MATERI 3
“PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT”
OLEH KELOMPOK 1 :
Pengertian
Filsafat Secara
Umum filsafat secara umum bisa diartikan
sebagai suatu kebijaksanaan hidup
• (filosofia) untuk memberikan suatu
• pandangan hidup yang menyeluruh
berdasarkan refleksi atas pengalaman
hidup maupun pengalaman ilmiah.
Filsafat adalah pandangan hidup
• seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan.
PENGERTIAN FILSAFAT
Pengertian
Filsafat Secara Kata “philosophia” sendiri berasal dari Bahasa
Etimologi Yunani, yakni philein (mencintai) atau philia
(persahabatan) dan Sophos (kebijaksanaan,
• ketrampilan, dan pengalaman praktis). Dengan
demikian, secara etimologis kata filsafat dapat
• diartikan sebagai cinta atau kecenderungan
akan kebijaksanaan, atau cinta pada
pengetahuan yang bijaksana, atau dapat
diartikan pula sebagai cinta secara mendalam
• akan kebijaksanaan atau cinta sedalam-
dalamnya akan kearifan atau cinta secara
sungguh-sungguh terhadap pandangan,
kebenaran. (love of wisdom or love of the
vision of truth).
PENGERTIAN FILSAFAT
Menurut Cicero
Pengertian • Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “(
Filsafat Menurut the mother of all the arts) ia juga
Para Ahli mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni
kehidupan ).
• Menurut Aristoteles
• Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk
• menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan
demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali.
Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi
sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
• Menurut Thomas Hobbes
Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menerangkan
perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari
hasilnya, dan oleh karena itu senantiasa adalah suatu
perubahan.
PENGERTIAN FILSAFAT
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Dasar filsafat
negara Indonesia terdiri atas lima sila yang masing-masing merupakan suatu asas
peradaban. Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal. Setiap sila
tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila lainnya serta di antara sila
satu dan lainnya tidak saling bertentangan. Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat
organis tersebut pada hakikatnya secara filosofis bersumber pada hakikat dasar
tubuh manusia monopluralis. Manusia menjadi pokok pendukung Pancasila
mengandung analogi bahwa setiap bagian tubuh menopang bagian tubuh yang lain.
Setiap unsur memiliki fungsi masing-masing namun saling berhubungan, sama
seperti sila-sila di dalam Pancasila.
RUMUSAN KESATUAN SILA-SILA PANCASILA
SEBAGAI SUATU SISTEM
1. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjamin isi sila 2, 3, 4, 5,
artinya dalam segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara
harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah diliputi sila ke-1 dan isinya meliputi
sila 3, 4, dan 5, dalam sila ini terkandung makna bahwa sangat menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk Tuhan yang beradab, maka segala hal yang berkaitan
dengan kehidupan berbangsa dan bernegara harus mencerminkan bahwa negara ini
mempunyai peraturan yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
3. Sila ketiga : Persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai oleh sila 1, 2 yang meliputi dan
menjiwai isi sila dari sila 4, dan 5, sila ini mempunyai makna manusia sebagai makhluk sosial
wajib mengutamakan persatuan negara Indonesia yang disetiap daerah memiliki kebudayaan-
kebudayaan maupun beragama yang berbeda.
4. Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, adalah diliputi dan dijiwai sila 1, 2, 3 yang meliputi dan
menjiwai isi sila kelima. Sila ini menjelaskan bahwa negara Indonesia ini ada karena rakyat
maka dari itu rakyat berhak mengatur kemana jalannya negara ini.
5. Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah diliputi dan dijiwai oleh
isi dari sila 1, 2, 3, 4. Sila ini mengandung makna yang harus mengutamakan keadilan
bersosialisasi bagi rakyat Indonesia ini sendiri tanpa memandang perbedaan-perbedaan yang
ada.
RUMUSAN KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI
SUATU SISTEM
1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan yang adil
dan beradap, yang dipersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2. Sila kedua : kemanusiaan yang adil dan berasap adalah kemanusiaan yang Berketuhanan
Yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
3. Sila ketiga : persatuan Indonesia adalah persatuan yang Berketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradap, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
4. Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, adalah kerakyatan yang Berketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradap, yang berpersatuan Indonesia, yang berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila kelima : keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan yang
Berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradap, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
KESATUAN SILA – SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM
FILSAFAT
Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat tidak hanya kesatuan yang
• sila – silanya saja melainkan juga meliputi hakikat dasar dari sila – sila
menyangkut
Pancasila atau secara filosofis meliputi dasar ontologis (hakikat) sila – sila Pancasila.
Pancasila yang terdiri atas lima sila setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri
sendiri – sendiri, melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis.
1. Sila pertama, Ketuhana yang Maha Esa mendasari dan menjiwai sila – sila kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan
yang Maha Esa serta mendasari dan menjiwai sila persatuan Indonesia, sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta sila keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Sila ketiga, Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa dan
sila kemanusiaan yang adil dan beradab serta mendasari dan menjiwai sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Sila keempat, adalah kerakyatan, yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, maka pokok sila keempat adalah kerakyatan yaitu
kesesuaiannya dengan hakikat rakyat.
5. Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki makna pokok keadilan
yaitu hakikatnya kesesuaian dengan hakikat adil.
KESATUAN SILA – SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM
FILSAFAT
1. DASAR FILOSOFIS
Dalam pemikiran filosofis yang terkandung dalam setiap sila, dijelaskan sebagai berikut.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia mengandung makna bahwa
setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan nilai –
nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.
Pada hakikatnya menurut Pancasila bahwa negara adalah jasmani dan rokhani. Selain itu
dalam Pancasila yang merupakan nilai – nilai kerokhanian itu didalamnya terkandung nilai – nilai
lainnya secara lengkap daan harmonis, baik nilai material, vital, kebenaran (kenyataan), estetis
maupun nilai religious. Selain itu secara kuantitas bahwa nilai – nilai pancasila adalah bersifat
objektif dan subjektif. Artinya nilai – nilai Pancasila adalah bersifat universal yaitu Kemanusiaan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan
Nilai – nilai Pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rumusan dari sila – sila Pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya yang terdalam
menunjukan adanya sifat – sifat yang umum, universal, abstrak.
2. Inti nilai – nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia
dan mungkin juga pada bangsa lain baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan
maupun dalam kehidupan beragama.
3. Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, menuntut ilmu hukum memenuhi
syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental negara, sehingga merupakan suatu sumber
hukum positif di Indonesia. Suatu tertip hukum Indonesia berkedudukan sebagai hukum yang
terkuat.
Nilai – nilai Pancasila bersifat Subjektif dapat diartikan bahwa
keberadaan nilai – nilai Pancasila bergantung atau terletak pada bangsa
itu sendiri, dapat dijelaskan sebagai berikut;
1. Nilai – nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia sebagai kuasa
materialis. Nilai – nilai tesebut sebagai hasil pemikiran, penilaian kritis, serta hasil refleksi
filosofis bangsa Indonesia.
2. Nilai – nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia sehingga merupakan jati
diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan, kebijaksanaan
dalam hidup bermasyarakat nerbangsa dan bernegara.
3. Nilai – nilai Pancasila didalamnya terkandung nilai – nilai kerokhanian yaitu nilai kebenaran,
keadilan, kebaikan, kebijaksanaan dan nilai religious, yang manifestasinya sesuai dengan budi
nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa.
PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR FUNDAMENTAL BAGI
BANGSA DAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila – sila Pancasila merupakan suatu sistem nilai
yang pada hakikatnya merupakan suatu keatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai –
nilai yang memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya namun kesemuanya itu tidak lain
mempunyai suatu kesatuan yang sistematis dan tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan sila
– sila lainnya. Adapun nila- nilai yang terkandung dalam setiap sila adalah sebagai berikut.
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Negara Indonesia adalah Negara kebangsaan yang mengakui Ketuhanan Yang Maha
Esa. Negara sebagai suatu persekutuan hidup bersama, sebagai suatu bagian dari
masayarakat bangsa didunia adalah Berketuhanan yang Maha Esa. Selain Negara yang
Berketuhanan yang Maha Esa, Oleh karena itu Negara Indonesia yang Berketuhanan yang
Maha Esa adalah bukan Negara Atheis, yang mengingkari hakikat keberadaan Tuhan.
Negara memberikan kebebasan dalam memilih agama dan meyakinkan agama sesuai dengan
kepercayaan dan keimanan masing – masing.
2. Sila Kemasiaan yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran sikap
moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam
hubungan dengan norma – norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri,
terhadap sesame manusia maupun terhadap lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang adil dan
beradab adalah perwujudan nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya bermoral
dan beragama.
3. Persatuan Indonesia
Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini terkandung nilai bahwa nasionalisme Indonesia
adalah nasionalisme religious. Nilai – nilai nasionalisme ini harus tercermin dalam segala
aspek penyelenggaraan Negara termasuk dalam era reformaasi. Proses reformasi tanpa
merdasarkan pada moral Ketuhanan, kemanusiaan dan memegang teguh persatuan dan
kesatuan, maka bukan tidak mungkin akan membawa kehancuran bagi Bangsa Indonesia.
4.Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan.
Nilai filosofis yang terkandung didalamnya adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sisoal. Rakyat merupakan subjek
pendukung pokok Negara. Negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu
rakyat adalah asal mula kekuasaan Negara. Demokrasi dalam sila keempat adalah
demokrasi yang mendasarkan pada moral Ketuhanan, kemanusiaan dan nilai persatuan.
Oleh karena itu demokrasi yang didasari oleh hikmat kebijaksanaan meletakkan
kedaulatan di tangan rakyat, dengan didasari oleh moral kebijaksanaan untuk kehidupan
bersama yang harmonis, bukan persaingan bebas dan menguasai yang lainnya.