Anda di halaman 1dari 69

Transformasi Sampah secara

Biologis
Sulistiya Nengse
TEKNIS OPERASIONAL
TIMBULAN SAMPAH
TIMBULAN SAMPAH

PEWADAHAN/PEMI
PEWADAHAN/PEMI
LAHAN
LAHAN

PENGUMPULAN
PENGUMPULAN

PEMINDAHAN DAN
PEMINDAHAN DAN PENGOLAHAN
PENGANGKUTAN PENGOLAHAN
PENGANGKUTAN
Pengolahan

Pembuangan
PEMBUANGAN AKHIR
PEMBUANGAN AKHIR
SAMPAH
SAMPAH
akhir sampah
HIRARKI PENANGANAN
SAMPAH
1. Pencegahan (Prevention) 2. Minimisasi
- mengurangi pola konsumsi - menggunakan produk dg
berlebihan kemasan yang dapat digunakan
- menggunakan produk sistem ulang,
sewa - menggunakan produk sistem
refill
- memilah sampah daur ulang
3. Pemanfaatan kembali (Reuse) 4. Daur ulang (Recycling)
- memanfaatkan barang bekas - mengubah bentuk & sifat
untuk fungsi sama atau sampah melalui proses bio-fisik-
berbeda. kimiawi menjadi produk baru
- menyumbangkan barang bekas (sampah basah diolah menjadi
ke pihak yang dapat kompos, sampah plastik diolah
memanfaatkan menjadi pelet
5. Perolehan energi (energy 6. Pembuangan akhir
recovery)
- mengubah sampah melalui - membuang seluruh komponen
proses biofisikkimiawi menjadi sampah ke TPA, atau
energi (briket sampah, proses membakarnya
thermal (insinerasi, pyrolisis,
gasifikasi), serta biogas
PENGOLAHAN SAMPAH
 Pengolahan sampah adalah mengubah
bentuk sampah menjadi bentuk lain
 Transformasi fisik:
 Pemilahan
 Reduksi volume
 Pemotongan
 Transformasi kimia:
 Pembakaran
 Pirolisis
 Gasifikasi
 Transformasi biologis:
 Komposting aerobik
 Penguraian cara anaerobik
Aspek Penting Transformasi Sampah
 Meningkatkan efisiensi pengelolaan
sampah
 Perolehan materi melalui proses recovery
dan recycling (misal kertas, plastik, gelas,
logam dsb)
 Perolehan energi dan produk lain dari
proses pembakaran atau pirolisis
Transformasi Biologi
 Memanfaatkan aktivitas mikroorganisme
untuk mendekomposisi sampah.
 Tujuan utama dari transformasi ini adalah
untuk mengkonversi bahan organik di
dalam sampah menjadi produk akhir yang
bersifat stabil.
 Kebutuhan nutrisi dari mikoroganisme
 Type mikroorganisme yang berperan
 Transformasi secara aerobik dan anerobik
 Proses pengolahan
Sumber karbon dan energi
Heterotropic
 Chemoheterotropic (sumber energi :
oksidasi bahan organik dan reaksi reduksi;
sumber karbon: bahan organik)
 Photoheterotropic (sumber energi; cahaya
dan sumber karbon: bahan organik)
 Inorganik material yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme : N, S, P, K, Mg, Ca, Fe,
Na dan Cl.
 Minor element: Zn, Mn, Mo, Se, Co, Ni.
Metabolisme mikroorganisme
 Respiratory metabolism , mikroorganisme
yang menghasilkan energi karena adanya
aktivitas enzim yang membantu transport
electron dari electron donor menuju
external electron acceptor Oksigen.
 Fermentative metabolism,
tidak melibatkan external electron acceptor
oksigen. Growth rate m.o lambat
dibandingkan respiratory metabolism.
Tetapi tidak membutuhkan energi yang
terlalu besar dibandingkan respiratory.
Typical electron acceptor
Environment Electron Process
acceptor
Aerobic O2 Aerobic
metabolism
Anaerobic NO3- Denitrification

SO42- Sulfate
reduction
CO2 Methanogenesis
Jenis-jenis mikroorganisme
 Eucaryotes yang berperan dalam proses
komposting ini adalah bakteri, fungi, yeast
dan actinomycetes.
 Environmental condition ; temperature and
pH.
 Karakteristik dari sampah sangat
mempengaruhi aktivitas mikroorganisme
ini.
 Terutama adalah kandungan bahan organik
dan biodegradabilitas
Karakteristik sampah
 Sifat biologik:
 Biodegradabilitas: BF = 0.83 – 0.028 LC
 BF = fraksi sampah yang terurai
 LC = lignin content
 Produksi bau:
 Bau timbul akibat pembentukan asam-asam
organik rantai pendek, merkaptan, dan H2S
 Perkembang-biakan lalat:
 Lalat tumbuh dari telur setelah 9-11 hari
Contoh biodegradabilitas

Komponen % VS LC BF
(%VS)
Sampah makanan 7-15 0.4 0.82

Kertas

Koran 94.0 21.9 0.22

Kertas tulis 96.0 0.4 0.82

Karton 94.0 12.9 0.72

Sampah kebun 50-90 4.1 0.72


Transformasi dalam proses aerobik
CaHbOcNd + 0.5(ny+2s+r-c)O2  n CwHxOyNz +
sCO2+rH2O + (d-nx) NH3

r = 0.5[b-nx-3(d-nx)]
s = a - nw

Complete conversion :
CaHbOcNd + ((4a+b-2c-3d)/4)O2 aCO2+((b-
3d)/2)H2O + (d) NH3

NH3+2O2  H2O +HNO3

Secara tipikal bahan organik dinyatakan dalam


C60H94,3 O37,8N
Transformasi dalam proses
anaerobik
Cont’d
CaHbOcNd  n CwHxOyNz + m CH4+ sCO2+
r H2O + (d-nx) NH3

r = c – ny – 2s
s = a-nw-m

Complete conversion :

CaHbOcNd + ((4a-b-2c-3d)/4)H2O  ((4a+b-


2c-3d)/8)CH4 + ((4a+b+2c+3d)/8) CO2+ (d)
NH3
Penetuan jumlah gas methan yang
diproduksi
Proses pengolahan
 Komposting :
- aerobik
- anaerobik

 Digestion
- Low-solid anaerobic digestion
- High-solid anaerobic digestion
Komposting skala rumah tangga
dan komunal
UMUM
 Kompos didefinisikan sebagai soil conditioner,
dimana kandungan unsur N,P dan K yang tidak
terlalu tinggi , dan mengandung unsur-unsur mikro
yang penting untuk pertumbuhan tanaman
(khususnya Cu, Mo, Zn)

 Hal ini membedakan kompos dengan pupuk


buatan

 Komposting merupakan salah satu metoda dalam


pengolahan akhir sampah. Metoda ini adalah
proses biologi yang mendekomposisi sampah
(terutama sampah organik yang basah) menjadi
kompos karena adanya interaksi kompleks dari
organisme yang terdapat secara alami.
 Nilai rasio C/N bahan organik merupakan
faktor yang pentng dalam proses
dekomposisi sampah.
 Hal ini dikarenakan karbon (C) merupakan
sumber energi bagi mikroorganisme,
sedangkan Nitrogen (N) digunakan untuk
membangun sel-sel mikroorganisme.
 Untuk proses secara optimum, rasio C/N
adalah pada rentang 20 – 40
Tabel Rasio C/N

Jenis bahan Rasio C/N


Kotoran Manusia  
- dibiarkan 6
- dihancurkan 16
Humus 10
Sisa dapur/makanan 15
Rumput-rumputan 19
Kotoran Sapi 20
Kotoran Kuda 25
Kotoran Ayam 15
Sisa buah-buahan segar 35
Sampah segar 25
Limbah sayuran 11 - 12
Perdu/semak 40 - 80
Batang jagung 60
Jerami 30 - 80
Contoh
 Daun mempunyai rasio C/N adalah 50
dan akan dicampurkan dengan sludge
dari A.S. dengan C/N 6.3. Tentukan
proporsi dari tiap komponen untuk
menghasilkan rasio C/N adalah 25.
Diketahui :
1. Kelembaban sludge = 75%
2. Kelembaban daun = 50%
3. Nitrogen dalam sludge = 5.6%
4. Nitrogen dalam daun = 0.7%
Proses Komposting
 Penggunaan oksigen
- Aerobik dan anaerobik
 Metoda
- Open/windrow
- Enclose (reactor) composting
 Temperature
-mesofilik dan thermofilik
 Komposting cara aerobik dengan reaksi

Bahan organik + O2 + nutrien

kompos + sel baru + CO2 + H2O + NH3 +


SO4= + energi

 Komposting cara anaerobik dengan reaksi:


Bahan organik + H2O + nutrien
kompos + sel baru + CO2 + CH4 + NH3 +
H2S + energi
Banyak yang melakukan dengan proses
Aerobik hal ini didasarkan karena :
 Modal dan biaya operasional cukup murah
 Lahan yang dibutuhkan tidak banyak
 Kompleksitas operasionalnya lebih mudah
dan tidak terlalu sulit untuk diterapkan
Tabel Perbandingan Antara Proses
Aerobik dan An-aerobik
KARAKTERISTIK AEROBIK AN-AEROBIK

Penggunaan Energi Memerlukan Menghasilkan


Energi energi
Produk Akhir Humus, CO2, H2O Sludge, CO2,
CH4
Waktu Proses ± dua bulan > dua bulan

Reduksi Volume Diatas 50% Diatas 50%

Tujuan Utama Mereduksi volume Mereduksi


sampah dan volume
pembuatan sampah dan
kompos menghasilkan
energi
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
 KADAR AIR  50-60%
 SUHU  mesofilik, thermofilik dan
mesofilik
 pH range netral.
 RASIO C/N  20-40
 UKURAN PARTIKEL  25 – 75 mm
 BLENDING AND SEEDING
 SUPLAI OKSIGEN
 PENGADUKAN
 KONTROL PATHOGEN
Control of process
•Monitoring pH
•Monitoring kelembaban dan suhu
•Bau

KEMATANGAN
•SUHU,
•RASIO C/N
•BENTUK FISIK
•BAU
Perhitungan pemanfaatan sampah
organik untuk komposting
Sampah yang akan dikompos adalah sebesar 1.014,32kg/hari
atau 3,30 m3/hari. Bahan organik secara tipikal dinyatakan
dalam Tchobanoglous, (1993) sebagai C60H94,3 O37,8N dengan
berat kontribusi di dalam sampah dan presentase dapat
dilihat pada tabel 1 berikut.
Jumlah Berat
Persentase
Atom Per Berat Atom Kontribusi
Komponen (%)
Mol Tiap Elemen
Karbon 60,00 12 720 50,13
Hidrogen 94,30 1 94,30 6,57
Oksigen 37,80 16 604,80 42,11
Nitrogen 1 14 14 0,97
Sulfur 0,10 32 3,20 0,22
Jumlah 1.436,30 100
Dengan data di atas akan diperhitungkan hasil
produk kompos berdasarkan hasil analisis
sampah organik di laboratorium dan
asumsi(Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil,
1993):
 Kadar air dalam fraksi organik untuk sampah =
34,84 %
 Volatile Solid (VS) = 98,72 % x Total Solid (TS)
 Biodegradable Volatile Solid (BVS) = 60 % x VS
 Koefisien Konversi BVS yang diinginkan = 95 %

Berapakah produk kompos yang dihasilkan ?


1. Hitung TS

Perhitungan:
TS = (100% - Kadar air) x 1.014,32 kg/hari
= (100% - 34,84%) x 1. 014,32 kg/hari
= 660,93 kg/hari

2. Hitung VS
VS = 98,72% x 660,93 kg/hari = 652,47 kg/hari

3. Perhitungan Mass Balance untuk setiap komponen


sehingga menjadi produk kompos
 Komponen = Karbon
 Persentase = 50,13 %
 VS karbon = 50,13% x VS
 VS karbon = 50,13 % x 652,47 kg/hari
 VS karbon = 327,08 kg/hari
 BVS = 60 % x 327,08 kg/hari
= 196,25 kg/hari
 Berat akhir dengan koefisien konversi
= 95% x 196,25 kg/hari
= 186,44 kg/hari
Tabel 2. Perhitungan Mass Balance

Berat Akhir
VS Per Dengan
Persentase
Komponen Komponen BVS (kg) Koefisien
(%)
(kg) Konversi
(kg)

Karbon 50,13 327,08 196,25 186,44


Hidrogen 6,57 42,87 25,72 24,43
Oksigen 42,11 274,76 164,85 156,61
Nitrogen 0,97 6,33 3,80 3,61
Sulfur 0,22 1,43 0,86 0,82
Jumlah 100 652,47 391,48 371,91

Sehingga diketahui produk kompos yang dihasilkan sebesar 371,91


kg/hari.
Beberapa contoh proses pengomposan
aerob yang sering digunakan :
1. Teknologi Windrow
2. Aerated Static Pile Composting
3. Sistem Komposting di Dalam Tangki /
Kontainer
4. Komposter Aerob skala Rumah Tangga
(KRT)
5.Komposter Aerob Skala Komunal.
Teknologi Windrow

Gambar 2.6 Teknologi Windrow


a b

Keterangan

P (Panjang tumpukan kompos mentah) = 2 m, atau tergantung lahan


L (Lebar tumpukan kompos mentah) = 1,75 m
T (Tinggi tumpukan kompos mentah) = 1,5 – 1,75 m
a (Jarak kerja antar tumpukan) = 1,5 m
b (Jarak sirkulasi) = 1m
 Pencampuran sampah sebelum penumpukan
 Pemantauan
 Pembalikan
 Penyiraman
 Pelepasan dan pemasangan kembali
terowongan
 Pematangan
 Pengayakan
 Pengemasan dan penyimpanan
 Pengendalian mutu produksi komos
Tahapan produksi Langkah pengendalian
Pemilahan -Dilakukan secara manual dan teliti
-Pekerja terlatih mengenali bahan
-Pembuangan residu teratur
Penumpukan -Ukuran tumpukan ideal agar tercapai suhu optimum
-Pengawasan bahan saat penyusunan tumpukan untuk menjamin
campuran optimum (C : N)
Pengendalian suhu Membalik dan menyiram sampah untuk memperoleh kondisi
dan kelembaban optimum, yaitu:
-Suhu tinggi (maksimal 65ºC) selama 10 hari untuk memusnahkan
penyakit
-Pengendalian suhu dan penyediaan oksigen
-Mutu air harus baik
Pematangan -Merupakan proses stabilisasi
-Seluruh kegiatan mikroorganisme yang dapat membahayakan
tanaman selesai ditahap ini
Penyaringan -Tanpa mesin penggiling agar bahan berbahaya tidak hancur dan
tercampur dalam kompos
-Seleksi manual pada waktu penyaringan
Pengemasan dan -Kemasan kedap air dan udara, untuk mencegah pencemaran
penyimpanan bahan berbahaya dan benih gulma
-Mutu kompos terpelihara
Mempercepat waktu
komposting
 Biostimulan produk lokal :
1. Orgadec (Organic Decomposer)
2. Stardec
3. Fix-up plus
 Biostimulan produk impor :

1. EM-4 (Effective microorganisms 4)


2. Harmony
P

T1
T2
TEROWONGAN BAMBU

L1
Pematangan dan
Pengayakan
Komposter Aerob Skala Rumah
Tangga (KART)
Desain Reaktor KART
Tahapan Memanen Kompoter KRT
Komposter SNI (Model Puslitbang
Permukiman Bandung)
KOMPOSTING SKALA RUMAH
TANGGA
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

 Lokasi, sebelum memulai proses composting


harus diperhatikan dimana akan meletakkan
tumpukam kompos.
 Konstruksi harus kuat dan terlindungi dari
gangguan binatang serta memenuhi syarat
kesehatan untuk lingkungan rumah.
 Material yang dapat dikomposkan, adalah
sampah organik basah yang berasal dari
aktivitas dapur dan sampah kebun. Tetapi
ada beberapa jenis material organic yang
tidak baik dicampurkan pada proses
composting, seperti tulang, lemak, kotoran
hewan seperti anjing atau kucing, potongan
rumput atau potongan tanaman lain yang
mengandung pestisida.
MASALAH SELAMA PROSES

Masalah Penyebab Cara menanggulangi


Bau Kondisi anaerobic Pengadukan dan pembalikan
tumpukan, mecampurkan dengan
bahan-bahan seperti daun kering,
atau serpihan kayu.
Serangga Terlalu kering, tidak Melakukan proses pembalikan dan
(seperti lalat) tercampur sempurna penyiraman tumpukan, menjaga
suhu tumpukan panas sehingga
serangga tidak akan mendekat.
Binatang Campuran sampah Proses dilakukan di dalam tempat
seperti kucing makanan tertutup dengan konstruksi yang
atau tikus kuat sehingga tidak mudah
diganggu binatang.
Tupukan Tumpukan terlalu Melakukan proses pembalikan dan
kompos tidak kering dan kurang penyiraman tumpukan.
matang aerasi
KOMPOSTING SKALA KOMMUNAL
 Pemilihan dan perencanaan lahan :
Batasan lahan
Tata letak
Alokasi ruangan kegiatan pengomposan
Perhitungan kapasitas pengomposan
Penentuan jumlah pemasukan sampah
 Model atau cara pengomposan.
Penyusunan tumpukan
CONTOH PERHITUNGAN LAHAN UNTU
K KOMPOSTING
Vermikasi (Vermikomposting)
 Vermikasi merupakan proses penguraian
sampah-sampah organik yang dilakukan oleh
cacing sehingga dihasilkan kotoran cacing
(menjadi pupuk).
 Cacing Lumbricus rubrelus dapat digunakan
untuk mengatasi soal sampah.
 Dengan vermikasi yang baik akan mampu
mengurangi sekitar 50% produk sampah setiap
harinya.
 Prinsip vermikasi sama dengan pembuatan
kompos, hanya saja di sini proses pengomposan
dibantu oleh cacing untuk mempercepat
penguraian.
 Pupuk atau kompos yang dihasilkan umumnya
bagus kualitasnya, selain murah dan mudah
pembuatannya.
Gambar 2.10 Komposter aerob skala komunal
Kualitas kompos
SNI 19-7030-2004
DIGESTRER
Definition
 expedites the natural decomposition
of organic material without oxygen by
maintaining the temperature,
moisture content and pH close to
their optimum values. Generated CH4
can be used to produce heat and/or
electricity.
Low-solids Anaerobic
Digester
 Low-solids anaerobic digestier adalah proses biologis
dimana sampah organik akan difermentasikan pada
konsentrasi padatan sebanding atau kurang dari 4-
8%.
 Low-solids anaerobic digester diterapkan untuk
menghasilkan gas methan dengan sumber yang
berasal dari kotoran manusia, hewan dan sampah
organik pertanian.
 Akan tetapi kerugian yang didapatkan dalam
penerapan Anaerobik Digester tipe ini adalah
sejumlah air harus ditambahkan ke dalam sampah
yang diolah agar tercapai solid content pada rentang
yang dibutuhkan yaitu 4-8%.
 Penambahan air akan membuat lumpur yang
dihasilkan dalam kondisi encer, sehingga perlu
dilakukan proses penghilangan air terlebih dahulu
sebelum menuju saluran pembuangan
Design Criteria
High-solids Anaerobic Digester
 High-solids anaerobic digester adalah
proses biologis dimana terjadi fermentasi
pada sampah organik dengan
kandungan solid total sebesar 22% atau
lebih.
 Tipe ini merupakan teknologi baru.
 Keuntungan dari penggunaan proses ini
adalah kebutuhan air yang rendah dan
gas yang dihasilkan lebih besar per unit
volume reaktor.
 Kelemahan dari proses ini adalah
keterbatasan tenaga operasional yang
berpengalaman.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai