babi”, ”gelatin babi”, ”lemak babi”

35
Minuman Beralkohol

 harus dicantumkan tulisan:


 ”MINUMAN BERALKOHOL” dan nama jenis sesuai kategori pangan.
 ”DIBAWAH UMUR 21 TAHUN ATAU WANITA HAMIL DILARANG MINUM”
 ”Mengandung Alkohol + … % v/v”
 Jika nama jenis tidak tercantum pada Kategori Pangan, maka pencantuman nama jenis
adalah : ”MINUMAN BERALKOHOL GOLONGAN ....”
 Golongan minuman beralkohol didasarkan atas kandungan alkohol :
 Golongan A : 1 – 5%
 Golongan B : lebih dari 5 – 20%
 Golongan C : lebih dari 20 – 55%

36
Pangan Olahan Mengandung Alkohol

• wajib mencantumkan kadar alkohol pada label dalam bentuk persentase. Contoh :
”mengandung alkohol + ... %”.
• Pangan yang menggunakan alkohol atau bahan baku yang mengandung alkohol
namun tidak terdeteksi pada produk akhir, keterangan tentang kandungan alkohol
tidak perlu dicantumkan pada label.

37
Susu Kental Manis

Perhatikan ! Tidak Cocok untuk Bayi

Formula Bayi
• sesuai Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
No. HK.03.1.52.08.11.07235 tahun 2011 tentang Pengawasan
Formula Bayi dan Formula Bayi Untuk Keperluan Medis Khusus

38
PENCANTUMAN KETERANGAN

Nama Jenis :
Nama Pangan Olahan (1)
Nama jenis  pernyataan atau keterangan identitas mengenai pangan olahan.

harus dicantumkan pada bagian utama label.

Persyaratan pemberian nama jenis :

1) Nama jenis harus sesuai dengan SNI yang telah diberlakukan wajib.

2) Nama jenis yang belum diatur harus memenuhi ketentuan kategori pangan.

3) jika nama jenis belum ditetapkan dalam SNI dan/atau Kategori Pangan,
baru dapat digunakan setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
Dit Standardisasi Produk Pangan.

39
Nama Pangan Olahan (2)
Nama Dagang :
 Nama Dagang  tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan
dalam kegiatan peredaran pangan.
 Nama dagang pada label tidak boleh :
1) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama,
kesusilaan, atau ketertiban umum;
2) Tidak memiliki daya pembeda;
3) Telah menjadi milik umum;
4) Merupakan keterangan atau berkaitan dengan pangan yang didaftarkan;
5) Menggunakan nama jenis atau nama umum/lazim yang mungkin terkait pangan yang
bersangkutan;
6) Menggunakan kata sifat yang secara langsung /tidak langsung dapat mempengaruhi
penafsiran terhadap pangan seperti alami, murni, suci dan kata lain yang semakna.
40
Daftar Bahan yang
Digunakan
 wajib menggunakan nama lazim yang lengkap dan tidak berupa
singkatan.
 dicantumkan secara lengkap dan berurutan mulai dari jumlah terbanyak.
 didahului dengan tulisan “komposisi”, “daftar bahan”, “bahan yang
digunakan” atau “bahan-bahan”.
 Pencantuman secara berurutan dikecualikan untuk BTP ikutan (carry
over), vitamin, mineral dan zat penambah gizi lainnya.
Pencantuman nama asal bahan
Bahan tertentu seperti lemak/minyak, protein, ekstrak dan bahan yang
berasal dari nabati atau hewani, harus dicantumkan nama jenis dan asal
komponen tersebut.
Contoh: “pengemulsi lesitin kedelai”, “penstabil nabati”, “minyak babi”,
“minyak nabati”

41
Pencantuman air pada daftar
bahan


harus dicantumkan jika digunakan
/ditambahkan sebagai bahan dalam
pembuatan pangan, kecuali air yang
mengalami penguapan seluruhnya
selama proses pengolahan pangan.

Penguapan seluruhnya  jika
pangan olahan dalam bentuk akhir
berbentuk kering/padat.

42
Keterangan berkaitan dengan asal dan
sifat pangan


untuk pangan olahan yang tidak dicampur & tidak diproses atau pangan olahan yang diproses secara
Alami fisika tetapi tidak merubah sifat dan kandungannya

Murni ●
untuk pangan olahan yang tidak ditambahkan sesuatu apapun, misal AMDK

Dibuat dari ●
pangan olahan seluruhnya terdiri dari satu bahan

Dibuat dengan ●
bahan tersebut merupakan salah satu bahan baku utama yang digunakan dalam pangan olahan tsb

100% ●
untuk pangan olahan yang tidak ditambahkan/dicampur dengan bahan lain.


tidak dapat digunakan untuk pangan olahan yang dicampur dengan bahan yang dapat mengaburkan keasliannya, seperti penggunaan
Asli perisa. Misal : Susu cokelat menggunakan cokelat dan perisa cokelat tidak dapat mencantumkan kata “Dengan Cokelat Asli”

43
Keterangan tentang
Berat Bersih atau Isi Bersih
 Berat bersih atau isi bersih  pernyataan pada label yang memberikan keterangan mengenai
kuantitas atau jumlah pangan olahan yang terdapat di dalam kemasan atau wadah.
 Bobot tuntas atau berat tuntas  ukuran berat untuk pangan padat yang menggunakan medium
cair dihitung dengan cara pengurangan berat bersih dengan berat medium cair.
 ditempatkan pada bagian utama label.
 Persyaratan pencantuman berat bersih atau isi bersih yaitu :
1) Pangan padat  berat bersih;
2) Pangan semi padat /kental  berat bersih /isi bersih;
3) Pangan cair  isi bersih.
 Penulisan satuan dalam satuan metrik. contoh:
Padat : miligram (mg), gram (g), kilogram (kg)
Cair : mililiter (ml atau mL), liter (l atau L)
Semi padat : miligram (mg), gram (g), kilogram (kg), mililiter (ml atau mL) atau liter (l atau
L)
 Penulisan untuk menerangkan bentuk butiran /bijian sbb:
”Berat bersih : 1 gram (Isi 5 butir @ 200 mg)”
”Berat bersih : 1 gram (5 butir @ 200 mg)”

44
Keterangan tentang Nama dan
Alamat (1)

pangan olahan yang diproduksi di wilayah Indonesia:


• harus dicantumkan nama dan alamat produsen.
• Alamat perusahaan paling sedikit mencantumkan nama kota, kode pos dan
Indonesia, kecuali jika nama dan alamat perusahaan tersebut tidak terdaftar
pada direktori kota atau buku telepon tempat perusahaan tersebut
berdomisili  harus mencantumkan alamat perusahaan secara jelas dan
lengkap.
pangan olahan yang dimasukan ke wilayah Indonesia:
• harus dicantumkan nama dan alamat pihak yang memproduksi di luar
negeri.
• paling sedikit mencantumkan nama kota dan nama negara.

45
Keterangan tentang Nama dan
Alamat (2)
 pangan olahan lisensi atau pangan olahan yang dikemas
kembali  harus dicantumkan informasi yang
menghubungkan antara pihak yang memproduksi dengan
pihak pemberi lisensi dan atau pihak yang melakukan
pengemasan kembali.
 Jika pangan merupakan pangan olahan yang diproduksi
berdasarkan kontrak  harus dicantumkan informasi
yang menghubungkan antara pihak yang memproduksi
dengan pihak yang memberi kontrak, seperti “diproduksi
oleh .... untuk .....“.
46
Keterangan tentang Nama dan
Alamat (3)
Pencantuman nama dan alamat pihak yang memasukkan pangan :

• harus dicantumkan nama dan alamat importir.


• Jika pihak yang mengajukan pendaftaran bukan merupakan importir, maka nama
dan alamat yang dicantumkan 
• nama & alamat importir dan nama & alamat pihak yang mendaftarkan
• disertai informasi yang menghubungkan antara nama perusahaan yang
mengajukan pendaftaran dengan importir, seperti “diimpor oleh .... untuk....“
atau “diimpor oleh ..... dan didistribusikan oleh .......“.
• Alamat perusahaan paling sedikit mencantumkan nama kota, kode pos dan
Indonesia, kecuali jika nama dan alamat perusahaan tersebut tidak terdaftar pada
direktori kota atau buku telepon tempat perusahaan tersebut berdomisili  harus
mencantumkan alamat perusahaan secara jelas dan lengkap.

47
Pangan Halal

• Tulisan ”Halal” hanya dapat dicantumkan pada pangan olahan yang


• mempunyai sertifikat “Halal” dari lembaga yang berwenang di Indonesia
• mendapat persetujuan pencantuman tulisan “Halal” dari Direktorat Inspeksi
dan Sertifikasi Pangan.
• Pangan olahan dari luar negeri yang telah memiliki sertifikat halal dari negara
asalnya atau negara lain dapat mencantumkan tulisan halal jika
• telah dikaji kesesuaiannya dan diakui oleh lembaga yang berwenang di
Indonesia
• mendapat persetujuan pencantuman tulisan “Halal” dari Direktorat Inspeksi
dan Sertifikasi Pangan.
• Tulisan atau keterangan tentang ”halal” dapat dicantumkan pada bagian utama
label.

48
KETERANGAN KEDALUWARSA (1)

Batas akhir suatu makanan dijamin mutunya sepanjang


penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan produsen.

Baik digunakan sebelum : Tanggal, Bulan, Tahun (sesuai dg daya simpannya)

Jika kedaluwarsa tergantung cara penyimpanan, maka petunjuk cara penyimpanan


harus ditulis dan berdekatan dg tanggal kedaluwarsa. Contoh: ”Baik digunakan
sebelum 10/11 jika disimpan pada suhu 5oC – 7oC”

Daya Simpan Cara Pencantuman


3 bulan atau kurang Baik digunakan sebelum
....tanggal .. Bulan ... tahun
Lebih dari 3 bulan Baik digunakan sebelum....tanggal...bulan..tahun
atau Baik digunakan sebelum ....bulan....tahun

Dapat dicantumkan pada tutup botol, bagian bawah kaleng, bagian atas dos
Contoh : Baik digunakan sebelum : lihat bagian bawah kaleng 49
Keterangan Kedaluwarsa (2)

 Pangan olahan yang tidak perlu mencantumkan keterangan


tanggal kedaluwarsa, yaitu :
 Minuman beralkohol jenis anggur (wine);
 Minuman yang mengandung alkohol lebih dari 10 (sepuluh)
persen;
 Cuka;
 Gula (sukrosa); dan
 Roti dan kue yang mempunyai masa simpan kurang dari atau
sama dengan 24 (dua puluh empat) jam.
 Pangan olahan diatas tetap harus mencantumkan tanggal
pembuatan dan atau tanggal pengemasan.

50
Nomor Pendaftaran Pangan
 Nomor pendaftaran pangan yang dicantumkan pada label
harus sesuai dengan nomor pendaftaran pangan yang
tercantum pada SPP.

 Pencantuman nomor pendaftaran pangan :


• Untuk pangan olahan yang diproduksi di dalam negeri
diberi tanda ”BPOM RI MD”,
• Untuk pangan olahan yang dimasukkan ke dalam wilayah
Indonesia diberi tanda ”BPOM RI ML”.

51
Keterangan tentang Kode
Produksi
 Kode Produksi  kode yang dapat memberikan penjelasan mengenai
riwayat suatu produksi pangan olahan yang diproses pada kondisi dan
waktu yang sama.
 dapat dicantumkan dalam bentuk nomor bets.
 dapat disertai dengan atau berupa tanggal produksi.
 Tanggal produksi adalah tanggal, bulan dan tahun dimana pangan
olahan tersebut diproduksi.

52
Keterangan tentang Kandungan
Gizi
Keterangan tentang kandungan gizi dinyatakan sebagai ING dan/atau klaim
(klaim gizi dan klaim kesehatan).
Pencantuman ING diwajibkan pada label yang:
Disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral dan atau zat
gizi lainnya yang ditambahkan; atau
Dipersyaratkan berdasarkan ketentuan yang berlaku, wajib ditambahkan vitamin,
mineral dan atau zat gizi lainnya.
Jenis zat gizi yang harus dicantumkan, format dan persyaratan pencantuman
ING sesuai dengan Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label
Produk Pangan.
Klaim gizi dan klaim kesehatan dicantumkan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
53
Keterangan tentang Iradiasi
Pangan
Pada Label pangan olahan yang mengalami perlakuan iradiasi harus dicantumkan:
tulisan “PANGAN IRADIASI”,
tujuan iradiasi,
tulisan “Tidak Boleh Diiradiasi Ulang”, jika pangan olahan tersebut tidak boleh diiradiasi ulang.
nama dan alamat penyelenggara iradiasi, apabila iradiasi tidak dilakukan sendiri oleh pihak
yang memproduksi pangan;
tanggal iradiasi dalam bulan dan tahun; dan
nama negara tempat iradiasi dilakukan.

Jika pangan olahan mengandung bahan yang mengalami perlakuan iradiasi


 keterangan tentang perlakuan iradiasi hanya dicantumkan pada bahan yang diiradiasi tersebut saja.
Contoh: “Komposisi : tepung terigu, lada (pangan iradiasi), garam”

Pada Label dapat dicantumkan logo khusus pangan iradiasi


54
Keterangan tentang
Rekayasa Genetika Pangan

 Pada Label pangan hasil rekayasa genetika harus dicantumkan tulisan “PANGAN
REKAYASA GENETIKA” pada nama jenis.

Contoh: “JAGUNG (PANGAN REKAYASA GENETIKA)”.

 Jika pangan olahan mengandung bahan yang merupakan hasil rekayasa genetika,
pada Label cukup dicantumkan keterangan tentang pangan rekayasa genetika pada
bahan yang merupakan pangan hasil rekayasa genetika tersebut saja. Contoh :

“Komposisi : Kedelai (pangan rekayasa genetika), air, gula merah, garam”.

55
Keterangan tentang Pangan
Organik

 Pangan yang telah memenuhi persyaratan pangan organik, dapat


mencantumkan tulisan ”organik” dan logo organik Indonesia pada label.

Logo organik :
 Tulisan “organik” dicantumkan setelah penulisan nama jenis.

 Ukuran huruf untuk tulisan harus proporsional dan tidak boleh > ukuran
huruf nama jenis produk tersebut.
 Dilarang memuat keterangan yang menyatakan kelebihan pangan organik
dari pangan non organik pada label.

56
Keterangan tentang Petunjuk
Penyiapan dan/atau Petunjuk
Penggunaan

 Pangan olahan yang memerlukan penyiapan sebelum disajikan atau


digunakan, harus mencantumkan petunjuk penyiapan dan/atau petunjuk
penggunaannya.
 Misal :
 formula bayi,
 formula lanjutan,
 makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI),
 minuman khusus untuk ibu hamil dan/atau menyusui,
 pangan untuk orang berpenyakit tertentu,
 pangan untuk kontrol berat badan, atau
 pangan diet khusus lainnya.
57
Keterangan tentang Petunjuk
Penyimpanan

 Pangan olahan yang memerlukan cara penyimpanan


khusus harus mencantumkan petunjuk/cara penyimpanan
yang tepat.
Misal :
 es krim,
 air minum dalam kemasan,
 daging olahan,
 Pangan olahan dalam kemasan yang tidak mungkin
dikonsumsi dalam satu kali makan atau takaran saji harus
mencantumkan cara penyimpanan setelah kemasan
dibuka.

58
Keterangan tentang
Petunjuk/Saran Penyajian

 Petunjuk/saran penyajian harus dicantumkan pada


label pangan yang memerlukan petunjuk tersebut.

 Untuk pangan yang memerlukan atau mempunyai saran


penyajian atau saran penggunaan dapat
mencantumkan gambar bahan pangan lainnya sesuai
dengan petunjuk/saran penyajian atau petunjuk/saran
penggunaan, disertai dengan tulisan ”saran penyajian”.

59
Keterangan tentang
Peruntukan
Pangan olahan yang dimaksudkan untuk dikonsumsi oleh
target konsumen tertentu (antara lain bayi, anak, ibu hamil,
ibu menyusui, orang berpenyakit tertentu, olahragawan,
atau orang dengan diet khusus), harus mencantumkan
keterangan tentang peruntukan.

Contoh :
”Formula bayi untuk usia 0 – 6 bulan”,
”Pangan diet khusus untuk pasien gangguan ginjal”

60
Hal-hal yang Dilarang
Dicantumkan (1)
1. Pernyataan atau keterangan yang tidak benar.
2. Pernyataan atau keterangan yang menyesatkan.
3. Pencantuman pernyataan bahwa pangan olahan mengandung suatu zat gizi
lebih unggul daripada pangan olahan lain yang tidak sesuai dengan ketentuan
perpu.
4. Pernyataan bahwa pangan olahan dapat menyehatkan.
5. Pernyataan atau keterangan dalam bentuk apapun bahwa pangan olahan yang
bersangkutan dapat berfungsi sebagai obat.
6. Gambar tenaga kesehatan atau seolah-olah sebagai tenaga kesehatan.
7. Pernyataan bahwa pangan olahan dapat meningkatkan kecerdasan atau IQ.
8. Pernyataan keunggulan pada pangan olahan jika keunggulan tersebut tidak
seluruhnya berasal dari pangan tersebut tetapi sebagian diberikan dari pangan
lain yang dapat dikonsumsi bersama-sama.

61
Hal-hal yang Dilarang Dicantumkan (2)

9. Pernyataan yang memuat ketiadaan suatu komponen yang secara alami tidak ada dalam
pangan olahan, kecuali ada data pendukung/standar umum pangan olahan yang
mengandung komponen tersebut.  mis “bebas kolesterol”

10. Pernyataan bebas bahan tertentu tetapi mengandung bahan tertentu tersebut baik tidak
disengaja maupun sebagai bahan / senyawa ikutan.  mis “bebas pengawet”

11. Tulisan atau gambar seolah-olah pemanis buatan berasal dari alam.

12. Keterangan, tulisan atau gambar yang menyinggung suku, agama, ras dan/atau golongan
tertentu.

13. Keterangan yang menyatakan pangan olahan bersifat tonik, hanya karena pangan tersebut
mengandung alkohol, gula atau karbohidrat lain, protein, kafein, atau zat yang berasal dari
hidrolisis protein atau turunan purin. Pencantuman kata “tonik” hanya dapat digunakan
untuk “anggur tonikum kinina“.

14. Nama, logo atau identitas lembaga termasuk yang melakukan analisis tentang pangan
olahan.
62
Hal-hal Yang Dilarang Dicantumkan (3)

16. Menggunakan nama dan gambar tokoh yang telah menjadi milik umum, kecuali
mendapat izin dari yang bersangkutan.
17. Mencantumkan nama tempat, negara, kota, provinsi, suku dan sejenisnya dalam
bentuk apapun apabila tidak ada kaitannya dengan pangan olahan tersebut (antara lain
nama jenis, asal bahan atau tempat produksi).
18. Pernyataan atau keterangan yang secara langsung atau tidak langsung
merendahkan barang dan/atau jasa pihak lain.
19. Pernyataan yang bersifat referensi, nasihat, peringatan atau pernyataan dari tenaga
kesehatan atau seolah-olah sebagai tenaga kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan penjualan baik secara Iangsung atau tidak langsung.
20. Pencantuman keterangan mengenai undian, sayembara, hadiah dan tulisan atau
gambar apapun yang tidak sesuai dengan label yang disetujui pada persetujuan
pendaftaran produk pangan atau persetujuan perubahan data pangan olahan.
21. Keterangan, tulisan atau gambar lainnya yang bertentangan dan dilarang oleh
ketentuan perundang-undangan.

63
Peraturan Ka. Badan POM RI. No
HK.00.06.51.0475 (15 Januari 2005)
Tentang
Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi
pada Label Pangan

Masyarakat berhak untuk memperoleh informasi


(benar dan tidak menyesatkan) tentang pangan yang
dikonsumsi antara lain :
- Bahan yang digunakan
- Tanggal kadaluarsa
- Zat gizi atau komponen yang diklaim
Pangan yang wajib mencantumkan Informasi Nilai Gizi

a. Memuat pernyataan bahwa pangan tersebut mengandung vitamin, mineral


dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan

“mengandung vitamin A”  wajib

b. Pangan yang wajib ditambahkan vitamin, mineral dan atau zat gizi lainnya,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

pangan fortifikasi/diperkaya  wajib


Angka Kecukupan Gizi adalah suatu kecukupan
rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang
menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh, aktivitas tubuh, dan kondisi fisiologis
khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal.

Informasi nilai gizi adalah daftar kandungan


zat gizi pangan pada label pangan sesuai
dengan format yang dibakukan.

Acuan Label Gizi Produk Pangan sebagai acuan untuk


pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pada
pelabelan produk pangan
(Keputusan Ka Badan POM No. HK.00.05.52.6291 / 2007
tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan)
Format
 sesuai format yang ditetapkan
 Tersedia berbagai format untuk :
- perbedaan peruntukan pangan,
- keadaan produk pangan,
- luas permukaan label pangan

Posisi dan Ukuran Huruf


ING harus dicantumkan dengan :
• huruf jelas, mudah dibaca
• ukuran huruf min 1 mm
• proporsional dengan luas permukaan label
• dapat dicantumkan pada bagian utama
ataupun bagian lain dari label
INFORMASI NILAI GIZI
Takaran saji : ……..(URT)….(g/ml)
Jumlah sajian perkemasan : …..
JUMLAH PERSAJIAN
Energi total …… kkal
Daftar kandungan zat gizi % AKG*
pangan pada label pangan Lemak Total …… g …….%
Lemak jenuh …… g …….%
sesuai dengan format yang
Kolesterol …… mg …… %
dibakukan. Protein …… g …….%
Karbohidrat total …… g …….%
Serat Pangan …… g …….%
Natrium …… mg …… %
Vitamin A …… %
Vitamin C …… %
Kalsium …… %
Zat besi …… %
* Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal.
Kebutuhan energi anda mungkin lebih tinggi atau lebih
rendah.
INFORMASI YANG WAJIB DICANTUMKAN

Takaran Saji
Jumlah produk pangan yang biasa dikonsumsi dalam satu kali
makan, dinyatakan dalam ukuran rumah tangga yang sesuai
untuk produk pangan tersebut.

Jumlah Sajian Per Kemasan


Jumlah takaran saji yang terdapat dalam satu kemasan pangan.

Catatan Kaki
Informasi yang menerangkan bahwa persentase AKG yang
ditunjukkan dalam Informasi Nilai Gizi dihitung berdasarkan
kebutuhan energi 2000 kkal.
Takaran Saji INFORMASI NILAI GIZI
Takaran saji: ……..(URT)….(g/ml)
Jumlah yang biasa dikonsumsi
Jumlah sajian perkemasan:…..
dalam satu kali makan
JUMLAH PERSAJIAN
Energi total …… kkal

% AKG*
Lemak Total .…… g …….%
Lemak jenuh …… g …….%
Kolesterol …… mg …… %
Protein …… g …….%
Karbohidrat total …… g …….%
Misal: Serat Pangan …… g …….%
Natrium …… mg …… %
“Takaran saji 1 botol (200 ml)”
“Takaran Saji 3 sdm(± 24 g)”
Vitamin A …… %
Vitamin C …… %
Kalsium …… %
Zat besi …… %

* Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal.


Kebutuhan energi anda mungkin lebih tinggi atau lebih
rendah.
ZAT GIZI YANG WAJIB DICANTUMKAN

INFORMASI NILAI GIZI


1. Energi total Takaran saji: ……..(URT)….(g/ml)
2. Lemak Total Jumlah sajian perkemasan:…..
3. Protein JUMLAH PERSAJIAN
4. Karbohidrat total Energi total ……kkal
5. Natrium % AKG*
Lemak Total .…… g …….%
Protein …… g …….%
Karbohidrat total …… g …….%
Natrium …… mg …… %

* Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal.


Kebutuhan energi anda mungkin lebih tinggi atau lebih
rendah.
ZAT GIZI LAIN ???
No Zat gizi No Zat gizi
1. Energi dari 7. Vitamin A
Lemak
2. Lemak Jenuh 8. Vitamin C
3. Lemak trans 9. Kalsium
4. Kolesterol 10. Zat besi
5. Serat pangan 11. Zat gizi lain yang wajib ditambahkan/
difortifikasikan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
6. Gula 12. Zat gizi lain yang pernyataannya (klaim)
dicantumkan pada label pangan

Wajib dicantumkan apabila :


Wajib dicantumkan apabila:

Mengandung zat gizi tersebut dalam jumlah tertentu,


misal: jumlah serat lebih dari 0,5 g per sajian
Dipersyaratkan untuk ditambahkan atau difortifikasikan
misal: vitamin dan mineral yang harus ditambahkan pada MP-ASI
Memuat klaim yang berkenaan dengan zat gizi tersebut:
misal : mencantumkan”mengandung vitamin C”,
vitamin C harus dicantumkan
Zat gizi yang belum ditetapkan dalam ALG :
“Mengandung … g/mg/mcg … (zat gizi) per sajian”
INFORMASI LAIN
YANG DAPAT DICANTUMKAN

1. Energi dari lemak jenuh


2. Lemak tidak jenuh tunggal
3. Lemak tidak jenuh ganda
4. Kalium
5. Serat pangan larut
6. Serat pangan tidak larut
7. Gula alkohol
8. Karbohidrat lain
9. Vitamin, mineral dan zat gizi lain

Vitamin dan mineral lain : jika > 5 % AKG per sajian


FORMAT

Berdasarkan luas permukaan label pangan, format Informasi Nilai


Gizi dikelompokkan atas :

1. Format Vertikal, untuk kemasan dengan luas permukaan label


lebih dari 100 cm2.

2. Format Tabular/Horizontal atau linier, untuk kemasan dengan


luas permukaan label kurang dari atau sama dengan 100 cm2.

3. Format untuk kemasan pangan dengan luas permukaan label


kurang dari atau sama dengan 30 cm2.
Penerapan Pencantuman ING

Informasi Nilai Gizi hanya wajib dicantumkan pada label pangan :


• yang disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral, dan
atau zat gizi lainnya yang ditambahkan; atau
• dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di bidang mutu dan gizi pangan, wajib ditambahkan vitamin,
mineral, dan atau zat gizi lainnya.
 
Pangan yang mencantumkan klaim, wajib mencantumkan ING sesuai dengan
format baku.
Pokok-pokok indikator dalam rangka penilaian Informasi Nilai Gizi pada label pangan

NO SUBSTANSI PENERAPAN
1 Garam beryodium - Tidak perlu mencantumkan ING dalam bentuk format baku.
- kadar iodium wajib dicantumkan
2 Takaran saji - takaran saji untuk kemasan dengan berat/isi bersih berbeda dapat
ditetapkan berbeda sepanjang masih dalam batasan “wajar untuk
dikonsumsi dalam satu kali makan”
- Acuan sementara adalah Code Federal Regulation FDA
- Takaran saji untuk kemasan kurang dari 1 sajian dinyatakan dengan
nilai minimal 0,5, dengan penambahan tulisan “ untuk memenuhi
takaran saji, dianjurkan minum 2 kemasan (botol/sachet/dll)”
3 Energi dari lemak Wajib dicantumkan jika lemak > 0,5 g per saji
Boleh dicantumkan dibawah Energi total
4 Gula Wajib dicantumkan jika > 1 gram per saji
5 Lemak jenuh, Wajib dicantumkan jika mencantumkan klaim
lemak trans,
kolesterol, serat
pangan, vitamin A,
Vitamin C, zat besi
dan kalsium
6 Vitamin dan hanya dapat dicantumkan jika kandungan > 5 % AKG
mineral lain
Pokok-pokok indikator dalam rangka penilaian
Informasi Nilai Gizi pada label pangan (lanjutan)

NO SUBSTANSI PENERAPAN
7 Format Vertikal : untuk ukuran label > 100 cm2
Horisontal dan linier untuk ukuran label 30 – 100 cm 2
Border format ING boleh dalam bentuk sudut atau lengkung.
Format sederhana hanya dapat dicantumkan untuk ukuran label < 30
cm2, dengan syarat tidak mencantumkan klaim apapun
8 Judul ING Huruf kapital, tebal dan center
9 Tebal tipis garis Perbedaan tidak dipermasalahkan
Jika antar zat gizi diberi garis, maka garis tebal tipis wajib diikuti untuk
membedakan bagian ING
10 Jenis huruf Perbedaan tidak dipermasalahkan, sepanjang jelas dan mudah dibaca
11 Tebal tipis huruf Wajib untuk diikuti
12 Vitamin dan Selain dalam % AKG, dapat dicantumkan dalam gram
mineral
13 Catatan kaki Wajib dicantumkan dalam huruf miring (italic)
14 Background Diperbolehkan variasi warna sepanjang informasi jelas dan mudah
dan highlight dibaca
15 Satuan Mengacu pada ALG yang baru. Pembulatan kandungan vitamin
sesuai dengan aturan pembulatan umum
Direktorat Standardisasi Produk Pangan
Gedung F Lantai 3, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta
Telp. 021-42875584, Fax. 021-42875780

Anda mungkin juga menyukai