Anda di halaman 1dari 49

CASE REPORT SESSION

General Anestesia pada Ileus


Obstruksi dengan Sistemik
Lupus Eritematosa +
Trombositopenia
Leni Puspita Sari
dr. Andy Hutariyus, Sp.An
PENDAHULUAN
• Sistemik Lupus Eritematous (SLE) → penyakit autoimun →
inflamasi kronis.
• SLE bisa menyebabkan nefritis, masalah neurologi, anemia,
dan trombositopenia
• General anestesi atau anestesi umum yaitu meniadakan
nyeri secara sentral dan menghilangkan kesadaran secara
reversible.
• Anestesi umum memiliki tiga komponen penting, yaitu
hilangnya kesadaran, analgesik, dan relaksasi otot.
• Laparatomi operatif merupakan salah satu prosedur
pembedahan mayor dengan cara melakukan penyayatan pada
lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam
abdomen yang mengalami masalah, misalnya kanker,
pendarahan, obstruksi, dan perforasi
• .
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Tanggal : 21 Mei 2019
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27 tahun
TB/BB : 155 cm/ 60 kg
Ruang : Bangsal Bedah
Diagnosis : Ileus Obstruksi dengan SLE +
Trombositopena
Tindakan : Laparatomi
KUNJUNGAN PRA ANESTESI
ANAMNESA

⊷ KU: Tidak bisa BAB ⊷ Riwayat Perjalanan Penyakit:


⊷ Pasien datang dengan keluhan tidak
bisa BAB dan kentut sejak ± 1
minggu SMRS. Keluhan disertai nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri
dirasakan hilang timbul. Demam (-),
Mual (+), muntah (-). BAK tidak ada
keluhan.
⊷ ±1 tahun SMRS, pasien mengeluh nyeri-nyeri sendi, di
lutut, pinggang, kaki, tangan, leher. Nyeri terasa kapan
saja.
⊷ Pasien juga mengeluhkan cepat lelah, lemas,
mengeluhkan bibirnya kering, kemerahan, dan mudah
terkelupas. pipi tampak kemerahan yang lebih nyata
seperti kupu-kupu dan lebih sering terlihat pada siang
hari terutama jika terpapar matahari (+).
⊷ ±6 bulan SMRS wajahnya menjadi bengkak. Pada
tangan dan kaki pasien dikatakan terdapat bercak
bercak kemerahan yang tidak gatal. Rambut pasien
juga dikatakan mengalami kerontokan sejak 1 tahun
terakhir.
⊷ Pasien rutin kontrol ke poli penyakit dalam RSUD
Raden Mattaher dengan diagnosa Sistemik Lupus
Eritematosa, diberikan metilprednisolon, furosemide,
sandimmun (pasien lupa dosis obat)

Riwayat Penyakit Dahulu
⊷Riwayat Rawat Inap : (+)
⊷Riwayat Operasi : (+) ± 1,5
tahun,Sectio caesarea, Spinal, tidak ada
komplikasi.
⊷Riwayat Alergi : (-)
⊷Riwayat Asma : (-)
⊷Riwayat DM : (-)
⊷Riwayat Hepatitis : (-)
⊷Riwayat Hipertensi : (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
•Tidak ada keluarga yang menderita sakit yang sama
•Riwayat penyakit keturunan di keluarga

Riwayat sosial ekonomi : cukup


PEMERIKSAAN FISIK UMUM
KU : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS : 15
Vital Sign
•TD : 110/70 mmHg
•N : 98 x/menit
•RR : 20 x/menit
•T : 36,4˚ C
Kepala : Normochepal, CA(-/-), SI(-/-), Pupil
Isokor, RC (+/+),
THT : Nyeri tekan (-) nyeri tarik (-) rinore (-),
otore (-)
Leher : Pem. KGB (-), Pembesaran Kel.
Tiroid (-)
Thoraks
Inspeksi : Bentuk dbn, gerak dinding dada
simetris, sikatrik (-)
Palpasi : Vokal fremitus +/+, krepitasi (-),
nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Cor : BJ I/II reguler, Gallop (-),
Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-
Abdomen
•Inspeksi : distensi (+), bekas luka operasi (+)
•Auskultasi : bising usus (+) menurun
•Palpasi : nyeri tekan (+) di seluruh region abdomen,
defans muscular (+)
•Perkusi : pekak

Genital : tidak diperiksa


Ekstremitas : Akral hangat, udem (-), CRT < 2 detik
Darah rutin
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
WBC 5,5 (4-10,0 10^9/L)
RBC 4.56 (3,5-5,5 10^9/L)
HGB 12.7 (11-16 g/dl)
HCT 38.8 (35-50 %)
PLT 59 (100-300 10^9/L)
GDS 136 <200 mg/dl
Faal Hemostatis
Parameter Satuan Nilai Normal
CT 3.5 5-15 menit
BT 1.5 1-6 menit
Parameter Satuan Nilai Normal
Natrium (Na) 148.39 135 – 148 mmol/L
Kalium (K) 3.33 3,5 – 5,3 mmol/L
Chlorida (Cl) 108.55 98 – 110 mmol/L
Calsium (Ca) 1.19 1,19-1,23 mmol/L
Parameter Satuan Nilai Normal
Protein total 4.3 6.4 – 8.4
Albumin 2.6 3,5 – 5,0
Globulin 3.4 3.0 – 3.6
SGOT 61 <40
SGPT 45 <41

Parameter Satuan Nilai Normal


Ureum 38 15 - 39 mg/dl
Creatinin 1.5 L= 0,9 – 1,3 mg/dl
Foto BNO
Cor dan Pulmo dbn
EKG : Sinus Rhythm

STATUS FISIK ASA


1/2/3/4/E

Kesan : ileus obstruksi


Pra Anestesi
•Penentuan status fisik ASA : 1/2/3/4/5/E
•Mallampati : III
•Persiapan:
•Pemberian Informed Consent
•Puasa 12 jam
LAPORAN ANESTESI

RENCANA TINDAKAN ANESTESI


•Diagnosa pra bedah : Ileus obstruksi + Sistemik Lupus
Eritematous + Trombositopenia
•Tindakan bedah : Laparatomi
•Status fisik ASA :3
•Tindakan anestesi : General Anestesi
Pramedikasi
•Methylprednisolon 125 mg (IV)
•Ondansentron 4 mg (IV)
•Ranitidin 50 mg (IV)
Induksi : Sempurna Maintenance
Teknik Anestesi : Anestesi • Sevoflurans + N­2O : O­2
Balans Cairan/Transfusi :
Teknik Khusus : - • Ringer Laktat 500x3 mL
Medikasi : • Trombosit 50 ml x 10
• Midazolam 3 mg
• Fentanil 50 mcg
• Propofol 130 mg
• Atrakurium 40 mg
• Furosemide 20 mg
Keadaan Selama Operasi
•Letak Penderita : Terlentang
•Intubasi : Oral No. Tube : 7.0; balon; polos
•Penyulit Intubasi : -
•Penyulit Waktu Anestesi/Operasi : -
•Lama Anestesi : 80 menit
•Jumlah Cairan
Input : RL 1500 ml, Trombosit 500 ml
Output : Perdarahan ± 100 mL, urin ± 300 ml
Kebutuhan cairan pasien ini;

BB = 49 Kg • Stress Operasi (O)


• Maintenance (M) = 2cc/kgBB O = BB x 8 cc
= 2 cc x 60 = 120 cc = 60 x 8 cc
• Pengganti Puasa (P) = 480 cc
P = 12 x M • Estimated Blood Loss
= 12 x 120 cc (EBL)
= 588 cc • EBL = 20% x EBV
• = 20% x 3900
EBV = 65 cc Xbb • EBL = 780 cc
= 65x60 =3900cc
Kebutuhan cairan selama operasi
•Jam I : ½ (P) + M + O = ½ (1560) + 120 +
480 = 1380 cc
•Jam II : ¼ (P) + M + O = ¼ (1560) + 120 +
480 = 990 cc
•Total cairan : 1380 + 990 = 2370 cc
Monitoring
TD awal : 110/70 mmHg,
Nadi =98 x/menit,
RR = 20x/menit
Ruang Pemulihan
Masuk Jam : 00.10 WIB
KU : Kesadaran: CM, GCS: 15
Tanda vital :
•TD : 110/70 mmHg
•Nadi : 115 x/menit
•RR : 20x/menit
Scoring Aldrete
• Aktivitas : 2
• Pernafasan :2
• Warna Kulit :2
• Sirkulasi : 2
• Kesadaran :2
• Jumlah : 10

• Pindah jam 00.20 ke Bangsal bedah


Instruksi Post Operasi:
•Awasi tanda-tanda vital dan perdarahan setiap 15 menit
•Tidur tanpa bantal selama 1x24 jam post operasi
•Puasa sampai sadar penuh dan bising usus (+)
•IVFD analgetik ketorolac 30 mg+tramadol 100 mg dalam
RL 500 cc 20 tpm
•Instruksi lain dan terapi megikuti dr. Anton, Sp.B
TINJAUAN PUSTAKA
Sistemik Lupus Eritematosus
⊷ Sistemik lupus ⊷ usia 15-40
eritematosus (SLE) → tahun
penyakit autoimun yang ⊷ wanita: laki-laki
mengakibatkan kerusakan 5:1
organ, jaringan, dan sel
yang dimediasi karena
kompleks imun dan
autoantibodi yang
berikatan dengan antigen
jaringan
25
Etiopatogenesis

⊷ Belum diketahui dengan jelas


⊷Multifaktor : (genetik,
lingkungan dan hormonal
terhadap respon imun)

26
Diagnosis
Diagnosis

manifestasi yang mengancam nyawa dari SLE:


Hematologi: anemia hemolitik, neutropenia < 1000/uL,
trombositopenia < 50000/uL, trombotik trombositopenia
purpura, trombosis vena atau arterial
Tatalaksana
1. Non farmakologi
2. Farmakologis
⊷ Glukokortikoid
⊷ Imunosupresan
Anestesi Umum
(General Anesthesia)

• Anestesi umum  Tindakan menghilangkan rasa


nyeri / sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran
dan dapat pulih kembali (reversible).

• Trias anestesi :
Hipnotik
Analgesi
Relaksasi otot.
Prosedur Anestesi Umum

Persiapan pra anestesi umum


a. Kunjungan Pra Anestesi
Tujuan kunjungan pra anestesi:
- Mempersiapkan mental dan fisik pasien
- Merencanakan dan memilih teknik serta obat-obat anestesi yang
sesuai
- Menentukan klasifikasi ASA (American Society of Anesthesiology)

b. Persiapan pasien (Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan


laboratorium, Masukan oral)
c. Klasifikasi status fisik
• ASA I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik,
biokimia.
• ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau
sedang.
• ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga
aktivitas rutin terbatas.
• ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat
melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan
ancaman kehidupannya setiap saat.
• ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau
tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
Klasifikasi Mallapati
Premedikasi

• Meredakan kecemasan dan ketakutan


• Memperlancar induksi anesthesia
• Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
• Meminimalkan jumlah obat anestetik
• Mengurangi mual muntah pasca bedah
• Menciptakan amnesia
• Mengurangi isi cairan lambung
• Mengurangi refleks yang membahayakan
Persiapan Alat

STATICS:
• Scope : Laringoscope dan Stetoscope
• Tubes : Pipa trakea yang dipilih sesuai usia
• Airway :Orotracheal airway, untuk menahan lidah pasien saat
pasien tidak sadar, untuk menjaga agar lidah tidak menutup jalan
nafas.
• Tape : Plaster untuk memfiksasi orotracheal airway.
• Introducer : Mandrain atau stilet dari kawat untuk memandu agar
pipa trakea mudah untuk dimasukkan
• Conector : Penyambung antara pipa dan alat anesthesia
• Suction : Penyedot lendir.
MEDIKASI

Anestesi Inhalasi
Suatu anestesi yang menggunakan inhalan berupa gas.
Obat anestesi inhalasi yang sering digunakan saat ini
adalah N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran,
sevofluran

Mekanisme kerja obat inhalasi ditentukan oleh ambilan


paru, difusi gas dari paru ke darah dan distribusi ke
organ. Sedangkan konsentrasi uap obat anestetik dalam
alveoli ditentukan oleh konsentrasi inspirasi, ventilasi
alveolar, koefisien gas darah, curah jantung, dan perfusi.
Anestesi Intravena Propofol
Mekanisme kerja diduga
• Barbiturate menghasilkan efek sedatif hipnotik
• Propofol melalui interaksi dengan GABA
(gamma-aminobutyric acid),
• Ketamin neurotransmitter inhibitori utama
• Opioid pada SSP.
• Benzodiazepin
Efek : propofol menyebabkan
penurunan resistensi vaskuler
sistemik dan juga tekanan darah.
Relaksasi otot polos disebabkan oleh
inhibisi simpatik. Efek negative
inotropik disebabkan inhibisi uptake
kalsium intraseluler.
Analgesia
• Penghilang nyeri, biasanya digunakan golongan opioid

Golongan Opiod :
Morfin
Petidin
Fentanil
Sufentanil
Alfentanil
EKSTUBASI

• Pengakhiran pemberian anesthesia dilakukan sesaat


sebelum operasi berakhir
• FiO2 100% dipasang selama beberapa menit sebelum
rencana ekstubasi.
• Penyedotan secret yang terkumpul di dalam mulut dan
faring.
• Ekstubasi, bila pernapasan spontan mencukupi dan
reflex perlindungan telah kembali (antagonisasi dari
relaksasi otot).
PEMBAHASAN

• Pasien Ny. D umur 27 tahun operasi (21 Mei 2019). Dari


Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan
penunjang pasien didiagnosis dengan Ileus obstruksi +
Sistemik Lupus Eritematous + Trombositopenia dan
dilakukan tindakan Laparotomi

• Sebelum dilakukan tindakan pembedahan pasien di


konsulkan ke bidang anestesi diperoleh hasil
pemeriksaan di dapatkan pasien dalam kategori ASA 3,
dengan malampati 3. sebelum jadwal operasi
dilaksanakan, pasien sudah puasa 12 jam sebelum
operasi.
Lanjutan…

INDIKASI GA dengan Intubasi ETT


– Anestesi untuk tindakan pada pasien ini
menggunakan general anastesi dengan teknik
anastesi menggunakan ETT. Karena operasi baik
untuk fungsi diagnostik maupun terapeutiks sehingga
dilakukan membutuhkan dengan waktu yang lama,
KEBUTUHAN CAIRAN
Pada pasien ini kebutuhan cairan telah dihitung dan
didapatkan :
• Jam I : ½ (P) + M + O = ½ (1560) + 120 + 480 =
1380 cc
• Jam II : ¼ (P) + M + O = ¼ (1560) + 120 + 480 =
990 cc
Total kebutuhan cairan selama operasi 80 menit 2370 cc
• Selama operasi jumlah carian yang diberikan adalah
• Input : RL 3 Kolf + trombosit 500 ml2000 ml
• Output : ± 300 cc
• Perdarahan : ± 100 cc
 Kebutuhan cairan pada pasien ini belum tercukupi.
Premedikasi

Nama Obat Dosis Dosis yang seharusnya Dosis yang


diberikan diberikan

Ranitidin 1 mg/KgBB 60 mg 50 mg

Ondansentron 0,05-0,2 3 – 12 mg 4 mg
mg/kgBB

methylpredni 0,5-1 mg 60 mg 125 mg


solon /kgBBIV
• Ranitidine  untuk mengurangi isi cairan lambung sehingga
meminimalkan kejadian pneumositis asam.

• Ondansteron  mengurangi rasa mual muntah pasca bedah

• Methylprednisolon  Selain fungsinya sebagai anti-


inflamasi, merupakan lini pertama pengobatan SLE
INDUKSI DAN RUMATAN ANESTESI

• Pada pasien ini induksi dilakukan secara intravena


dengan propofol 130 mg. Dosis propofol adalah 2-2,5
mg/kgBB. Dosis propofol yang seharusnya diberikan
adalah 120-150 mg.
 Dosis propofol pada pasien ini sudah tepat.

• Rumatan anestesi (maintenance) dapat dilakukan


secara intravena, atau dengan inhalasi atau campuran
intravena inhalasi. Pada kasus ini rumatan anestesi
diberikan secara inhalasi dengan N2O dan O2 ditambah
dengan sevofluran 1-2 %.
• Pemilihan propofol sebagai induksi intravena sudah
tepat. Induksi standar dengan propofol aman untuk
ginjal.

• Pemilihan anestesi rumatan secara inhalasi sudah


tepat. Karena pada anestesi inhalasi diserap dan
dieliminasi di paru, walaupun sebagian besar anastesi
inhalasi mengurangi GFR dan eksresi sodium urin, efek
pada aliran darah ginjal masih merupakan kontroversi.
TINDAKAN INTUBASI

• Sebelum dilakukan insersi ETT, pasien diberikan obat


pelumpuh otot. Pada kasus ini, atracurium di berikan
sebanyak 40 mg. Dosis atracurium berdasarkan berat
badan adalah 0,5-0,6 mg/kgBB/iv yaitu 30-36 mg.
 Dosis atracurium pada pasien ini sedikit melebihi dosis
terapi, hal ini diberikan karena dibutuhkan relaksan yang
lebih banyak seperti saat melumpuhkan pada saat intubasi.

Dosis fentanyl sebagai analgesia adalah 1-2μg/KgBB pada


pasien ini diberikan 100 mcg,  sesuai dosis terapi
EKSTUBASI

• Pada pasien ini, ekstubasi secara tepat telah dilakukan


dimana ekstubasi dilakukan ketika efek anestesi sudah
ringan dan pasien sudah mulai bernafas spontan,
serta tidak ditemukan kesulitan saat ekstubasi.

RUANG PEMULIHAN
Pasien masuk ke ruangan pemulihan pada Jam 00:05
dengan Keadaan Umum cukup, Kesadaran CM, GCS:15
TD: 110/70 mmHg, N: 115x/I, RR: 20 x/I Pernafasan tidak
sesak. Selama pemantauan pasien dalam keadaan stabil.
Skor Alderet pada pasien ini adalah 10. Pasien kemudian
dipindahkan ke bangsal bedah.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai