Anda di halaman 1dari 29

PERTEMUAN 3

TEORI INVESTASI
Investasi dalam Teori Ekonomi Makro, adalah investasi fisik.
Misalnya:
1. Dalam bentuk barang modal (pabrik dan peralatan)
2. Bangunan
3. Persediaan Barang (Inventory)

Definisi investasi adalah pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang


(Capital Stock).

Stok barang modal (barang modal tersedia) adalah jumlah barang modal dalam suatu
perekonomian, pada satu saat tertentu.

Untuk mempermudah penghitungan, umumnya stok barang modal dinilai dengan uang,
yaitu jumlah barang modal dikalikan harga perolehan per unit barang modal.

Dengan demikian, barang modal merupakan konsep stok (stock concept), karena
besarnya dihitung pada satu periode tertentu.
Investasi dalam konteks Ekonomi Makro

1. Investasi dalam Bentuk Barang Modal dan Bangunan


Adalah pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian pabrik-
pabrik, mesin-mesin, peralatan-peralatan produksi dan
bangunan-bangunan atau gedung-gedung yang baru.
Karena daya tahan lebih dari setahun, disebut juga investasi
dalam bentuk harta tetap (fixed investment).

2. Investasi Persediaan
Berdasarkan berbagai pertimbangan, perusahaan seringkali harus memproduksi
lebih banyak daripada target penjualan. Persediaan sebagai investasi yang
direncanakan (planned investment) atau investasi yang diinginkan (intended
investment). Selain barang jadi, investasi dalam bentuk persediaan bisa juga
dilakukan dalam bentuk persediaan bahan baku dan barang setengah jadi/sedang
dalam proses penyelesaian. Tujuan kebijaksanaan persediaan ini dalam konteks
meningkatkan pendapatan atau keuntungan di masa mendatang.
Nilai Waktu dari Uang

Investasi yang dilakukan saat ini tidak serta-merta menghasilkan


peningkatan pendapatan hari ini juga. Dibutuhkan tenggang waktu.
Makin tinggi jumlah dan kualitas investasi, biasanya tenggang
waktunya makin panjang.

Pertimbangan pokok: berapa nilai sekarang (present value) dari uang


yang akan diperoleh di masa mendatang, atau berapa nilai uang masa
mendatang (future value) dari jumlah yang kita investasikan saat ini.

Nilai Waktu dari Uang, ada dua, yaitu:


1. Nilai Sekarang (Present Value)
2. Nilai Masa Mendatang (Future Value)
1. Nilai Sekarang (Present Value)

Contoh kasus
Rudi ditawari sebuah rencana usaha dengan investasi awal sebesar Rp 100 juta.
Berdasarkan proposal, 5 tahun kemudian nilai nominal uang yang dia peroleh adalah Rp
161 juta.
Apakah nilai Rp 161 juta lima tahun mendatang itu lebih besar daripada Rp 100 juta saat
ini? Jika ya, proposal usaha tersebut layak diterima. Sebaliknya, jika tidak.

Bagaimana mengetahui nilai sekarang dari Rp 161 juta tersebut di atas? Hal ini sangat
tergantung dari tingkat pengembalian investasi yang Rudi harapkan.
Seandainya, untuk menjalankan usahanya, Rudi harus meminjam dari bank dengan
bunga pinjaman 15% per tahun. Rudi berharap tingkat pengembalian investasi setidak-
tidaknya sama dengan 15%. Karena itu nilai Rp 161 juta harus dideflasi sebesar 15% per
tahun. Dalam perhitungan manajemen keuangan, angka 15% tersebut dikenal sebagai
factor diskonto.
 JikanilaisekarangdariRp 161 juta yang akanditerima lima tahunmendatangdinotasikan V, nilaiRp 161
jutaadalah X, sedangwaktuadalah t, dan factor diskontoadalah r,
makaberdasarkanmanipulasimatematikasederhana, hubunganantaraelemen-elementersebutadalah:

V = …………………………………………………(15.1)
(1
Denganmenggunakan data-data di atas,
= 161
(1
= 161
(1,
= 161
2,01
= 80,1
Nilai sekarangdariRp 161 juta yang akanditerima lima tahunmendatangadalahRp 80,1 juta. Karena
nilainyalebihkecildaripadainvestasiawal, yang sebesarRp 100 juta, proposal usahaditolak.
Sebabusahatersebutjustrumembuatnilairiiluang yang diinvestasikanmakinkecil. Dapat juga
dikatakanbawareturndariinvestasilebihkecildaripadatingkatbungapinjaman.
Inibisadibuktikandenganmenggunakanpersamaaneksponensialsederhana di bawahini.
Jika nilai Rp 161 juta lima tahun mendatang dinotasikan sebagai Zt, sedangkan
investasi awal dinotasikan sebagai Z0, maka:
Zt = Z0(1+ r)t …………………………………………………………………… (15.2)

Karena nilai Zt, Z0 dan t sudah diketahui, maka r dapat diketahui. Dengan
menggunakan data-data di atas,
161 = 100 (1+r)5
log 161 = log 100 + 5 log (1+r)
2,2068 = 2,000 + 5 log (1+r)
5 log (1+r) = 0,2068
log (1+r) = 0,0414
anti log 0,0414 = 1,10
r = 1,10/10 = 0,1 atau 10 %
Keterangan: dengan kalkulator 0,0414(INV)(LOG) diperoleh 1,10

Tingkat pengembalian investasi ternyata hanya 10% per tahun, lebih kecil daripada
biaya bunga pinjaman yang 15% per tahun.
2. Nilai Masa Mendatang (Future Value)

Menghitung nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung


nilai sekarang dari output investasi yang direncanakan.
Sekalipun melihat dari sudut pandang yang bertolak belakang,
keputusan yang dihasilkan tetap sama.

Dari contoh kasus di atas, dilihat dari nilai uang masa mendatang, dasar
pengambilan keputusan terhadap proposal yang ditawarkan adalah
berapa nilai lima tahun mendatang dari uang yang diinvestasikan saat
ini.

Jika nilai Rp 161 juta, lima tahun mendatang adalah lebih besar daripada
nilai masa mendatang, yang diharapkan, proposal usaha diterima,
sebaliknya, jika tidak (nilainya lebih kecil).
Jika investasi awal dinotasikan sebagai A, nilai masa mendatang yang diharapkan
adalah F, waktu adalah t, dan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan
adalah > 15%, maka:
F = A (1+r)t …………………………………………….…………….. (15.3)
Persamaan (15.3) substansinya adalah sama dengan Persamaan (15.2). Dengan
menggunakan data-data di atas, maka:
F = 100 (1+0,15)5
= 100 (2,01)
= 201 juta

Nilai mendatang (lima tahun mendatang) yang diharapkan Rudi dari investasi saat
ini adalah minimal Rp 201 juta. Sedangkan yang ditawarkan, proposal usaha
hanya Rp 161 juta, karena tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan
hanyalah 10%. Proposal ditolak.
Kriteria Investasi

1. Payback Period
2. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)
3. Net Present Value
4. Internal Rate of Return
1. Payback Period (Periode Pulang Pokok)

Adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat


dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik imbas. Jika
waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik.
Kendatipun demikian, kita harus berhati-hati menafsirkan kriteria payback period
ini. Sebab ada investasi yang baru menguntungkan dalam jangka Panjang (>5
tahun).
Misalnya, investasi perkebunan kelapa sawit baru mencapai titik impas sekitar 8-
10 tahun.

Dilihat dari sudut ini, investasi perkebunan kelapa sawit kurang baik
dibandingkan investasi perkebunan singkong (ubi kayu), karena payback period
investasi kebun singkong mungkin hanya dua tahunan. Namun dilihat dari sisi-
sisi yang lain, investasi perkebunan kelapa sawit jauh lebih menguntungkan
disbanding singkong.
2. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)

B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding
hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan sebagai C
(Cost). Output yang dihasilkan dinotasikan sebagai B (Benefit). Jika B/C sama
dengan 1, maka B = C, output yang dihasilkan sama dengan biaya yang
dikeluarkan.

Bila B/C > 1 maka B < C yang artinya output yang dihasilkan lebih kecil
daripada biaya yang dikeluarkan. Begitu juga sebaliknya.

Keputusan menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan


dengan melihat nilai B/C. Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C
> 1, sebab berarti output yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan.
3. Net Present Value

Dua kriteria pertama dapat dihitung berdasarkan nilai nominal (non discounted method).
Sayangnya, perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab
tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang. Bisa saja sebuah proposal proyek,
berdasarkan nilai nominal menghasilkan B/C > 1, padahal nilai sekarangnya sangat kecil.
Jika memperhitungkan nilai waktu dari uang, barangkali B/C < 1.

Untuk membuat hasil lebih akurat, maka nilai sekarang didiskontokan (discounted
method) seperti contoh-contoh sebelumnya. Keuntungan lain dengan menggunakan
metode diskonto adalah kita dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya
total dengan penerimaan total bersih.
Selisih inilah yang disebut Net Present Value.
Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari
penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya total.
4. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian investasi,


dihitung pada saat NPV sama dengan nol.

Jika pada saat NPV = 0, Nilai IRR = 12%, maka tingkat pengembalian
investasi adalah 12%.

Keputusan menerima atau menolak rencana investasi dilakukan


berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian
investasi yang diinginkan (r).

Jika r yang diinginkan adalah 15%, sementara IRR hanya 12 %, proposal


investasi ditolak. Begitu juga sebaliknya.
Contoh kasus
Kepada PT. Tiara Sakti ditawarkan sebuah proposal investasi berupa proyek
pembangunan pabrik pengolahan limbah tapioca di daerah Lampung. Usia proyek
direncanakan tujuh tahun. Investasi awal yang dibutuhkan Rp 1 milyar. Persiapan
pembangunan pabrik satu tahun. Selama proses persiapan tidak dikeluarkan biaya
operasional. Pabrik mulai beroperasi pada tahun pertama dan langsung berproduksi
dengan kapasitas penuh. Biaya-biaya maupun penerimaan hasil penjualan selama tujuh
tahun mendatang dianggap tetap. Biaya operasional per tahun Rp 200 juta. Penerimaan
per tahun Rp 400 juta. Pada saat proyek ditutup tujuh tahun kemudian, nilai sisa dari
barang-barang modal (investasi awal) adalah sama dengan nol. Jika dana untuk proyek
berasal dari pinjaman dengan bunga 15% per tahun, hitunglah apakah proposal
investasi tersebut dapat diterima.

Sekarang dihitung, apakah proposal investasi diterima atau tidak?


Biaya-biaya yang dikeluarkan, termasuk investasi awal, dinotasikan sebagai C.
Penerimaan dinotasikan sebagai B dan tingkat diskonto yang digunakan adalah 15%.
Dengan informasi di atas, dapat disusun tabel arus kas keluar masuk (cash flow) seperti
di bawah ini:
Tahun Kas Kas Arus Akumulasi
Keluar Masuk Kas Arus Kas
(C) (B) Bersih Bersih
(B) – (C)
0 1.000 0 -1.000 -1.000
1 200 400 200 -800
2 200 400 200 -600
3 200 400 200 -400
4 200 400 200 -200
5 200 400 200 0
6 200 400 200 200
7 200 400 200 400
Total 2.400 2.800 400
Metode nondiskonto, diperhitungkan nilai nominal arus kas keluar masuk.

Payback Period
Dilihat dari angka akumulasi kas bersih pada saat mencapai nilai nol. Pada
saat itu proyek telah mencapai titik impas. Dari tabel, terlihat kondisi itu
tercapai di tahun kelima. Periode titik impas adalah lima tahun.

B/C Ratio
Nilai B/C = 2.800/2.400 = 1,7.
Karena B/C > 1, proposal investasi dapat diterima.

Lihat perbandingan dengan hasil evaluasi yang memperhitungkan nilai


waktu dari uang.
Tabel Arus Kas Keluar Masuk (Cash Flow) Metode Diskonto
Maka nilai B, C dan otomatis B-C didiskontokan 15% per tahun.

Tahun Faktor Kas Kas Arus Kas Akumulasi


Diskonto Keluar Masuk Bersih Arus Kas
(15%) (C) (B) (B) – (C) Bersih
0 1,00 1.000 0 -1.000 -1.000
1 0,87 174 348 174 -826
2 0,76 152 304 152 -674
3 0,66 132 264 132 -542
4 0,57 114 228 114 -428
5 0,50 100 200 100 -328
6 0,43 86 172 86 -242
7 0,38 76 152 76 -166

Total 1.834 1.668 -166


Pertama kali yang harus dipahami adalah nilai-nilai dalam kolom factor diskonto.
Angka-angka itu menunjukkan nilai sekarang dari setiap rupiah yang diterima atau
dikeluarkan. Misalnya, angka 0,87 di tahun pertama bermakna bahwa nilai sekarang
dari setiap rupiah pengeluaran atau penerimaan setahun mendatang adalah Rp 0,87.
Angka ini diperoleh dengan cara membagi nilai satu rupiah dengan (1+r)1, atau sama
dengan 1/1,15. Angka 0,50 di tahun kelima diperoleh dengan cara membagi nilai satu
rupiah dengan (1+0,15)5 atau sama dengan 1/2,01.

Nilai sekarang dari kas keluar pada kolom kas keluar diperoleh dengan cara
mengalikan nilai nominal kas keluar dengan factor diskontonya. Misalnya nilai sekarang
dari investasi awal yang sebesar 1.000 adalah sama dengan 1.000, sebab factor
diskontonya sama dengan 1 {1/(1,15)0 = 1}. Sementara itu nilai sekarang dari
pengeluaran tahun kelima adalah 200 x 0,5 = 100. Dengan cara yang sama, kita dapat
menghitung angka-angka yang tertera dalam kolom arus kas masuk.
Setelah dapat membaca tabel di atas, baru dapat dievaluasi proposal investasi
yang diajukan.

Payback Period
Dengan menggunakan metode diskonto, ternyata sampai tahun ketujuh, proyek
belum mencapai titik impas, dilihat dari angka akumulasi arus kas bersih yang
masih -166. Hasil ini jauh berbeda dengan menggunakan metode nondiskonto
yang menyatakan periode titik impas adalah 5 tahun.

B/C Ratio
Rasio B/C = 1.668/1.834 = 0,91. Dengan memperhitungkan nilai waktu dari
uang, diperoleh rasio B/C yang lebih kecil daripada satu. Proposal proyek
ditolak, kesimpulan yang sangat berbeda dibandingkan dengan menggunakan
metode nondiskonto.
Net Present Value (NPV)
Angka NPV = 1.668 – 1.834 = -166. Karena angkanya lebih kecil daripada
nol, proposal investasi ditolak, sebab nilai sekarang dari pengeluaran total
lebih besar daripada nilai sekarang penerimaan total.

Internal Rate of Return


Angka IRR dari proyek adalah sekitar 8%.
Angka ini jauh lebih rendah daripada tingkat bunga yang sebesar 15%.
Proposal investasi ditolak.

Dari kasus di atas, berhasil dijelaskan bahwa dengan memperhitungkan


nilai waktu dari uang, dasar pengambilan keputusan investasi menjadi
lebih luas dan akurat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi

1. Tingkat pengembalian yang diharapkan (Expected Rate of


Return)
a. Kondisi Internal Perusahaan
b. Kondisi Eksternal Perusahaan

2. Biaya Investasi

3. Marginal Efficiency of Capital (MEC), tingkat bunga, dan


Marginal Efficiency of Investment (MEI).
Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Di tingkat perusahaan, syarat untuk memelihara keuntungan adalah dengan menjaga agar
tingkat produksi tidak berkurang. Untuk itu, stok barang modal tidak boleh berkurang. Dilihat dari
sisi ini, investasi merupakan upaya memelihara stok barang modal (Capital Stock Adjustment
Process).
Besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memelihara barang stok adalah senilai
persentase penyusutan dikalikan stok barang modal yang diharapkan.

Misalnya, nilai barang modal yang harus tersedia supaya perusahaan dapat mempertahankan
tingkat produksi adalah Rp 10 miliar, sedangkan penyusutan adalah 10% per tahun, maka
investasi per tahun adalah 10% x Rp 10 miliar = Rp 1 miliar. Jika perusahaan ingin
meningkatkan keuntungan dengan cara meningkatkan kapasitas produksi, maka investasi yang
dilakukan harus lebih besar daripada 1 miliar, agar stok barang modal bisa menjadi lebih besar
daripada Rp 10 miliar.

Keputusan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan stok barang modal dapat memberikan


dampak positif terhadap total perekonomian, sebab peningkatan stok barang modal secara
nasional akan dapat meningkatkan kegiatan produksi dan juga dapat memperluas kesempatan
kerja.
LATIHAN SOAL
1. Pengeluaran - pengeluaran yang
meningkatkan stok barang (Kapital
Stock).
Kalimat di atas, merupakan definisi
dari
A. Kurva Phillips
B. Analisis keseimbangan
C. Nilai sekarang
D. Kurva IS-LM
E. Capital Stock
2. Bangunan adalah contoh
dari investasi
A. Investasi Persediaan
B. Investasi Fisik
C. Investasi Nilai Sekarang
D. Investasi Masa
Mendatang
E. Payback Period
3. Jumlah barang modal dalam
suatu perekonomian, pada satu
saat tertentu, adalah definisi dari
A. Stok barang modal (barang
modal tersedia)
B. Konsep Stok
C. Capital Stok
D. Investasi stok
E. Model IS-LM
4. Yang bukan kriteris
investasi, adalah
A. Marjinal efisiensi
B. Payback Period
C. Benefit/Cost Ratio
D. Net Present Value
E. Internal Rate of Return
5. Waktu yang dibutuhkan agar investasi
yang direncanakan dapat
dikembalikan, atau waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai titik imbas.
A. Payback Period
B. Benefit/Cost Ratio
C. Net Present Value
D. Internal Rate of Return
E. Marjinal efisiensi

Anda mungkin juga menyukai