Anda di halaman 1dari 69

UPDATING ASUHAN

KEGAWAT-DARURATAN
MATERNAL & NEONATAL
POKOK BAHASAN

Infeksi nifas
Pre-eklamsia &
1 eklamsia
2
HAP
3
HPP
4
(mastitis, sub
involusi)

Masalah

5
Asfiksia
6
BBLR
7Pemberian
Minum pada
Bayi 8
Hipotermi

9
Hipoglikemi 10
Hiperbilirubinem
ia
PER/PEB dan
Eklamsia
Diagnosis
Preeklampsia Ringan Preeklampsia Berat
• Tekanan darah • Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20
≥140/90 mmHg pada minggu
usia kehamilan > 20 • Proteinuria ≥ 2 + atau pemeriksaan protein kuantitatif
minggu menunjukkan hasil >5 g/24 jam

• Tes celup urin • Atau disertai keterlibatan organ lain:


menunjukkan • Sakit kepala ,
proteinuria 1+ atau • skotoma penglihatan
pemeriksaan protein
kuantitatif
• Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion,
menunjukkan hasil • Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
>300 mg/24 jam • Oliguria (< 500ml/24jam),
• kreatinin > 1,2 mg/dl
Diagnosis

Superimposed preeklampsia pada


Eklampsia
hipertensi kronik
• Ibu dgn riwayat hipertensi kronik • Kejang umum dan/atau koma
• Proteinuria >+1 • Ada tanda dan gejala
preeklampsia
• Tidak ada kemungkinan penyebab
lain (misalnya epilepsi,
perdarahan subarakhnoid, dan
meningitis)
Tata Laksana Umum

“Ibu hamil dengan preeklampsia harus segera dirujuk ke rumah sakit.”

Pengelolaan kejang:
 Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir, masker oksigen, oksigen)
 Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
 Aspirasi mulut dan tenggorokan
 Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi
 Berikan O2 4-6 liter/menit
Pengelolaan umum

Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik antara 90-100
mmHg

Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih

Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload

Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria

Infus cairan dipertahankan 1.5 - 2 liter/24 jam


Pengelolaan umum (lnjtn..)

Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin

Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam

Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi merupakan tanda adanya edema
paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan dan berikan diuretik (mis. Furosemide 40 mg
IV)

Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit, kemungkinan
terdapat koagulopati
Anti konvulsan
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

Alternatif I Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit

Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g dalam larutan Ringer Asetat / Ringer
Laktat selama 6 jam Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 (40%) 2 g IV
selama 5 menit

Dosis Pemeliharaan MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer Asetat / Ringer Laktat yang diberikan sampai 24 jam
postpartum

Sebelum pemberian
Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit ;Refleks patella (+); Urin minimal 30 ml/jam
MgSO4 ulangan, lakukan
dalam 4 jam terakhir
pemeriksaan:
Hentikan pemberian Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit; Refleks patella (-); bradipnea (<16 kali/menit). Jika
MgSO4, jika: Siapkan terjadi henti nafas: Bantu pernafasan dengan ventilator Berikan Kalsium glukonas 1 g (20
antidotum ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi
Anti hipertensi

 Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang


dapat diulang sampai 8 kali/24 jam

 Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan


5 mg Nifedipin sublingual.
Hemoragik Ante Partum
Plasenta Previa Solusio Plasenta
Plasenta Previa

Definisi : Faktor Predisposisi ;


Plasenta yang berimplantasi  Kehamilan ibu berusia lanjut
di atas atau mendekati  Multiparitas
ostium serviks interna.  Riwayat SC sebelumnya
plasenta previa berdasarkan lokasinya

Plasenta Plasenta Plasenta Plasenta


previa previa previa previa letak
totalis parsialis marginalis rendah
Diagnosis Plasenta Previa

 Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan>22 minggu


 Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia
 Syok
 Tidak ada kontraksi uterus
 Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul
 Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin
 Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG
Tatalaksana Plasenta Previa

 PERHATIAN! Tidak boleh melakukan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan inspekulo


dilakukan secara hati-hati, untuk menentukan sumber perdarahan.
 Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
 Stabilisasi
 Atasi syok dengan memperbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena
(NaCl 0,9% atau Ringer Laktat).
 Meminimalisir kontraksi uterus
 Sebelum merujuk pastikan sudah melakukan komunikasi dengan fasilitas rujukan
 Rujuk dalam kondisi stabil
Solusio plasenta

Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat


implantasinya yang normal pada uterus, sebelum fetus
dilahirkan.
Trauma
abdomen

Defisiensi
besi

Faktor Predisposisi
Hipertensi

Versi luar Gemelli

Hidramnion
Proses Solusio Plasenta

terjadinya Hematoma semakin


hematoma Jika amniochorion
perdarahan dalam membesar kearah
retroplasenter tidak terlepas
desidua basalis pinggir plasenta

perdarahan akan
jika amniochorion perdarahan
keluar melalui
terlepas tersembunyi
ostium uteri
Gejala dan Tanda Solusio Plasenta
Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap

Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan

Syok tidak sesuai dengan jumlah darah keluar (tersembunyi)

Anemia berat

Gawat janin atau hilangnya denyut jantung janin

Uterus tegang terus menerus dan nyeri


Tatalaksana Solusio Plasenta

PERHATIAN! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan dasar, harus
segera dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap.

Atasi syok dengan memperbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena (NaCl
0,9% atau Ringer Laktat)

Sebelum merujuk pastikan sudah melakukan komunikasi dengan fasilitas rujukan

Pastikan kondisi ibu dan bayi baik


Robekan jalan
Atonia uteri
lahir

Perdarahan Post partum


Gangguan pembekuan
Sisa plasenta darah
Retensio Plasenta
Perdarahan Post partum

Perdarahan pascasalin primer terjadi dalam 24 jam pertama


setelah persalinan,
sementara perdarahan pascasalin sekunder terjadi antara 24 jam
hingga 12 minggu setelah persalinan.
Diagnosis

Perdarahan pascasalin adalah perdarahan pervaginam


yang lebih dari 500 cc
setelah bayi lahir atau berpotensi mempengaruhi
hemodinamik ibu.
Faktor-faktor penyebab Perdarahan Post Partum
PENYEBAB GEJALA DAN TANDA
Atonia uteri Perdarahan segera setelah anak lahir Uterus tidak berkontraksi atau lembek

Retensio plasenta Plasenta belum dilahirkan dalam 30 menit setelah kelahiran bayi

Sisa plasenta Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap
Perdarahan dapat muncul 6-10 hari pascasalin disertai subinvolusi uterus
Robekan jalan lahir Perdarahan segeraa Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
Perdarahan segeraa (perdarahan intraabdominal dan atau pervaginam)
Ruptura Uteri Nyeri perut yang hebat Kontraksi yang hilang

Inversio uteri Fundus uteri tidak teraba pada palpasi abdomen Lumen vagina terisi massa
Nyeri ringan atau beratb
Gangguan pembekuan Perdarahan tidak berhenti, encer, tidak terlihat darah gumpalan darah
Atonia uteri

Atonia Uteri adalah suatu kondisi miometrium tidak dapat


berkontraksi segera setelah kelahiran plasenta sehingga darah yang
keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak
terkendali
Masase fundus uteri segera setelah plasenta
lahir (maksimal 15 detik
YA

Penatalaksanaan Atonia Uteri


Uterus kontraksi ? Evaluasi rutin
TIDAK
- Evaluasi/bersihkan bekuan darah/selaput ketuban
- Pastikan kandung kemih kosong
- KBI maksimal 5 menit

Uterus kontraksi ?
YA - Pertahankan KBI selama 1-2 menit
- Keluarkan tangan secara hati-hati
- Lakukan pengawasan kala IV
TIDAK
- Ajarkan keluarga melakukan KBE
- Keluarkan tangan secara hati-hati
- Suntik ergometrin 0,2 mg ,i.m
- Pasang infus RL + 20 IU oksitosin, guyur
- Ulangi KBI

Uterus kontraksi ?
YA Pengawasan kala IV

TIDAK
- RUJUK - Lanjutkan pemberian infus + 20 IU oksitosin minimal 500 cc / jam
hingga mencapai tempat rujukan
- Selama rujukan dapat dilakukan kompresi aorta abdominalis atau KBE
Robekan jalan lahir

Penatalaksanaan
 Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber perdarahan
dan besarnya robekan
 Lakukan penjahitan dengan menggunakan anastesi lidokain.
Retensio Plasenta

Penatalaksanaan
 Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan
kecepatan 60 tetes/menitdan 10 UNIT IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 UNIT dalam 1000
ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan
berhenti
 Lakukan penegangan tali pusat terkendali
 Bila penegangan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta manual secara hati-
hati (bila terjadi perdarahan). Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila
terjadi komplikasi perdarahan hebat atau infeksi
 Jangan lakukan manual plasenta jika tidak terjadi perdarahan ! segera RUJUK
Sisa plasenta

Tatalaksana
 Jika plasenta masih dalam uterus dan perdarahan minimal,
berikan oksitosin 10 unit IM, pasang infus menggunakan jarum
16 atan 18 dan berikan RL/NS
 Segera rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap
 Dampingi ibu ke tempat rujukan
Gangguan pembekuan darah

 Rujuk ibu untuk mendapatkan penanganan transfusi darah


 Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, koagulopati dapat dicegah jika
volume darah dipulihkan segera.
 Tangani kemungkinan penyebab (solusio plasenta, eklampsia).
 Berikan darah lengkap segar, jika tersedia, untuk menggantikan faktor pembekuan
dan sel darah merah.
Infeksi nifas
masalah payudara Bendungan
Mastitis
payudara
Masalah Payudara Bendungan payudara

Bendungan payudara adalah bendungan yang terjadi pada kelenjar payudara


oleh karena ekspansi dan tekanan dari produksi dan penampungan ASI.
Diagnosa :
 Payudara bengkak dan keras
 Nyeri pada payudara
 Terjadi 3 – 5 hari setelah persalinan
 Kedua payudara terkena
Faktor Predisposisi

Posisi menyusui yang tidak baik

Membatasi menyusui

Membatasi waktu bayi dengan payudara

Memberikan suplemen susu formula untuk bayi

Menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga


menyebabkan suplai berlebih

Implan payudara
Tatalaksana Umum

 Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.


 Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit.
 Urut payudara dari arah pangkal menuju puting.
 Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga puting menjadi lunak.
 Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding) dan pastikan bahwa
perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar.
 bila bayi yang menyusu tidak mampu mengosongkan payudara, mungkin diperlukan
pompa atau pengeluaran ASI secara manual dari payudara.
 Letakkan kain dingin/kompres dingin dengan es pada payudara setelah menyusui atau
setelah payudara dipompa
Bila ibu menyusui bayinya: Bila ibu tidak menyusui:
Susukan sesering mungkin. Sangga payudara.

Kedua payudara disusukan. Kompres dingin payudara untuk mengurangi


pembengkakan dan rasa sakit.

Kompres hangat payudara sebelum disusukan. Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per
oral setiap 4 jam.

Bantu dengan memijat payudara untuk Jangan dipijat atau memakai kompres hangat
permulaan menyusui. pada payudara.

Sangga payudara. Pompa dan kosongkan payudara.

Kompres dingin pada payudara di antara waktu


menyusui.

Bila demam tinggi berikan Parasetamol 500 mg


per oral setiap 4 jam.

Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk


mengetahui hasilnya.
Mastitis

 Adalah Inflamasi atau infeksi payudara

Faktor Predisposisi
• Menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan
• Puting yang lecet
• Menyusui hanya pada satu posisi, sehingga drainase payudara tidak sempurna
• Menggunakan bra yang ketat dan menghambat aliran ASI Tatalaksana
Diagnosis

Payudara Dapat disertai Paling sering


terjadi pada
keras, demam >380C minggu ke-3 dan
memerah, dan ke-4 postpartum,
nyeri namun dapat
terjadi kapan saja
selama menyusui
Tatalaksana umum

Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari

Sangga payudara

Kompres dingin. Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan


Metritis

 Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu.

 Faktor Predisposisi
 kurangnya tindakan aseptik saat melakukan tindakan
 kurangnya higien pasien
 kurangnya nutrisi
Tanda dan Gejala

Nyeri perut Lokia berbau


Demam
bawah & purulen

Perdarahan
Nyeri tekan
pervaginam
uterus
& syok
Faktor Predisposisi :

 kurang gizi atau malnutrisi,


 anemia,
 higiene,
 kelelahan,
 Proses persalinan bermasalah:
 partus lama/macet,
 korioamnionitis,
 persalinan traumatik,
 kurang baiknya proses pencegahan infeksi,
 periksa dalam yang berlebihan,
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA
Asfiksia
Asfiksia

Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) adalah kegagalan


napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir.
Penyebab Asfiksia

Faktor plasenta dan


Faktor ibu Faktor bayi
talipusat
• Preeklampsia & • Infark plasenta • Bayi kurang
eklampsia • Hematom plasenta bulan/prematur ( kurang
• Perdarahan antepartum • Lilitan talipusat 37 minggu kehamilan)
abnormalPartus lama • Talipusat pendek • Air ketuban bercampur
atau partus macet • Simpul talipusat mekonium
• Demam sebelum dan • Kelainan kongenital
• Prolapsus talipusat
selama persalinan yang memberi dampak
• Infeksi berat pada pernapasan bayi
• Kehamilan lebih bulan
Pemeriksaan fisis

Bayi tidak
bernapas atau Denyut jantung <
napas megap- 100X/menit
megap

Kulit sianosis, Tonus otot


pucat menurun
Manajemen Resusitasi

Langkah Awal ( 30 detik ) yang terdiri dari :


 Hangatkan bayi di bawah pemancar panas atau lampu
 Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
 Isap lendir dari mulut kemudian hidung
 Keringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok punggung atau menyentil ujung
jari kaki dan mengganti kain yang basah dengan yang kering
 Reposisi kepala bayi
 Nilai bayi : usaha napas , warna kulit dan denyut jantung
Ventilasi Tekanan Paru

 Bila bayi tidak bernapas lakukan ventilasi tekanan positip (VTP) dengan memakai
balon dan sungkup selama 30 detik dengan kecepatan 20-30 kali
 Nilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung
 Bila belum bernapas dan denyut jantung¸ 60 x/menit lanjutkan VTP dengan kompresi
dada secara terkoordinasi selama 30 detik
 Nilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung
 Bila denyut jantung < 60 x/menit, beri epinefrin dan lanjutkan VTP dan kompresi dada
(dilakukan dalam tim)
 Bila denyut jantung > 60 x/menit kompresi dada dihentikan, VTP dilanjutkan

 “JANGAN MEMBERIKAN O2 NASAL JIKA BAYI BELUM BERNAFAS”


BBLR
BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat kurang dari 2500 g tanpa memandang masa gestasi (berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir)
Metode Kanguru

 Ibu atau keluarga bersedia, dan tidak sedang sakit


 Bayi telanjang dada (hanya memakai popok, topi, kaus tangan, kaus kaki),
 Letakkan telungkup di dada dengan posisi tegak atau diagonal. Tubuh bayi
menempel/kontak langsung dengan ibu.
 Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk menghindari terhalangnya jalan
napas. Kepala menoleh ke samping di bawah dagu ibu (ekstensi ringan). Tangan dan kaki
bayi dalam keadaan fleksi seperti posisi “katak”
 Kemudian “fiksasi” dengan selendang. Ibu mengenakan pakaian/blus longgar sehingga bayi
berada dalam 1 pakaian dengan ibu. Jika perlu, gunakan selimut.
 Selain ibu, ayah dan anggota keluarga lain bisa melakukan metoda kanguru
Masalah Pemberian Minum
Masalah Pemberian Minum

• Masalah minum sering terjadi pada bayi baru lahir, bayi berat lahir rendah,
atau pada bayi sakit berat.

• Masalah pemberian minum perlu mendapat perhatian khusus selain untuk


mengurangi risiko terjadinya penyakit juga untuk memenuhi tumbuh
kembang bayi
Memberi minum bayi kecil

bayi disusui minimal 8 kali 24 jam sampai berat 2500 gram. Bila bayi tidak dapat bangun sendiri
sewaktu mau minum, hendaknya ibu membangunkannya untuk menyusu.
Bila bayi melepaskan hisapannya dari satu payudara berikan payudara lainnya
Selalu utamakan menyusui langsung sebelum memerah ASI
Biarkan bayi menyusu untuk waktu yanglebih lama.
Bila suplai ASI cukup (dilihat bayi minum 6 kali atau lebih dalam 24 jam) tetapi berat bayi tidak naik
dengan adekuat (kurang dari 60 gr selama 3hari), ibu hendaknya memeras ASI dalam dua cangkir
yang berbeda.
Bila bayi tidak menghisap dengan baik sehingga diperkirakan tidak menerima sejumlah ASI yang
cukup, berikan ASI peras dengan menggunakanalternatip cara pemberian minum dengan cangkir,
sendok atau pipa lambung.
Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia

Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang


terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah.

Klinis ikterus tampak bila kadar bilirubin dalam serum adalah ≥5 mg/dl ( 85
µmol/L).
Disebut Hiperbilirubin adalah keadaan kadar bilirubin serum > 13 mg/dL
Ikterus

Bayi sering mengalami ikterus pada mingu pertama kehidupan, terutama bayi kurang bulan

Dapat terjadi secara normal atau fisiologis dan patologis.

Peningkatan bilirubin dalam darah disebabkan oleh pembentukan yang berlebihan dan atau
pengeluaran yang kurang sempurna.

bilirubin akan masuk ke dalam sel syaraf dan merusak sehingga otak terganggu dan
mengakibatkan kecacatan sepanjang hidup atau kematian (ensepalopati biliaris)
Pembagian ikterus menurut metode Kremer

Perkiraan kadar
Derajat Ikterus Daerah Ikterus

5.0 mg%
I Daerah kepala dan leher

II Sampai badan atas 9.0 mg%


11.4 mg%
III Sampai badan bawah hingga tungkai

12.4 mg%
IV Sampai daerah lengan, kaki bawah, lutut.

Sampai daerah telapak tangan dan kaki 16.0 mg%


V
Manajemen

 Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat rawat jalan
dengan nasehat untuk kembali jika ikterus berlangsung lebih dari 2 minggu.
 Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan ASI
eksklusif lebih sering minimal setiap 2 jam.
 Jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat diberikan melalui pipa nasogastrik
atau dengan gelas dan sendok.
 Letakkan bayi ditempat yang cukup mendapat sinar mata hari pagi selama 30
menit selama 3-4 hari. Jaga agar bayi tetap hangat.
Manajemen (lnjtn….)

 Kelola faktor risiko (asfiksia dan infeksi) karena dapat menimbulkan


ensefalopati biliaris.
 Setiap Ikterus yang timbul sebelum 24 jam pasca kelahiran adalah patologis
dan membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut; minimal kadar
bilirubin serum total, pemeriksaan kearah adanya penyakit hemolisis.
 Pada bayi dengan Ikterus Kremer III atau lebih perlu dirujuk ke fasilitas
yang lebih lengkap setelah keadaan bayi stabil
Hipotermi
Hipotermi

Hipotermi adalah suhu tubuh kurang dari 36.5ºC pada pengukuran suhu
melalui ketiak.

Hipotermi sering terjadi pada neonatus terutama pada BBLR karena pusat
pengaturan suhu tubuh bayi yang belum sempurna, permukaan tubuh bayi
relatif luas, kemampuan produksi dan menyimpan panas terbatas.
Mekanisme kehilangan panas

Radiasi • dari bayi ke lingkungan dingin terdekat

Konduksi • langsung dari bayi ke sesuatu yang kontak dg


bayi

Konveksi • kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar

Evaporasi • penguapan air dari kulit bayi


Cara Menghangatkan & Mempertahankan
Suhu Tubuh Bayi

kontak kulit Kangaroo pemancar


ke kulit Mother Care panas

inkubator atau
Boks Lampu
ruangan
penghangat penghanga
hangat
Hipoglikemi
Hipoglikemi

Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang


dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L)

Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak
dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat
bahkan sampai kematian.
Hipoglikemi

Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus.

Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah.

Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan
dan hari-hari pertama pasca lahir.

Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada.


REFRENSI :

1. Paket pelatihan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar (PONED)


JNPKR, 2008
2. Paket pelatihan pelayanan obstetri dan neonatal komprehensif ( PONEK)
JNPKKR, 2008
3. Buku saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Dasar dan Rujukan
Kementerian kesehatan RI, 2013
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai