Anda di halaman 1dari 14

MACAM-MACAM INTERVENSI

DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS


ASEP PERMANA
SITI AJENG LESTARI
DEFINISI
• Perencanaan keperawatan adalah penyusunan
rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis eperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien
(Pusdiklat DJJ Keperawatan). Jadi perencanaan
asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah
ditetapkan dan rencana keperawatan 
STRATEGI INTERVENSI DAN
PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
Strategi intervensi keperawatan komunitas
adalah:
• kemitraan (partnership),
• pemberdayaan (empowerment),
• pendidikan kesehatan, dan
• proses kelompok
(Hitchcock, Schubert, & Thomas 1999; Helvie,
1998).
KEMITRAAN
Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak
atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat
spesialis komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi
sebagai suatu mekanisme peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi implementasi PKP.
Anderson dan McFarlane (2000) dalam hal ini mengembangkan model
keperawatan komunitas yang memandang masyarakat sebagai mitra
(community as partner model). Fokus dalam model tersebut
menggambarkan dua prinsip pendekatan utama keperawatan komunitas,
yaitu (1) lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model yang
menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan
kesehatan, dan (2) proses keperawatan.

Kemitraan dalam PKP dapat dilakukan perawat komunitas melalui upaya


membangun dan membina jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang
terkait (Robinson, 2005)
Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif
kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide
baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Hitchcock,
Scubert, & Thomas, 1999) adapun Tahapan pemberdayaan yang dapat dilalui
oleh agregat (Sulistiyani, 2004), yaitu:
– Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan
peduli sehingga merasa membutuhkan kemampuan dalam mengelola
secara mandiri. Dalam tahap ini, perawat komunitas berusaha
mengkondisikan lingkungan yang kondusif bagi efektifitas proses
pemberdayaan agregat .
– Tahap transformasi kemampuan berupa pengetahuan dan ketrampilan
dalam pengelolaan secara mandiri agar dapat mengambil peran aktif
dalam lingkungannya. Pada tahap ini agregat memerlukan pendampingan
perawat komunitas.
– Tahap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sehingga terbentuk
inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian
mengelola. Pada tahap ini dapat melakukan apa yang diajarkan secara
mandiri.
PENDIDIKAN KESEHATAN
• Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang
dimiliki oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson & Nies,
192011). Pendidikan kesehatan diharapkan dapat mengubah perilaku untuk
patuh terhadap saran pengelolaan secara mandiri.

Upaya pendidikan kesehatan di tingkat komunitas penting dilakukan dengan
beberapa alasan, yaitu: individu akan mudah mengadopsi perilaku sehat
apabila mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya terutama
dukungan keluarga, intervensi di tingkat komunitas dapat mengubah struktur
sosial yang kondusif terhadap program promosi kesehatan, unsur-unsur di
dalam komunitas dapat membentuk sinergi dalam upaya promosi kesehatan
(Meillier, Lund, & Kok, 1996).
• Intervensi keperawatan melalui pendidikan
kesehatan untuk menurunkan risik dan
komplikasinya dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu: (1) pencegahan primer, (2)
pencegahan sekunder, dan (3) pencegahan
tersier.
PROSES KELOMPOK

• Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi


keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat
melalui pembentukan sebuah kelompok atau kelompok swabantu
(self-help group).
• Berbagai kelompok di masyarakat dapat dikembangkan sesuai dengan
inisiatif dan kebutuhan masyarakat setempat, misalnya Posbindu,
Bina Keluarga , atau Karang . Kegiatan pada kelompok ini disesuaikan
dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat
agar dapat mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna,
dan produktif selama mungkin (Depkes RI,1992).
Menurut Helvie (1998), terdapat tiga model
pengorganisasian masyarakat yaitu:
• MODEL PENGEMBANGAN MASYARAKAT (LOCALITY DEVELOPMENT), 
Model pengembangan masyarakat didasarkan pada upaya untuk memaksimalkan
perubahan yang terjadi di komunitas, di mana masyarakat dilibatkan dan
berpartisipasi aktif dalam menentukan tujuan dan pelaksanaan tindakan.

• MODEL PERENCANAAN SOSIAL (SOCIAL PLANNING)


Model perencanaan sosial dalam pengelolaan agregat lebih menekankan pada
teknik menyelesaikan masalah kesehatan agregat dari pengelola program di
birokrasi, misalnya Dinas Kesehatan atau Puskesmas. Kegiatan bersifat kegiatan
top-down planning

• MODEL AKSI SOSIAL (SOCIAL ACTION)


Model aksi sosial menekankan pada pengorganisasian masyarakat untuk
memperjuangkan isu-isu tertentu terkait dengan permasalahan yang sedang
dihadapi agregat , misalnya kampanye gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit
diabetes.
TINGKAT PENCEGAHAN INTERVENSI KEPERAWATAN MELIPUTI:

• Prevensi primer ditujukan bagi orang-orang yang termasuk


kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita
tetapi berpotensi untuk menderita .
• Prevensi sekunder bertujuan untuk mencegah atau
menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini
dan memberikan intervensi keperawatan sejak awal penyakit.
• Prevensi tersier. Apabila sudah muncul penyulit menahun ,
maka perawat komunitas harus berusaha mencegah terjadinya
kecacatan/komplikasi lebih lanjut dan merehabilitasi pasien
sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap.
BENTUK INTERVENSI KEPERAWATAN YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PERAWAT
KOMUNITAS TERDIRI DARI:

• Observasi.
Observasi diperlukan dalam pelaksanaan keperawatan . Observasi dilakukan
sejak pengkajian awal dilakukan dan merupakan proses yang terus menerus
selama melakukan kunjungan (Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999).
Lingkungan yang perlu diobservasi yaitu keadaan, kondisi rumah, interaksi
antar keluarga, tetangga dan komunitas. Observasi diperlukan untuk
menyusun dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada masyarakat
• Terapi modalitas.
Terapi modalitas adalah suatu sarana penyembuhan yang diterapkan pada
masyarakat dengan tanpa disadari dapat menimbulkan respons tubuh berupa
energi sehingga mendapatkan efek penyembuhan (Starkey, 2004). Terapi
modalitas yang diterapkan pada, yaitu: manajemen nyeri, perawatan gangren,
perawatan luka baru, perawatan luka kronis, latihan peregangan, range of
motion, dan terapi hiperbarik.
• Terapi komplementer (complementary and alternative
medicine/CAM).
Terapi komplementer adalah penyembuhan alternatif untuk
melengkapi atau memperkuat pengobatan konvensional
maupun biomedis (Cushman & Hoffman, 2004; Xu, 2004) agar
bisa mempercepat proses penyembuhan.
Ranah terapi komplementer dan bentuk-bentuk terapi
komplementer (Cushman & Hoffman, 2004):
• Pengobatan alternative : Terapi herbal, akupunktur, pengobatan herbal Cina
• Intervensi tubuh dan pikiran : Meditasi, hipnosis, terapi perilaku, relaksasi
Benson, relaksasi progresif, guided imagery, pengobatan mental dan
spiritual
• Terapi bersumber bahan organik : Terapi diet , terapi jus, pengobatan
orthomolekuler (terapi megavitamin), bee pollen, terapi lintah, terapi larva
• Terapi pijat, terapi gerakan somatis, dan fungsi kerja tubuh : Pijat refleksi,
akupresur, perawatan kaki, latihan kaki, senam
• Terapi energi : Qigong, reiki, terapi sentuh, latihan seni pernafasan tenaga
dalam, Tai Chi
• Bioelektromagnetik : Terapi magnet
Bentuk intervensi terapi modalitas dan komplementer memerlukan kajian dan
pengembangan yang disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat, terutama
pada agregat .

Anda mungkin juga menyukai