com
F
L
A
S
H
01 Definisi
Topik 02 Kriteria Mie Instan
Berdasarkan CODEX dan
Yang SNI
Mutu pangan merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh setiap individu dan
pengelola pangan. Pengawasan mutu merupakan suatu tindakan atau kegiatan yang
dapat mempertahankan kualitas mutu dari produk yang akan dihasilkan sehingga dapat
memenuhi tuntutan yang diharapkan oleh konsumen (Raharja, 2012).
Standar Nasional Indonesia ( SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara
nasional di Indonesia yang dirumuskan oleh Komite Teknis Perumusan SNI dan
ditetapkan oleh BSN. Standart Nasional Indonesia (SNI) nomor 3351-1994, Mie Instan
merupakan produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan,
berbentuk khas mie dan siap untuk dihidangkan setelah dimasak dengan air
mendidih selama 4 menit. Bahan baku utama pada pembuatan mie instan yaitu tepung
terigu. telur, air dan bahan tambahan lainnya. Mie Instan sebesar 100 gram yaitu
mengandung karbohidrat 50 gram, protein 7.9 gram, lemak 11.8gram, kalsium 49
miligram,fosfor 47 miligram, besi 2.8 miligram dan air 12.9 gram (Winarno, 2014).
Standar Nasional Indonesia (SNI), adalah standar yang
berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh
komite teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi
Nasional (BSN)
SNI disusun dengan maksud untuk membuat pengertian yang sama tentang istilah
dan definisi suatu produk pangan, menyeragamkan penamaan atau penyebutan
produk pangan serta menyiapkan acuan/pedoman istilah dan definisi dalam rangka
standardisasi dan sertifikasi produksi suatu produk pangan.
SNI bersifat sukarela namun dalam hal SNI berkaitan dengan kepentingan
keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan
hidup dan atau pertimbangan ekonomis, instansi teknis dapat memberlakukan
secara wajib sebagian atau keseluruhan spesifikasi teknis dan atau parameter
dalam SNIand Reputation.
Standar
Nasional
Indonesia
C ODEX
Codex Alimentarius Commission (CAC), biasanya cukup disebut Codex, merupakan badan antar pemerintah yang bertugas
melaksanakan Joint FAO/WHO Food Standards Programme (program standar pangan FAO/WHO).
Codex dibentuk dengan tujuan antara lain untuk melindungi kesehatan konsumen, menjamin praktek yang jujur (fair) dalam
perdagangan pangan internasional serta mempromosikan koordinasi pekerjaan standardisasi pangan yang dilakukan oleh organisasi
internasional lain.
Fungsi utama Kelompok Kerja Codex Indonesia adalah melakukan verifikasi rancangan posisi Indonesia yang disusun oleh Mirror
Committee terhadap agenda yang akan dibahas dalam sidang Codex. Mirror Committee dibentuk sebanding/sesuai dengan Komite/Task
Force yang ada dalam Codex dengan fungsi utama melakukan pembahasan teknis substansi yang akan, sedang dan telah dibahas
dalam sidang Komite/Task Force dalam rangka menyusun rancangan posisi Indonesia maupun mempersiapkan bahan (data) dalam
rangka pembahasan posisi.
2
KRITERIA KUALITAS
- Organoleptik: Harus diterima dalam jangka penampilan, tekstur, rasa arom
Standar ini berlaku untuk berbagai jenis mie. Mie instan dapat
dan warna.
dikemas dengan mie bumbu, atau dalam bentuk mie - Cetakan Asing: Produk harus bebas dari benda asing.
berpengalaman dan dengan atau tanpa hiasan mie (s) dalam - Analisis Kebutuhan untuk Blok Noodle (Mie Bumbu Tidak termasuk)
Moisture Content
kantong yang terpisah, atau disemprotkan pada mie dan siap
Maksimum 10% untuk mie goreng
untuk dikonsumsi setelah proses dehidrasi Maksimum 14% untuk non-goreng mie
Nilai Asam: maksimum 2 KOH / g minyak mg (berlaku hanya untuk mie
goreng)
Bahan Aditif: Penggunaan aditif makanan (s) serta aditif makanan (s)
1
carry-over harus sesuai dengan maksimal tingkat diizinkan oleh
KOMPOSISI Standar Umum untuk Aditif Makanan (GSFA), CODEX STAN 192-
1995. Namun, sampai ketentuan aditif makanan untuk kategori
- Bahan Penting : tepung (a) Tepung makanan 06.4.3 "Pra-dimasak pasta dan mie dan seperti produk
Terigu/ Beras Tepung/pati dan lainnya "dalam GSFA selesai, aditif makanan berikut yang terdaftar akan
(b) Air. apply.
- Bahan-bahan opsional adalah Kontaminan : Produk yang dicakup oleh Standar ini harus memenuhi
bahan yang umum digunakan. dengan Tingkat Maksimum Jenderal Codex Standar untuk
Kontaminan dan Racun dalam Makanan (CODEX / STAN 193-1995).
4
. .
HYGIENE MAKANAN
Disarankan bahwa produk yang tercakup oleh ketentuan-ketentuan standar ini disusun dan ditangani sesuai dengan bagian
yang sesuai dari Kode Internasional Rekomendasi Praktek - Prinsip Umum Higiene Pangan (CAC / RCP 1-1969) dan teks-teks
lain yang relevan Codex seperti kode higienis praktek dan kode praktek.
Produk harus sesuai dengan kriteria mikrobiologi yang ditetapkan sesuai dengan Prinsip-Prinsip Pembentukan dan Kriteria
Mikrobiologi Aplikasi untuk Makanan (CAC / GL 21-1997).
2. Cemaran Logam berupa Kadnium (Cd), Timbal (Pb), Timah (Sn), Merkuri
(Hg) dan Arsen (As). Nilai ambang batas harus dipenuhi dengan maksud
jangan sampai makanan yang kita konsumsi mengandung “racun”.
Parameter lainnya adalah kandungan Coliform, Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Kapang dan Khamir.
BAHAN UTAMA
1. Tepung Terigu
b. Terigu medium hard flour
Jenis tepung ini mengandung protein 9,5%- 11% . Tepung ini banyak digunakan untuk pembuatan
mie, roti, dan kue. Contohnya adalah tepung terigu cap segitiga biru.
c. Terigu soft flour
Jenis terigu ini mengandung protein 7%-8,5%. Jenis tepung ini hanya cocok untuk membuat kue.
Contohnya tepung terigu cap kunci (Suyanti,2008).
BAHAN TAMBAHAN
1.Tepung Tapioka
Tepung tapioka adalah pati yang diperoleh dari ekstraksi ubi kayu melalui proses pemarutan, pemerasan,
penyaringan, pengendapan pati dan pengeringan. Proporsi penggunaan terigu untuk industri pengolahan
mie di Indonesia relative besar.Oleh sebab itu, pemanfaatan tepung tapioka sebagai pensubtitusi
(mengurangi penggunaan ) terigu dalam pembuatan mie diharapkan dapat memberi keuntungan yang cukup
besar (Made As tawan, 1999). Tepung tapioka bisa digunakan sebagai bahan alternatif agar mie tetap
kenyal. Harga tepung tapioka lebih murah dibandingkan teoung terigu. Selain sebagai bahan pembuat mie,
tepung tapioka dapat digunakan sebagai “dusting” , yang berguna agar mie tidak lengket saat dicetak
(Yuyun, 2008).
2. Air
Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dan karbohidrat, melarutkan garam, dan membentuk sifat
kenyal gluten. Pati dan gluten akan mengembang dengan adanya air. Air yang digunakan sebaiknya
memiliki pH antara 6–9, hal ini disebabkan absorpsi air semakin meningkat dengan naiknya pH. Makin
banyak air yang diserap, mi menjadi tidak mudah patah. Jumlah air yang optimum membentuk pasta yang
baik (Anonim, 2009)
3.Garam
Garam berperan dalam memberi rasa, memperkuat tekstur mie, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas mie serta
mengikat air. Garam dapat menghambat aktivitas enzim protease dan amilase sehingga pasta tidak bersifat
lengket dan tidak mengembang secara berlebihan (Winarno, F. G, 1997).
4. Soda Abu Soda abu merupakan campuran dari natrium karbonat dan kalium karbonat (perbandingan 1:1). Soda
abu berfungsi untuk mempercepat pengikatan gluten, meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas mie, meningkatkan kehalusan
terkstur, serta meningkatkan sifat kenyal (Made Astawan, 1999)
5. Minyak Goreng
Minyak dapat digunakan sebagai medium penggorengan bahan. Dalam penggorengan, minyak berfungsi sebagai medium
penghantar panas, menambah rasa gurih dan kalori dalam bahan. Minyak yang telah rusak mengakibatkan
kerusakan nilai gizi, tetapi juga merusak tekstur, flavor dari bahan yang digoreng. Kerusakan minyak selama penggorengan
akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan polimerisasi akan
menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak (Ketaren, 1996)
Mutu mie Instan yang baik memiliki karakteristik gigitan relatif kuat, kenyal, permukaan tidak lengket, dan tekstur
yang sangat bergantung pada komposisi mie (koswara 2005).
Ada 2 golongan mie berdasarkan SNI yaitu :
1. Mie basah yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan
lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan, berbentuk khas mie. (SNI 01-2987-
1992).
Pelabelan
Di Indonesia, yang mengeluarkan sertifikat halal adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI),
peranan Lembaga Pengkajian Pangan Obatobatan dan Kosmetika (LPPOMMUI) adalah sebagai tenaga
profesional yang membantu memberikan pertimbangan teknologi/pengetahuan teknis kepada MUI dan
membantu masyarakat dalam memproduksi makanan yang halal serta memperoleh sertifikat halal. Proses
pengurusan sertifikat halal diajukan melalui LPPOMMUI dan akan
diperiksa kelengkapan berkasnya terlebih dahulu. Bila berkas lengkap, selanjutnya diadakan audit lapangan.
Apabila audit lapangan dan berkas sinkron dan tidak ditemukan hal-hal yang meragukan, maka proses
penetapan sertifikat halal dilakukan oleh komisi fatwa MUI.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) membuat kebijakan yang mewajibkan produsen makanan
minuman untuk mencantumkan informasi nilai gizi atau logo "Pilihan Lebih Sehat" pada semua produk
pangannya khususnya untuk pasta, mie instan, dan minuman siap saji. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
konsumen mendapatkan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizinya. Berikut kriteria yang harus dipenuhi
Pangan dalam BPOM Mie Goreng (Indomie) yaitu :
1. Menjelaskan informasi pada bagian utama dalam bentuk tabel tidak consumer friendly sehingga muncul
inisiatif baru untuk mencantumkan informasi nilai gizi yang berwarna monokrom pada bagian utama label,
agar upaya ini juga diharapkan bisa mendorong industry menyediakan produk yang lebih sehat.
2. Mencantumkan logo pilihan lebih sehat yang saat ini masih diterapkan sukarela. Logo ini diterapkan di
semua produk siap konsumsi seperti pasta, mie instan, dan minuman siap saji.
3. Keamanan Pangan
Beberapa indikator dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu pangan tidak aman. Tanda-tanda yang
mudah ditemukan antara lain berbau busuk atau tengik, terdapat kotoran berupa kerikil, potongan kayu atau
kaca atau terdapat belatung.