Kelompok 3 (S1-5B)
Adanya
Makanan &
02 Adanya pori-pori 05 Pembawa Obat
08 Obat lain dalam
Sal.Cerna
Banyaknya Vili Waktu Transit &
03 Dan Mikrovili Waktu Adanya
Yang Ada Di 06 Pengosongan 09 Penyakit
Daerah Lambung
Duodenum Dan
Usus Halus
1. pH Medium
• mukosa usus halus (termasuk lipatan • Bentuk anatomi apikal seperti jari,
Kerckring). muncul dari permukaan mukosa usus
• Panjang villi 0,5 - 1,5 mm halus (inc.lipatan Kerckring).
• 10-40 villi tiap mm2 permukaan usus. • Bentuk : mikro-tubular
• Setiap villus ditutup satu lapis epitel yg. • Panjang mikro-villi 1 mm
tersusun terutama dari sel pengabsorpsi • 700 - 1000 mikro villi tiap sel kolom
berbentuk kolom serta sel goblet yg. • Setiap villus ditutup 1 lapis epitel yg.
mengeluarkan sekret tersusun terutama dr. sel pengabsorpsi
• Sel kolom sangat penting untuk absorpsi berbentuk kolom serta sel goblet dg.
(bentuk anatomi apical - permukaan sekret
menghadap lubang usus yg memperluas • Sel kolom sangat penting u/ absorpsi .
permukaan usus halus yg. baik untuk (dg. bentuk anatomi apical - permukaan
absorpsi obat) menghadap .lubang usus yg. memperluas
permukaan u. halus . baik u/ absorpsi
obat : 600 x flat)
4. Sifat Kapiler Membran Sel
Oleh karena itu, zat-zat kimia yang molekulnya lebih besar dapat keluar masuk
kapiler itu sehingga dapat tercapai keseimbangan antara konsentrasinya dalam
plasma dan dalam cairan ekstrasel; tetapi keseimbangan ini tidak dapat dicapai
melalui filtrasi antara cairan ekstrasel dan intrasel, Setelah suatu zat kimia
memasuki darah, ia didistribusi dengan cepat ke seluruh tubuh. Laju distribusi ke
setiap alat tubuh berhubungan dengan aliran darah di alat tersebut, mudah
tidaknya zat kimia itu melewati dinding kapiler dan membran sel, serta afinitas
komponen alat tubuh terhadap zat kimia itu.
5. Pembawa Obat
Pembawa obat (drug carrier) adalah substansi yang digunakan untuk peningkatan
efektivitas dan pencapaian obat ke sel sasaran.Pembawa obat ini digunakan dengan
tujuan mengontrol lama kerja aksi obat di dalam sel, menurunkan metabolisme obat, dan
mengurangi toksisitas obat.
• Waktu transit obat di dalam saluran pencernaan tergantung pada sifat fisikokimia dan
farmakologi dari obat, jenis bentuk sediaan, dan faktor fisiologis yang beragam.
• Fisiologis pergerakan obat dalam saluran GI tergantung pada apakah saluran
pencernaan mengandung makanan yang baru dicerna (kondisi pencernaan atau
makan) atau dalam kondisi berpuasa atau interdigestive.
• Selama keadaan berpuasa atau interdigestive asi Unsoed Selama keadaan berpuasa
atau interdigestive, siklus alternatif kegiatan yang dikenal sebagai motor bermigrasi
kompleks (MMC) bertindak sebagai pendorong gerakan yang mengosongkan saluran
pencernaan atas ke sekum.
Waktu Transit
• Awalnya, saluran pencernaan adalah diam. Kemudian, kontraksi tidak teratur
diikuti oleh kontraksi reguler dengan amplitudo tinggi (bergelombang)
mendorong setiap isi sisa distal (bergelombang) atau jauh di bawah saluran
pencernaan.
• Dalam kondisi makan, kompleks motor bermigrasi digantikan oleh kontraksi
tidak teratur, yang memiliki efek pencampuran isi usus dan memajukan aliran
usus menuju isi usus dan memajukan aliran usus menuju kolon pada segmen
pendek.
• Pilorus dan katup ileocecal mencegah regurgitasi atau gerakan makanan dari
distal ke arah proksimal.
Waktu Pengosongan Lambung
1. Pasien akhloridria tidak mempunyai produksi asam lambung yang memadai. Kekurangan produksi
asam lambung menyebabkan obat bersifat basa lemah tidak dapat membentuk garam larut dan tetap di
dalam lambung dan tidak di absorpsi.
2. Pasien dengan penyakit parkinson mengalami kesulitan menelan dan akan menurunkan motilitas
pencernaan.
3. Pasien dengan antidepresan trisiklik dan obat antipsikotik megalami penurunan motilitas saluran
cerna atau bahkan obstruksi intestinal. Penundaan absorpsi obat terjadi terutama pada produk lepas
lambat
4. Pasien dengan gagal jantung kongestif mengalami penurunan aliran darah dan mengalami
edema pada dinding perut. Selain itu motilitas intestinal lambat. Penurunan aliran darah ke
usus dan penurunan motilitas intestinal mengakibatkan penurunan absorbsi obat
(Shargel,2012).
REFERENSI