DINDA JULIA
Judul
Nama
: Dinda Julia
NIM
: J3K114027
Program Keahlian
: Manajemen Industri
Disetujui
Diketahui
PRAKATA
Alhamdulillahirabilalamin. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT
atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
pada program keahlian Manajemen Industri Program Diploma Institut Pertanian
Bogor.
Dalam proses penyusunan dan penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini tentuna
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa penulisan
Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, meskipun demikian penulis telah
berusaha semaksimal mungkin agar Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan
dengan baik dan benar.
Akhir kata, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan dalam ilmu pengetahuan dan penerapan di lapangan serata
dapat dikembangkan lebih lanjut.
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN..................................................................................................8
1.1
Latar Belakang................................................................................................8
1.2
Manfaat...........................................................................................................9
1.3
Ruang Lingkup.............................................................................................10
II.
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................12
2.1
2.2
Pengendalian Mutu........................................................................................13
3.2
3.3
Jadwal Kegiatan............................................................................................26
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
Alternatif Solusi............................................................................................37
5.1
Perencanaan Produksi...................................................................................38
5.2
5.3
6.2
Kesimpulan...................................................................................................50
7.2
Saran.............................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................52
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini pertumbuhan manusia yang semakin meningkat menyebabkan
melonjaknya populasi manusia, seperti apa yang diramalkan oleh Thomas Malthus
bahwa jumlah populasi manusia akan mengalahkan jumlah makanan. Salah satu
bentuk upaya untuk pengadaan makanan dengan membuat makanan cepat saji yang
dapat disimpan dalam kurun waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan
makanan pada umumnya. Chicken Nugget merupakan salah satu makanan cepat saji
yang tepat untuk memenuhi kebutuhan manusia akan makanan.
Chicken Nugget adalah olahan daging ayam yang terbuat dari bahan utama
ayam dengan tambahan beberapa bahan lainnya yang telah dimasak sebagian dan
sepenuhnya dengan dibekukan terlebih dahulu sebelum disimpan. Chicken Nugget
berbeda dengan produk makanan cepat saji lainnya yang banyak menggunakan
pengawet yang menyebabkan makanan dapat disimpan dalam jangka waktu yang
panjang. Chicken Nugget yang diperoleh dari bahan baku, sarana, dan proses yang
terkendali membuat chicken nugget hanya bertahan sekitar satu tahun jika disimpan
pada suhu yang dianjurkan yaitu minimal -18 derajat celcius. Chicken Nugget juga
memiliki komponen terbesar dalam bahan bakunya, yaitu ayam segar yang telah
dipisahkan dari tulang dan kulitnya terlebih dahulu.
Pasar konsumsi masyarakat Indonesia akan chicken nugget sangat besar,
namun, namun belum dapat diimbangi dengan kurangnya produsen chicken nugget.
PT So Good Food Manufacturing merupakan perusahaan yang memproduksi chicken
nugget dengan merek SO GOOD. Perusahaan ini selalu berusaha menjadi produsen
yang memperhatikan kualitas bagi konsumen agar sehat, aman, dan bergizi. Upaya
yang dilakukan dengan memperhatikan aspek proses produksi dan pengawasan mutu
terutamaproses produksi, agar proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi
terjadi dengan baik, memaksimalkan produk yang diperoleh dan meminimalkan
bahan baku, peralatan, serta energi yang digunakan. Kegiatan proses produksi tidak
luput dari pengawasan mutu yang mengontrol proses produksi agar menghasilkan
produk yang bermutu dan berada di dalam batasan mutu yang telah ditetapkan.
Pengawasan mutu berguna agar produksi memenuhi target yang direncanakan,
efektif, dan efisien.
1.1.1
Tujuan Umum
a. Mengobservasi, menganalisis, serta memberikan solisi atas permasalahan
yang ada berdasarkan disiplin ilmu yang dipelajari.
b. Memperoleh dan menerapkan keterampilan, pengalaman kerja, serta
pengaplikasian ilmu dan teknologi yang diperleh dari proses perkuliahan,
khususnya pada topik yang diangkat.
1.1.2
Tujuan Khusus
Mempelajari teknologi proses dan pengawasan mutu pada produk SO
GOOD Chicken Nugget Original yang diproduksi oleh PT. So Good Food
Manufacturing.
1.2
Manfaat
1.2.1
Manfaat Bagi Mahasiswa
1. Dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh di bangku
perkuliahan pada lapangan kerja yang sesungguhnya.
2. Menambah wawasan ilmu pengetahuan.
3. Mendapat pengetahuan mengenai kegiatan produksi, terutama tentang
1.2.2
10
1.3
Ruang Lingkup
Dalam setiap kegiatan ilmiah selalu memiliki batasan-batasan bagi para
pelakunya. Batasan atau ruang lingkup berfungsi untuk membuat sebuah kegiatan
ilmiah menjadi lebih fokus dengan konsistensi pada tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Selain itu, batasan ini juga dapat memudahkan mahasiswa dalam
pencapaian tujuan awal yang telah ditetapkan sebelumnya.
a. Aspek Umum
Dalam aspek umum ini meliputi bidang keilmuan khusus yang terdapat dalam
Program Keahlian Manajemen Industri (MNI). Aspek umum tersebut adalah:
1. Aspek Perancangan
a) TTCK (Teknik Tata Cara Kerja)
b) Tata Letak
c) Penanganan Bahan
2. Aspek Perencanaan
a) Perencanaan Produksi
b) Perencanaan SDM dan Ketenagakerjaan
3. Aspek Pengendalian
a) Pengendalian Mutu
b) Supply Chain Management
c) Total Productive Maintenance
d) Pengendalian Produksi
b. Aspek Khusus
11
Dalam kegiatan PKL ini, mahasiswa menerapkan ruang lingkup secara khusus
untuk dapat lebih fokus terhadap sebuah topik atau permasalahan yang nantinya
akan menjadi topik dalam penulisan tugas akhir. Aspek khusus tersebut adalah
penngendalian mutu yang mencakup peningkatan kecepatan dan ketepatan
pengadaan bahan baku, produksi, pengawasan mutu dan Sistem Jaminan Mutu
dalam hasil akhir produksi sebelum didistribusikan ke masyarakat.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
12
untuk
mendapatkannya,
bila
komponen-komponen
secara
internal,
mereka
bertanggung jawab atas kapan dibuat dan pada mesin-mesin mana sehingga master
production schedules atau jadwal perakitan akhir dipenuhi untuk memuaskan
permintaan organisasi.
2.1.1 Fungsi PPIC
Menurut Kusuma(2004), pada dasarnya fungsi dasar yang harus dipenuhi oleh
aktivitas PPIC adalah:
a. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai
fungsi dari waktu
b. Menetapkan jumlah dan saat pemesanan bahan baku serta komponen secara
ekonomis dan terpadu
c. Menetapkan keseimbangan antara tingkat kebutuhan produksi, teknik pemenuhan
pesanan, serta memonitor tingkat persediaan produk jadi setiap saat,
membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan revisi atas
rencana produksi pada saat yang ditentukan
d. Membuat jadwal produksi, penugasan, dan pembebanan mesin dan tenaga kerja
yang terperinci sesuai dengan ketersediaan kapasitas dan fluktuasi permintaan
pada suatu periode.
2.1.2 Sistem PPIC Terpadu
Menurut Handoko (2000), sistem PPIC mulai dengan membuat rencanarencana, mengimplementasikan rencana-rencana, mengawasi kegiatan-kegiatan atas
dasar rencana-rencana dan kemudian memberikan informasi umpan balik kepada
orang-orang PPIC sehingga rencana-rencana baru atau yang telah direvisi dapat di
implementasikan dan diawasi, dan seterusnya, sesuai periode waktu yang disyaratkan.
Sistem-sistem PPIC membantu pengelolaan kapasitas, tingkat persediaan dan
tenaga kerja, pembebanan mesin, dan pemindahan pesanan melalui fasilitas produksi.
13
Disamping itu, sistem memonitor pesanan yang disampaikan kepada pihak luar untuk
komponen-komponen dan bahan-bahan yang dibeli.
2.2 Pengendalian Mutu
Menurut Nasution, MN. 2004. Dalam hal pengendalian mutu di pabrikasi,
mempelajari aspek kualitas dari input, proses, dan output serta aliran informasi dari
dalam maupun luar. Kualitas dalam hal ini adalah derajat kesesuaian terhadap standar
atau karakteristik langsung dari produk seperti performansi (performance), keandalan
(reliability). Mudah dalam penggunaan (easy to use), dan estetika (esthetics).
Pada perusahaan pabrikasi ada dua macam struktur organisasi yang berkaitan
dengan pengendalian mutu:
1. Departemen kualitas berdiri sendiri dan mempunyai jalur laporan langsung ke
GM. Fungsi kualitas harus terpisah dari kegiatan pabrikasi dan langsung
memberikan langsung ke GM, tujuannya untuk mendapatkan kerjasama dalam
rangka memenuhi penjadwalan dan biaya. Dapat dilihat pada Gambar 1
GM
Kualitas
Pabrikasi
Keuang
Pemasar
Fungsi
an
an
Gambar 1. Jalur laporan pengendalian
mutu langsung
ke GM Lainnya
GM
Pabrikasi
Keuang
an
Pemasar
an
Fungsi
Lainnya
14
Kualitas
Gambar 2. Jalur laporan pengendalian mutu dari pabrikasi
.b
.c
.d
.e
15
16
Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal,
namun dari ke lima definisi kualitas di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu
dalam elemen-elemen sebagai berikut:
a. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b. Kualitas mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan.
c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap
merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa
mendatang.
2.2.2 Metode Pengendalian Kualitas Statistical
Menurut Purnomo (2003), pengendalian kualitas secara statistika dapat
digunakan pada contoh penerimaan material atau pada pengendalian proses.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara pengukuran penampilan (attribute) atau
dengan cara pengukuran dimensi (variable).
1. Control Chart
Merupakan kumpulan data yang ditulis dalam bentuk grafik dan digunakan untuk
membuat penilaian status pengendalian kualitas pada sebuah proses produksi.
X Chart adalah jenis contro chart yang menggunakan angka rata-rata dari contoh
yang diambil dari suatu paket produk output yang akan diukur dalam rangka
untuk mengetahui status proses produksi atau tingkat pengendalian kualitas dan
biasa dinamakan sample average.
X Chart mempunyai tiga parameter penting yang ditentukan dengan cara
perhitungan dari data-data histori, yaitu:
.1 Nilai rata-rata
.2 Batas pengendalian atas atau upper control limit (UCL)
.3 Batas pengendalian bawah atau lower control limit (LCL)
17
Penelitian
Variabel
Jumlah Sampel
Gambar 3. Contorl Chart
statistik (SPC-Statistical Process Control). Ada tujuh teknik dasar untuk menganaisis
mutu, yaitu:
.1 Check Sheet
.2 Histogram
.3 Diagram Pareto
: Prioritas Masalah
: Brain Storming
.5 Stratifikasi
.6 Scatter Diagram
: Pembuktian Penyebab
.7 Peta Kendali
Dalam masalah ini hanya beberapa metode yang akan di ambil sesuai
kemudahan dalam pengumpulan data di PT. So Good Food Manufacturing sesuai
dengan peraturan yang ada di dalam perusahaan.
18
19
3. Diagram Pareto
Diagram pareto adalah diagram yang dipergunakan untuk mengidentifikasikan
karakteristik. Kualitas yang perlu mendapat prioritas perbaikan dan pengendalian
dikenalkan leh seorang ekonom Italia bernama V.Pareto (Grant, Eugene,
Leavenworth, R.S., Pengendalian Kualitas Statis).
Diagram pareto bertujuan untuk menemukan atau mengetahui prioritas utama
dari masalah yang dihadapi dan merupakan kunci dalam penyelesaian masalah yang
dihadapi dan perbandingan terhadap keseluruhan. Kegunaan diagram pareto antara
lain:
1. Menunjukkan masalah utama dengan menunjukkan urutan prioritas dari beberapa
masalah.
2. Menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap keseluruhan
3. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah terbatas
4. Menunjukkan perbandingan masing-masing masalah sebelum dan seseudah
perbaikan
Sebuah diagram pareto menunjukkan masalah apa yang pertama harus kita pecahkan
untuk menghilangkan kerusakan dan memperbaiki operasi. Item cacat yang paling
sering muncul ditangani terlebih dahulu keudian dilanjutkan dengan item cacat
tertinggi kedua dan seterusna.
4. Peta Kendali
Peta kendaliadalah merupakan grafik dengan mencantumkan batas maksimum
dan batas minimum yang merupakan batas daerah pengendalian (Grant, Eugene,
Leavenworth, R.S., Pengendalian Kualitas Statis). Tujuan menggambarkan peta
kendali adalah untuk menetapkan apakah setiap titik pada grafik normal atau tidak
normal dan dapat mengetahui perubahan dalam proses dari mana data dikumpulkan,
sehingga setiap titik pada grafik harus mengindikasikan dengan cepat dari proses
mana data diambil.
Sebuat peta kendali terdiri dari garis pusat (Centra Line), sepasang batas kendali
masing-masing diletakkan di atas (Upper Control Line) dan dibawah (Lower Control
20
Limit) dan nilai karakteristik. Bila semua nilai digambarkan didalam batas kendali
tanpa lecenderungan khusus, maka proses dipandang sebagai keadaan terkendali.
Sedangkan bila mereka jatuh di luar batas kendali atau menunjukkan bentuk lain,
maka proses ditetapkan berada di luar kendali.
Peta kendali dapat digunakan untuk:
1. Membedakan variasi yang bersifat acak terhadap variasi yang timbul akibat
sebab-sebab tertentu.
2. Memonitor terjadinya perubahan proses
3. Membantu menentukan sebab-sebab terjadinya suatu variasi.
5. Diagram Pencar
Diagram pencar menunjukkan hubungan antara dua variabel. Diagram pencar
sering digunakan sebagai analisis tindak lanjut untuk menentukan apakah penyebab
yang ada benar-benar memberikan dampak kepada karakteristik kualitas. Contoh
untuk diagram pencar yaitu untuk menggambarkan plot pengeluaran untuk iklan
dengan penjualan perusahaan yang mengindikasikan hubungan kuat positif diantara
dua variabel. Jika pengeluaran untuk iklan meningkat, maka penjualan cenderung
meningkat.
Pada umumnya, bila kita berbicara tentang hubungan antara dua macam data,
kita sesungguhnya membicarakan tentang:
1. Hubungan penyebab dan akibatnya
2. Hubungan antara satu penyebab dengan penyebab lainnya
3. Hubungan antara satu penyebab dengan dua penyebab.
Jika kita menggambarkan pada sumbu vertikal akibatnya dan pada sumbu
horizontal penyebabnya, maka kita akan mendapatkan sebuah peta yang disebut
dengan diagram pencar.
6. Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab akibat adalah sebuah diagram yang menunjukkan hubungan
antara karakteristik kualitas dan faktor (Grant, Eugene, Leavenworth, R.S.,
Pengendalian Kualitas Statis). Diagram ini lebih dikenal dengan istilah fish bone
21
diagram atau diagram tulang ikan, dikarenakan oleh Kaoru Ishikawa. Kegunaan
utama diagram ini adalah untuk menganalisis timbulnya akibat, yaitu dengan
mencari atau menemukan dan menggambarkan faktor-faktor yang menjadi penyebab
dari suatu masalah. Kualitas yang ingin kita perbaiki dan kendalikan disebut
Karakteristik Kualitas yang dapat menyebabkan penyebaran disebut faktor. Untuk
mengilustrasikan pada sebuah diagram hubungan antara sebab dan akibat kita ingin
mengetahui sebab dan akibat dalam bentuk yang nyata
Faktor-faktor yang berpengaruh, biasanya terdapat lima faktor utama, yaitu :
manusia(man),
bahan
(material),
metode(method),
mesin(machine),
dan
Langkah
Tujuan
Kegiatan
Menentukan
Untuk menentukan
pokok
permasalahan
dibahas
Uraian Kegiatan
1. Buat check sheet,
kumpulkan data
2. Stratifikasi data
3. Buat Pareto
4. Menentukan
2
diagram
4. Grafik
pokok masalah
sumbangan saran
5. histogram
Diagram tulang ikan
(fish bone diagram)
Membahas
Mencari penyebab
penyebab
untuk
sedang dibahas
menganalisis
sebab akibat
Menguji sebab
Menguji kebenaran
penyebab dengan
buat diagram
tulang ikan
buat check sheet,
Check Sheet
22
data
kumpulkan data
Rencana
Membuat rencana
perbaikan
guna mengatasi
penyebab
Penanggulangan Melaksanakan apa
Diagram
buat pareto
diagram
Buat rencana perbaikan
Pareto
Metode FMEA
Melakukan
Penjelasan dengan
yang telah
perbaikan sesuai
gambar/ uraian
direncanakan
dengan rencana
tindakan yang
Gambarkan
dilaksanakan
caranya/ dengan
6
Evaluasi hasil
Mengkonfirmasi
hasil antara
sebelum dan
uraian
Buat check sheet,
Check Sheet
kumpulkan data
Pareto
Buat pareto
sesudah langkah
diagram sebelum
perbaikan
dan sesudah
diagram
Membakukan
perbaikan
Membuat standar kerja/
Kalimat perintah
prosedur sesuai
flow process
cerminan langkah 4
Masalah
langkah 5
Merencanakan
Berikut
kegiatan selajutnya
Standarisasi
permasalahan
selanjutnya
Table 1 Penggunaan 8 Langkah dan 7 Quality Control Tools
23
ini bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan kerja lapangan. Kerangka kerja
PKL ini digambarkan melalui flowchart sepeti pada Gambar 4
Mempelajari keadaan umum perusahaan
(Sejarah, struktur organisasi, jenis produk, kediatan produksi)
Mempelajari, mengamati, serta mendiskusikan aspek :
1. Perancangan
a. Perancangan tata cara kerja
b. Perancangan tata letak
c. Perancangan penanganan bahan
2. Perencanaan
a. Perencanaan produksi
b. Perencanaan SDM dan Ketenagakerjaan
3. Pengendalian
a. Pengendalian mutu
b. Pengendalian persediaan
c. Total Productive Maintenance
d. Pengendalian limbah
e. Supply Chain Management
24
Pelaporan
Gambar 4. Flowchart Kerangka Kerja PKL
25
3.2
3.2.1
Berbagai aspek yang dipelajari selama praktik kerja lapangan antara lain:
4.1 Proses produksi secara detail
4.2 Perancangan produksi (penentuan lokasi dan layout pabrik, kondisi
lingkungan kerja, dan penanganan bahan)
4.3 Perencanaan produksi (perencanaan produksi, perencanaan bahan baku, dan
perencanaan SDM)
4.4 Pengendalian mutu (Identifikasi manajemenmutu dan evaluasi aliran yang
berkaitan dengan mutu, total productive maintenance, pengendalian mutu dan
penanganan hasil akhir produksi)
26
3.3
Jadwal Kegiatan
Waktu pelaksanaan PKL berlangsung selama 2 bulan terhitung dari bulan
Maret-Mei 2015. Jumlah hari kerja dalam seminggu sebanyak 5 hari kerja dengan
jumlah jam kerja sebanyak 8 jam per hari, atau 40 jam per minggu. Adapun jadwal
pelaksanaan praktik kerja lapang dapat dilihat pada Tabel 2
N
o
Kegiatan
Perkenalan kondisi
lapangan
Mempelajari keadaan
umum perusahaan
Mempelajari spesifikasi
produk, proses
produksi, kondisi
lingkungan kerja, lokasi
dan tata letak pabrik,
dan penanganan bahan
Mempelajari
perencanaan produksi,
penjadwalan produksi
dan perencanaan
kapasitas
Mempelajari
pengendalian mutu, dan
total productive
maintenance
Mempelajari mutu
produk akhir dan aliran
luaran produk
Wktu Pelaksanaan
Maret
April
Mei
27
Pelaporan
Table 2 Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang
(PT. SGFM) terdapat berbagai informasi tentang lokasi, tata letak perusahaan, sejarah
perusahaan dan struktur organisasi yang ada di PT. SGFM. Adapun sebagai berikut:
4.1.1
PT. SGFM terletak di Jalan Raya Serang Km. 20,2 desa Cibadak Cikupa,
Tanggerang. Perusahaan ini memiliki luas area +/- 4,4 ha yang terdiri dari 2,2 ha
bangunan pabrik dan kantor dan sisanya merupakan area parkir, tempat pengolahan
limbah, dan lahan hijau. Bangunan kantor terdiri dari beberapa ruangan untuk setiap
departemen, ruang pertemuan, dan kamar mandi. Sedangkan pada bangunan pabrik
terdiri dari ruang produksi, gudang, kantor, loker karyawan, dan kamar mandi. Selain
bangunan-bangunan tersebut juga terdapat bangunan RPA (Rumah Potong Ayam) dan
mushola. PT.SGFM terletak pada kawasan industri yang sangat mendukung dalam
kegiatan operasional perusahaan.
4.1.2
PT. SGFM sebelumnya bernama PT. Japfa Santori Indonesia, dan pada
awalnya PT. Japfa Santori Indonesia bernama PT. Japfa Osi Food Industries yang
berdiri pada 25 Juni 1997 berdasarkan akta notaris, SH No.80 tanggal 25 Juni 1997
dalam bentuk Jointventure antara PT. Japfa Group Indonesia dengan OSI (Otto and
Sons Incorporations) dari Amerika. Perusahaan ini didirikan untuk memenuhi
kebutuhan dari rumah makan terkemuka asal Amerika (Mc. Donalds) dengan
28
menyuplai produk beef patties (beefburger), chicken patties, fish fillet, dan chicken
nugget.
Pada tahun 1998 PT. Japfa Osi Food Industries disahkan lembaga Negara
No.2421 tahun 1998 dalam Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI No.C2-7919.
HT.01.
Tahun
1997
untuk
surat
persetujuan
perubahan
rencana
proyek
29
QA System
Bertugas untuk memeriksa setiap hasil atau laporan dari proses pengawasan mutu
dilapangan.
QA non-line
Bertugas melaporkan pengawsan mutu untuk setiap bagian-bagian yang berada
di luar line proses.
QA in line
Bertugas untuk mengawasi atau mengontrol proses produksi agar berada dalam
spesifikasi dan menjaga konsistensi kualitas produk.
QA sanitasi
30
Produk Perusahaan
Sekertaris
Plant
Departemen
Sales &
Marketing
R&D
QA
Purchasing
& Logistic
Finance &
Acconting
PPIC
QA System
Produksi
QA In Line
Maintenance
QA Non-Line
QA Sanitasi
HRD &
GA
HACCP
31
Jenis
Chicken Nugget
Varian
Original
Garlic
Hot and Spicy
Table 3. Produk PT. SGFM
Kemasan
200,400 gr
200,400 gr
200,400 gr
4.2
32
33
34
35
36
yang ada di gudang bahan kemasan adalah berupa alas yang disebut paletpalet yang berfungsi untuk melindungi bahan kemasan, bahan tambahan, dan
bahan-bahan kimia dari kerusakan. Selain palet alat penanganan bahan yang
digunakan adalah forklift yang berguna untuk mengangkut, memindahkan,
dan menumpukkan bahan baku, bahan kemasan dari produk.
4.7
Alternatif Solusi
Perlu adanya tambahan palet-palet agar tidak terjadi kejatuhan nugget yang
berlebih, karena banyak nugget yang terjatuh dan mengakibatkan produksi nugget
yang berkurang. Dan untuk perancangan sistem kerja dengan adanya bau-bauan yang
ada di ruang produksi dan kebisingan yang mengganggu para pekerja harus
diadakannya saniitasi untuk wewangian pada ruang produksi dan pengecekan mesin
agar tidak terjadi kebisingan yang berlebih diruang produksi.
37
Perencanaan Produksi
PT. SGFM melakukan operasi produk berdasarkan data peramalan atau data
permintaan. Data permintaan dan data peramalan dikirim oleh pihak PPIC
(PRODUCTION Planning Inventory Control). Dari pihak PPIC mengirimkan data
permintaan dan peramalan tersebut kepada pihak produksi. Pihak PPIC mengirimkan
Master Production Schedule (MPS) kepada pihak produksi master production
schedule tersebut adalah acuan dari permintaan marketing sendiri, jadwal produksi
running dilihat dari per-minggu dan per-jadwal chicken nugget akan diproduksi.
Prosedur permintaan produk chicken nugget original sendiri dilihat dari PO(Pre
Order) stock finish goodnya sehingga sesudah melihat dari PO tersebut produksi
chicken nugget baru berjalan.
5.2
38
slip, dan apabila produk tidak dengan kondisi yang baik penanganan barang tidak
sesuai di dalam permintaan customer lalu langsung dikirim kepada distributor yang
mengawasi penanganan permintaan yaitu kepada pihak PPIC harus disortir kembali,
namun apabila produk dengan kondisi yang baik pengiriman dilakukan dengan
adanya surat jalan, tally sheet tally sheet security, dan langsung dilakukan pengiriman
terhadap customer dan penerimaan produk. Dalam permintaan customer lalu
langsung dikirim kepada distributor yang mengawasi penanganan permintaan yaitu
kepada pihak PPIC.
5.3
Total Karyawan
General Manager
14
Finance
13
HRD & GA
29
Maintenance
33
Produksi
119
PPIC
Purchasing
R&D
QA
70
39
Logistik
61
Jumlah
358
Table 4. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja PT. SGFM
40
41
Inspeksi terhadap bahan pembantu dalam hal ini berupa bumbu dan dry
ingredients termasuk minyak, meliputi pemeriksaan terhadap kebersihan kontainer,
integritas kemasan, tanggal produksi dan tanggal kadaluarsanya dan di sesuaikan
dengan sertifikat data yang diperoleh dari supplier. Parameter lain yang digunakan
dalam inspeksi dry ingredient meliputi jenis, tanggal, kemasan, label, kondisi
kemasan, warna, rasa, bau dan benda asing.
Selain itu, minyak dilakukan dengan secara organoleptik terhadap sifat fisik
dan kimia. Pemeriksaan minyak dilakukan pada saat inspeksi kedatangan oleh QA.
Sedangkan pemeriksaan kimia oleh QA hanya dengan pemeriksaan COA(Certificate
Of Analyze) dari pihak supplier.
Pemeriksaan terhadap bahan baku dan bahan pembantu dilengkapi dengan
pengujian mikrobiologi, jika bahan-bahan produksi tidak sesuai dengan standar mutu
yang telah ditetapkan oleh perusahaan, maka akan ditolak dan dikembalikan kepada
supplier. Sebaliknya, jika sesuai dengan standar mutu perusahaan, maka bahan
tersebut akan disimpan dalam gudang basah dengan suhu -18 oC, kecuali untuk
minyak digudang kering pada RH<65%.
Tahap penerimaan bahan baku merupakan tahapan yang apabila tidak
dikendalikan dengan baik dapat menimbulkan bahaya bagi konsumen.tahapan ini
dikenal sebagai CCP(Critical Control Point), karena dalam tahapan ini
memungkinkan adanya bahaya fisik, kimia, biologis, dan bahan.
Bahan pembantu lain dalam memproduksi chicken nugget adalah air. Air yang
digunakan berasal dari beberapa sumur tanah yang ditampunga terlebih dahulu dalam
tangki penampungan. Dalam tangki ini dilakukan pencampuran klorin. Chlorine
Sanitizer membentuksenyawa HOCI(asam hipoklorit) dalam larutan yang berfungsi
sebagai senyawa aktif yang bekerja dan membunuh senyawa aktif yang bekerja
membunuh danmenghancurkan bakteri.
6.1.3
Pengendalian Mutu Bahan Kemasan
Selain pemeriksaan terhadap bahan baku dan bahan pembantu, juga dilakukan
pemeriksaan terhadap bahan pengemas. Jenis bahan kemasan yang digunakan pada
plastic dan karton. Parameter-parameter yang diperiksa dalam inspeksi bahan
kemasan adalah:
1. Untuk plastik jenis atau warna, kelengkapan, kebersihan, kerusakan, dan
dimensi.
2. Untuk karton jenis, warna, kelengkapan,printing, kebersihan, kerusakan,
berat, dan dimensi.
Departemen QA selanjutnya akan menyatakan bahwa kemasan yang datang
bisa diterima atau tidak, apabilabahan kemasan tersebut tidak memenuhi standar baku
42
mutu yang telah ditentukan maka bahan kemasan akan ditolak dan dikembalikan
kepada supplier.
6.1.4
Pengendalian Mutu Proses Produksi
Pengendalian mutu selama proses pengolahan berlangsung dilakukan untuk
mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan yang akan membuat terjadinya proses
selanjutnya dan berpengaruh pada keamanan pangan dan kualitas produk yang
dihasilkan. Bahan baku yang akan dimasuki proses produksi terlebih dahulu akan
melalui tahap temring di dalam chilling room. Proses tempring bertujuan untuk
mengubah kondisi.daging ayam dari bentukbeku engan suhu kurang dari -18 oC
menjadi bahan yang konsistennya lebih lembek dengan suhu(-2.2)-(-1,1) oC. waktu
yang dibutuhkan adalah kurang lebih satu hari dengan suhu ruang 0-4 oC. dalam tahap
tempering memungkinkan terjadinya bahaya mikrobiologis, yaitu tumbuhnya
mikroba yang menyebabkan terkontaminasinya bahan baku
Oleh karena itu tahap tempering ini termasuk dalam CCP. Untuk
menanggulangiterjadinya kontaminasi raw material pada tahap tersebut, maka perlu
diperharikan kondisi sanitasi dan pengontrolan suhu chilling room, sedangkan untuk
pengontrolan suhu daging dilakukan dengan alat thermometer dingin. Pengontrolan
suhu baik dengan suhu ruangan maupun suhu daging dilakukan 4 jam sekali oleh
pihak QA dan warehouse setelah melalui tahap tempering daging ayam menjadi lebih
mudah digiling dalam tahap grinding. Proses selanjutnya adalah proses blending.
Pengawasan mutu yang dilakukan dalam tahap ini berupa pengecekan suhu setelah
blending dilakukan sebelum masuk tahap forming. Suhu yang dikehendaki pada saat
proses pencetakan adalah -4 oC . pencapaian tingkat suhu tersebut bertujuan agar
daging komponen lain yang ditambahkan dapat dengan mudah dicetak pada mesin
pencetak(formax). Adonan daging yang dicetak disortir berdasarkan bentuk
cetakannya. Hasil cetakan yang tidak sesuai dikenal dengan waste meat yang
selanjutnya akan dikembalikan untuk dicetak ulang pada mesin pencetak. Selain itu
juga dilakukan pengontrolan terhadap suhu dan berat daging yang keluar dari formax.
Suhu yang diharapkan adalah kurang lebih -4 oC sama seperti suhu daging sebelum
forming.
Proses setelah forming adalah coating basah. Dalam viskositas ini dilakukan
pengontrolan terhadap viskositas milkwash yang digunakan. Viskositas yang
diharapkan adalah 9-12 detik. Pengukuran viskositas dilakukan dengan zahn cup dan
dikur waktu yang dibutuhkan untuk menetesnya milkwash sampai telat habis dalam
zahn cup. Selain viskositas dilakukan duga pengontrolan dalam suhu milkwash.suhu
yang dikehendaki adalah <15 oC. pengontrolan terhadap suhu milkwash dilakukan
saat milkwash berada dalam batter tank dan juga saat coating milkwashpada daging
yang tercetak. Pada tahap coating milkwash juga dilakukan pengontrolan terhadap
43
berat daging yang tercetak setelah coating basah. Proses selanjutnya adalah tahap
breadingyaitu pelapisan dengan tepung pada adonan yang tercetak. Pengawasan mutu
yang dilakukan pada tahap ini adalahpenimbangan beratsetelah breading dan
prosentase pick upyang dihasilkan.tahap breadingdilanjutkan dengan tahap frying
pengontrolan yang dilakukan pada tahap ini adalah suhu minyak yang digunakan.
Waktu frying, berat setelah frying dan prosentase pick up yang dihasilkan. Suhu
minyak yang digunakan pada proses frying minimal 170 oC dan maksimal 180 oC.
waktu frying yang dikehendaki adalah 60 detik.
Setelah proses frying dilakukan proses pematangan dengan menggunakan
oven. Paramete yang diperiksa dalam tahap ini adalah berat setelah oven dan
prosentase pick up yang dihasilkan dari tahap pematangan tersebut. Nugget kemudian
memasuki tahap proses freezing. Lama waktu nugget sekitar 50-53 menit. Nugget
yang keluar dari freezer termasuk dalam kategori finish product. Terhadap finish
product tersebut dilakukan pengecekan suhu dan sortasi sebelum dilakukan
pengemasan. Sortasi yang dilakukan adalah sortasi terhadap bentuk, ukuran,
penampkn adanya metal atau logam.
Tahap sortasi dilanjutkan dengan tahap filling ke dalam plastik kemasan.
Pengontrolan yang dilakukan pada tahap ini adalah kisaran berat produk . selain
kisaran berat produk juga dilakukan pemeriksaan terhadap jumlah pieces dalam 1
kemasan yang dilakukan setiap 15 menit sekali. Selanjutnya dilakukan tahap sealing
dan diperiksa rapat tidaknya sealing dan ada tidaknya tanggal kadaluarsa yang
terdapat pada kemasan tahap sealing dilanjutkan dengan pengemasan dalam dus dan
penimbangan serta penutupan karton. Pada saat penutupan karton dilakukan
pengecekan tanggal kadaluars yang terdapat pada kemaan karton serta pencantuman
nomer batch dan team produksinya.
Apabila dalam ssala satu tahap produksi terdapat penyimpangan terhadap
spesifikasi yang telah ditentukn, maka langkah yang telah diambil adalah pengecekan
ulang pada tahap sebelumnya untuk mengetahui penyebab penyimpangan dan
mencari solusi tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
6.1.5
Pengendalian Mutu Produk Akhir
Pengendalian mutu produk akhir bertujuan untuk menjaga kualitas produk
agar sesuai dengan standar dan keinginan konsumen, sehingga aman untuk
dikonsumsi. Pengendalian mutu produk akhir dilakukan pada tahap akhir produksi
ebelum produk dipaarkan..
Satu kali dalam setiap batch nya dilakukan pengambilan sampel untuk
kebutuhan test cooking, uji mikrobiologi dan retained. Sampel yang diambil untuk
test cooking sebanyak 100gr dan tes tersebut dilakukan dalam kitchen room.
44
Parameter yang dilakukan pada test cooking adalah warna atau penampakan, tekstur,
rasa dan suhu.
Produk akhir yang telah dikemas dalam karton kemudian dibawa dan
disimpan dalam gudang basah, produk berada di gudang basah ini sampai dilakukan
pengiriman produk untuk dipasarkan.
Sebelum dilakukan pengiriman produk, terlebih dahulu dilakukan inspeksi
pengiriman barang. Inspeksi tersebut dilakukan dengan cara mengambil sampel 3 dus
dan masing-masing diambil sebanyak 3 kemasan. Masing-masing kemasan diperiksa
penampakan, bentuk dan defect yang ada. Sedangkan sisa kemasan plastik lain hanya
diperiksa kondisi kemasan dan tanggal kadaluarsa serta tanggal kode produksinya.
Dus atau karton yang telah lolos inspeksi diberi label pass QA (pengesahan oleh QA)
6.1.6 Identifikas1 Masalah Aspek Pengendalian
Masalah yang dihadapi PT. SGFM dalam memproduksi chicken nugget
diidentifikasi melalui observasi lapang yang dilakukan dengan cara mengamati
kegiatan produksi yang sedang berjalan.
Masalah yang teridentifikasi tersebut adalah kerusakan pada produk chicken
nugget yang dimana apabila bentuk chicken nugget didapati tidak sesuai, maka akan
dibuat untuk produk second choice dimana di PT. SGFM ini mempunyai produk
second choice yang untuk diperjual belikan untuk karyawan saja. Kerusakan produk
chicken nugget terdiri dari 5 jenis kerusakan :
1. Produk patah
2. Produk terkelupas
3. Produk saling menempel
4. Adanya warna hitam pada produk
6.1.7 Alternatif Solusi
Alternatif solusi adalah terjadinya kerusakan produk tidak diinginkan oleh
perusahaan karena produk yang di dapat diperjual belikan dipasaran dan hanya bisa
diperjualbelikan kepada karyawan saja (second choice). Hal yang telah dilakukan
oleh perusahaan adalah melakukan pemeriksaan produk yang telah dikemas untuk
melihat ada tau tidak nya produk yang rusak yang terbawa ke dalam kemasan.
Dengan adanya kerusakan pada produk tersebut maka perusahaan memberikan solusi
untuk adanya pengecekan saat proses produksi berlangsung.
1. Lembar Periksa (Check Sheet)
lembar periksa mempunyai banyak tujuan, tetapi yang terutama adalah
mempermudah proses pengumpulan data dan dalam bentuk yang dapat dengan
mudah digunakan dan dianalisis secara otomatis. Data yang diambil dalam
lembar periksa selama 8 kali produksi dalam waktu 2 jam pada setiap kali
45
Ukuran Sampel(buah)
Jumlah Cacat(buah)
329
45
279
45
300
50
510
24
505
30
530
45
330
59
425
47
409
36
510
38
510
25
500
55
495
30
424
37
400
29
Table 5. Presentase Produk Terkelupas
Berdasarkan tabel diatas telah ditemukan beberapa buah kecacatan pada produk.
Contoh sampel yang diambil dari hasil observasi langsung dilapangan. Produk cacat
tersebut diambil setiap produk sudah keluar dari mesin steam.
Batch
1
2
Ukuran Sample
329
279
Jumlah Cacat
10
15
46
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
300
510
505
530
330
425
409
510
510
500
495
424
400
Table 6. Presentase Produk Patah
No
Jenis
1
2
3
4
Terkelupas
Patah
Black spot
Double
Total
Jumlah Cacat
Frekuensi
595
52
238
21
220
19
95
8
1148
100
Table 7. Jenis dan Jumlah produk cacat
15
20
24
20
8
17
10
10
8
25
14
18
12
Akumulasi
Frekuensi
52
73
92
100
47
sedikit muncul yaitu produk double sebanyak 8%. Hal ini ditempuh sesuai dengan
tujuan pembuatan bagan pareto yaitu untuk menentukan jenis permasalahan yang
paling terbesar dan memerlukan penanganan terlebih dahulu. Presentase komulatif
dari jenis kerusakan yaitu produk terkelupas meliputi 52% dari total 4 jenis kerusakan
yang diamati.
Produk Terkelupas
1. Kurangnya keahlian pekerja.
2. Kurangnya pengontrolan.
3. Speed antar conveyor tidak singkron.
4. Adanya pembesaran steam di oven.
5. Water misting yang berlebihan.
6. Viskositas yang terlalu tinggi.
6.2
48
sehingga adonan yang telah dicetak akan jatuh dan berjalan pada konveyor untuk
proses selanjutnya yaitu coating. Untuk mengantisipasi lengketnya adonan pada
moldplate, dilakukan sistem penyemprotan air melalui alat penyemprot yang
tersambung di dekat ejector sehingga semprotan air akan menuju moldplate.
Kecepatan pencetakan dapat diatur dengan mengatur besarnya stroke yang
disesuaikan dengan kondisi adonan hasil cetakan, suhu penggorengan, suhu oven, dan
suhu mesin IQF. Dengan kondisi proses yang stabil, stroke pencetakan juga akan
stabil.
6.2.3
Urutan Prosedur Perawatan
Pada PT. SGFM, pemeliharaan dan perawatan terhadap mesin-mesin produksi
dilakukan dengan kegiatan membersihkan, melumasi penggantian periodik. Selain itu
operator memiliki wewenang untuk melaksanakan keiatan pemeliharaan secara
mandiri mengingat operator merupakan pihak yang paling terkait secara langsung
dengan mesin produksi dan mengetahui kondisi mesin produksi. Jika kerusakan
mesin sudah parah dan tidak bisa diatasi oleh operator maka secepat mingkin operator
memberikan informasi dan mengidentifikasi penyebab kerusakan mesin kepada
bagian maintenance.
49
Kesimpulan
1. Aspek perancangan
Aspek perancangan pembuatan produksi chicken nugget berbeda dengan
makanan instan lainnya yang banyak menggunakan pengawet yang dapat
menyebabkan makanan yang disimpan dalam jangka waktu panjang. Masalah
yang teridentifikasi tersebut adalah adanya pada fasilitas penanganan bahan dan
kurangnya palet yang tersedia. Sedikitnya telah menemukan nugget yang
berjatuhan. Chicken nugget juga memiliki komponen terbesar dalam bahan
bakunya yaitu ayam segar dimana tulang dan kulitnya telah dipisahkan terlebih
dahulu.
2. Aspek perencanaan
Aspek perencanaan di PT. SGFM terdiri perencanaan bahan baku dan
perencanaan SDM. Perusahaan ini selalu berusaha menjadi produsen yang
memperhatikan kualitas bagi konsumen agar sehat, aman dan bergizi. Upaya yang
dilakukan dengan diperhatikannya aspek proses produksi dan pengawasan mutu
yag terutama proses produksi diperhatikan agar proses pengolahan bahan baku
menjadi produk akhir terjadi dengan baik.
3. Aspek pengendalian
Aspek pengendalian berperan penting dalam ebuah struktur manajemen
perusahaan. Pengendalian mutu merupakan suatu sistem yang mengendalikan
kualitas perusahaan agar terjaga dengan baik dan sesuai selera konsumen.
Pengendalian ini bertindak sebagai suatu kontrol yang dilakukan agar selama
proses produksi tidak terjadi sesuatu kesalahan sehingga produk yang dihasilkan
sesuai dengan standart kualitas dan harapan konsumen.
7.2 Saran
Untuk mengatasi masalah kerusakan yang terjadi pada produk chicken nugget ini
diperlukan adanya beberapa tindakan, saran yang dapat diambil oleh penulis dari
kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini adalah:
Aspek perancangan
50
Perlunya adanya tambahan palet-palet agar tidak terjadi kejatuhan nugget yang
berlebih, karena banyak nugget yang terjatuh dan mengakibatkan produksi nugget
yang berkurang. Dan untuk perancangan sistem kerja dengan adanya bau-bauan yang
ada di ruang produksi dankebisingan yang mengganggu para pekerja.
Aspek perencanaan
Dalam perencanaaan sistem kerja dengan tidak terlalu difosirnya jam kerja. Walau
ada shift tetapi seperti data obervasi lapang masih banyak para pekerja yang terlalu
letih dan akan mengakibatkan tidak-efektif saat bekerja. Saran dan solusi yang terjadi
pada perencanaan produksi sebaik memperhatikan permintaan customer dan bukan
hanya melihat pada persediaan bahan baku saja.
Aspek pengendalian
Alternatif solusi adalah terjadinya kerusakan produk tidak diinginkan oleh
perusahaan karena produk yang di dapat diperjual belikan dipasaran dan hanya bisa
diperjual belikan kepada karyawan saja. Hal yang telah dilakukan oleh perusahaan
adalah melakukan pemeriksaan produk yang telah dikemas untuk melihat ada atau
tidaknya produk yang rusak yang terbawa ke dalam kemasan. Dengan adanya
kerusakan pada produk tersebut maka perusahaan memberikan solusi untuk adanya
pengecekan saat proses berlangsung.
51
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. : Jakarta. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Chang, Y. Richard, Niedzwiecki, E. Matthew. Alat Peningkatan Mutu.:Jakarta Jilid 2.
PT. Pustaka Binaman Pressindo
Crosby. 1979. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE
Deming. 1986 Manajemen Produksi. Yogyakarta: ANDI
Feiginbaum. 1986. Teknik Penuntun Pengendalian Mutu. Jakarta: PT. Mediyatama
Sarana Perkasa
Garvin. Kualitas Utama Produk. Jakarta: PT. Mediyatama Sarana Perkasa
Handoko, T. H. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta:
BPFE
Ishikawa, Kaouru. 1989. Teknik Penuntun Pengendalian Mutu. Jakarta: PT.
Mediyatama Sarana Perkasa
Juran (Daniel Hunt, 1993) Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).
Jakarta: Ghalia Indonesia
Kusuma, Hendra. 2004. Manajemen Produksi. Yogyakarta: ANDI
Muhandri, T dan D. Kadarisman. 2006. Sistem Jaminan Industri Pangan. Bogor: IPB
Press
Nasution, M.N. 2004. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).
Jakarta: Ghalia Indonesia
Purnomo, Hary. 2003. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu
52