Anda di halaman 1dari 34

ESTETIKA

PRODI DESAIN INTERIOR

Drs.
Drs. Achmad
Achmad Sjafi’i.
Sjafi’i. M.Sn.
M.Sn.
FSRD
FSRD ISI
ISI Surakarta
Surakarta
2019
2019
Pertemuan V
10 April 2019

ESTETIKA
NUSANTARA
“Bingkai Budaya Masyarakat”
(1)
KULIAH LALU:

Ada perbedaan antara


Estetika Barat dengan
Estetika Timur (termasuk
Estetika Nusantara)
Estetika Timur:
• filsafat yg naturalistik-kosmologis,
• kedekatan manusia dengan alam,
• cerminan konsep harmoni
• sifat rohaniah-spiritual-'agamis',
• seni yang sosial-komunal
• citraan adat/tradisi etnis
BAGAIMANA MENDEKATI ESTETIKA
TIMUR/NUSANTARA?
berdasarkan:
•Pendekatan Emik (Emic Approach);
•Pendekatan Semiotik (Ethnosemiotic);
•Estetika Lokal (Ethnoaesthetics);
•Estetika Perbedaan (Aesthetics of
Difference);
•Strategi Kebudayaan.

 Memahami lingkungan budaya sebagai


bingkai budaya (cultural frame)
BINGKAI BUDAYA ETNIS NUSANTARA

Tahu berapa jumlahnya? RATUSAN

Jangan lupakan kekayaan


kultural ini sebagai
SUMBER IDE GARAP
VISUAL  Desain

6
1. Aceh – Aceh Besar
2. Alas – Aceh Tenggara
3. Aneuk Jamee – Aceh Sltn-Brt Daya
4. Alor – Alor NTT
5. Ambon – Ambon
6. Ampana – Sulawesi Tengah
7. Anak Dalam – Jambi
8. Arab-Indonesia
9. Aru – Maluku: Kepulauan Aru
10. Asmat – Papua
11. Abung – Lampung
12. Bali Aga– di Bali

7
13. Balantak di Sulawesi Tengah
14. Banggai di Sulawesi Tengah
15. Baduy di Banten
16. Bajau di Kalimantan Timur
17. Bangka di Bangka Belitung
18. Banjar di Kalimantan Selatan
19. Batak di Sumatera Utara
20. Batin di Jambi
21. Bawean di Jawa Timur
22. Belitung di Bangka Belitung
23. Bentong di Sulawesi Selatan
24. Berau di Kalimantan Timur
8
25. Betawi di Jakarta
26. Bima NTB: kota Bima
27. Boti di kabupaten Timor Tengah
Selatan
28. Bolaang Mongondow di Sulawesi Utara
29. Bugis di Sulawesi Selatan
30. Bungku di Sulawesi Tengah (Morowali)
31. Buru di Maluku: Kabupaten Buru
32. Buol di Sulawesi Tengah
33. Buton di Sulawesi Tenggara
34. Bonai di Riau (Rokan Hilir)
35. Damal – di Mimika
36. Dampeles – di Sulawesi Tengah
9
37. Dani – di Papua: Lembah Baliem
38. Dairi – di Sumatera Utara
39. Dayak – di Kalimantan (61 subtnis)
40. Dompu – di NTB
41. Donggo – di Bima
42. Kaili – di Sulawesi Tengah
43. Dondo – di Sulawesi Tengah (Toli-Toli)
44. Duri – Enrekang dekat Tana Toraja
45. Flores – di NTT
46. Gayo – di Aceh
47. Gorontalo – di Gorontalo

10
48. Gumai – di Sumatera Selatan: Lahat
49. Banten – di Banten
50. Jawa – di Jawa Tengah/Timur, DIY
51. Jambi – di Jambi
52. Kei – di Maluku Tenggar
53. Kaili – di Sulawesi Tengah: Kota Palu
54. Kaur – di Bengkulu: Kabupaten Kaur
55. Kayu Agung – di Sumatera Selatan
56. Kerinci – di Jambi: Kabupaten Kerinci
57. Komering – di Sumatera Selatan: OKI
58. Konjo Pegunungan – Kabupaten Gowa

11
59. Konjo Pesisir – di Sulawesi Selatan
60. Kubu – di Jambi
61. Kulawi – di Sulawesi Tengah
62. Kutai – di Kalimantan Timur
63. Kluet – di Aceh Selatan
64. Krui – di Lampung
65. Laut – Kepulauan Riau
66. Lampung – di Lampung
67. Lematang – di Sumatera Selatan
68. Komering – di Sumatera Selatan: OKI
69. Lembak – Rejang Lebong, Bengkulu

12
70. Lintang – Sumatera Selatan
71. Lom – Bangka Belitung
72. Lore – Sulawesi Tengah
73. Lubu – perbatasan Sumut-Sumbar
74. Madura – di Jawa Timur
75. Makassar – di Sulawesi Selatan
76. Mamasa (Toraja Barat) – di Sulbar
77. Mandar – Sulawesi Barat
78. Melayu – di Riau Aceh Tamiang
79. Mentawai – di Sumatera Barat
80. Minahasa di Sulawesi Utara (9
subetnik)
81. Minangkabau, Sumatera Barat
13
82. Mori – di Sulawesi Tengah
83. Muko-Muko di Bengkulu
84. Muna di Sulawesi Tenggara
85. Muyu di Boven Digoel, Papua
86. Mekongga di Sulawes Tenggara
87. Nias di Sumatera Utara
88. Osing di Banyuwangi Jawa Timur
89. Ogan di Sumatera Selatan
90. Ocu di Kabupaten Kampar, Riau
91. Palembang di Sumatera Selatan
92. Pamona di Sulawesi Tengah (Poso)
93. Pasemah di Sumatera Selatan
14
94. Pesisi di Tapanuli Tengah
95. Pasir di Kalimantan Timur
96. Rawa, Rokan Hilir, Riau
97. Rejang di Bengkulu
98. Rote di NTT
99. Rongga di NTT
100. Samin – di Jawa Tengah/Timur
101. Saluan di Sulawesi Tengah
102. Sambas – di Kalimantan Barat
103. Sangir di Sulawesi Utara Sangihe
104. Sasak di NTB, Lombok
105. Sekak Bangka

15
106. Sekayu di Sumatera Selatan
107. Semendo di Bengkulu, Sum-Sel
108. Serawai di Bengkulu
109. Simeulue di Aceh (Simeulue)
110. Sigulai di Aceh Simeulue bag utara
111. Sumbawa di NTB: Kabupaten
Sumbawa
112. Sumba di NTT, Sumba Timur
113. Sunda di Jawa Barat
114. Talaud di Sulawesi Utara
115. Talang Mamak di Riau: Indragiri Hulu
116. Tamiang di Aceh (Aceh Tamiang)
16
117. Tengger – di Jawa Timur
118. Ternate – di Maluku Utara
119. Tidore – di Maluku Utara
120. Timor – di NTT, Kota Kupang
121. Tojo – di Sulawesi Tengah
122. Toraja – di Sulawesi Selatan
123. Tolaki – di Sulawesi Tenggara: Kendari
124. Toli-toli – di Sulawesi Tengah
125. Tomini – di Sulawesi Tengah
126. Una-una – di Sulawesi Tengah
127. Ulu – di Sumatera utaral
128. Wolio – di Sulawesi Tenggara: Buton,
129. Dsb.
17
Belum lagi jika dicermati di tingkat
subetnis:
Batak di Sumatera Utara?
1) Dairi, 2) Pak-Pak, 3) Karo, 4) Toba, 5)
Simalungun , 6). Angkola, dan 7)
Mandailing.
Minahasa di Sulawesi Utara
 9 subetnik
Jawa Barat?
Masing-masing menunjukkan kekhasannya 
berbeda
BHINNEKA TUNGGAL IKA
Berbeda tetapi satu juga:
Fisik secara umum boleh jadi berbeda,
tapi ada ciri yang menyatukannya

Apa TUNGGAL IKA-nya?


Perlu ditinjau secara budaya

Sebab, secara budaya,


keberadaan seni etnik—
juga seni subetnik—adalah
sebagai bentuk budaya
(CULTURAL FORM)

ini yang membuat bentuk seni/estetika berbeda


jenis, sifat, kuantitas, dan kualitas:

aspirasi warga,
sumber daya,
tuntutan sosial, dan
tujuan berekspresi

masing-masing etnik/subetnik
memang tidak selalu sama
Jenis, sifat, kuantitas, dan
kualitas yang berbeda itu

 memberi bentuk, karakter, dan


corak ungkapan yang khas pada
karya seni etnis yang diciptakan
secara budaya, perbedaan bentuk dan
corak ungkapan kesenian tidak hanya
berkait dengan perbedaan kebutuhan
ekspresi

 Tetapi juga dengan perbedaan pemenuhan


lain: primer maupun
kebutuhan yang lain:
sekunder; spiritual, natural, dan sosial

Perhatikan:
Batik, wayang kulit, keris, rumah adat, dsb
Meski beda bentuk dan coraknya, seni
dan estetika Nusantara mencerminkan
“sumber isi” yang sama

Spirit harmoni kosmos


ESTETIKA ETNIS

Pengutamaan kesempurnaan hidup


spiritual, natural, dan sosial

Pencerminan konsep
hubungan kosmologis

Pengharapan SENI: simbol


sugesti alam ekspresi sosial

KEDALAMAN KREATIVITAS
Estetika Nusantara  merepresentasikan
harmoni kosmos

Ekspresi estetika (karya seni), juga


berbagai aktivitas manusia,
adat istiadat,
tuntutan hidup, dan
ritual tradisi
Berselaras sekaligus menjadi
penyelaras kosmos
Hakikat berkesenian khas Timur/Nusantara =
HARMONISASI KOSMOS 
JAWA: MEMAYU HAYUNING BAWANA

Tujuannya?
 agar harmoni antara MIKROKOSMOS-
METAKOSMOS-MAKROKOSMOS
selalu terjaga
Inilah basis pandangan insan
Timur/Nusantara tentang kosmos

 mendudukkan manusia sebagai bagian


dari alam semesta
 Memposisikan alam semesta sebagai
bagian dari eksistensi manusia
Ada begitu banyak contoh penciptaan
seni di nusantara yang mencerminkan
“harmonisasi kosmos”

Perahu Madura, arsitektur adat


Sumba, tenun, dsb.
Meski beda bentuk dan coraknya, seni
dan estetika Nusantara mencerminkan
“sumber isi” yang sama

Spiritualitas:
Seni ada, lahir, dan digunakan dalam
kaitannya dengan alam dan sesama:
Dalam banyak kasus bahkan terkait dengan:
sikap batin, keyakinan, ritual:

 AGAMA
 PENGKAJIAN ESTETIKA TRADISI TIMUR
BERBASIS PADA KAJIAN SPIRITUALITASNYA

1. INDIA  Estetika Hindu, Buddha,


Jainisme, Sikh.
2. CINA  Estetika Taoisme-Konfusianisme-Buddhisme

3. JEPANG  Estetika Shinto-Zen Buddhisme

4. KAWASAN ISLAM Estetika Agama Islam,


bahkan dengan AGAMA ASLINYA
Keberadaan estetika tradisi/etnis,
PERTAMA-TAMA harus dikaitkan
dengan keberadaan agama (ritus
atau upacara/kegiatan adat)
 baru ada “pemilahan”
tampak (explicit) -
tersembunyi (tacit)
Ada
Pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai