TEORI INVESTASI
Investasi dalam Teori Ekonomi Makro, adalah investasi fisik.
Misalnya:
1. Dalam bentuk barang modal (pabrik dan peralatan)
2. Bangunan
3. Persediaan Barang (Inventory)
Stok barang modal (barang modal tersedia) adalah jumlah barang modal dalam suatu
perekonomian, pada satu saat tertentu.
Untuk mempermudah penghitungan, umumnya stok barang modal dinilai dengan uang,
yaitu jumlah barang modal dikalikan harga perolehan per unit barang modal.
Dengan demikian, barang modal merupakan konsep stok (stock concept), karena
besarnya dihitung pada satu periode tertentu.
Investasi dalam konteks Ekonomi Makro
2. Investasi Persediaan
Berdasarkan berbagai pertimbangan, perusahaan seringkali harus memproduksi
lebih banyak daripada target penjualan. Persediaan sebagai investasi yang
direncanakan (planned investment) atau investasi yang diinginkan (intended
investment). Selain barang jadi, investasi dalam bentuk persediaan bisa juga
dilakukan dalam bentuk persediaan bahan baku dan barang setengah jadi/sedang
dalam proses penyelesaian. Tujuan kebijaksanaan persediaan ini dalam konteks
meningkatkan pendapatan atau keuntungan di masa mendatang.
Nilai Waktu dari Uang
Contoh kasus
Rudi ditawari sebuah rencana usaha dengan investasi awal sebesar Rp 100 juta.
Berdasarkan proposal, 5 tahun kemudian nilai nominal uang yang dia peroleh adalah Rp
161 juta.
Apakah nilai Rp 161 juta lima tahun mendatang itu lebih besar daripada Rp 100 juta saat
ini? Jika ya, proposal usaha tersebut layak diterima. Sebaliknya, jika tidak.
Bagaimana mengetahui nilai sekarang dari Rp 161 juta tersebut di atas? Hal ini sangat
tergantung dari tingkat pengembalian investasi yang Rudi harapkan.
Seandainya, untuk menjalankan usahanya, Rudi harus meminjam dari bank dengan
bunga pinjaman 15% per tahun. Rudi berharap tingkat pengembalian investasi setidak-
tidaknya sama dengan 15%. Karena itu nilai Rp 161 juta harus dideflasi sebesar 15% per
tahun. Dalam perhitungan manajemen keuangan, angka 15% tersebut dikenal sebagai
factor diskonto.
JikanilaisekarangdariRp 161 juta yang akanditerima lima tahunmendatangdinotasikan V, nilaiRp 161
jutaadalah X, sedangwaktuadalah t, dan factor diskontoadalah r,
makaberdasarkanmanipulasimatematikasederhana, hubunganantaraelemen-elementersebutadalah:
V = …………………………………………………(15.1)
(1
Denganmenggunakan data-data di atas,
= 161
(1
= 161
(1,
= 161
2,01
= 80,1
Nilai sekarangdariRp 161 juta yang akanditerima lima tahunmendatangadalahRp 80,1 juta. Karena
nilainyalebihkecildaripadainvestasiawal, yang sebesarRp 100 juta, proposal usahaditolak.
Sebabusahatersebutjustrumembuatnilairiiluang yang diinvestasikanmakinkecil. Dapat juga
dikatakanbawareturndariinvestasilebihkecildaripadatingkatbungapinjaman.
Inibisadibuktikandenganmenggunakanpersamaaneksponensialsederhana di bawahini.
Jika nilai Rp 161 juta lima tahun mendatang dinotasikan sebagai Zt, sedangkan
investasi awal dinotasikan sebagai Z0, maka:
Zt = Z0(1+ r)t …………………………………………………………………… (15.2)
Karena nilai Zt, Z0 dan t sudah diketahui, maka r dapat diketahui. Dengan
menggunakan data-data di atas,
161 = 100 (1+r)5
log 161 = log 100 + 5 log (1+r)
2,2068 = 2,000 + 5 log (1+r)
5 log (1+r) = 0,2068
log (1+r) = 0,0414
anti log 0,0414 = 1,10
r = 1,10/10 = 0,1 atau 10 %
Keterangan: dengan kalkulator 0,0414(INV)(LOG) diperoleh 1,10
Tingkat pengembalian investasi ternyata hanya 10% per tahun, lebih kecil daripada
biaya bunga pinjaman yang 15% per tahun.
2. Nilai Masa Mendatang (Future Value)
Dari contoh kasus di atas, dilihat dari nilai uang masa mendatang, dasar
pengambilan keputusan terhadap proposal yang ditawarkan adalah
berapa nilai lima tahun mendatang dari uang yang diinvestasikan saat
ini.
Jika nilai Rp 161 juta, lima tahun mendatang adalah lebih besar daripada
nilai masa mendatang, yang diharapkan, proposal usaha diterima,
sebaliknya, jika tidak (nilainya lebih kecil).
Jika investasi awal dinotasikan sebagai A, nilai masa mendatang yang diharapkan
adalah F, waktu adalah t, dan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan
adalah > 15%, maka:
F = A (1+r)t …………………………………………….…………….. (15.3)
Persamaan (15.3) substansinya adalah sama dengan Persamaan (15.2). Dengan
menggunakan data-data di atas, maka:
F = 100 (1+0,15)5
= 100 (2,01)
= 201 juta
Nilai mendatang (lima tahun mendatang) yang diharapkan Rudi dari investasi saat
ini adalah minimal Rp 201 juta. Sedangkan yang ditawarkan, proposal usaha
hanya Rp 161 juta, karena tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan
hanyalah 10%. Proposal ditolak.
Kriteria Investasi
1. Payback Period
2. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)
3. Net Present Value
4. Internal Rate of Return
1. Payback Period (Periode Pulang Pokok)
Dilihat dari sudut ini, investasi perkebunan kelapa sawit kurang baik
dibandingkan investasi perkebunan singkong (ubi kayu), karena payback period
investasi kebun singkong mungkin hanya dua tahunan. Namun dilihat dari sisi-
sisi yang lain, investasi perkebunan kelapa sawit jauh lebih menguntungkan
disbanding singkong.
2. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding
hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan sebagai C
(Cost). Output yang dihasilkan dinotasikan sebagai B (Benefit). Jika B/C sama
dengan 1, maka B = C, output yang dihasilkan sama dengan biaya yang
dikeluarkan.
Bila B/C > 1 maka B < C yang artinya output yang dihasilkan lebih kecil
daripada biaya yang dikeluarkan. Begitu juga sebaliknya.
Dua kriteria pertama dapat dihitung berdasarkan nilai nominal (non discounted method).
Sayangnya, perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab
tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang. Bisa saja sebuah proposal proyek,
berdasarkan nilai nominal menghasilkan B/C > 1, padahal nilai sekarangnya sangat kecil.
Jika memperhitungkan nilai waktu dari uang, barangkali B/C < 1.
Untuk membuat hasil lebih akurat, maka nilai sekarang didiskontokan (discounted
method) seperti contoh-contoh sebelumnya. Keuntungan lain dengan menggunakan
metode diskonto adalah kita dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya
total dengan penerimaan total bersih.
Selisih inilah yang disebut Net Present Value.
Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari
penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya total.
4. Internal Rate of Return (IRR)
Jika pada saat NPV = 0, Nilai IRR = 12%, maka tingkat pengembalian
investasi adalah 12%.
Payback Period
Dilihat dari angka akumulasi kas bersih pada saat mencapai nilai nol. Pada
saat itu proyek telah mencapai titik impas. Dari tabel, terlihat kondisi itu
tercapai di tahun kelima. Periode titik impas adalah lima tahun.
B/C Ratio
Nilai B/C = 2.800/2.400 = 1,7.
Karena B/C > 1, proposal investasi dapat diterima.
Nilai sekarang dari kas keluar pada kolom kas keluar diperoleh dengan cara
mengalikan nilai nominal kas keluar dengan factor diskontonya. Misalnya nilai sekarang
dari investasi awal yang sebesar 1.000 adalah sama dengan 1.000, sebab factor
diskontonya sama dengan 1 {1/(1,15)0 = 1}. Sementara itu nilai sekarang dari
pengeluaran tahun kelima adalah 200 x 0,5 = 100. Dengan cara yang sama, kita dapat
menghitung angka-angka yang tertera dalam kolom arus kas masuk.
Setelah dapat membaca tabel di atas, baru dapat dievaluasi proposal investasi
yang diajukan.
Payback Period
Dengan menggunakan metode diskonto, ternyata sampai tahun ketujuh, proyek
belum mencapai titik impas, dilihat dari angka akumulasi arus kas bersih yang
masih -166. Hasil ini jauh berbeda dengan menggunakan metode nondiskonto
yang menyatakan periode titik impas adalah 5 tahun.
B/C Ratio
Rasio B/C = 1.668/1.834 = 0,91. Dengan memperhitungkan nilai waktu dari
uang, diperoleh rasio B/C yang lebih kecil daripada satu. Proposal proyek
ditolak, kesimpulan yang sangat berbeda dibandingkan dengan menggunakan
metode nondiskonto.
Net Present Value (NPV)
Angka NPV = 1.668 – 1.834 = -166. Karena angkanya lebih kecil daripada
nol, proposal investasi ditolak, sebab nilai sekarang dari pengeluaran total
lebih besar daripada nilai sekarang penerimaan total.
2. Biaya Investasi
Di tingkat perusahaan, syarat untuk memelihara keuntungan adalah dengan menjaga agar
tingkat produksi tidak berkurang. Untuk itu, stok barang modal tidak boleh berkurang. Dilihat dari
sisi ini, investasi merupakan upaya memelihara stok barang modal (Capital Stock Adjustment
Process).
Besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memelihara barang stok adalah senilai
persentase penyusutan dikalikan stok barang modal yang diharapkan.
Misalnya, nilai barang modal yang harus tersedia supaya perusahaan dapat mempertahankan
tingkat produksi adalah Rp 10 miliar, sedangkan penyusutan adalah 10% per tahun, maka
investasi per tahun adalah 10% x Rp 10 miliar = Rp 1 miliar. Jika perusahaan ingin
meningkatkan keuntungan dengan cara meningkatkan kapasitas produksi, maka investasi yang
dilakukan harus lebih besar daripada 1 miliar, agar stok barang modal bisa menjadi lebih besar
daripada Rp 10 miliar.