Anda di halaman 1dari 70

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayahnya jua profil Tenaga Kesehatan teladan tahun 2023 kriteria Bidan dapat
diselesaikan.

Adapun tujuan dari penyusunan profil Bidan Teladan ini dalam rangka mengikuti lomba
Nakes Teladan kriteria Bidan tahun 2023. Dalam profil ini saya memberikan informasi tentang
diri saya dari kecil hingga menyelesaikan kuliah DIII Kebidanan dan begitu juga saat saya mulai
bekerja sebagai Bidan, Mulai dari Magang di Bidan Praktek, Rumah sakit suasta, Hingga saya
memutuskan untuk bekerja sebagai tenaga honorer/ tenagan kontrak JKSS Dinas Kesehatan
Kabupaten Bangka dan di tugaskan sebagai Bidan Desa Penagan, yang merupakan wilayah kerja
Puskesmas Petaling pada 1 Juni 2010, dan pada tanggal 8 Juli 2011 dengan di resmikannya
Puskesmas Penagan Desa Penagan Berubah menjadi wilayah kerja Puskesmas Penagan. Profil ini
menceritakan tantangan dan hambatan serta perjuangan dan capaian saya bersama TIM Tenagan
Kesehatan khususnya Bidan untuk mendapat kepercayaan dari masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Penagan, khususnya Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak dalam upaya Menurunkan
AKI dan AKB mulai dari ketika saya bertugas sebagai Bidan Desa di Desa Penagan, pemegang
program merangkap Bidan Koordinator, PJ. UKM, dan Penaanggung Jawab VK merangkap pj.
Program IVA. Pada Profil ini juga selain menyajikan sekilas tentang profil Puskesmas Penagan,
saya juga menyajikan inovasi yang telah saya lakukan untuk meningkatkan capaian pemeriksaan
SADANIS dan IVA Tes dalam rangka pencegahan terjadinya kanker Cervik pada Perempuan,
yang kita tahu bahwa selain kematian ibu hamil dan melahirkan, kanker cervik merupakan salah
satu penyebab kematian perempuan terbesar di dunia, 1 orang perempuan meninggal tiap 1 jam
yang disebabkan oleh kanker cervik.

Selaian yang sebutkan di atas, dalam profil ini saya lampirkan sertifikat pelatihan dan
seminar yang pernah saya ikuti dan surat- surat keputusan yang menjadi tanggung jawab saya
dalam bekerja beserta foto – foto dokumentasi yang pernah saya lakukan selama menjadi bertugas
sebagai Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Penagan. Namun karena keterbatasan ketersediaan
data dan Dokumentasi kegiatan, maka masih terdapat kekurangan dalam penyajiaannya. Pada
kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang begitu banyak
memberikan rezeki dan kasih sayangnya, kepada keluarga saya khususnya Suami dan Orang Tua,
yang telah memberikan dukungan luar biasa kepada saya selama bertugas sebagai Bidan dan
untuk mengikuti lomba petugas teladan tahun 2023. Saya juga menyampaikan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada Kepala Puskesmas Penagan beserta rekan-rekan kerja Puskesmas

1
Penagan, dan TIM Bidan Khususnya, yang telah memberikan kesempatan saya untuk mengikuti
lomba Bidan teladan ini.

Akhir kata semoga profil ini dapat menjadi pemacu semangat dalam bekerja dan
berkreativitas demi pelayanan terhadap Masyarakat, Perempuan, dan Kesehatan IBU dan ANAK.

Air Petaling , Februari 2023

Yulianawati, A.Md.Keb

NIP.-

2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Yulianawati, A.Md.Keb


TTL : Kotawaringin, 5 agustus 1987
Alamat : Jl. Pahlawan XII No.08 Desa Petaling Banjar Kec. Mendo Barat
Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Agama : Islam
Gender : Wanita
Instansi : Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka,
Puskesmas Penagan
Unit Kerja : Poli KIA, Pj. Program Kesehatan Usia Reproduksi KB, Kespro
Catin, dan Pj. Program IVA
No. Hp : 085267426181
Status : Menikah
Suami : Martin Sani Ahadi
Pekerjaan Suami : Wiraswata/ Tani
Anak : 1. Shaky Fadoil Safari (12 tahun)
2. Zeroun Sani Al-Bazil (8 Tahun)
3. Altan Syarbini (5 Tahun)

2. RIWAYAT PENDIDIKAN

No Tingkatan Tahun Nama Sekolah


Lulus

1 SD 1999 SD Negeri 78 Limbung Jebus

2 SLTP 2002 SLTP Negeri 2 Jebus

3 SLTA 2005 SMA Negeri 1 Jebus

4 D III 2009 D III Kebidanan STIKes Dharma Husada Bandung

B. RIWAYAT PEKERJAAN

3
NO URAIAN TAHUN

1 Praktik Bidan Mandiri di Bandung 2009

2 Praktik Bidan Mandiri di Pemali Awal 2010

3 Ruamah sakit Arsani Mar-Mei 2010

4 Tenagan Kesehatan Bidan Kontrak 1 Juni 2010- sekarang


JKSS Dinkes Kab. Bangka

C. PRESTASI DAN KONTRIBUSI DALAM BIDANG KESEHATAN

- Bidan Desa Penagan Periode Juli 2010 - Des 2011


- Bidan Koordinator merangkap Pj. Program Kes. Ibu dan KB Periode 2012-

2017

- Penagung Jawab UKM (2016-2017)

- Penangung jawab VK (2018-2020)

- Penangung jawab program IVA (2017-sekarang)

- Penanggung jawab program Kesehatan reproduksi/KB dan Kespro Catin

(2020-sekarang)

- TIM Vaksin Covid – 19 di wilayah kerja Puskesmas Penagan Kecamatan

Mendo Barat

- Ketua IBI Ranting Penagan periode 2019-2023


- Mendapat Penghargaan Bupati sebagai Petugas IVA tertinggi Kabupaten
Bangka
- Cakupan IVA Tes ke-2 tertinggi seluruh Puskesmas Kabupaten Bangka
tahun 2021
- Aktif memberikan Informasi, Edukasi dan Pembinaan seputar Kesehatan

Ibu dan Anak, dan Kesehatan Reproduksi untuk membangun Ibu yang
berdaya, anak yang sehat, sejahtera dan keluarga yang berkualitas.

D. KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI

NO PELATIHAN/SEMINAR TAHUN PENYELENGGARA

4
1 Orientasi Kelas Ibu Hamil 2017 Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka

2 Midewifery Update (MU) 2017 PD IBI Provinsi Kepulauan Bangka


Belitung

Webinar Kebidanan
3 Nasional
Manajemen Kebidanan Terpadu 2021 PT. AISYAH HUMAIRA AZZAHRA
Persalinan Prematur dan Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR)


4 Manajemen Asuhan Persalinan 2021 PT. AISYAH HUMAIRA AZZAHRA
Normal
5 Webinar Kebidanan Nasional 2021
Kegawatan Obstetri dan Peran PENGURUS PUSAT IKATAN BIDAN
Bidan Dalam Menurunkan Angka INDONESIA

Kematian Ibu (AKI)

6 Bidan Garda Terdepan Mengawal 2021 PENGURUS CABANG IKATAN BIDAN


Kesehatan Maternal – Neonatal INDONESIA KABUPATEN BANGKA

Melalui Germas dan Pelayanan


Berkualitas
7 Benarkah Bayi ASI Rentan 2022 PENGURUS CABANG IKATAN BIDAN
Anemia dan MPASI Rumahan INDONESIA KABUPATEN BANGKA

Bikin MalNutrisi?
8 Perkembangan Profesi Bidan 2022 PENGURUS CABANG IKATAN BIDAN
Terkini Dalam Peningkatan INDONESIA KABUPATEN BANGKA
Sumber Daya Manusia Yang

Berkualitas dan Profesional


9 Webinar Kebidanan Nasional 2022 PT. AISYAH HUMAIRA AZZAHRA
Strategi Bidan Tepat dan Cerdas

Memilih Kontrasepsi Terkini

E. Organisasi

No Tahun Organisasi

1 2015 Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Ranting Penagan

2 Ketua POKJA 4

5
3. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Sebelum Lulus pendidikan DIII Kebidanan, pada semester Akhir saya bekerja Part
Time sebagai asisten Bidan di salah satu Praktek Bidan Swasta di Bandung
Selama 3 Bulan, dan setelah lulus saya bekerja mencari pengalaman masih di
praktek bidan swasta di kabupaten Bangka selama 2 Bulan.
2. Kemudian saya mencoba melamar pekerjaan di sebuah Rumah sakit Swasta, dan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka. Awal tahun 2010, saya di trima kerja di
Rumah sakit Arsani, dengan masa Percobaan 3 bulan.. Dalam Masa 3 Bulan ini,
saya banyak belajar bagaimana bekerja secara TIM di rumah sakit, dimana disitu
terdapat atasan, dokter, kepala ruaangan, dan teman sejawat.
3. Setelah 3 bulan kerja di Rumah Sakit Arsani, saya mendapat panggilan Bekerja
dari Dinas Kesehatan sebagai Tenaga Kontrak program Jaminan Kesehatan
Sepintu Sedulang (JKSS) yang akan di tempatkan sebagai Bidan Desa di Wilayah
Kerja Puskesmas Petaling. atas Restu Orang tua dan Suami, saya memilih bertugas
sebagai Bidan Desa, dan mengundurkan diri dari Rumah Sakit Arsani, meskipun
waktu itu honor yang saya terima sebagai Bidan Desa lebih kecil. Salah satu alasan
saya memilih menjadi seorang bidan Desa, selain mendapat Restu dan Dukungan
dari Orang tua dan Suami, salah satu alasan yang tidak banyak orang Tau, bahkan
orang tua saya pun Tidak Tahu, Bahwa Menjadi Bidan Desa adalah Mimpi Saya
waktu Kecil yang pada waktu itu saya terinspirasi dari seorang Bidan yang
bertugas di Desa Saya, Limbung Jebus.
4. Tepat pada tanggal 1 Juni 2010, Saya Mendapat Perintah Tugas dari Kepala Dinas
Kesehatan (Drg. Mulyono Susanto, MHSM) untuk bertugas di Wilayah Kerja
Puskesmas Petaling , dan di tempatkan oleh Kepala Puskesmas di Desa Penagan
tanggal 1 Juli 2010 sebagai Bidan Desa Penanggung Jawab Wilayah Desa Penagan
yang merupakan salah satu Desa daerah terpencil di Kabupaten Bangka, dengan
jumlah penduduk lebih dari 5000 jiwa. Menjadi Bidan Desa di daerah terpencil
yang berada jauh dari kabupaten/Kota dengan jarak kurang lebih 76 KM/Jam dari
Ibukota Kabupaen, pasti banyak tantangan pekerjaan yang harus saya kerjakan
dalam memberikan Pelayanan kesehatan, khusunya Pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak, serta Upaya meningkatkan Indikator capaian Program Pemerintah
Kabupaten Bangka.
5. Pada tanggal 8 Juli 2011 dengan di resmikannya Puskesmas Penagan oleh Bupati
Bangka, Maka Desa Penagan tidak lagi masuk sebagai wilayah kerja Puskesmas
Petaling, namun beralih menjadi wilayah kerja Puskesmas Penagan bersama 3
Desa lainnya, yaitu Desa Kota Kapur, Desa Rukam, dan Desa Air Buluh.
Kurangnya SDM dan tidak ada Bidan PNS yang bertugas di Puskesmas Penagan,

6
maka pada awal tahun 2012 saya dipindah tugaskan ke Puskesmas Penagan, dan di
tunjuk oleh kepala Puskesmas Sebagai Bidan Koordinator sekaligus merangkap
menjadi Pengelola Program IBU dan KB di Puskesmas Penagan. Saya adalah
Bikor Termuda dan satu-satunya Bidan Honor yang Menjadi Bidan Koordonator
waktu itu. Dengan Pengalamam Kerja sebagai Bidan Desa yang belum genap 2
tahun, Menjadi Bidan Koordinataor yang bertanggungjawab membina 4 Desa,
dengan berbagai permasalahan yang berbeda di setiap Desa, tentunya bukanlah
perkara yang mudah, banyak sekali yang harus saya pahami, dan pelajari agar
system pelayanan kesehatatan Masyarakat khususnya KIA bisa berjalan dengan
Baik, Namun berkat kerja sama TIM bidan yang bekerja di wilayah kerja
Puskesmas Penagan, Satu persatu permasalahan bisa kami atasi denagan cukup
baik.
6. Pada tahun 2016, lagi-lagi karena kurangnya SDM tenaga Kesehatan di Puskesmas
Penagan, selain menjadi Bikor dan Pj.Program, saya di beri tugas tambahan lagi
untuk merangkap menjadi Penanggung Jawab UKM di Puskesmas Penagan.

4. PELATIHAN KEPERAWATAN YANG PERNAH DIIKUTI

1. Pelatihan Dasar – Dasar EKG, Pangkalpinang tahun 2011.


2. Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan II (DIKLAT PRAJAB II),
Sungailiat tahun 2011.
3. Pelatihan Jabatan Fungsional Perawat, Pangkalpinangtahun 2014.
4. Pelatihan Dokter Kecil Tingkat Kecamatan Mendo Barat , tahun 2012
5. Pelatihan GELS, Bogor tahun 2015
6. Pelatihan konselor hivaids, pangkalpinang tahun 2016
7. Pelatihan keluarga sehat, pangkalpinang tahun 2017

Seminar dan Simposium


1. Simposium ilmiah “Peran anti oksidan dan alami terhadap penyakit degeneratif”
tahun 2011
2. Seminar “Sex Education dan kesehatan reproduksi”, Pangkal pinang 2014
3. Seminar” Cancer Cerviks”, Pangkalpinang 2014
4. Seminar “Proses keperawatan berdasarkan Nanda, Noc dan Nic, ISDA”, Sungailiat
2014
5. Seminar “ Strategi untuk melahirkan generasi emas”, Pangkalpinang 2015
6. Seminar “ Fundamental Asuhan Keperawatan Sesuai Dengan Undang-Undang
Keperawatan “, Pangkalpinang 2015

7
7. Seminar “ Pola Asuh Sehat Pada Anak”, Pangkalpinang 2015
8. Workshop “ Kebijakan Permenpan No.5 Tahun 2014 Jabatan Fungsional Perawat “
Sungailiat 2016
9. Seminar “ Cegah dan atasi sejak dini penyakit Degeneratif”, Pangkalpinang 2016
10. Seminar “ Manajemen haemoragic post partum”, Sungailiat 2016
11. Seminar “ Peran anti oksidan atasi ca cervic dan hiv aids”, Pangkalpinang 2016
12. Seminar “ Managemen dan mutu pelayanan kesehatan”, Palembang 2016
13. Seminar “ STR online, Etika Keperawatan”, Pangkalpinang 2016
14. Seminar “ Sistem Informasi Manajemen Keperawatan”, Pangkalpinang 2016
15. Seminar dan Workshop “ Management interpretasi EKG”, Sungailiat 2016
Seminar dan Workshop “ Patient Safety”, Pangkalpinang 2017
16. Seminar “ Kualitas Kesehatan Keluarga”, Pangkalpinang 2017
17. Seminar “Keluarga Sehat”, Pangkalpinang 2017
18. Workshop ‘ Kidney and women health “, pangkalpinang tahun 2018
19. Workshop” perawatan luka diabetic”, pangkalpinang tahun 2018

5. URAIAN TUGAS DI PUSKESMAS

SEBAGAI PERAWAT
Sebagai pelayanan masyarakat terutama berhubungan dengan kesehatan,
sebagai perawat di Puskesmas Petaling. saya mempunyai uraian tugas kegiatan –
kegiatan yang saya lakukan baik itu kegiatan didalam gedung maupun diluar gedung.

a.Kegiatan pelayanan di dalam gedung

1. Mempersiapkan ruangan dan peralatan untuk menangani pasien.


2. Melakukan pelayanan pada pasien UGD dan Rawat Inap
3. Melakukan tindakan perawatan diruangan Unit Gawat Darurat (UGD) pada pasien
yang membutuhkan pertolongan pertama dan perawatan.
4. Melakukan edukasi dengan penyuluhan secara individu kepada pasien.
5. Melakukan kunjungan/visite dokter pada pasien rawat inap diruangan perawatan.
6. Membuat jadwal dinas petugas rawat inap dan ugd
7. Membuat laporan data penyakit rawat inap
8. Mengelola kebutuhan pasien rawat inap
9. Mengelola obat dan administrasi pasien
10. Mengelola jalannya asuhan keperawatan pasien rawat inap
11. Menjadi pengelola program penyakit HIV AIDS
12. Mengelola management rawat inap
13. Menjadi koordinator keperawatan rawat inap

8
14. Melakukan penyuluhan HIV AIDS di dalam gedung.

b.Kegiatan program Puskesmas diluar gedung

1. Melakukan penyuluhan HIV AIDS disekolah – sekolah seperti sekolah lanjutan


tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas.
2. Melakukan penyuluhan HIV AIDS di posyandu
3. Melakukan penyuluhan HIV AIDS di pesantren
4. Melakukan penyuluhan HIV AIDS di desa
5. Melakukan penyuluhan HIV AIDS di Perusahaan
6. Melakukan pembinaan dan penyuluhan ke sekolah dasar khususnya kelas empat
dan lima dalam rangka kegiatan program Promkes.
7. Melakukan mobile vct di desa wilayah kerja Puskesmas Petaling
8. Melakukan kegiatan Puskesmas keliling
9. Melakukan kegiatan senam mobile prolanis
10. Melakukan kunjungan rumah bersama tim perkesmas
11. Sebagai tim medis/P3K pada acara penerimaan mahasiswa baru STAIN
12. Sebagai tim medis/P3K pada acara peringatan HUT RI

BAB I

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak
adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong ibu yangmelahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat
sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat,
membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat
merawat bayinya dengan baik. Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas
dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode
kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.
Di era globalisasi sekarang ini, keberadaan seorang bidan sangat diperlukan. Bidan
diakui sebagai profesional yang bertanggung jawab yang bekerja sebagai mitra perempuan
dalam memberikan dukungan yang diperlukan. Misalnya, asuhan dan nasihat selama
kehamilan, periode persalinan dan post partum, melakukan pertolongan persalinan di
bawah tanggung jawabnya sendiri, dan memberikan asuhan pada bayi baru lahir. Ruang

9
lingkup asuhan yang diberikan oleh seorang bidan dan telah ditetapkan sebagai wilayah
kompetensi bidan di Indonesia.
Dalam hal ini diharapkan agar bidan tidak memandang pasiennya dari sudut
biologis. Akan tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki budaya tertentu dan di
pengaruhi oleh kondisi ekonomi serta lingkungan disekelilingnya. Sehingga nantinya dapat
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas yang sudah dicanangkan oleh pemerintah.
Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam asuhan yang mandiri,
kolaborasi dan melakukan rujukan yang tepat. Oleh karena itu bidan dituntut untuk mampu
mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan
kegawatdaruratan kebidanan dan perinatal dan merujuk kasus.
Praktik kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari focus terhadap
ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, serta anak balita bergeser kepada upaya
mengantisipasi tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada
pelayanan kesehatan reproduksi sejak konsepsi hingga usia lanjut, meliputi konseling pre
konsepsi, persalinan, pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan post menopause,
sehingga hal ini merupakan suatu tantangan bagi bidan.
Pemeriksaan IVA merupakan program yang tercantum dalam keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 796/MENKES/SK/VII/2010 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
(Aprianti et al, 2018). Selain itu, adanya Permenkes RI No. 29 Tahun 2017
tentang Perubahan Atas Permenkes RI No. 34 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim yang di dalamnya
memuat penatalaksanaan deteksi dini kanker servik melalui metode inspeksi
visual asam asetat. Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan dalam
menyelenggarakan praktik kebidanan salah satu tugasnya adalah memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan sesuai dengan yang tercantum dalam
UU No. 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan.
Peraturan yang ada terkait
penanggulangan kanker leher rahim yang merupakan bagian dari kesehatan
reproduksi tersebut maka pemerintah sudah mengakui bahwa pemeriksaan IVA
sebagai deteksi dini sangat penting dilakukan oleh wanita usia subur.
Pada tiap tahunnya masih terdapat kasus baru dan kematian pada wanita
usia subur karena kanker servik, berdasarkan data dari Global Burden Cancer
(GLOBOCAN) pada tahun 2018 terdapat 569.847 (3,2%) kasus baru dan 311.365
(3,3%) kasus kematian di seluruh dunia akibat kanker servik (Global Burden
Cancer, 2019). Kemudian data yang diperoleh dari Global Burden Cancer
(GLOBOCAN) di Indonesia pada tahun 2018 terdapat angka kejadian untuk

10
kanker servik sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9
per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2019).

B. Tujuan

Tujuan Pelayanan Kebidanana

1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan kebidanan adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khususnya kesehatan perempuan atau ibu , bayi, balita diwilayah
kerjanya. Melalui upaya pencegahan, promosi kesehatan, pada masa sebelum
hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara
dua kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah, pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan, serta pelayanan keluarga berencana sesuai
dengan tugas dan wewenangnya

2. Tujuan Khusus

- Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai tanggung jawab


bidan.
- Meningkatkan mutu pelayanan bumil, bulin, bufas dan perinatal serta bayi dan
balita secara terpadu
- Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko kehamilan,
persalinan, nifas, dan perinatal
- Mendukung program pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian pada ibu, bayi dan anak
- Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat
setempat atau unsur terkait lainnya

- Melaksanakan tindakan promotif dan preventif dalam pelayanan kesehatan.

- Memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Pelayanan kesehatan


Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB), serta imunisasi.

- Melakukan upaya kegawatdaruratan kebidanan yang sesuai dengan


kewenangan.

- Membantu proses persalinan.

C. Ruang Lingkup dalam Praktik Kebidanan

11
1. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan.
Lulus dengan persyaratan yang ditelah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi untuk
registrasi dnn memperoleh izin untuk melaksanakan praktik kebidanan.
2. Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat
otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik
bidan. Selain itu diartikan juga sebagai serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya.
3. Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval
dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita,
fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada
perempuan, keluarga dan komunitasnya.
4. Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan
oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengumpulan data, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
5. Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan
oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu
dan kiat kebidanan.
6. Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara
mandiri, kolaborasi atau rujukan.

D. Praktik dalam Pelayanan Kebidanan

Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan
rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan
kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan
kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki
keterampilan professional, ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya
dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani
pelayanannya kepada pasien.
Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga bidan
yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya
berdasarkan kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan,seperti memiliki berbagai

12
pengetahuan yang luas mengenai kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam melakukan
pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan
sosial dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan yang dapat digunakan
atau diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada
masyarakat misalnya paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal  tersebut
bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi
yang diberikan oleh petugas, bukanlah sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau
benar adanya.

Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan lebih bersifat :


1. Promotif, bidan yang bersifat promotif berarti bidan berupaya menyebarluaskan informasi
melalui berbagai media Metode penyampaian, alat bantu, sasaran, media, waktu ideal,
frekuensi, pelaksana dan bahasa serta keterlibatan instansi terkait maupun informal leader
tidaklah sama di setiap daerah, bergantung kepada dinamika di masyarakat dan kejelian
kita untuk menyiasatinya agar informasi kesehatan bisa diterima dengan benar dan
selamat. Penting untuk diingat bahwa upaya promotif tidak selalu menggunakan dana
negara, adakalnya diperlukan adakalanya tidak. Selain itu, penyebaran informasi
hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dengan memanfaatkan media yang ada
dan sedapat mungkin dikembangkan agar menarik dan mudah dicerna. Materi yang
disampaikan seyogyanya selalu diupdate seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan
terkini.
2. Preventif berarti bidan berupaya pencegahan semisal imunisasi, penimbangan balita di
Posyandu dll. Kadang ada sekelompok masyarakat yang meyakini bahwa bayi berusia
kurang dari 35 hari (jawa: selapan) tidak boleh dibawa keluar rumah.

3.  Kuratif berarti bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit terutama  penyakit
berat.

4. Rehabilitatif berarti bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan, terutama bagi pasien
yang memerlukan perawatan atau pengobatan jangka panjang.

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan saat ini dihadapkan pada masyarakat
yang lebih terdidik,dan mampu memberi pelayanan kesehatan yang di tawarkan atau
dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat mengiginkan pelayanan kesehatan yang murah,
nyaman,sehingga memberi kepuasan (  sembuh dengan cepat dengan pelayanan yang baik ).
Rumah sakit perlu mengembangkan suatu sistem pelayanan yang didasarkan pada pelayanan
yang berkualitas baik, biaya yang dapat dipertanggung jawabkan dan diberikan pada waktu
yang cepat dan tepat. Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan, dalam
memproduksi jasa pelayanan kesehatan ( pelayanan medis dan pelayanan kebidanan), untuk
13
masyarakat menggunakan berbagai sumber daya seperti ketenanagaan, mesin, bahan, fasilitas,
modal, energy dan waktu.
Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh bidan yaitu : memiliki wawasan
dan pengetahuan, telah menyelesaikan pendidikan kebidanan, memiliki sopan santun, tidak
membeda-bedakan miskin maupun kaya, tidak membuka privasi pasien, berbakti pada insani,
mempunyai etika dan moral, cepat dan cekatan, mampu melayani dengan ikhlas dan sabar,
bersikap ramah dan terampil, tidak mudah putus asa, serta dapat melakukan hak dan
kewajibannya dengan baik.
Bidan memiliki banyak peran terutama dalam menjalankan praktek di
masyarakat.peran bidan yang harus dilaksanakan diantaranya adalah peran sebagai pendidik,
sebagai pelaksana, sebagai pengelola, sebagai peneliti, sebagai pemberdaya, sebagai pembela
klien, sebagai kolaborator,dan sebagai perencana.Dari peran-peran tersebut,bidan memiliki
tugas dan wewenang yang harus di laksanakan secara baik dan sesuai peraturan yang sudah
ditetapkan.

E. Tinjauan Refleksi Praktik dalam pelayanan kebidanan


1. Refleksi Praktik Kebidanan
Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk
pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan, dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan)
meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku,
lingkungan & pelayanan kesehatan).
Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat
dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik
sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk berkomunikasi
secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien.
Bidan merupakan ujung tombak memberikan pelayanan yang berkuliatas dan
sebagai tenaga kesehatan yang professional, bekerja sebagai mitra masyarakat, khususnya
keluarga sebagai unit terkecilnya, yang berarti bidan memiliki posisi strategis untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik komprehensif (berkesinambungan,
terpadu, dan paripurna), yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
dalam upaya mencapai terwujudnya paradigma sehat. Jadi seorang bidan dituntut untuk
menjadi individu yang professional dan handal memberikan pelayanan yang berkualitas
karena konsep kerjanya berhubungan dengan nyawa manusia.
2.         Praktik dalam Asuhan Kebidanan
a. Monitoring keadaan fisik, psikologis spiritual dan sosial perempuan dan keluarganya sepanjang
siklus reproduksinya

14
.      b. Menyediakan kebutuhan perempuan seperti pendidikan, konseling dan asuhan keahmilan;
pendamping asuhan berkesinambungan selama,kehamilan, persalinan dan periode post partum.
c.       Meminimalkan intervensi
d.      Mengidentifikasi dan merujuk perempuan yang memiliki tanda bahaya
Model Praktek Kebidanan di Indonesia
1)      Primary Care
Bidan sebagai pemberi asuhan bertanggung jawab sendiri dalam memberikan asuhan yang
berkesinambungan sejak hamil, melahirkan dan post partum,sesuai kewenangan bidan.
2)      Continuity of Care
  Diselenggarakan oleh sekelompok bidan dengan standard praktik yang sama filosofi dan proses
pelayanannya adalah partneship dengan perempuan
  Setiap bidan mempunyai komitmen sebagai berikut :
  Mengembangkan hubungan yang baik dengan pasien sejak hamil
  Mampu memberikan pealyanan yang aman secara individu
  Memberikan dukungan pada pasien dalam persalinan
  Memberikan perawatan yang komprehensif kepada ibu dan bayi
3)      Collaborative Care
Bidan perlu berkolaborasi dengan professional lain untuk menjamin kliennya menerima pelayanan
yang baik bila terjadi sesuatu dalam asuhan. Kolaborasi dilaksanakan dengan informed choice
demi keuntungan ibu dan bayi.
Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan tindakan asuhan sesuai
dengan kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan, serta melaksanakan tindakan kegawat
daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada
kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Pelayanan kebidanan merupakan salah satu kegiatan dalam pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, hidup sehat dan mengambil bagian dalam
pelayanan kesehatan masyarakat, turut membantu menghasilkan generasi bangsa yang cerdas.
Pelayanan yang demikian karena pelayanan kebidanan ditujukan kepada perempuan sejak
masa sebelum konsepsi, masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan balita. Tentu saja
pelayanan kebidanan yang berkualitas akan member hasil yang berkualitas, yaitu kepuasan
pelanggan maupun provider dan pelayanan yang bermutu. Untuk pelayanan yang berkualitas
tersebut diperlukan seorang pemimpin yang dapat meningkatkan terus mutu pelayanan kebidanan
yang diberikan oleh organisasinya dan pelayanan yang diberikan harus berorientasi pada mutu.

15
Bidan adalah profesi yang benar-benar harus dijiwai karena sangat menuntut tanggung
jawab. Bidan juga nantinya akan menjadi pemberi asuhan di tengah masyarakat. Bidan adalah
orang yang berperan penting dalam terciptanya ibu dan anak yang sehat dan keluarga bahagia
serta generasi bangsa yang sehat.

3.      Prinsip Bidan dalam Praktik Kebidanan.

Adapun tugas dan prinsip bidan dalam praktik kebidanan ketika melakukan tugasnya yaitu:
1)      Cintai yang anda lakukan, lakukan yang anda cintai (love your do, do your love).
Profesi bidan harus dihayati. Banyak orang yang memilih bidan karena dorongan orangtua,
dengan harapan cepat bekerja dengan masa pendidikan yang singkat dan dapat membuka praktek
mandiri. Oleh karena itu terlepas dari apapun motivasi seseorang menjadi bidan, setiap bidan
harus mencintai pekerjaannya.
2)      Jangan membuat kesalahan (don’t make mistake).
Dalam memberi asuhan, usahakan tidak ada kesalahan. Bidan harus bertindak sesuai
dengan standar profesinya. Untuk itu bidan harus terus menerus belajar dan meningkatkan
keterampilan. Kesalahan yang dilakukan memberi dampak sangat fatal. Jangan pernah berhenti
mengasah keterampilan yang telah dimiliki saat ini, terus meningkatkan diri, dan mau belajar
kaena ilmu selalu berubah. Keinginan untuk terus belajar dan kemauan untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan akan sangat membantu kita menghindari kesalahan.
3)      Orientasi kepada pelanggan (customer oriented).
Apapun yang dilakukan harus tetap berfokus pada pelanggan. Siapa yang anda beri
pelayanan, bagaimana karakter pelanggan anda, bagaimana pelayanan yang anda berikan dapat
mereka terima dan dapat member kepuasan sehinga anda tetap dapat member pelayanan yang
sesuai engan harapan dan keinginan pelanggan.
4)      Tingkatkan mutu pelayanan (improved your service quality).
Bidan harus terus menerus meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada kliennya.
Dalam member pelayanan, jangan pernah merasa puas. Oleh karena itu, bidan harus terus menerus
meningkatkan diri, mengembangkan kemampuan kognitif dengan mengikuti pelatihan,
mempelajari dan menguasai perkembangan ilmu yang ada saat ini, mau berubah ke arah yang
lebih baik, tentu saja juga mau menerima perubahan pelayanan di bidang kebidanan yang telah
dibuktikanlebih bermanfaat secara ilmiah.
Bidan yang terus berpraktek, keterampilannya akan terus bertambah dalam memberi
asuhan dan melakukan pertolongan persalinan, KB, maupun dalam hal member pelayanan

16
kebidanan lainnya. Dengan demikian diharapkan kualitas personal bidan meningkat sehingga akan
meningkatkan mutu pelayanan yag diberikannya.
5)      Lakukan yang terbaik (do the best).
Jangan pernah memandang klien/pelanggan sebagai individu yang ‘tidak penting’ atau
mengklasifikasikan pelayanan yang anda berikan kepada pelanggan dengan memandang status
ekonomi, kondisi fisik, dan lain-lain. Ingat! Klien berhak memdapatkan pelayanan kesehatan
tanpa diskriminasi. Bidan harus member pelayanan, pemikiran, konseling, tenaga, dan juga
fasilitas yang terbaik bagi kliennya.
6)      Bekerja dengan takut akan tuhan (work with reverence for the Lord).
Sebagai bangsa indonesia yang hidup majemuk dan beragama, bidan harus menghormati
setiap kliennya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Bidan juga harus percaya segala yang dilakukan
dipertanggungjawabkan kepada Sang pencipta. Oleh karena itu, bidan harus memperhatikan
kaidah/norma yang berlaku di masyarakat, menjunjung tinggi moral dan etika, taat dan sadar
hukum, menghargai pelanggan dan teman sejawat, bekerja sesuai dengan standar profesi.
7)      Berterima kasih kepada setiap masalah (say thanks to the problem).
Bidan dalam menjalankan tugas, baik secara individual (mandiri) sebagai manajer maupun
dalam kelompok (rumah sakit, puskesmas, di desa) tentu saja menghadapi dan melihat banyak
masalah pada proses pelaksanaan pelayanan kebidanan. Setiap masalah yang dihadapi akan
menjadi pengalaman dan guru yang paling berharga. Bidan dapat juga belajar dari pengalaman
bidan lainnya dan masalah yang mereka hadapi serta bagaimana mereka mengatasinya. Setiap
masalah, baik masalah  manajemen maupun asuhan yang diberikan, membuat kita dapat belajar
lebih baik lagi di waktu yang akan datang.
Selain itu masalah juga membuat seseorang mencapai kedewasaan dan kematangan. Oleh
karena itu, jangan pernah menyalahkan situasi dan masalah yang ada, justru kita bisa belajar dari
setiap situasi dan mencari strategi pemecahannya, yang terpenting adalah mengevaluasi segala
yang kita lakukan dan belajar dari kesukaran, masalah, dan kesalahan yang kita alami serta
berusaha menghindari kesalahan yang sama.
8)      Perubahan perilaku (behavior change).
Mengubah  perilaku sangat sulit dilakukan. H. L. Blum mengatakan bahwa ada empat
faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu tenaga kesehatan, lingkungan, keturunan, dan
perilaku. Hal yang paling sulit dilakukan adalah perubahan perilaku.
Akan tetapi, jika bidan sebagai tenaga kesehatan yang mengemban tanggung jawab moral
selalu meningkatkan diri, menerima perubahan yang positif dan baik untuk pelayanan kebidanan,
meninggalkan praktik yang tidak lagi didukung secara ilmiah, dan mengarahkan diri selalu pada
pencapaian kualitas pelayanan, berorientasi pada tugas dan pelanggan, turut serta ambil bagian
dalam peningkatan kualitas pelayanan kebidanan, mau memberi dan menerima saran/kritik dari
teman sejawat dan organisasi profesi untuk memperbaiki diri, menyadari batas-batas wewenang
dan tanggung jawabnya sebagai bidan, diharapkan angka kematian ibu dan anak dapat diturunkan.

17
Bidan juga harus terus melibatkan dirinya dalam perbaikan mutu pelayanan  sehingga bidan selalu
berada dalam lingkaran mutu dan memberi pengaruh bagi perbaikan kualitas pelayanan kebidanan
masa depan
Upaya pembangunan keluarga sejahtera dan pemberdayaan bidan tidak bisa dipisahkan.
Bidan adalah ujung tombak pembangunan keluarga sejahtera dari sudut kesehatan dan
pemberdayaan lainnya. Bidan menempati posisi yang strategis karena biasanya di tingkat desa
merupakan kelompok profesional yang jarang ada tandingannya. Masyarakat dan keluarga
Indonesia di desa, dalam keadaan hampir tidak siap tempur, menghadapi ledakan generasi muda
yang sangat dahsyat. Bidan dapat mengambil peran yang sangat penting dalam membantu
keluarga Indonesia mengantar anak-anak dan remaja tumbuh kembang untuk berjuang
membangun diri dan nusa bangsanya.
Kesempatan hamil dan melahirkan bertambah jarang, pengalaman keluarga merawat ibu
hamil, ibu melahirkan, dan anak balita, atau anak usia tiga tahun, dalam suatu keluarga, juga
bertambah jarang. Kalau terjadi peristiwa kehamilan atau kelahiran dalam suatu keluarga, hampir
pasti kemampuan dan mutu anggota keluarga merawat anggotanya yang sedang hamil atau
melahirkan juga menjadi kurang cekatan dan mutunya rendah. Padahal keluarga masa kini, yang
bertambah modern dan urban, menuntut kualitas pelayanan yang bermutu tinggi.
Keluarga masa kini juga menuntut hidup tetap sehat dalam waktu yang sangat lama karena
usia harapan hidup yang bertambah tinggi. Karena itu, sebagai ujung tombak dalam bidang
kesehatan, bidan dituntut untuk berperan sebagai ahli detektor awal untuk apabila menemukan
suatu kondisi kesehatan yang mencurigakan dari anggota suatu keluarga, segera memberi
pertolongan dini, atau memberi petunjuk untuk rujukan.
Kalau seorang bidan tidak mampu memberikan petunjuk kepada suatu keluarga, karena
penyakit yang diderita seorang anggotanya berada diluar wewenangnya, seorang bidan segera bisa
mengirim anggota keluarga yang bersangkutan ke tingkat referal yang lebih tinggi. Dengan
demikian, para bidan, dalam jaman yang modern sekarang ini, memiliki peran luar biasa untuk
memelihara kesehatan keluarga di tingkat pedesaan dan rumah tangga. Para bidan bisa menjadi
detector dan sekaligus advokator yang ampuh.
Alasannya sederhana. Perubahan sosial budaya dan cirri kependudukan tersebut di atas
mengundang perubahan peran tenaga-tenaga pembangunan, seperti bidan, yang lebih tinggi dalam
mengantar anak-anak muda dan remaja membangun keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Kalau di masa lalu para bidan mempunyai peran yang relatif terbatas dalam melayani proses
reproduksi seseorang yang kondisinya kurang baik, dan berbahaya, di masa depan proses
reproduksi generasi muda dan pasangan muda lebih jarang terjadi.
Tetapi tidak kalah berbahayanya dan bahkan mungkin saja terjadi jauh sebelum seseorang
sesungguhnya siap dengan proses reproduksinya. Remaja tersebut perlu mendapat dukungan
dengan tuntutan kualitas yang sangat tinggi, sehingga peran bidan juga menjadi lebih sukar dan
perlu dukungan semua pihak dengan baik. Karena tuntutan yang demikian tinggi, bidan tidak bisa

18
santai menanggapinya. Anak muda dan remaja masa depan menuntut kualitas prima karena
penentuan pilihan pelayanan yang dikehendakinya tidak lagi pada unsur pelayanan, yaitu para
bidan, tetapi pada anak muda, remaja dan pasangan muda masing-masing.
Tuntutan atas peningkatan kualitas pelayanan itu mencuat pada akhir abad yang lalu
karena keluarga dan penduduk merasa bahwa kompetisi masa depan hanya bisa dimenangkan
bukan melalui “krubutan” dengan pasukan orang banyak, tetapi melalui pelayanan yang bermutu.
Keluarga dan penduduk masa depan menghendaki pelayanan dengan standard internasional yang
bermutu, tahan banting dan karena usia harapan hidup yang panjang, tuntutan atas pelayanan
bermutu itu akan berlangsung untuk masa yang sangat lama.
Ada delapan target dan sasaran yang harus dicapai secara terpadu. Indonesia yang ikut
menanda tangani deklarasi PBB pada akhir tahun 2000 itu ikut bertanggung jawab terhadap
pencapaian target-target tersebut. Untuk mencapai sasaran dan target-target tersebut Indonesia
harus menempatkan pembangunan dan pemberdayaan seperti bidan, tenaga kesehatan, tenaga
pendidikan dan tenaga pemberdayaan masyarakat pada posisi sangat penting di lapangan, di
pedesaan.
Peranan tenaga-tenaga pembangunan tersebut sangat tinggi dan mutlak. Peranan bidan
misalnya, sekaligus merupakan sumbangan yang sangat tinggi untuk meningkatkan mutu sumber
daya manusia, yaitu dalam rangka hidup sehat dan sejahtera. Lebih-lebih lagi nampak sekali
bahwa peranan bidan sangat penting dalam memberi dorongan agar keluarga yang isterinya
sedang hamil mendapat perhatian dalam bidang kesehatan pada umumnya dan kemampuan
mengembangkan ekonomi keluarga. Tujuannya adalah agar setiap keluarga mempunyai
kemampuan memelihara kesehatannya, terutama kesehatan isterinya.
Apabila kemampuan keluarga memadai, dan isteri atau ibu dalam rumah tangga sedang
hamil, akan mendapat masukan makanan dengan gizi yang cukup. Dengan gizi yang baik janin
yang dikandungnya akan tumbuh menjadi bayi yang sehat. Di kemudian hari, apabila janin sudah
dilahirkan berupa bayi, maka bayi tersebut akan tumbuh menjadi anak yang sehat. Kalau
mendapat dukungan keluarga yang sejahtera, maka anak itu akan tumbuh kembang dengan baik.
Selanjutnya keluarga yang lebih mampu secara ekonomis dapat mengirim anaknya ke sekolah dan
akhirnya menjadi putra bangsa yang dapat dibanggakan.
Karena itu dalam kehidupan keluarga yang sederhana, bersama dengan kekuatan
pembangunan lainnya di pedesaan, para bidan dapat mempengaruhi masyarakat dan pemimpin
sekelilingnya untuk memberi perhatian kepada keluarga kurang mampu dengan dukungan
pemberdayaan ekonomi.
Tujuannya adalah agar apabila isterinya mengandung dan melahirkan, keadaan rumah
tangganya lebih baik. Peranan sebagai ujung tombak dalam bidang kesehatan, sosial dan ekonomi
rumah tangga tersebut menjadi sangat penting dalam peningkatan mutu sumber daya manusia
yang sejak awal tahun 1990 menjadi acuan PBB, khususnya United Nations Development
Programme (UNDP).

19
D. Ruang lingkup

a. Jenis data

Data yang dikumpulkan untuk menyusun profil ini adalah data dari rawat inap, program

hiv aids dan survey lapangan di wilayah kerja Puskesmas Petaling.

b. Sistematis Penyusunan Profil

Bab I: Pendahuluan

Bab II: Gambaran umum Puskesmas Petaling Kecamatan Mendo Barat dan Pelayanan

Rawat Inap serta program HIV AIDS

Bab III: Pembangunan kesehatan Puskesmas Petaling

Bab IV: Hasil dan pembahasan pelayanan keperawatan rawat inap dan program HIV

Bab V : Kesimpulan dan Saran

20
BAB II

GAMBARAN UMUM

1. Kondisi Geografi

Wilayah Kerja Puskesmas Petaling Kecamatan Mendo Barat terletak di Pulau Bangka
dengan luas lebih kurang 484 Km2 atau 48.400 Ha. Secara administratif wilayah Puskesmas
Petaling berbatasan langsung dengan daratan wilayah kabupaten/kota lainnya di Propinsi
Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan wilayah Kota Pangkalpinang dan Kecamatan yang
ada di Kabupaten Bangka.
Bangka secara geografis terletak antara 10 20 LU 30 70 LS dan 1050 - 1070 BT. Memiliki
luas daratan 11.534,14 Km2. berada pada jalur international yang menghubungkan dua
samudera dan dua benua, merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
berdirinya kawasan industri maritim. Bangka dibatasi oleh laut  dan selat sebagai berikut :

Batas Wilayah Kabupaten Bangka


Batas Wilayah dan Selat

   Disebelah Utara Kecamatan Puding Besar

   Disebelah Selatan Kecamatan Sungai Selan

   Disebelah Barat Selat Bangka

   Disebelah Timur Kota Pangkalpinang

Jarak yang paling jauh dari Ibukota Kecamatan Mendo Barat ke Wilayah kerja
Puskesmas Petaling adalah Desa Labuh Air kemudian desa Mendo serta desa yang palng
dekat adalah desa Petaling Banjar.
Jarak Ibu Kota Kecamatan ke desa di wilayah kerja Puskesmas Petaling

No. Dari Puskesmas Petaling Ke Desa-Desa Jarak


Di Wilayah Kerja Puskesmas Petaling (Km)

21
1.   Petaling 1

2.   Petaling Banjar <1

3.   Kace 9

4.   Kace Timur 10

5. Cengkong Abang 4

6. Kemuja 7

7. Zed 10

8. Air Duren 4

9. Paya Benua 10

10. Mendo 18

11. Labuh Air Pandan 32

Sumber : Kecamatan Mendo Barat

1. Jumlah Desa.
Ada 11 (sebelas) desa di wilayah kerja Puskesmas Petaling, yang terdiri dari :
1) Desa Petaling.
2) Desa Petaling Banjar
3) Desa Kace.
4) Desa Kace Timur
5) Desa Cengkong Abang
6) Desa Kemuja
7) Desa Zed
8) Desa Air Duren.
9) Desa Paya Benua.
10) Desa Mendo.
11) Desa Labuh Air Pandan.

22
2. Jumlah Dusun.

Gambar 2.1
Jumlah Dusun dan RT berdasarkan Desa
Di Wilayah Kerja Puskesmas PetalingTahun 2017

Pada tahun 2017 jumlah dusun/RT di wilayah kerja Puskesmas Petaling terdapat 56
dusun dan 127 RT, Jumlah dusun terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada tahun
2015 jumlah dusun/RT di wilayah kerja Puskesmas Petaling terdapat 55 dusun dan 127 RT.
Demikian juga pada tahun 2013 dan tahun 2014 jumlah dusun/RT di di wilayah kerja
Puskesmas Petaling terdapat 55 dusun dan 127 RT.

3. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur.


Gambar 2.2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Wilayah Kerja Puskesmas Petaling
Tahun 2017

23
Penduduk di wilayah kerja puskesmas petaling pada tahun 2017 berjumlah 45.680 jiwa
dan paling besar pada jenis kelamin laki-laki. Desa yang paling banyak penduduknya adalah
desa kace dengan jumlah penduduk 6.013 jiwa dan desa yang paling sedikit jumlah
penduduknya adalah desa Air Duren dengan jumlah penduduk 1.091 jiwa. Berdasarkan
kelompok umur jumlah penduduk yang paling banyak pada kelompok umur 0-4 tahun dan
penduduk yang paling sedikit pada kelompok umur 75+.

4. Jumlah Rumah Tangga/Kepala Keluarga.

Gambar 2.3
Jumlah Penduduk, Rumah Tangga / Kepala Keluarga
Di Wilayah Kerja Puskesmas Petaling Tahun 2017

Jumlah Kepala Rumah Tangga di wilayah kerja Puskesmas Petaling pada tahun 2016
jumlah Rumah Tangga ada 8.943 KK dengan rata-rata jiwa per KK ada 4 jiwa. Tahun tahun
2015 ada 9.866 KK dan rata-rata jiwa/rumah tangga ada 4 jiwa.

24
Pada tahun 2017 jumlah Rumah Tangga ada 9.216 KK dengan rata-rata jiwa per KK ada
4 jiwa. Sesuai dengan jumlah penduduknya Desa yang paling banyak KK nya adalah Desa
Kace dengan 1.576 KK dengan rata-rata 3,82 jiwa/KK, disusul Desa Kemuja dengan 1.196
KK dengan rata-rata 3,91 jiwa/KK. Sementara Desa yang paling sedikit KK nya adalah Desa
Air Duren dengan 314 KK dengan rata-rata jumlah jiwa per KK adalah 3,47 jiwa.

5. Kepadatan Penduduk.

Gambar 2.4
Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Perdesa
Di Wilayah Kerja Puskesmas Petaling Tahun 2017

Tahun 2017 kepadatan penduduk wilayah kerja Puskesmas Petaling adalah 74.51 jiwa/
Km2. Desa yang paling padat penduduknya per km2 adalah Desa Kace Timur dengan
kepadatan penduduk 592.80 jiwa/km2 dan yang paling jarang adalah Desa Air Duren dengan
21.49 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Petaling tahun 2016 adalah 73.92 jiwa/
Km2tidak jauh berbeda bila dibanding tahun 2015 yaitu 73.20 /Km2.

25
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Gambaran dari derajat kesehatan disuatu wilayah biasanya dilihat dari beberapa indikator
kesehatan, antara lain: Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita dan Angka Kematian Ibu.
Walaupun ketiga indikator kesehatan diatas bukanlah satu-satunya indikator di bidang kesehatan,
tetapi untuk mendongkrak peningkatan kesehatan masyarakat ketiga indikator tersebut memiliki
peranan yang sangat signifikan.
Dewasa ini Kementerian Kesehatan RI telah menerapkan indikator yang lain yang lebih
lengkap untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu wilayah. Indikator
tersebut yaitu: Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM), Indikator IKU/RPJMD dan Indikator
MDG’S. Profil kesehatan juga mengalami perubahan dengan dibedakannya data menurut jenis
kelamin penderitanya, sehingga dapat terpantau apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap
akses pelayanan kesehatan dan situasi derajat kesehatan antara laki-laki dan perempuan di suatu
wilayah.

10 PENYAKIT TERBANYAK
Pada tahun 2017, tiga besar penyakit terbesar ditempati oleh penyakit ISPA, disusul Penyakt
lainnya kemudian penyakit hipertensi.
Adapun urutan lengkap sepuluh penyakit terbanyak tahun 2017 adalah :
NO. NAMA PENYAKIT ∑ PENDERITA

1. ISPA 2.877

2. Penyakit Lainnya 1.355

3. Hipertensi 1.202

4. Penyakit Infeksi Usus Lainnya 877


26
5. Diare 565

6. Mialgia 435

7. Faringitis 314

8. Penyakit Kulit Alergi 237

9. Asma 193

10 Pneumonia 164

Jumlah 8.219

1. ANGKA KEMATIAN
A. Angka Kematian Bayi per-1.000 Kelahiran Hidup.
Gambar 3.1
Jumlah Bayi Lahir Hidup dan Lahir Mati Perdesa
Di Wilayah Kerja Puskesmas Petaling Tahun 2017

Jumlah seluruh kelahiran di wilayah kerja Puskesmas Petaling tahun 2017 ada 761
orang dengan perincian lahir hidup laki-laki 397 orang dan lahir hidup perempuan 364
orang serta tidak ada yang lahir mati. Jumlah kematian bayi tahun 2017 dan tahun 2016
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, hal ini karena meningkatnya pelayanan
kehehatan bagi ibu hamil. Target MDG’S untuk AKB tahun 2017 sebesar 3700/0, hal ini
berarti angka kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas Petaling baik, karena tidak ada
27
kematian bayi dibandingkan target AKB, tetapi diharapkan untuk tahun yang akan
datang tidak ditemukannya lagi jumlah kematian bayi.
Jumlah kematian bayi tahun 2015 sebanyak 4 orang dengan Angka Kematian Bayi
4,200/0 per-1000 kelahiran hidup.

B.Visi dan Misi Puskesmas Petaling

VISI
“Mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan merata menuju kecamatan mendo
barat yang lebih baik.”

MISI :
 Meningkatkan kompetensi SDM
 Memberikan pelayanan dasar yang bermutu aman, memuaskan dan merata
 Mendorong kemandirian masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat
 Menggalang kemitraan dengan seluruh potensi masyarakat untuk kecamatan sehat

Motto Puskesmas Petaling

BERADAT : Bersih, Empati, Rapi, Aman, Disiplin, Akuntable, Tertib.

C.Tujuan Puskesmas Petaling

Memberikan gambaran tentang situasi kesehatan yang menyeluruh khususnya


diwilayah kerja Puskesmas Petaling Kecamatan Mendo Barat dalam meningkatkan
kemampuan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna.

Tujuan umum

1. Diperoleh gambaran tetntang situasi kesehatan yang lebih akurat


2. Meningkatnya kemampuan managemen kesehatan yang lebih optimal
3. Tersedianya wadah integrasi untuk analisa dan peningkatan system informasi
managemen kesehatan.

2. ANGKA KESAKITAN
A. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit “Acute Flaccid Paralysis”
(AFP) per-100.000 Penduduk<15 tahun (MDG’S)

Gambar 3.4
Jumlah Kasus AFP Per Desa
Di Wilayah Kerja Puskesmas Petaling Tahun 2017

28
Pada tahun 2017 penemuan kasus AFP tidak ditemukan kasus di wilayah kerja
Puskesmas Petaling. Target SPM tahun 2017 sebesar ≤ 2/100.000 penduduk.

B. Angka Kejadian Tuberkulosis (MDG’S).


Gambar 3.5
Presentase Kasus TB Paru menurut jenis kelamin Perdesa
Di Wilayah Kerja Puskesmas Petaling Tahun 2017

Pada tahun 2017 jumlah seluruh kasus TB di wilayah kerja Puskesmas Petaling
adalah 50 per 100.000 penduduk. Bila dibedakan berdasarkan jenis kelamin maka
penderita TB paru pada penduduk laki-laki adalah 30 per 100.000 penduduk (162.77)
lebih tinggi bila dibandingkan dengan penderita pada penduduk perempuan yaitu 20 per
100.000 penduduk (113,42). Target MDG’S tahun 2017 sebesar 180 per 100.000
penduduk.

C. Angka Penemuan Kasus Baru BTA+.

Gambar 3.6
Penemuan Kasus TB Paru BTA (+) Perdesa
Di Wilayah Kerja Puskesmas Petaling Tahun 2017
29
Jumlah kasus TB Paru BTA (+) pada tahun 2017 yaitu 29 kasus TB paru BTA (+)
yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Petaling, dengan perincian kasus pada laki-
laki 18 orang dan kasus pada perempuan 11 orang. Angka penemuan kasus TB Paru (+)
tahun 2017 sebesar 83,85%, dengan target MDG’S tahun 2017 sebesar 65%.
Jumlah kasus TB Paru BTA (+) pada tahun 2016 yaitu 30 kasus TB paru BTA (+)
yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Petaling, dengan perincian kasus pada laki-
laki 18 orang dan kasus pada perempuan 12 orang.

D. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+).

Gambar 3.7
Presentase Kesembuhan TB Paru BTA(+) menurut Jenis Kelamin
perdesa Di Wilayah Kerja Puskesmas Petaling Tahun 2017

Tahun 2017 dari 29 orang penderita TB Paru BTA+ yang terdeteksi dan diobati,
penderita TB paru BTA+ yang sembuh sebanyak 17 orang dengan angka kesembuhannya
mencapai 58,62 % meningkat dari tahun 2016. Target MDG’S tahun 2017 sebesar 86%.

30
Angka kesembuhan penderita TB-Paru yang dihitung pada tahun 2016 ada 11 kasus
(36,67%). Tahun 2015 angka kesembuhan penderita TB-Paru yang dihitung ada 14 kasus
(63,64%).

E. Penemuan Kasus HIV / AIDS


Gambar 3.9
Jumlah Kasus HIV dan AIDS menurut jenis kelamin
Di Wilayah Kerja Puskesmas Petaling Tahun 2017

Tahun 2017 kasus HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Petaling 1 ditemukan.


Penemunan kasus HIV/AIDS tahun 2016 dan 2015 tidak ditemukan kasus.

F. Donor Darah Diskrining terhadap HIV.


Di Puskesmas Petaling tidak dilakukan pemeriksaan sampel darah/diskring HIV,
karena tidak kegiatan donor darah.

G. Kasus Diare Ditangani.


Gambar 3.10
Jumlah Kasus Diare yang Ditangani Perdesa
Di Wilayah Kerja Puskesmas Petaling Tahun 2017

31
Tahun 2017 penemuan kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Petaling menurut
perkiraan ada 772 kasus diare yang terjadi, namun ditemukan ada 623 kasus (80,7%)
dengan angka kesakitan 214/1.000 penduduk. Semua kasus yang ditemukan telah
ditangani dan diobati sesuai dengan standar pengobatan. Target SPM tahun 2017 sebesar
100%, hal ini berarti pencapaian program diare tahun 2017 masih belum tercapai.
Tahun 2016, menurut perkiraan ada 766 kasus diare yang terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Petaling, dan dari jumlah tersebut ditemukan 675 kasus (618,2%). Semua
kasus yang ditemukan telah ditangani dan diobati sesuai dengan standar pengobatan.
Tahun 2015, menurut perkiraan ada 1.456 kasus diare yang terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Petaling, dan dari jumlah tersebut ditemukan 656 kasus (45%). Semua kasus
yang ditemukan telah ditangani dan diobati sesuai dengan standar pengobatan.

H. Prevalensi Kusta.
Tahun 2017 tidak ada kasus kusta yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas
Petaling. Kasus kusta tahun 2016 dan tahun 2015 juga tidak ditemukan.

I. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat.


Tidak ada pengobatan penderita kusta karena tidak ada kasus yang ditemukan di
wilayah kerja Puskesmas Petaling.
J. Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
Tahun 2017 tidak ada kasus kusta yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas
Petaling. Kasus kusta tahun 2016 dan tahun 2015 juga tidak ditemukan.

K. Angka Kesakitan & Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) per-100.000


Penduduk.
Tercatat ada 24 kasus DBD yang terjadi pada tahun 2017, yaitu 13 kasus terjadi pada
laki-laki dan 11 kasus terjadi pada perempuan. Tidak terdapat orang meninggal akibat
DBD yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Petaling. Angka kesakitan DBD tahun
2017 sebesar 52,5 per 100.000 penduduk, dengan target MDG’S tahun 2017 sebesar 55
per 100.000 penduduk.

32
Tercatat ada 11 kasus DBD yang terjadi pada tahun 2017, yaitu 5 kasus terjadi pada
laki-laki dan 6 kasus terjadi pada perempuan. Tidak terdapat orang meninggal akibat
DBD yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Petaling. Angka kesakitan DBD tahun
2017 sebesar 24,2 per 100.000 penduduk.
Pada Tahun 2015 tercatat ada 9 kasus DBD yang terjadi pada tahun 2015, yaitu 5
kasus terjadi pada laki-laki dan 4 kasus terjadi pada perempuan. Terdapat 1 orang
meninggal akibat DBD.

L. Angka Kesakitan & Kematian Malaria per-1.000 Penduduk.


Gambar 3.11
Penderita Malaria Positif (+) menurut Jenis Kelamin Perdesa
Di Wilayah Kerja Puskesmas Petaling Tahun 2017

Tahun 2017 jumlah orang yang positif menderita malaria tidak ditemukan kasus di
wilayah kerja Puskesmas Petaling. Hal ini menunjukkan bahwa di masyarakat kasus
malaria sudah sangat menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Jumlah orang yang didiagnosa menderita malaria dengan pemeriksaan laboratorium
(Sediaan Darah Diperiksa) di tahun 2016 tidak ditemukan kasus di wilayah kerja
Puskesmas Petaling.
Tahun 2015 jumlah orang yang didiagnosa menderita malaria dengan pemeriksaan
laboratorium (Sediaan Darah Diperiksa) ada 4.002 orang, dengan perincian 1.973 laki-
laki dan 2.029 perempuan. Angka kesakitan malaria di Kabupaten Bangka tahun 2015
adalah 113 per 1.000 penduduk, dengan target MDG’S tahun 2015 sebesar 4. Tidak ada
kematian akibat malaria yang tercatat untuk tahun 2015.
33
M. Kasus Penyakit Filariasis Ditangani.

Gambar 3.12
Kasus Lama dan Kasus Baru Filariasis Perdesa
Di Wilayah Kerja Puskesmas Petaling Tahun 2017

Penderita Penyakit Filariasis tahun 2017, tidak ditemukan di wilayah kerja


Puskesmas Petaling. Tahun 2016 dan Tahun 2015 juga tidak dtemukan, hal ini bisa saja
karena memang tidak ada penderita filaria di wilayah kerja Puskesmas Petaling atau
kasusnya tidak tercatat.
1. TENAGA KESEHATAN
A. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis (dokter umum, spesialis, dokter gigi) di Sarana
Kesehatan.
Gambar 5.3.
Jumlah Tenaga Medis di sarana Kesehatan
Di Puskesmas Petaling Tahun 2017

34
Tahun 2017 di Puskesmas Petaling belum ada dokter spesialis, dokter umum ada 3
orang dan dokter gigi ada 1 orang. Jumlah dokter umum di Puskesmas Petaling sudah
mencukupi bila dibanding dengan jumlah penduduk. Dengan jumlah penduduk 35.779
jiwa penduduk yang mendiami, dokter umum yang ada baru 3 orang, sehingga bila
dirata-ratakan maka yang tersedia 3 (Tiga) orang dokter spesialis untuk 10.000 penduduk
di wilayah kerja Puskesmas Petaling. Jumlah ini mengalami peningkatan bila
dibandingkan dengan tahun 2015 dokter umum berjumlah 2 orang . Jumlah dokter gigi di
Puskesmas Petaling ada 1 orang.
B. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan (bidan, perawat) di Sarana Kesehatan.

Gambar 5.4.
Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan
Di Puskesmas Petaling Tahun 2017

Tahun 2017 jumlah bidan yang bekerja di institusi pelayanan kesehatan di


Puskesmas Petaling ada 21 orang yang terdiri dari tamatan bidan DI, DIII dan DIV.
Tenaga keperawatan ada 28 orang yang terdiri dari perawat sebanyak 27 orang dan
perawat gigi sebanyak 1 orang. Tahun 2017 Tenaga keperawatan lulusan D-III Perawat
merupakan tenaga kesehatan yang jumlahnya paling banyak yang bekerja di institusi
kesehatan yaitu sekitar 18 orang, disusul tamatan DIII Bidan sejumlah 15 orang.

35
C. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian (apoteker, sarjana farmasi, D3 farmasi,
SAA) di Sarana Kesehatan.

Gambar 5.5.
Jumlah Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan
Di Puskesmas Petaling Tahun 2017

Tahun 2017 jumlah tenaga farmasi yang tercatat di Puskesmas Petaling ada 2 orang
yang terdiri dari D-III farmasi 2 orang, untuk Apoteker belum ada kemudian untuk
Sarjana Farmasi dan lulusan SMF/SAA tidak ada.
D. Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi di Sarana Kesehatan.
Gambar 5.6.
Jumlah Tenaga Gizi di sarana Kesehatan
Di Puskesmas Petaling Tahun 2017

Tahun 2017 Tenaga Gizi yang terdaftar di Puskesmas Petaling ada 2 orang dengan
perincian 1 orang tenaga D-III Gizi dan 1orang tenaga D-I Gizi. Tenaga Gizi Puskesmas
Petaling menurun disbanding tahun sebelumnya. Tahun 2015 Tenaga Gizi yang terdaftar
di Puskesmas Petaling ada 3 orang dengan perincian 2 orang tenaga D-III Gizi dan
1orang tenaga D-I Gizi, dan 2 orang tenaga SPAG.

36
E. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat (Kesmas, Sanitarian) di Sarana
Kesehatan.
Gambar 5.7.
Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitarian
Di Puskesmas Petaling Tahun 2017

Tahun 2017 terdata ada 3 tenaga kesehatan masyarakat yang bertugas di pelayanan
kesehatan di Puskesmas Petaling. Tenaga sanitasi yang bertugas di pelayanan kesehatan
di Puskesmas Petaling ada 2 orang, dimana 1 orang mengikuti tugas belajar.
F. Jumlah dan Rasio Tenaga Keterapian Fisik di Sarana Kesehatan.
Gambar 5.8.
Jumlah Tenaga Keterapian Fisik
Di Puskesmas Petaling Tahun 2017

Tahun 2017 tercatat tidak ada tenaga keterapian fisik yang bekerja di unit pelayanan
kesehatan PUskesmas Petaling.

G. Jumlah dan Rasio Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan.

37
Tahun 2017 tercatat ada 1 tenaga teknisi medis yang bekerja di unit pelayanan
kesehatan di Puskesmas Petaling.

H. Jumlah Tenaga Non Kesehatan di Sarana Kesehatan.


Tahun 2017 tercatat ada 15 tenaga non kesehatan yang bekerja di unit pelayanan
kesehatan di Puskesmas Petaling. Tenaga Non Kesehatan yang paling banyak adalah
tenaga dengan pendidikan terakhir SMA yang berjumlah 10 orang, dan yang paling
sedikit adalah tenaga dengan pendidikan terakhir S1 yang berjumlah 2 orang.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Hasil Kegiatan sebagai pengelola program HIV AIDS , pengelola Rawat Inap ,
pengelola Puskesmas Keliling, pengelola Prolanis , Perkesmas dan Keluarga sehat
di Kecamatan Mendo Barat

a. Program HIV AIDS


Permasalahan HIV AIDS
Penyakit yang kemunculannya seperti fenomena gunung es (iceberg phenomena),
yaitu penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah sebenarnya telah
menyebar di sebagian besar propinsi Indonesia. Saat ini propinsi bangka belitung
menempati urutan ke -10 Indonesia.Diwilayah kerja Puskesmas Petaling tercatat 1
penderita HIV Positif.
Pemecahan masalahnya
- Untuk meminimalisasi angka penyebaran dari penyakit HIV AIDS maka perlu
adanya sosialisasi yang maksimal kepada masyarakat dan dari berbagai kalangan.
Karena HIV AIDS ini bisa diderita oleh siapa saja tanpa memandang status, jenis
kelamin dan umur.
- Koordinasi dengan program promkes, poskestren dan uks untuk mengadakan
penyuluhan

38
- Melakukan mobile vct di wilayah kerja Puskesmas Petaling
- Evaluasi keluarga Odha
- Kolaborasi dengan program tb untuk screening hiv

b. Pengelola rawat inap


Permasalahan Rawat Inap
- Peran Perawat sangat penting dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Untuk itu perlu adanya SDM yang profesional sehingga bisa memberikan service
exellent kepada masyarakat
- Belum adanya ruang perawatan isolasi
- Belum adanya ruang perawatan khusus anak-anak
- Belum semua perawat terlatih BTCLS

Pemecahan masalah
- Perlu adanya pelatihan ataupun simposium bagi perawat secara continue
sehingga sdm dan skill menjadi lebih baik yang secara otomatis bisa
memberikan service exellent kepada masyarakat.
- Perlu diadakannya ruang isolasi sehingga kasus-kasus menular bisa di
tanggulangi secara optimal tanpa harus di rujuk ke Rumah Sakit
- Perlu diadakannya ruang anak-anak sehingga kasus penyakit tidak bercampur
antara dewasa dan anak-anak juga psikologis anak saat dirawat bisa
diperhatikan .
- Pelatihan /in house training Bantuan Hidup Dasar

c. Pengelola Puskesmas Keliling


Permasalahan Puskesmas Keliling
- Peran Perawat sangat penting dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Terutama menangani masalah kesehatan berkaitan 12 indikator keluarga sehat
- Jauhnya jarak layanan kesehatan
- Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan masih terbatas

Pemecahan masalah
- Perlu adanya pelatihan tentang layanan keluarga sehat.
- Perlu diadakannya layanan kesehatan mobile karena lokasi yang jauh dari
fasilitas layanan kesehatan
- Perlu diadakannya sosialisasi tentang kesehatan bekerjasama dengan pemdes
dan promkes

39
d. Pengelola Prolanis
Permasalahan Prolanis
- Peran Perawat sangat penting dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Terutama meningkatan pengetahuan kepada masyarakat terutama penderita
penyakit kronis
- Hipertensi merupakan peringkat tiga dari sepuluh penyakit terbanyak
- Kurangnya budaya aktifitas fisik pada masyarakat
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat pemeriksaan rutin

Pemecahan masalah
- Perlu adanya sosialisasi tentang penyakit kronis
- Perlu diadakannya cek layanan kesehatan secara berkala untuk mengurangi
penderita penyakit degeneratif
- Perlu diadakannya kegiatan aktifitas fisik seperti senam
- Menggemakan gerakan masyarakat hidup sehat/ GERMAS
-

e. PERKESMAS

Perkesmas merupakan kegiatan praktik keperawatan yang dilaksanakan oleh


perawat dalam rangka meningkatkan kemandirian keluarga dalam melakukan 5
(lima) fungsi keperawatan keluarga yaitu dalam mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan, dan memodifikasi lingkungan serta memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada di wilayahnya.
Perkesmas yang dilakukan oleh Puskesmas Petaling sudah dilaksanakan sejak
tahun 2009 .
Pada Tahun 2009 s.d 2010 sasarannya sebanyak 83 KK tidak mampu, dan hasil
evaluasi tingkat kemandirian pada Tingkat Mandiri III.

TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA (KM)


“Kemandirian Keluarga” dalam program Perawatan Kesehatan Masyarakat di bagi
dalam 4 tingkatan yaitu :
Keluarga Mandiri (KM-I) adalah paling rendah sampai Keluarga Mandiri tingat IV
(paling tinggi)
1.   KM-I
Kriteria :
a.   Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat

40
b.  Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
2.    KM-II
Kriteria :

a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat


b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar

d. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan

3.    KM-III
Kriteria :

a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat


b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar

d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif

e. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan

f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif

4.    KM-IV
Kriteria :

a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat


b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar

d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif

e. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan

f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif

g. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif

41
Permasalahan Perkesmas
- Peran Perawat sangat penting dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Terutama meningkatan pengetahuan kepada masyarakat
- Ketidak mampuan keluarga dalam merawat keluarga yang sakit
- Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pelayanan kesehatan
- Keterbatasan keuangan keluarga untuk datang ke fasilitas kesehatan
Pemecahan masalah
- Tim perkesmas melakukan kunjungan rumah
- Perlu diadakannya cek layanan kesehatan secara berkala untuk mengurangi
penderita penyakit degeneratif
- Perlu diadakannya kegiatan aktifitas fisik seperti senam

F. Pelaksanaan Keluarga Sehat


Pencapaian Program Pendataan Keluarga sehat

Pendataan Keluarga Sehat di wilayah kerja Puskemas Petaling Kec Mendo Barat Kab
Bangka di mulai pada bulan Mei 2017 yg di laksanakan di 11 (sebelas) Desa wilayah kerja
Puskesmas Petaling Kec Mendo Barat Kab. Bangka yaitu Desa Petaling, Desa Petaling
Banjar, Desa Kace, Desa Kace Timur, Desa Ck Abang, Desa Kemuja, Desa Zed, Desa Air
Duren, Desa Paya Benua, Desa Mendo, dan Desa Labuh Air Pandan. Pada tahun 2018,
pendataan keluarga sehat sudah dilakukan di seluruh desa di Puskesmas Petaling Kec
Mendo Barat Kab. Bangkahasil pendataan keluarga sehat dapat dientri pada aplikasi
Keluarga Sehat adalah 8.673 keluarga.

Hasil pendataan keluarga yang telah dientri pada aplikasi Keluarga Sehat dapat dilihat
pada dashboard status pendataan yang dapat menampilkan jumlah keluarga yang telah
terdata dan Indeks Keluarga Sehat (IKS) dirinci hingga desa dan kelurahan. Hasil
pendataan juga dapat diunduh sehingga dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut.

Jumlah Keluarga Terdata

Sampai dengan tanggal 16 April 2018 , jumlah keluarga yang terdata di aplikasi
Keluarga sehat sebanyak 8.673 keluarga yang tersebar di 11 (sebelas) Desa wilayah kerja
Puskesmas Petaling Kec Mendo Barat Kab Bangka. Desa dengan keluarga terdata
terbanyak adalah Desa Kace (1575 keluarga), Desa Kemuja (1066 keluarga) Desa Paya
Benua (955 keluarga), Desa Kace Timur (923 keluarga), Desa Petaling Banjar (810
keluarga ), Desa Petaling ( 756 keluarga), Desa Zed ( 736 keluarga ), Desa Ck Abang (662
keluarga), Desa Mendo (564 keluarga), Desa Labuh (348 keluarga), Desa Air Duren (278
keluarga).

42
Berikut adalah Data Hasil Rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat Desa Petaling
Kec Mendo Barat Kab Bangka

43
No Indikator Desa Petaling Ket

1 Keluarga mengikuti program KB 33,8 %

2 Persalinan Ibu di Faskes 90,9 %

3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 96,0 %

4 Bayi Mendapatkan Asi Ekslusif 68,6 %

5 Pertumbuhan Balita di pantau 87,8 %

6 Penderita TB yg berobat sesuai standar 00,0 %

7 Penderita Hipertensi yg berobat teratur 40,5 %

8 Penderita OGDJ di obati dan tidak di telantarkan 00,0 %

9 Anggota keluarga tidak ada yg merokok 41,9 %

10 Keluarga sudah menjadi angota JKN 29,7 %

11 Keluarga memiliki akses/mengunakan sarana air bersih 99,8 %

12 Keluarga memiliki akses/mengunakan jamban keluarga 97,0 %

Indeks Keluarga Sehat 0,25

Berikut adalah Data Hasil Rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat


Desa Petaling Banjar Kec Mendo Barat Kab Bangka

Keluarga Sehat > 0,800

Keluarga Pra Sehat 0.500-0.800

Keluarga Tidak Sehat < 0.500

44
No Indikator Desa Petaling Ket

Banjar

1 Keluarga mengikuti program KB 44,8 %

2 Persalinan Ibu di Faskes 100 %

3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 95,2 %

4 Bayi Mendapatkan Asi Ekslusif 90,3 %

5 Pertumbuhan Balita di pantau 87,4 %

6 Penderita TB yg berobat sesuai standar 07,4 %

7 Penderita Hipertensi yg berobat teratur 31,9 %

8 Penderita OGDJ di obati dan tidak di telantarkan 22,2 %

9 Anggota keluarga tidak ada yg merokok 43,0 %

10 Keluarga sudah menjadi angota JKN 38,0 %

11 Keluarga memiliki akses/mengunakan sarana air bersih 98,1 %

12 Keluarga memiliki akses/mengunakan jamban keluarga 97,5 %

Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0,154

Berikut adalah Data Hasil Rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat


Desa Kace Kec Mendo Barat Kab Bangka (data iks belum muncul )

Keluarga Sehat > 0,800

Keluarga Pra Sehat 0.500-0.800

Keluarga Tidak Sehat < 0.500

45
No Indikator Desa Kace Ket

1 Keluarga mengikuti program KB 0

2 Persalinan Ibu di Faskes 0

3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 0

4 Bayi Mendapatkan Asi Ekslusif 0

5 Pertumbuhan Balita di pantau 0

6 Penderita TB yg berobat sesuai standar 0

7 Penderita Hipertensi yg berobat teratur 0

8 Penderita OGDJ di obati dan tidak di telantarkan 0

9 Anggota keluarga tidak ada yg merokok 0

10 Keluarga sudah menjadi angota JKN 0

11 Keluarga memiliki akses/mengunakan sarana air bersih 0

12 Keluarga memiliki akses/mengunakan jamban keluarga 0

Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0

Berikut adalah Data Hasil Rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat


Desa Kace Timur Kec Mendo Barat Kab Bangka

Keluarga Sehat > 0,800

Keluarga Pra Sehat 0.500-0.800

Keluarga Tidak Sehat < 0.500

46
No Indikator Desa Kace Ket
Timur

1 Keluarga mengikuti program KB 41,3 %

2 Persalinan Ibu di Faskes 90,0 %

3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 94,7 %

4 Bayi Mendapatkan Asi Ekslusif 79,2 %

5 Pertumbuhan Balita di pantau 94,3 %

6 Penderita TB yg berobat sesuai standar 00,0 %

7 Penderita Hipertensi yg berobat teratur 31,9 %

8 Penderita OGDJ di obati dan tidak di telantarkan 00,0 %

9 Anggota keluarga tidak ada yg merokok 48,0 %

10 Keluarga sudah menjadi angota JKN 55,9 %

11 Keluarga memiliki akses/mengunakan sarana air bersih 99,4 %

12 Keluarga memiliki akses/mengunakan jamban keluarga 100 %

Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0,226

Berikut adalah Data Hasil Rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat


Desa Ck Abang Kec Mendo Barat Kab Bangka

Keluarga Sehat > 0,800

Keluarga Pra Sehat 0.500-0.800

Keluarga Tidak Sehat < 0.500

47
No Indikator Desa Ck Ket
Abang

1 Keluarga mengikuti program KB 51,7 %

2 Persalinan Ibu di Faskes 93,8 %

3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 87,5 %

4 Bayi Mendapatkan Asi Ekslusif 65,2 %

5 Pertumbuhan Balita di pantau 77,4 %

6 Penderita TB yg berobat sesuai standar 06,7 %

7 Penderita Hipertensi yg berobat teratur 39,6 %

8 Penderita OGDJ di obati dan tidak di telantarkan 09,1 %

9 Anggota keluarga tidak ada yg merokok 42,2 %

10 Keluarga sudah menjadi angota JKN 26,2 %

11 Keluarga memiliki akses/mengunakan sarana air bersih 93,4 %

12 Keluarga memiliki akses/mengunakan jamban keluarga 89,8%

Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0,135

Berikut adalah Data Hasil Rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat


Desa Kemuja Kec Mendo Barat Kab Bangka

Keluarga Sehat > 0,800

Keluarga Pra Sehat 0.500-0.800

Keluarga Tidak Sehat < 0.500

48
No Indikator Desa Kemuja Ket

1 Keluarga mengikuti program KB 53,4 %

2 Persalinan Ibu di Faskes 97,8 %

3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 96,6 %

4 Bayi Mendapatkan Asi Ekslusif 86,9 %

5 Pertumbuhan Balita di pantau 79,2 %

6 Penderita TB yg berobat sesuai standar 10,0 %

7 Penderita Hipertensi yg berobat teratur 30,9 %

8 Penderita OGDJ di obati dan tidak di telantarkan 00,0 %

9 Anggota keluarga tidak ada yg merokok 37,7 %

10 Keluarga sudah menjadi angota JKN 31,0 %

11 Keluarga memiliki akses/mengunakan sarana air bersih 97,1 %

12 Keluarga memiliki akses/mengunakan jamban keluarga 97,8%

Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0,157

Berikut adalah Data Hasil Rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat


Desa Zed Kec Mendo Barat Kab Bangka

Keluarga Sehat > 0,800

Keluarga Pra Sehat 0.500-0.800

Keluarga Tidak Sehat < 0.500

49
No Indikator Desa Zed Ket

1 Keluarga mengikuti program KB 55,1 %

2 Persalinan Ibu di Faskes 86,5 %

3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 94,7 %

4 Bayi Mendapatkan Asi Ekslusif 81,8 %

5 Pertumbuhan Balita di pantau 88,8 %

6 Penderita TB yg berobat sesuai standar 31,6 %

7 Penderita Hipertensi yg berobat teratur 39,1 %

8 Penderita OGDJ di obati dan tidak di telantarkan 11,1 %

9 Anggota keluarga tidak ada yg merokok 46,5 %

10 Keluarga sudah menjadi angota JKN 27,2 %

11 Keluarga memiliki akses/mengunakan sarana air bersih 97,6 %

12 Keluarga memiliki akses/mengunakan jamban keluarga 97,6%

Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0,169

Berikut adalah Data Hasil Rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat


Desa Air Duren Kec Mendo Barat Kab Bangka

50
No Indikator Desa Air Ket
Duren

1 Keluarga mengikuti program KB 53,6 %

2 Persalinan Ibu di Faskes 88,9 %

3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 91,7 %

4 Bayi Mendapatkan Asi Ekslusif 88,2 %

5 Pertumbuhan Balita di pantau 84,7 %

6 Penderita TB yg berobat sesuai standar 14,3 %

7 Penderita Hipertensi yg berobat teratur 57,6 %

8 Penderita OGDJ di obati dan tidak di telantarkan 50,0 %

9 Anggota keluarga tidak ada yg merokok 47,3 %

10 Keluarga sudah menjadi angota JKN 49,0 %

11 Keluarga memiliki akses/mengunakan sarana air bersih 97,3 %

12 Keluarga memiliki akses/mengunakan jamban keluarga 92,5%

Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0,25

Berikut adalah Data Hasil Rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat


Desa Paya Benua Kec Mendo Barat Kab Bangka

Keluarga Sehat > 0,800

Keluarga Pra Sehat 0.500-0.800

Keluarga Tidak Sehat < 0.500

51
No Indikator Desa Paya Ket
Benua

1 Keluarga mengikuti program KB 50,8 %

2 Persalinan Ibu di Faskes 90,9 %

3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 94,7 %

4 Bayi Mendapatkan Asi Ekslusif 89,4 %

5 Pertumbuhan Balita di pantau 89,9 %

6 Penderita TB yg berobat sesuai standar 25,0 %

7 Penderita Hipertensi yg berobat teratur 47,3 %

8 Penderita OGDJ di obati dan tidak di telantarkan 14,3 %

9 Anggota keluarga tidak ada yg merokok 45,9 %

10 Keluarga sudah menjadi angota JKN 32,6 %

11 Keluarga memiliki akses/mengunakan sarana air bersih 94,0 %

12 Keluarga memiliki akses/mengunakan jamban keluarga 87,2%

Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0,149

Berikut adalah Data Hasil Rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat


Desa Mendo Kec Mendo Barat Kab Bangka

Keluarga Sehat > 0,800

Keluarga Pra Sehat 0.500-0.800

Keluarga Tidak Sehat < 0.500

52
No Indikator Desa Mendo Ket

1 Keluarga mengikuti program KB 42,5 %

2 Persalinan Ibu di Faskes 65,0 %

3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 85,0 %

4 Bayi Mendapatkan Asi Ekslusif 82,4 %

5 Pertumbuhan Balita di pantau 72,8 %

6 Penderita TB yg berobat sesuai standar 29,4 %

7 Penderita Hipertensi yg berobat teratur 19,0 %

8 Penderita OGDJ di obati dan tidak di telantarkan 16,7 %

9 Anggota keluarga tidak ada yg merokok 26,6 %

10 Keluarga sudah menjadi angota JKN 21,6 %

11 Keluarga memiliki akses/mengunakan sarana air bersih 94,1 %

12 Keluarga memiliki akses/mengunakan jamban keluarga 85,9%

Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0,056

Berikut adalah Data Hasil Rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat


Desa Labuh Air Pandan Kec Mendo Barat Kab Bangka

Keluarga Sehat > 0,800

Keluarga Pra Sehat 0.500-0.800

Keluarga Tidak Sehat < 0.500

53
No Indikator Desa Labuh Ket

1 Keluarga mengikuti program KB 65,9 %

2 Persalinan Ibu di Faskes 81,8 %

3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 94,7 %

4 Bayi Mendapatkan Asi Ekslusif 83,3 %

5 Pertumbuhan Balita di pantau 90,1 %

6 Penderita TB yg berobat sesuai standar 20,0 %

7 Penderita Hipertensi yg berobat teratur 21,7 %

8 Penderita OGDJ di obati dan tidak di telantarkan 75,0 %

9 Anggota keluarga tidak ada yg merokok 36,8 %

10 Keluarga sudah menjadi angota JKN 30,0 %

11 Keluarga memiliki akses/mengunakan sarana air bersih 94,3 %

12 Keluarga memiliki akses/mengunakan jamban keluarga 63,1%

Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0,107

Berikut adalah Data Hasil Rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat


Kec. Mendo Barat Kab Bangka

Keluarga Sehat > 0,800

Keluarga Pra Sehat 0.500-0.800

Keluarga Tidak Sehat < 0.500

54
%cakupan Ket
Kec Mendo
No Indikator
Barat

1 Keluarga mengikuti program KB 47,4 %

2 Persalinan Ibu di Faskes 89,7 %

3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 92,6 %

4 Bayi Mendapatkan Asi Ekslusif 80,5 %

5 Pertumbuhan Balita di pantau 84,0 %

6 Penderita TB yg berobat sesuai standar 14,9 %

7 Penderita Hipertensi yg berobat teratur 34,9 %

8 Penderita OGDJ di obati dan tidak di telantarkan 18,4 %

9 Anggota keluarga tidak ada yg merokok 42,1 %

10 Keluarga sudah menjadi anggota JKN 33,6 %

11 Keluarga memiliki akses/mengunakan sarana air bersih 96,7 %

12 Keluarga memiliki akses/mengunakan jamban keluarga 92,3%

Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0,146

Prioritas Masalah Kesehatan IKS dan Rencana Tindak Lanjut Desa Petaling

Nama Desa Masalah Kesehatan Prioritas Masalah Rencana Tindak Lanjut

Sesuai dgn IKS

Petaling 1.TB 1.TB 1.TB


2.GangguanJiwa 2.GangguanJiwa -Melakukan Kegiatan
3.JKN Keluarga Sehat
3.JKN > 0,800
Kunjungan Rumah ke Penderita
4.KB TB dan Pos TB
Keluarga Pra Sehat 0.500-0.800
5.Hipertensi - Penjaringan Penderita TB di
6.MerokokKeluarga Tidak Sehat < 0.500
keluarga terdekat
7. ASI Eksklusif - Melakukan Kegiatan
Penyuluhan prilaku batuk dan
lingkungan rumah
2. Gangguan Jiwa (ODGJ)
- Pendampingan Pasien dg
55
Gangguan Jiwa 1 tahun 2 x
- Bagi Pasien Yg belum
mempunyai JKN berkoordinasi
dg Prangkat desa
setempat
- Bagi pasien yg di temukan
dan belum pernah kontak
kesehatan di
anjurkan untuk berobat ke
puskesmas atau ke RSJ provinsi
untuk
melakukan pengobatan
lanjutan
- Tidak ada lagi pasien dengan
gangguan jiwa yang di pasung
3. JKN
- Melakukan Sosialisasi
Mengenai pentingnya JKN
- Melakukan Advokasi ke
Desa tentang JKN

56
Prioritas Masalah Kesehatan IKS dan Rencana Tindak Lanjut Desa Petaling Banjar

Nama Desa Masalah Kesehatan Prioritas Masalah Rencana Tindak Lanjut

Sesuai dgn IKS

Petaling 1. TB Paru 1. TB Paru 1.TB


2. Gangguan Jiwa 2. Gangguan Jiwa - Melakukan Kegiatan
Banjar
3. JKN 3. JKN Kunjungan Rumah ke Penderita
4. Merokok TB dan Pos TB
5. KB - Melakukan pemeriksaan
HIV TB
- Penjaringan Penderita TB di
keluarga terdekat
- Melakukan Kegiatan
Penyuluhan prilaku batuk dan
lingkungan rumah
2. Gangguan Jiwa (ODGJ)
- Pendampingan Pasien dg
Gangguan Jiwa 1 tahun 2 x
- Bagi Pasien Yg belum
mempunyai JKN berkoordinasi
dg Prangkat desa
setempat
- Bagi pasien yg di temukan
dan belum pernah kontak
kesehatan di
anjurkan untuk berobat ke
puskesmas atau ke RSJ provinsi
untuk
melakukan pengobatan
lanjutan
- Tidak ada lagi pasien dengan
gangguan jiwa yang di pasung
3. JKN

57
- Melakukan Sosialisasi
Mengenai pentingnya JKN
- Melakukan Advokasi ke
Desa tentang JKN

Prioritas Masalah Kesehatan IKS dan Rencana Tindak Lanjut Desa Kace Timur

Nama Desa Masalah Kesehatan Prioritas Masalah Rencana Tindak Lanjut

Sesuai dgn IKS

Kace Timur 1. TB 1. TB 1. TB
2. Hipertensi 2. Hipertensi - Melakukan Kegiatan
3. KB 3. KB Kunjungan Rumah ke Penderita
4. Merokok TB dan Pos TB
5. JKN - Penjaringan Penderita TB di
6. ASI Eksklusif keluarga terdekat
- Melakukan Kegiatan
Penyuluhan prilaku batuk dan
lingkungan rumah

58
2. Hipertensi
- melakukan kegiatan
kunjungan rumah penderita
Hipertensi
- Melakukan Penyuluhan
tentang pola makan yang sehat
3. KB
- Melakukan Kegiatan
Penyuluhan tentang KB untuk
meningkatkan
cakupan metode kontrasepsi
jangka panjang
- Kegiatan penjaringan kepada
keluarga yang belum ber KB tau
yg drop out

Prioritas Masalah Kesehatan IKS dan Rencana Tindak Lanjut Desa Ck Abang

Nama Desa Masalah Kesehatan Prioritas Masalah Rencana Tindak Lanjut

Sesuai dgn IKS

Ck Abang 1. TB 1. TB . TB
2. Gangguan Jiwa 2. Gangguan Jiwa - Melakukan Kegiatan
3. Kepemilikan 3. Kepemilikan Kunjungan Rumah ke Penderita
JKN JKN TB dan Pos TB
4. Hipertensi - Melakukan pemeriksaan
5. Merokok HIV TB
6. KB - Penjaringan Penderita TB di
7. ASI Ekslusif keluarga terdekat
8. Pertumbuhan - Melakukan Kegiatan
Balita di Pantau Penyuluhan prilaku batuk dan
lingkungan rumah
2. Gangguan Jiwa (ODGJ)
- Pendampingan Pasien dg
Gangguan Jiwa 1 tahun 2 x
- Bagi Pasien Yg belum
mempunyai JKN berkoordinasi
dg Prangkat desa

59
setempat
- Bagi pasien yg di temukan
dan belum pernah kontak
kesehatan di
anjurkan untuk berobat ke
puskesmas atau ke RSJ provinsi
untuk
melakukan pengobatan
lanjutan
- Tidak ada lagi pasien dengan
gangguan jiwa yang di pasung
3. JKN
- Melakukan Sosialisasi
Mengenai pentingnya JKN
- Melakukan Advokasi ke
Desa tentang JKN

Prioritas Masalah Kesehatan IKS dan Rencana Tindak Lanjut Desa Kemuja

Nama Desa Masalah Kesehatan Prioritas Masalah Rencana Tindak Lanjut

60
Sesuai dgn IKS

Kemuja 1. Gangguan Jiwa 1. Gangguan Jiwa 1. Gangguan Jiwa (ODGJ)


2. TB 2. TB - Pendampingan Pasien dg
3. Hipertensi 3. Hipertensi Gangguan Jiwa 1 tahun 2 x
4. JKN - Bagi Pasien Yg belum
5. Merokok mempunyai JKN berkoordinasi
6. KB dg Prangkat desa
7. Pertumbuhan setempat
balita - Bagi pasien yg di temukan
dan belum pernah kontak
kesehatan di
anjurkan untuk berobat ke
puskesmas atau ke RSJ provinsi
untuk
melakukan pengobatan
lanjutan
- Tidak ada lagi pasien dengan
gangguan jiwa yang di pasung
2. TB
- Melakukan Kegiatan
Kunjungan Rumah ke Penderita
TB dan Pos TB
- Penjaringan Penderita TB di
keluarga terdekat
- Melakukan Kegiatan
Penyuluhan prilaku batuk dan
lingkungan rumah
3. Hipertensi
- melakukan kegiatan
kunjungan rumah penderita
Hipertensi
- Melakukan Penyuluhan
tentang pola makan yang sehat

61
Prioritas Masalah Kesehatan IKS dan Rencana Tindak Lanjut Desa Zed

Nama Desa Masalah Kesehatan Prioritas Masalah Rencana Tindak Lanjut

Sesuai dgn IKS

Zed 1. Gangguan Jiwa 1. Gangguan Jiwa 1. Gangguan Jiwa (ODGJ)


2. JKN 2. JKN - Pendampingan Pasien dg
3. TB Paru 3. TB Paru Gangguan Jiwa 1 tahun 2 x
4. Hipertensi - Bagi Pasien Yg belum
5. Merokok mempunyai JKN berkoordinasi
6. KB dg Prangkat desa
62
setempat
- Bagi pasien yg di temukan
dan belum pernah kontak
kesehatan di
anjurkan untuk berobat ke
puskesmas atau ke RSJ provinsi
untuk
melakukan pengobatan
lanjutan
- Tidak ada lagi pasien dengan
gangguan jiwa yang di pasung
2. JKN
- Melakukan Sosialisasi
Mengenai pentingnya JKN
- Melakukan Advokasi ke
Desa tentang JKN
3. TB
- Melakukan Kegiatan
Kunjungan Rumah ke Penderita
TB dan Pos TB
- Melakukan pemeriksaan
HIV TB
- Penjaringan Penderita TB di
keluarga terdekat
- Melakukan Kegiatan
Penyuluhan prilaku batuk dan
lingkungan rumah

63
Prioritas Masalah Kesehatan IKS dan Rencana Tindak Lanjut Desa Air Duren

Nama Desa Masalah Kesehatan Prioritas Masalah Rencana Tindak Lanjut

Sesuai dgn IKS

Air Duren 1. TB 1. TB 1. TB
2. Merokok 2. Merokok - Melakukan Kegiatan
3. Kepemiliki JKN 3. Kepemilikan Kunjungan Rumah ke Penderita
4. Gangguan Jiwa JKN TB dan Pos TB
5. KB - Melakukan pemeriksaan
6. Hipertensi HIV TB
- Penjaringan Penderita TB di
keluarga terdekat
- Melakukan Kegiatan
Penyuluhan prilaku batuk dan
lingkungan rumah
2. Merokok
- Melakukan Kegiatan
penyuluhan tentang bahaya rokok
di keluarga
64
- Pembentukan klinik rokok di
puskesmas
3. JKN
- Melakukan Sosialissai
/advokasi JKN

Prioritas Masalah Kesehatan IKS dan Rencana Tindak Lanjut Desa Paya Benua

Nama Desa Masalah Kesehatan Prioritas Masalah Rencana Tindak Lanjut

Sesuai dgn IKS

Paya Benua 1. Gangguan Jiwa 1. Gangguan Jiwa 1. Gangguan Jiwa (ODGJ)


2. TB 2. TB - Pendampingan Pasien dg
3. JKN 3. JKN Gangguan Jiwa 1 tahun 2 x
4. Hipertensi - Bagi Pasien Yg belum
5. Merokok mempunyai JKN berkoordinasi
6. KB dg Prangkat desa
setempat
- Bagi pasien yg di temukan
dan belum pernah kontak
kesehatan di
anjurkan untuk berobat ke
puskesmas atau ke RSJ provinsi
untuk
melakukan pengobatan
lanjutan
- Tidak ada lagi pasien dengan
gangguan jiwa yang di pasung
2. TB
- Melakukan Kegiatan
Kunjungan Rumah ke Penderita
TB dan Pos TB
- Penjaringan Penderita TB di
keluarga terdekat
- Melakukan Kegiatan

65
Penyuluhan prilaku batuk dan
lingkungan rumah
3. JKN
- Melakukan Sosialisasi
mengenai pentingnya JKN
- Melakukan Advokasi ke
Desa tentang JKN

66
Prioritas Masalah Kesehatan IKS dan Rencana Tindak Lanjut Desa Mendo

Nama Desa Masalah Kesehatan Prioritas Masalah Rencana Tindak Lanjut

Sesuai dgn IKS

Mendo 1. Gangguang jiwa 1. Gangguang jiwa 1. Gangguan Jiwa (ODGJ)


2. Hipertensi 2. Hipertensi - Pendampingan Pasien dg
3. JKN 3. JKN Gangguan Jiwa 1 tahun 2 x
4. Merokok - Bagi Pasien Yg belum
5. TB Paru mempunyai JKN berkoordinasi
6. KB dg Prangkat desa
7. Persalinan Ibu setempat
8. Pertumbuhan - Bagi pasien yg di temukan
Balita dan belum pernah kontak
kesehatan di
anjurkan untuk berobat ke
puskesmas atau ke RSJ provinsi
untuk
melakukan pengobatan
lanjutan
- Tidak ada lagi pasien dengan
gangguan jiwa yang di pasung
2. Hipertensi
- melakukan kegiatan
kunjungan rumah penderita
Hipertensi
- Melakukan Penyuluhan
tentang pola makan yang sehat
3. JKN
- Melakukan Sosialisasi
Mengenai pentingnya JKN
- Melakukan Advokasi ke
Desa tentang JKN

67
Prioritas Masalah Kesehatan IKS dan Rencana Tindak Lanjut Desa Labuh

Nama Desa Masalah Kesehatan Prioritas Masalah Rencana Tindak Lanjut

68
Sesuai dgn IKS

Labuh 1. TB paru 1. TB paru 1. TB


2. Hipertensi 2. Hipertensi - Melakukan Kegiatan
3. JKN 3. JKN Kunjungan Rumah ke Penderita
4. Merokok TB dan Pos TB
5. Jamban - Penjaringan Penderita TB di
6. KB keluarga terdekat
7. Gangguang Jiwa - Melakukan Kegiatan
Penyuluhan prilaku batuk dan
lingkungan rumah
2. Hipertensi
- melakukan kegiatan
kunjungan rumah penderita
Hipertensi
- Melakukan Penyuluhan
tentang pola makan yang sehat
3. JKN
- Melakukan Sosialisa
Mengenai pentingnya JKN
- Melakukan Advokasi ke
Desa tentang JKN

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan pelayanan rawat inap adalah memberikan pelayanan keperawatan
secara komprehensif meliputi 5 tahap yang spesifik
1.pengkajian melalui pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara
sistematis, meliputi fisik, psikologis dan sosiokultural.
2.Identifikasi masalah / doagnosa keperawatanmelalui analisa data yang telah
dikumpulkan untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan

69
spesifik pasien
3.Perencanaan melalui identifikasi maslah kesehatan sehingga hasil yang diharapkan
dapat spesifik dan di ukur
4.Implementsi melalui tindakan dan mendokumentasikan proses keperawatan sesuai
rencana keperawatan
5.Evaluasimelalui menentukan kemajuan kondisi pasien terhadap pencapaian hasil
yang diharapkan.

Dari kegiatan program HIV aids bahwa fenomena penyakit hiv aids ibarat gunumg es
dimana jumlah penderita lebih banyak daripada jumlah yang dilaporkan dapat
diminimalisasi angka penyebarannya melalui usaha promotif secara luas kepada
masyarakat.

program PIS PK adalah program yg kontinyu dan secara terus menerus yang di
lakukan kepada masyarakat dalam bentuk kegiatan kunjungan rumah dan intervensi
kepada anggota masyarakat yang pra sehat dan tidak sehat sehingga dengan tujuan dan
harapan untuk meningkatkan derajat kesehatan yg lebih optimal menuju keluarga yg sehat
dan sejahtera.

70

Anda mungkin juga menyukai