Pancasila (Filsafat)
Pancasila (Filsafat)
Dengan demikian istilah "filsafat" yang dimaksudkan sebagai kata majemuk dari Philein" dan
"sophas" mengandung arti, mencintai hal-hal yang sifatnya bijaksana, sedangkan "filsafat yang
merupakan bentuk majemuk dari “philos" dan "sophia" berkonotasi teman dari kebijaksanaan.
Jadi istilah filsafat" pada mulanya merupakan suatu istilah yang secara umum dipergunakan untuk
menyebutkan usaha ke arah keutamaan mental (the pursuit of mental exellence) (Ali Mudhofir, 1983).
Yaitu objek pembahasan filsafat yang
meliputi segala sesuatu baik yang bersifat
Lingkup
material kongkrit seperti manusia, alam,
Objek Material
benda, binatang dan lain sebagainya, maupun
Filsafat
sesuatu yang bersifat abstrak misalnya nilai,
ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan
lain sebagainya. Pengertia
n Filsafat
Filsafat memiliki bidang bahasan yang
Adalah cara memandang seorang
sangat luas yaitu segala sesuatu baik yang
peneliti terhadap objek material tersebut,
suatu objek material tertentu dapat ditinjau bersifat kongkrit maupun yang bersifat
dari berbagai macam sudut pandang yang abstrak. Maka untuk mengetahui lingkup
berbeda. Oleh karena itu terdapat berbagai Objek Formal pengertian filsafat, terlebih dahulu perlu
macam sudut pandang filsafat yang Filsafat dipahami objek material dan formal ilmu
merupakan cabang-cabang filsafat, antara lain filsafat sebagai berikut.
dari sudut pandang nilai terdapat bidang
aksiologi, keberndaan bidang ontologi, filsafat
hukum, filsafat bahasa dan sebagainya.
Pertama: Filsafat sebagai
produk mencakup
pengertian
A. Pengertian filsafat yang mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis
pengetahuan, ilmu, konsep dari para filsuf pada zaman dahulu,
teori, sistem atau tertentu yang merupakan hasil dari proses
berfilsafat dan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
Cabang-cabang filsafat yang tradisional terdiri atas empat yaitu: logika, metafisika, epistemologi dan
etika. (lihat Titus, 1984:17), namun demikian berangsur-angsur berkembang sejalan dengan persoalan yang
dihadapi oleh manusia. Maka untuk mem-permudah pemahaman kita perlu diutarakan cabang-cabang
filsafat yang pokok:
Cabang-cabang Filsafat dan
Aliran-alirannya
Metafisiks Logika
yang berkaitan dengan persoalan yang berkaitan dengan
tentang hakikat yang ada (segala persoalan penyimpulan
sesuatu yang ada)
Epistemologi Etika
yang berkaitan dengan persoalan yang berkaitan dengan
hakikat pengetahuan persoalan moralitas
Metodologi Estetik
yang berkaitan dengan persoalan yang berkaitan dengan
hakikat metode ilmiah. persoalan keindahan
Rumusan Kesatuan Sila-sila
Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat. Pengertian sistem
adalah suatu kesatuan bagian-bagian saling berhubungan, saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suntu kesatuan yang utuh. Sistem lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Keseluruhannya dimaksudkan
Bagian-bagian tersebut
untuk mencapai suatu tujuan
mempunyai fungsi sendiri-sendiri
tertentu (tujuan sistem)
Susunan Pancasila adalah hierarkhis dan mempunyai bentuk pyramidal. Pengertian matematika
pirmidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhi sia-sia dari Pancasila dalam urut-urutan
luas (kwuntitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya (kwalitas). Kalau dilihat dari intinya, urut-urutan lima
sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi-sifatnya, merupakan pengkhususan dari
sila-sila yang dimukanya. Jilat urut-urutan lima sila dianggap mempunyai maksud demikian, maka di
antara lima sila ada hubungan yang mengikat yang satu kepada yang lain sehingga Pancasila merpakan
suatu kesatuan keseluruhan yang bulat.
Rumusan Pancasila yang bersifat
Hierarchis dan Berbentuk Piramidal
01 Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan 04 Sila kecmpat: kerakyatan yang dimpin oleh hikmat
menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan, adalah
Indonesia, kerakyatan yang dimpin oleh hikmat kebijaksanaan diliputi dan dijiwai oleh sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa
dalam permusyawaratan perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
rakyat Indonesia. meliputi dan menjiwai sila keadilan sosial bagi seluruh
02 Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah diliputi rakyat Indonesia.
dan dijiwai sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah menjiwai sila-
05 Sila kelima: Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
sila persatuan Indonesia, kerakyatan yang dimpin oleh hikmat
adalah diliputi dan dijiawi oleh sila-sila Ketuhanan Yang
kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan, kendilan
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Indonesia, kerakyatan yang dimpin oleh hikmat
03 Sila ketiga: Persatuan Indonesia adalah diliputi Ketuhanan kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan.
Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan
permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
3. Hubungan Sila-sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling
Mengkualifikasi
Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam hubungannya saling mengisi atau mengkualifikasi dalam rangka
hubungan hierarkhis piramidal tadi. Tiap-tiap sila seperti telah disebutkan di atas mengandung empat sila lainnya, dikualifikasi oleh empat sila
lainnya. Untuk kelengkapan dari hubungan kesatuan keseluruhan dari sila-sila Pancasila dipersatukan dengan rumus hierarkhis tersebut di atas.
1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia,
yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Sila kedua: kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia,
yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
3. Sila ketiga: persatuan Indonesia adalah persatuan yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
4. Sila keempat: kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pernusyawaratan/perwakilan, adalah kerakyatan yang
Berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
5. Sila kelima: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan yang Berketuhan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. (Notonagoro, 1975: 43, 44)
Kesatuan sila - sila Pancasila sebagai Suatu
Sistem Filsafat
Kesatuan sila - sila Pancasila
bersifat hierarkis dan mempunyai bentuk
piramidal, digunakan untuk
menggambarkan hubungan hierarki sila-
sila Pancasila dalam urutan luas dan
dalam pengertian inilah hubungan
kesatuan sila - sila Pancasila itu dalam
arti formal logis.
Dasar Antropologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak
monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar Antropologis. Subjek pokok
pendukung Pancasila adalah manusia, hal ini dapat dijelaskan bahwa " yang berketuhanan YME, yang
berkemanisaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hitmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah
manusia" - Notonegoro, 1975:23.
Oleh karena kedudukan kodrat manusia sebagai makhlUK pribadi dan berdiri sendiri dan sebagai
makhluk Tuhan YME inilah maka secara hierarki sila pertama " Ketuhanan YME mendasari dan menjiwai
keempat sila Pancasila lainnya (Notonegoro, 1975 : 53).
Sila pertama, memberi gambaran bahwa " Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, Tuhan adalah
mutlak, sempurna dan kuasi, tidak berubah, tidak terbatas pula sebagai pengatur tata tertib alam
(Notonegoro, 1975 : 78)
Sila kedua, memberi gambaran bahwa " negara adalah lembaga kemanusiaan, yang diadakan manusia -
Notonegoro 1975 : 55. Pada hakikatnya yang bersatu membentuk suatu negara adalah manusia, dan
manusia yang bersatu dalam suatu negara disebut rakyat sebagai unsur pokok Negara serta terwujudnya
keadilan bersama sebagai makhluk individu dan sosial.
Sila ketiga, memberi gambaran bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan YME yang pertama harus
direalisasikan adalah mewujudkan suatu persatuan dalam suatu persekutuan hidup yang disebut negara.
Sila keempat, memberi gambaran bahwa hakikat rakyat adalah sebagai akibat bersatunya manusia sebagai
makhluk Tuhan YME dalam suatu wilayah negara tertentu. Hal ini berarti bahwa negara itu demi adanya
kesejahteraan rakyatnya atau warganya, maka tujuannya adalah terwujudnya masyarakat yang berkeadilan
dalam hidup maupun sosial.
Sila kelima, memberi gambaran bahwa keadilan adalah sebagai akibat adanya negaea kebangsaan dari
manusia-manusia yang berkebutuhan yang maha esa. Menurut Notonegoro hakikat keadilan yang
terkandung adalah keadilan yang adil terhadap diri sendiri, terhadap sesama dan terhadap Tuhan atau
kuasas prima
2. Dasar
Epistemologis
(pengetahuan)
Pancasila diletakkan dalam kerangka bangunan filsafat manusia, maka konsepsi dasar
Antologis sila-sila Pancasilayaitu hakikat monopluralis yang merupakan dasar pijak
epistemologis Pancasila. Hakikat manusia adalah monopluralis yang berarti unsur-unsur
pokok yaitu susunan kodrat yang terdiri susunan kodrat atas atau raga (jasmani) dan jiwa
(rokhani). Selain itu, manusia memiliki indra sehingga dalam proses reseptif infra merupakan
alat untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan yang bersifat empiris. Begitu sebaliknya,
pancasila juga mengakui kebenaran empiris terutama dalam kaitannya dengan pengetahuan
manusia yang bersifat positif yang kedudukannya sebagai makhluk Tuhan YME yang sesuai
dengan sila pertama sebagai hal mutlak dalam tungkatan kebenaran tertinggi.
Menurut Notonegoro bahwa nilai-nilai Pancasila termasuk nilai kerohkanian, tetapi nilai ini tetap
mengakui adanya nilai material dan nilai vital. Dengan demikian Pancasila mengandung nilai-nilai secara
lengkap dan harmonis yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau estetis, nilai
moral atau kebaikan, maupun nilai kesucian yang secara keseluruhan bersifat sistematis dan hierarkis, di
mans sial pertama sebagai basisnya sampai dengan sila kelima (Datmodihardjo, 1978).
Hakikat Pancasila adalah nilai senagai pedoman negara adalah merupakan norma adapun
aktualisasi atau pengalamannya adalah realisasi kongkrit Pancasila. Secara demikian, sesuai dengan isi
yang terkandung dalam Pancasila secara Antropologis memiliki pokok masalah pokok dalam kehidupan
manusia yaitu bagaimana seharusnya manusia itu terhadap Tuhan YME, terhadap dirinya sendiri, serta
yerhadap manusia lain dan masyarakat sehingga dalam Pancasila itu terkandung implikasi moral dalam
substansi Pancasila yang merupakan suatu nilai.
Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental
Bagi Bangsa dan Negara Republik Indonesia
A. Dasar Filosof
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai
filsafat hidup bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan
suatu nilai yang bersifat sistematis. Oleh karena itu sila-sila
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat, hirarkhis dan
sistematis. Dalam pengertian itu maka Pancasila merupakan
suatu sistem filsafat sehingga kelima silanya memiliki esensi
makna yang utuh. Dasar pemikiran filosofisnya adalah sebagai
berikut : Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik
Indonesia mempunyai makna bahwa dalam setiap aspek
kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan
harus berdasarkan nilai nilai Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan
Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 secara yuridis memiliki
kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental. Adapun Pembukaan UUD 1945
yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila
mengandung empat pokok pikiran yang
merupakan derivasi atau penjabaran dari nilai-
nilai Pancasila itu sendiri.
Pokok pikiran kedua menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Dalam hal ini negara berkewajiban mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Pokok pikiran ini adalah penjabaran dari sila kelima.
Pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa negara berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan. Pokok pikiran ini menunjukkan bahwa negara Indonesia demokrasi, yaitu
kedaulatan ditangan rakyat. Hal ini sesuai dengan sila keempat.
Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Pokok pikiran ini sebagai penjabaran dari sila pertama dan kedua.
Pokok pikiran kelima Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang
kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti untuk setiap orang yang menjadi
rakyat Indonesia. Pengertian itu tidak sama dengan pengertian sosialistis atau komunalistis karena keadilan
sosial pada sila kelima mengandung makna pentingnya hubungan antara manusia sebagai pribadi dan manusia
sebagai bagian dari masyarakat.
C. Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia merupakan nilai yang tidak dapat
dipisah-pisahkan dengan masing-masing silanya. Hal ini dikarenakan apabila dilihat satu per satu dari dan tidak
dapat diputarbalikkan letak dan susunannya.
Menjiwai 4 sila lainnya dan nilai Filosofis yang terkandung didalamnya adalah bahwa
Hakikat Negara adalah sebagai penjelmaaan sifat kodrat manusia sebagai mahluk individu
dan makluk sosial, Hakikat Rakyat adalah sekolmpok manusia seagai makluk Tuhan Yang
Maha Esa yang bersatu yang bertujuan mewujudkan Harkat dan martabat manusia dalam
suatu wilayah, Rakyat adalah subyek pendukung pokok Negara, Negara asal adalah dari oleh
dan untuk rakyat, oleh karena itu Rakyat adalah merupakan mula kekuasaan Negara,
sehingga sila kerakyatan terkandung nilai Demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan
dalam hidup Negara adalah:
a. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap masyarakat
bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b. Menjamin dan menjujung tinggi harkat dan martabat manusia
c. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama
d. Mengakui atas perbedaan individu, suku, agama karena perbedaan adalah bawaan kodrat
manusia
e. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu
f. mengarahkan perbedaan dalam suatu kerjasama kemanusiaan yang beradab
g. Menjunjung tinggi azas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab
h. Mewujudkan keadilan untuk tujuan bersama
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Menjiwai ke 4 sila lainnya. Dalam sila kelima tersebut terkandung
nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama
(kehidupan sosial). Keadilan tersebut di dasari dan dijiwai oleh hakikat
keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan manusia
dengan dirinya sendiri,manusia dengan manusia lain,manusia dengan
masyarakat,bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan
TuhanNya.