-undangan di Bidang
Susu dan Produk Susu
Disampaikan oleh :
Titis Khulyatun P, SF., Apt
BBPOM di Pontianak
Pasal 5 :
Lingkup pengaturan Penyelenggaraan Pangan meliputi :
a. perencanaan Pangan;
b. Ketersediaan Pangan;
c. keterjangkauan Pangan;
d. konsumsi Pangan dan Gizi;
e. Keamanan Pangan;
f. label dan iklan Pangan;
g. pengawasan;
h. sistem informasi Pangan;
i. penelitian dan pengembangan Pangan;
j. kelembagaan Pangan;
k. peran serta masyarakat; dan
l. penyidikan
PP Nomor 69 tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan
Pasal 17
(1) Nama produk pangan harus menunjukkan sifat dan atau keadaan yang sebenarnya.
(2) Penggunaan nama produk pangan tertentu yang sudah terdapat dalam Standar
Nasional Indonesia, dapat diberlakukan wajib dengan keputusan Menteri teknis.
(3) Penggunaan nama selain yang termasuk dalam Standar Nasional Indonesia harus
menggunakan nama yang lazim atau umum, dengan memperhatikan ketentuan Pasal 4
ayat (1).
Pasal 18
(1) Dalam hal produk pangan telah memenuhi persyaratan tentang nama produk
pangan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia, produk pangan yang
bersangkutan dapat menggunakan nama jenis produk pangan yang telah
ditetapkan.
(2) Dalam hal nama jenis produk pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum
ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia, produk pangan yang bersangkutan
dapat menggunakan nama jenis produk pangan yang ditetapkan oleh Menteri
teknis sepanjang memenuhi persyaratan bagi penggunaan nama jenis produk
pangan yang bersangkutan.
Peraturan Kepala Badan POM No.12 Tahun 2016
tentang Pendaftaran Pangan Olahan
Lampiran IV Persyaratan Label Pangan Olahan
i. Kategori Pangan 09.0 Ikan dan produk perikanan termasuk moluska, krustase,
ekinodermata, serta amfibi dan reptil;
j. Kategori Pangan 10.0 Telur dan produk-produk telur;
k. Kategori Pangan 11.0 Pemanis, termasuk madu;
l. Kategori Pangan 12.0 Garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein;
m. Kategori Pangan 13.0 Produk pangan untuk keperluan gizi khusus;
n. Kategori Pangan 14.0 Minuman, tidak termasuk produk susu;
o. Kategori Pangan 15.0 Makanan ringan siap santap;
p. Kategori Pangan 16.0 Pangan campuran (komposit), tidak termasuk pangan
dari kategori 01.0 sampai 15.0.
(3) Kategori Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran I sampai dengan Lampiran XVI yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.
Peraturan Kepala Badan POM Nomor 1
Tahun 2015
tentang Kategori Pangan (lanjutan …)
Pasal 3
(1) Dalam hal suatu jenis pangan tidak terdapat dalam kategori pangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, maka penetapannya dilakukan
berdasarkan persetujuan tertulis dari Kepala Badan;
(2) Pelaksanaan pemberian persetujuan Kepala Badan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan sesuai Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 4
(1) Kategori pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 wajib digunakan
dalam penyusunan ketentuan mengenai standar dan persyaratan keamanan
pangan, mutu, dan gizi pangan
(2) Ketentuan mengenai standar dan persyaratan keamanan, mutu, dan gizi
pangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) antara lain meliputi jenis dan
batas maksimum penggunaan Bahan Tambahan Pangan, dan batas cemaran.
Pasal 5
Kategori pangan merupakan acuan bagi pelaku usaha pangan dalam
melakukan kegiatan produksi, importasi, penyaluran dan penyerahan pangan.
Kategori
Penggunaan
Pangan MENGAPA DIPERLUKAN ?
1. PEMERINTAH (BPOM)
• Pengawasan pangan sebelum dan sesudah beredar (pangan
yang beredar harus memenuhi ketentuan Kategori Pangan)
- Pendaftaran pangan olahan
- Inspeksi dan sertifikasi pangan
- Penyuluhan keamanan pangan
- Penilaian kesesuaian iklan
• Penyusunan ketentuan mengenai standar dan persyaratan
Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan, antara lain jenis dan batas
maksimum BTP, batas cemaran
2. KONSUMEN
• Meningkatkan pengetahuan mengenai pangan yang
diinginkan
• Menjaga keamanan pangan yang beredar
3. PRODUSEN PANGAN
• Acuan dalam rangka produksi, importasi penyaluran dan
penyerahan pangan
• Meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam proses
teknologi pangan
Peraturan Ka BPOM No 21
Tahun 2016 tentang kategori
Pangan
Kategori Pangan
identik dengan
Nama Jenis Pangan
identik dengan
Nama Produk
Pangan
cont Particulated
Drinks
oh • 14.1.5 Kopi,
Kopi
Substitusi,
Teh, Seduhan
Herbal, dan
Minuman
BijiBijian dan
Sereal Panas,
kecuali Cokelat
Penentuan Kategori Pangan
Analisis
Berdasarkan data di atas maka suatu produk pangan dikategorikan
berdasarkan kesesuaian dengan definisi dan karakteristik dasar
yang tercantum dalam Kategori Pangan
Contoh Kategori Pangan
Kategori Pangan 01.0
Produk-produk susu dan analognya, kecuali
yang termasuk kategori 02.0
Terdiri dari 8 sub kategori
Termasuk semua jenis produk susu yang diperoleh dari susu hewan
penghasil susu (contohnya sapi, kerbau, kuda, kambing, domba dan
lain-lain). Tidak termasuk produk susu formula dari kategori 13.1 dan
13.3
Kategori Pangan 13.0
Produk Pangan Untuk Keperluan Gizi Khusus
Contoh
Contoh : Susu UHT (Ultra High Temperature)
Definisi :
Susu UHT adalah produk susu cair yang diperoleh dari susu segar
atau susu rekonstitusi atau susu rekombinasi yang disterilkan pada
suhu tidak kurang dari 135°C selama 2 detik dan dikemas segera
dalam kemasan yang steril secara aseptis.
Karakteristik Dasar :
- Kadar lemak susu tidak kurang dari 3%;
- Total padatan bukan-lemak tidak kurang dari 8%.
- Uji reduktase: warna biru metilen tidak hilang dalam waktu kurang dari 5 jam.
Kategori Pangan 01.1.2 Minuman Berbasis Susu yang
Berperisa dan atau Difermentasi (Contohnya Susu Cokelat,
Eggnog, Minuman Yogurt, Minuman Berbasis Whey)
Contoh
Contoh : Minuman Susu Berperisa
Definisi :
Minuman susu berperisa adalah minuman berbahan dasar susu segar, susu
rekonstitusi atau susu rekombinasi yang diberi perisa, dapat ditambahkan gula,
bahan pangan lain dan disterilisasi atau dipasteurisasi serta dikemas secara
kedap (hermetis).
Karakteristik Dasar :
• Kadar lemak susu tidak kurang dari 2%;
• Total padatan tidak kurang dari 12%.
Kategori Pangan 14.0
Karakteristik dasar:
Kadar gula minimal 7.0%
(sebagai sakarosa)
Implementasi Kategori Pangan :
Cemaran mikroba dan logam berat dalam Susu dan Susu
Kental Manis
• Cemaran mikroba : *)
• Cemaran logam berat *) :
Jenis makanan Jenis cemaran Batas Jenis logam Jenis pangan Batas
mikroba maksimum berat maksimum
Susu (Plain) ALT 104 (mg/kg)
Kat 01.1.1.1 N=5 c=1 koloni/mL Arsen Cokelat bubuk 1
Enterobacteriac 1 APM/mL Cadmium Cokelat dan 0.5
eae n=5 c=2 produk kakao
Salmonella Negatif/25 Merkuri Cokelat bubuk 0.03
N=5 c=0 mL Timbal Cokelat 1
Susu Pasteurisasi Staphylococcus 102
aureus n=5 c=2 koloni/mL
Kapang & 10 koloni/mL
Khamir N=5 c=1
Catatan : *) sesuai Peraturan Kepala Badan
POM No HK.00.06.1.52.4011 tentang
Penetapan Batas Maksimum Cemaran
Mikroba dan Kimia dalam Makanan
: **) sesuai Peraturan Kepala Badan POM No
13 Tahun 2019 tentang Penetapan Batas
Maksimal Cemaran Mikroba dalam Pangan
Olahan
Pangan Industri Rumah
Tangga
Peraturan Kepala Badan POM
1.No.HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga
2.No. HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga
• Perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan
pengolahan pangan manual hingga semi otomatis.
• Label pangan IRT tidak boleh mencantumkan klaim kesehatan atau klaim gizi
Jenis pangan yang diizinkan untuk
memperoleh Sertifikat Produksi Pangan
Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)
Kode Jenis pangan Kode Jenis pangan
Produk olahan susu merupakan produk yang tidak diperbolehkan diproduksi oleh
Industri Rumah Tangga.
Karena susu merupakan produk pangan yang termasuk kategori pangan risiko tinggi
karena memiliki aktivitas air (aw) > 0,85 dan pH tinggi (>4,6) yang mudah dijadikan meia
pertumbuhan mikroba patogen. Bila tidak ditangani dengan baik, produk olahan susu
dapat menyebabkan terjadinya keracunan yang membahayakan terjadinya keracunan
yang membahayakan kesehatan konsumen
Peraturan Kepala Badan POM No.HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
Pedoman Pengolahan, Evaluasi Keamanan dan Pendaftaran Pangan Olahan Produksi UMKM, - Produk Susu
(Dit PKP – Seafast Center IPB)
ABEL PANGAN OLAHAN
Deputi 3
Was Kam
I. KETENTUAN UMUM
II. BAGIAN LABEL
III. TULISAN DAN GAMBAR
IV. PENCANTUMAN KETERANGAN PADA
LABEL
IV. HAL- HAL YANG DILARANG
DICANTUMKAN PADA LABEL PANGAN
OLAHAN
Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya – Badan POM RI 26
KETENTUAN UMUM
Wajib ada pada setiap pangan yang dikemas untuk
diperdagangkan
Nama pangan
s a m b io
S e la i K a c a n g
B e r a t b e r s ih : 2 5 0 g
a. Nama jenis, dan bila ada nama dagang;
b. berat bersih / isi bersih; M D 123456789012
D ip r o d u k s i o le h :
c. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau P T. S u ry a K e n c a n a
J a k a r t a 1 0 5 6 0 - I n d o n e s ia
memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia.
B a g i a n U ta m a L a b e l 29
LANJUTAN
30
TULISAN DAN GAMBAR
Penggunaan istilah asing dapat dilakukan sepanjang tidak ada padanannya, misalnya
nama kimia untuk menyebutkan suatu jenis bahan yang digunakan dalam komposisi
31
GAMBAR
BOLEH
• bukan sebagai perisa
• pada komposisi harus
dicantumkan jumlah bahan
yang digunakan tersebut
Gambar buah, sayur, daging,
ikan
Misal :
”Komposisi : air, gula, sari buah mangga (10%), perisa mangga” ”Komposisi :
gula, ekstrak buah jeruk (2%), perisa jeruk”
32
Ukuran Huruf dan Tulisan
33
TULISAN DAN PERINGATAN
34
Pangan olahan yang mengandung bahan
berasal dari babi
• harus mencantumkan
35
Minuman Beralkohol
36
Pangan Olahan Mengandung Alkohol
• wajib mencantumkan kadar alkohol pada label dalam bentuk persentase. Contoh :
”mengandung alkohol + ... %”.
• Pangan yang menggunakan alkohol atau bahan baku yang mengandung alkohol
namun tidak terdeteksi pada produk akhir, keterangan tentang kandungan alkohol
tidak perlu dicantumkan pada label.
37
Susu Kental Manis
Formula Bayi
• sesuai Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
No. HK.03.1.52.08.11.07235 tahun 2011 tentang Pengawasan
Formula Bayi dan Formula Bayi Untuk Keperluan Medis Khusus
38
PENCANTUMAN KETERANGAN
Nama Jenis :
Nama Pangan Olahan (1)
Nama jenis pernyataan atau keterangan identitas mengenai pangan olahan.
1) Nama jenis harus sesuai dengan SNI yang telah diberlakukan wajib.
2) Nama jenis yang belum diatur harus memenuhi ketentuan kategori pangan.
3) jika nama jenis belum ditetapkan dalam SNI dan/atau Kategori Pangan,
baru dapat digunakan setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
Dit Standardisasi Produk Pangan.
39
Nama Pangan Olahan (2)
Nama Dagang :
Nama Dagang tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan
dalam kegiatan peredaran pangan.
Nama dagang pada label tidak boleh :
1) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama,
kesusilaan, atau ketertiban umum;
2) Tidak memiliki daya pembeda;
3) Telah menjadi milik umum;
4) Merupakan keterangan atau berkaitan dengan pangan yang didaftarkan;
5) Menggunakan nama jenis atau nama umum/lazim yang mungkin terkait pangan yang
bersangkutan;
6) Menggunakan kata sifat yang secara langsung /tidak langsung dapat mempengaruhi
penafsiran terhadap pangan seperti alami, murni, suci dan kata lain yang semakna.
40
Daftar Bahan yang
Digunakan
wajib menggunakan nama lazim yang lengkap dan tidak berupa
singkatan.
dicantumkan secara lengkap dan berurutan mulai dari jumlah terbanyak.
didahului dengan tulisan “komposisi”, “daftar bahan”, “bahan yang
digunakan” atau “bahan-bahan”.
Pencantuman secara berurutan dikecualikan untuk BTP ikutan (carry
over), vitamin, mineral dan zat penambah gizi lainnya.
Pencantuman nama asal bahan
Bahan tertentu seperti lemak/minyak, protein, ekstrak dan bahan yang
berasal dari nabati atau hewani, harus dicantumkan nama jenis dan asal
komponen tersebut.
Contoh: “pengemulsi lesitin kedelai”, “penstabil nabati”, “minyak babi”,
“minyak nabati”
41
Pencantuman air pada daftar
bahan
●
harus dicantumkan jika digunakan
/ditambahkan sebagai bahan dalam
pembuatan pangan, kecuali air yang
mengalami penguapan seluruhnya
selama proses pengolahan pangan.
●
Penguapan seluruhnya jika
pangan olahan dalam bentuk akhir
berbentuk kering/padat.
42
Keterangan berkaitan dengan asal dan
sifat pangan
●
untuk pangan olahan yang tidak dicampur & tidak diproses atau pangan olahan yang diproses secara
Alami fisika tetapi tidak merubah sifat dan kandungannya
Murni ●
untuk pangan olahan yang tidak ditambahkan sesuatu apapun, misal AMDK
Dibuat dari ●
pangan olahan seluruhnya terdiri dari satu bahan
Dibuat dengan ●
bahan tersebut merupakan salah satu bahan baku utama yang digunakan dalam pangan olahan tsb
100% ●
untuk pangan olahan yang tidak ditambahkan/dicampur dengan bahan lain.
●
tidak dapat digunakan untuk pangan olahan yang dicampur dengan bahan yang dapat mengaburkan keasliannya, seperti penggunaan
Asli perisa. Misal : Susu cokelat menggunakan cokelat dan perisa cokelat tidak dapat mencantumkan kata “Dengan Cokelat Asli”
43
Keterangan tentang
Berat Bersih atau Isi Bersih
Berat bersih atau isi bersih pernyataan pada label yang memberikan keterangan mengenai
kuantitas atau jumlah pangan olahan yang terdapat di dalam kemasan atau wadah.
Bobot tuntas atau berat tuntas ukuran berat untuk pangan padat yang menggunakan medium
cair dihitung dengan cara pengurangan berat bersih dengan berat medium cair.
ditempatkan pada bagian utama label.
Persyaratan pencantuman berat bersih atau isi bersih yaitu :
1) Pangan padat berat bersih;
2) Pangan semi padat /kental berat bersih /isi bersih;
3) Pangan cair isi bersih.
Penulisan satuan dalam satuan metrik. contoh:
Padat : miligram (mg), gram (g), kilogram (kg)
Cair : mililiter (ml atau mL), liter (l atau L)
Semi padat : miligram (mg), gram (g), kilogram (kg), mililiter (ml atau mL) atau liter (l atau
L)
Penulisan untuk menerangkan bentuk butiran /bijian sbb:
”Berat bersih : 1 gram (Isi 5 butir @ 200 mg)”
”Berat bersih : 1 gram (5 butir @ 200 mg)”
44
Keterangan tentang Nama dan
Alamat (1)
45
Keterangan tentang Nama dan
Alamat (2)
pangan olahan lisensi atau pangan olahan yang dikemas
kembali harus dicantumkan informasi yang
menghubungkan antara pihak yang memproduksi dengan
pihak pemberi lisensi dan atau pihak yang melakukan
pengemasan kembali.
Jika pangan merupakan pangan olahan yang diproduksi
berdasarkan kontrak harus dicantumkan informasi
yang menghubungkan antara pihak yang memproduksi
dengan pihak yang memberi kontrak, seperti “diproduksi
oleh .... untuk .....“.
46
Keterangan tentang Nama dan
Alamat (3)
Pencantuman nama dan alamat pihak yang memasukkan pangan :
47
Pangan Halal
48
KETERANGAN KEDALUWARSA (1)
Dapat dicantumkan pada tutup botol, bagian bawah kaleng, bagian atas dos
Contoh : Baik digunakan sebelum : lihat bagian bawah kaleng 49
Keterangan Kedaluwarsa (2)
50
Nomor Pendaftaran Pangan
Nomor pendaftaran pangan yang dicantumkan pada label
harus sesuai dengan nomor pendaftaran pangan yang
tercantum pada SPP.
51
Keterangan tentang Kode
Produksi
Kode Produksi kode yang dapat memberikan penjelasan mengenai
riwayat suatu produksi pangan olahan yang diproses pada kondisi dan
waktu yang sama.
dapat dicantumkan dalam bentuk nomor bets.
dapat disertai dengan atau berupa tanggal produksi.
Tanggal produksi adalah tanggal, bulan dan tahun dimana pangan
olahan tersebut diproduksi.
52
Keterangan tentang Kandungan
Gizi
Keterangan tentang kandungan gizi dinyatakan sebagai ING dan/atau klaim
(klaim gizi dan klaim kesehatan).
Pencantuman ING diwajibkan pada label yang:
Disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral dan atau zat
gizi lainnya yang ditambahkan; atau
Dipersyaratkan berdasarkan ketentuan yang berlaku, wajib ditambahkan vitamin,
mineral dan atau zat gizi lainnya.
Jenis zat gizi yang harus dicantumkan, format dan persyaratan pencantuman
ING sesuai dengan Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label
Produk Pangan.
Klaim gizi dan klaim kesehatan dicantumkan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
53
Keterangan tentang Iradiasi
Pangan
Pada Label pangan olahan yang mengalami perlakuan iradiasi harus dicantumkan:
tulisan “PANGAN IRADIASI”,
tujuan iradiasi,
tulisan “Tidak Boleh Diiradiasi Ulang”, jika pangan olahan tersebut tidak boleh diiradiasi ulang.
nama dan alamat penyelenggara iradiasi, apabila iradiasi tidak dilakukan sendiri oleh pihak
yang memproduksi pangan;
tanggal iradiasi dalam bulan dan tahun; dan
nama negara tempat iradiasi dilakukan.
Pada Label pangan hasil rekayasa genetika harus dicantumkan tulisan “PANGAN
REKAYASA GENETIKA” pada nama jenis.
Jika pangan olahan mengandung bahan yang merupakan hasil rekayasa genetika,
pada Label cukup dicantumkan keterangan tentang pangan rekayasa genetika pada
bahan yang merupakan pangan hasil rekayasa genetika tersebut saja. Contoh :
55
Keterangan tentang Pangan
Organik
Logo organik :
Tulisan “organik” dicantumkan setelah penulisan nama jenis.
Ukuran huruf untuk tulisan harus proporsional dan tidak boleh > ukuran
huruf nama jenis produk tersebut.
Dilarang memuat keterangan yang menyatakan kelebihan pangan organik
dari pangan non organik pada label.
56
Keterangan tentang Petunjuk
Penyiapan dan/atau Petunjuk
Penggunaan
58
Keterangan tentang
Petunjuk/Saran Penyajian
59
Keterangan tentang
Peruntukan
Pangan olahan yang dimaksudkan untuk dikonsumsi oleh
target konsumen tertentu (antara lain bayi, anak, ibu hamil,
ibu menyusui, orang berpenyakit tertentu, olahragawan,
atau orang dengan diet khusus), harus mencantumkan
keterangan tentang peruntukan.
Contoh :
”Formula bayi untuk usia 0 – 6 bulan”,
”Pangan diet khusus untuk pasien gangguan ginjal”
60
Hal-hal yang Dilarang
Dicantumkan (1)
1. Pernyataan atau keterangan yang tidak benar.
2. Pernyataan atau keterangan yang menyesatkan.
3. Pencantuman pernyataan bahwa pangan olahan mengandung suatu zat gizi
lebih unggul daripada pangan olahan lain yang tidak sesuai dengan ketentuan
perpu.
4. Pernyataan bahwa pangan olahan dapat menyehatkan.
5. Pernyataan atau keterangan dalam bentuk apapun bahwa pangan olahan yang
bersangkutan dapat berfungsi sebagai obat.
6. Gambar tenaga kesehatan atau seolah-olah sebagai tenaga kesehatan.
7. Pernyataan bahwa pangan olahan dapat meningkatkan kecerdasan atau IQ.
8. Pernyataan keunggulan pada pangan olahan jika keunggulan tersebut tidak
seluruhnya berasal dari pangan tersebut tetapi sebagian diberikan dari pangan
lain yang dapat dikonsumsi bersama-sama.
61
Hal-hal yang Dilarang Dicantumkan (2)
9. Pernyataan yang memuat ketiadaan suatu komponen yang secara alami tidak ada dalam
pangan olahan, kecuali ada data pendukung/standar umum pangan olahan yang
mengandung komponen tersebut. mis “bebas kolesterol”
10. Pernyataan bebas bahan tertentu tetapi mengandung bahan tertentu tersebut baik tidak
disengaja maupun sebagai bahan / senyawa ikutan. mis “bebas pengawet”
11. Tulisan atau gambar seolah-olah pemanis buatan berasal dari alam.
12. Keterangan, tulisan atau gambar yang menyinggung suku, agama, ras dan/atau golongan
tertentu.
13. Keterangan yang menyatakan pangan olahan bersifat tonik, hanya karena pangan tersebut
mengandung alkohol, gula atau karbohidrat lain, protein, kafein, atau zat yang berasal dari
hidrolisis protein atau turunan purin. Pencantuman kata “tonik” hanya dapat digunakan
untuk “anggur tonikum kinina“.
14. Nama, logo atau identitas lembaga termasuk yang melakukan analisis tentang pangan
olahan.
62
Hal-hal Yang Dilarang Dicantumkan (3)
16. Menggunakan nama dan gambar tokoh yang telah menjadi milik umum, kecuali
mendapat izin dari yang bersangkutan.
17. Mencantumkan nama tempat, negara, kota, provinsi, suku dan sejenisnya dalam
bentuk apapun apabila tidak ada kaitannya dengan pangan olahan tersebut (antara lain
nama jenis, asal bahan atau tempat produksi).
18. Pernyataan atau keterangan yang secara langsung atau tidak langsung
merendahkan barang dan/atau jasa pihak lain.
19. Pernyataan yang bersifat referensi, nasihat, peringatan atau pernyataan dari tenaga
kesehatan atau seolah-olah sebagai tenaga kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan penjualan baik secara Iangsung atau tidak langsung.
20. Pencantuman keterangan mengenai undian, sayembara, hadiah dan tulisan atau
gambar apapun yang tidak sesuai dengan label yang disetujui pada persetujuan
pendaftaran produk pangan atau persetujuan perubahan data pangan olahan.
21. Keterangan, tulisan atau gambar lainnya yang bertentangan dan dilarang oleh
ketentuan perundang-undangan.
63
Peraturan Ka. Badan POM RI. No
HK.00.06.51.0475 (15 Januari 2005)
Tentang
Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi
pada Label Pangan
b. Pangan yang wajib ditambahkan vitamin, mineral dan atau zat gizi lainnya,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Takaran Saji
Jumlah produk pangan yang biasa dikonsumsi dalam satu kali
makan, dinyatakan dalam ukuran rumah tangga yang sesuai
untuk produk pangan tersebut.
Catatan Kaki
Informasi yang menerangkan bahwa persentase AKG yang
ditunjukkan dalam Informasi Nilai Gizi dihitung berdasarkan
kebutuhan energi 2000 kkal.
Takaran Saji INFORMASI NILAI GIZI
Takaran saji: ……..(URT)….(g/ml)
Jumlah yang biasa dikonsumsi
Jumlah sajian perkemasan:…..
dalam satu kali makan
JUMLAH PERSAJIAN
Energi total …… kkal
% AKG*
Lemak Total .…… g …….%
Lemak jenuh …… g …….%
Kolesterol …… mg …… %
Protein …… g …….%
Karbohidrat total …… g …….%
Misal: Serat Pangan …… g …….%
Natrium …… mg …… %
“Takaran saji 1 botol (200 ml)”
“Takaran Saji 3 sdm(± 24 g)”
Vitamin A …… %
Vitamin C …… %
Kalsium …… %
Zat besi …… %
NO SUBSTANSI PENERAPAN
1 Garam beryodium - Tidak perlu mencantumkan ING dalam bentuk format baku.
- kadar iodium wajib dicantumkan
2 Takaran saji - takaran saji untuk kemasan dengan berat/isi bersih berbeda dapat
ditetapkan berbeda sepanjang masih dalam batasan “wajar untuk
dikonsumsi dalam satu kali makan”
- Acuan sementara adalah Code Federal Regulation FDA
- Takaran saji untuk kemasan kurang dari 1 sajian dinyatakan dengan
nilai minimal 0,5, dengan penambahan tulisan “ untuk memenuhi
takaran saji, dianjurkan minum 2 kemasan (botol/sachet/dll)”
3 Energi dari lemak Wajib dicantumkan jika lemak > 0,5 g per saji
Boleh dicantumkan dibawah Energi total
4 Gula Wajib dicantumkan jika > 1 gram per saji
5 Lemak jenuh, Wajib dicantumkan jika mencantumkan klaim
lemak trans,
kolesterol, serat
pangan, vitamin A,
Vitamin C, zat besi
dan kalsium
6 Vitamin dan hanya dapat dicantumkan jika kandungan > 5 % AKG
mineral lain
Pokok-pokok indikator dalam rangka penilaian
Informasi Nilai Gizi pada label pangan (lanjutan)
NO SUBSTANSI PENERAPAN
7 Format Vertikal : untuk ukuran label > 100 cm2
Horisontal dan linier untuk ukuran label 30 – 100 cm 2
Border format ING boleh dalam bentuk sudut atau lengkung.
Format sederhana hanya dapat dicantumkan untuk ukuran label < 30
cm2, dengan syarat tidak mencantumkan klaim apapun
8 Judul ING Huruf kapital, tebal dan center
9 Tebal tipis garis Perbedaan tidak dipermasalahkan
Jika antar zat gizi diberi garis, maka garis tebal tipis wajib diikuti untuk
membedakan bagian ING
10 Jenis huruf Perbedaan tidak dipermasalahkan, sepanjang jelas dan mudah dibaca
11 Tebal tipis huruf Wajib untuk diikuti
12 Vitamin dan Selain dalam % AKG, dapat dicantumkan dalam gram
mineral
13 Catatan kaki Wajib dicantumkan dalam huruf miring (italic)
14 Background Diperbolehkan variasi warna sepanjang informasi jelas dan mudah
dan highlight dibaca
15 Satuan Mengacu pada ALG yang baru. Pembulatan kandungan vitamin
sesuai dengan aturan pembulatan umum
Direktorat Standardisasi Produk Pangan
Gedung F Lantai 3, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta
Telp. 021-42875584, Fax. 021-42875780