Anda di halaman 1dari 57

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM

MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN


KEGAWATDARURATAN DI INDONESIA
DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN RUJUKAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Disampaikan Pada Pertemuan PENGEMBANGAN JEJARING SPGDT-S CALL CENTER 119


RUMAH SAKIT KAB/KOTA
1
Ternate, 19 Agustus 2015
DASAR HUKUM

UU No. 44 TAHUN 2009 Tentang RUMAH SAKIT


KEPMENKES RI No. 856/MENKES/SK/IX/2009

Setiap RS Wajib memiliki pelayanan Gawat


Darurat yang memiliki kemampuan pemeriksaan
awal kasus gawat darurat dan life saving

UU No. 36 TAHUN 2009 Tentang KESEHATAN

Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan


kesehatan, baik pemerintah maupun
swasta wajib memberikan pelayanan
kesehatan pada bencana bagi masyarakat.
DEKLARASI MAKASSAR
• SEHAT & AMAN ~ HAK AZASI MANUSIA
• PEREKAT KEUTUHAN BANGSA
• PERAN SERTA MASYARAKAT ~ DIK - LAT
• KERJASAMA LINTAS SEKTOR ~ MASYARAKAT- PEMERINTAH

SPGDT

MEWUJUDKAN

SAFE COMMUNITY
PUBLIC SAFETY CENTRE

• Pusat pelayanan yang menjamin


UJUNGTOMBAK
SAFE COMMUNITY

kebutuhan masyarakat dalam


kegawat- daruratan.
• Gabungan AGD 118, SAR/PK 113,
Polisi 110.
• quick response terutama pelayanan
pra RS.
HUBUNGAN PSC-SPGDT-SC
PUBLIC SAFETY CENTER (PSC) SEBAGAI UJUNG
TOMBAK

SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT


TERPADU (SPGDT) SEBAGAI JALAN

SAFE COMMUNITY (SC) ATAU MASYARAKAT


SEHAT DAN AMAN ADALAH TUJUAN
SISTEM PENANGGULANGAN
GAWAT DARURAT TERPADU
TUJUAN :
Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan
terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam
keadaan gawat darurat, baik sehari-hari maupun dalam keadaan
bencana.

SPGDT:
1. Penanggulangan ditempat kejadian.
2. Penyediaan transportasi rujukan pasien ke fasyankes
3. Penyediaan sarana komunikasi.
4. Penyediaan tenaga kesehatan dan non kesehatan
5. Penatalaksanaan pasien di fasyankes dasar dan rujukan
(dengan IGD & ICU)
6. Penyediaan dana
SISTEM PENANGGULANGAN
GAWAT DARURAT TERPADU ( SPGDT )

SEHARI-HARI BENCANA
(GAWAT DARURAT) (MASSAL)
SPGDT-S SPGDT-B

• FASE PRA RS
• FASE RS

Respons Cepat:
Time Saving Is Life And Limb Saving
Dilaksanakan oleh:
Tenaga Kesehatan, Tenaga Non-Kesehatan
Lintas Sektor Terlatih, dan Masyarakat Umum
SPGDT
(SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU)
PRA RUMAH SAKIT FASE RS
Intra R Sakit &
Antar R.S
Gerakan Pelayanan medis Dokter
SAFE Perawat
COMMUNITY Penunjang

Awam Kru ambulans RS klas C

Pencegahan PKM

Pembentukan RS rujukan
KOMUNIKASI SDM Klas B/A
PUBLIC
Multi Disiplin
SAFETY TRANSPORTASI
Multi profesi
CENTER (PSC) Multi sektor
PENDANAAN

TIME SAVING IS LIFE SAVING


MERUJUK THE RIGHT PATIENT, TO THE RIGHT PLACE AT THE RIGHT TIME
RUANG LINGKUP SPGDT
SPGDT CALL CENTER 119
MASYARAKAT

CALL
CENTER
PUSKESMAS
Tergantung:
• kondisi pasien
• Lokasi fasyankes
• kelengkapan fasyankes

TEMPAT
KEJADIAN
KECELAKAAN

RUMAH SAKIT
Call Center SPGDT
Petugas Call
Center

Petugas Call Jejaring Informasi RS


Center/IGD RS. A Petugas Call
Center/IGD RS. A
Petugas Call
RS Rujukan Lain
Center/IGD RS. B RS Rujukan Lain
Petugas Call
Center/IGD RS. A
RS Rujukan B

Dokter Ahli
Dokter Ahli

Network

?
Dokter Ahli Dokter Ahli

Titik Pelayanan Kesehatan Titik kecelakaan


Puskesmas/Klinik

Pasien
Dokter
Pasien
ELEMEN SPGDT
1. NOMER 119
– Registrasi Kementerian KOMINFO
– Kerjasama dengan seluruh provider
telekomunikasi
2. CALL CENTER 119
– Penerima panggilan
– Merujuk ke Dinkes/RS Regional dengan
kriteria: dekat korban, memiliki sumber daya
yang dibutuhkan (SDM dan Fasilitas)
ELEMEN SPGDT
3. UNIT SPGDT RUMAH SAKIT
– Memberikan Input tentang ketersediaan sumber
daya secara real-time
– Mempersiapkan penanganan korban
4. MODUL APLIKASI SPGDT
– Pengolah data Sumber Daya di seluruh Rumah
Sakit yang terintegrasi dengan SPGDT
– Menyediakan langkah prosedur penanganan
pertama pada kondisi Gawat Darurat
KEBUTUHAN UNIT SPGDT
RUMAH SAKIT
HARDWARE
• Komputer Desktop (PC) : min. 2 unit
• Headset : min. 2 unit
• Jaringan Internet : min. 1 Mbps
• PBX IP Based

SOFTWARE
• Aplikasi SPGDT : 1 set unit

SDM
• Operator SPGDT : min. 2 orang yang didedikasikan khusus untuk
SPGDT
DALAM MENDUKUNG UPAYA PENINGKATAN
MUTU PELAYANAN KEGAWATDARURATAN
DI INDONESIA

DRAF PERMENKES PEMBENTUKAN PUSAT


TENTANG SISTEM KOMANDO SPGDT
PENANGGULANGAN DENGAN
GAWAT DARURAT MENGGUNAKAN KODE
TERPADU AKSES 119
DRAF PERMENKES SPGDT
PELAYANAN GAWAT DARURAT
BERDASARKAN LOKASI

 Pelayanan gawat darurat pra rumah


sakit.
 Pelayanan gawat darurat di rumah
sakit.
 Pelayanan gawat darurat antar rumah
sakit.
PELAYANAN GAWAT DARURAT
DI RUMAH SAKIT
 Pelayanan gawat darurat yang diberikan
kepada pasien di dalam RS dengan mengikuti
Standar IGD RS.
 Dilakukan melalui suatu sistem yang
menjamin pelayanan kegawatdaruratan
kesehatan di RS yang dilaksanakan melalui
pendekatan multidisiplin, bekerja secara
interdisiplin dan profesional yang melibatkan
koordinasi multi sektor dan multi profesi.
 Harus memenuhi persyaratan lokasi, sumber
daya dan standar prosedur operasional.
PERSYARATAN
SUMBER DAYA PELAYANAN
GADAR DI RS

 SUMBER DAYA MANUSIA.


 Sarana dan prasarana termasuk
transportasi dan komunikasi.
SUMBER DAYA MANUSIA

DOKTER
PERAWAT
TENAGA TERLATIH
Lanjutan….
 Dokter yang bekerja di fasilitas gawat darurat
mempunyai kewenangan penuh dalam
melakukan pelayanan gawat darurat.
 Dokter dan perawat di RS  dokter dan
perawat dengan keahlian dan kompetensi
khusus dalam bidang kegawatdaruratan
setara dengan pendidikan spesialisasi, JIKA
belum tersedia dapat dilakukan oleh dokter
dan perawat terlatih.
DOKTER DENGAN KEAHLIAN DAN
KOMPETENSI KHUSUS DALAM BIDANG
KEGAWATDARURATAN SETARA
DENGAN PENDIDIKAN SPESIALISASI

Dokter Spesialis
Emergensi
PUSAT KOMANDO PANGGILAN NASIONAL SPGDT-
S 119
KONSEP PENGEMBANGAN SPGDT-S 119

NOMOR • REGISTRASI KEMENTERIAN KOMINFO


AKSES • KERJASAMA LINTAS OPERATOR TELEKOMUNIKASI
119 • GEO-ROUTING / SINGLE NUMBER

SPGDT CALL
CENTER
• PENERIMA PANGGILAN GAWAT DARURAT / PUSAT KOMANDO
• KOORDINASI DENGAN AMBULANCE UNTUK EVAKUASI
119 • KOORDINASI DENGAN RS / PUSKESMAS UNTUK PENANGANAN
GAWAT DARURAT & RUJUKAN SESUAI KRITERIA
1. SPGDT NASIONAL
2. SPGDT REGIONAL
3. JEJARING SPGDT PUSAT • MERUPAKAN RS VERTIKAL, RS SWASTA, PUSKESMAS, AGD
KOMAND TERMASUK SEKTOR LAIN YANG TERINTEGRASI DENGAN
O DAN PUSKOM SPGDT
JEJARING • COUNTERPART PUSKOM YANG MEMBERIKAN INPUT
SPGDT KETERSEDIAAN SUMBER DAYA SECARA REAL TIME
• MEMPERSIAPKAN PENANGANAN PASIEN

MODUL • PENGOLAHAN DATA & SUMBERDAYA DI PUSKOM DAN JEJARING SPGDT


APLIKASI • MENYEDIAKAN LANGKAH PROSEDUR PENANGANAN PERTAMA PADA
SPGDT KONDISI GAWAT DARURAT
• MONITORING & REPORTING
REVIEW SPGDT 119 EKSISTING 2012-2014

• Belum terdapatnya keseragaman implementasi konsep SPGDT,


menyesuaikan dengan kesiapan masing-masing daerah.
• Belum selesainya algoritma kegawatdaruratan yang disusun oleh
Kemenkes RI – ARVI.
• Belum seluruh provider telekomunikasi membuka jaringan untuk
SPGDT.
• Belum maksimalnya penyiapan dan pengembangan SDM .
• Masih terdapatnya panggilan yang masuk belum tertangani
disebabkan jumlah agent/operator di SPGDT DKI Jakarta belum
tercukupi jumlahnya. Kalaupun tertangani, belum bisa dievaluasi
apakah call yang masuk berkaitan dengan gawat darurat, iseng, salah
sambung, dll.
• Belum terbentuknya pusat panggilan nasional yang berfungsi untuk
menyaring panggilan yang masuk.
ALUR KERJA OPERASIONAL SPGDT
CALL CENTER 119
PUSAT PANGGILAN NASIONAL
• Menerima semua panggilan.
• Melakukan filtering  Darurat atau Non Darurat.
• Melakukan query di system database jika
panggilan Non Darurat dan sifatnya menanyakan
informasi umum terkait layanan kesehatan,
prosedur, dll.
• Melakukan input di sistem Aplikasi SPGDT untuk
panggilan darurat dan melakukan fungsi dispatch
ke SPGDT daerah (Dinkes/RS Regional), sesuai
dengan lokasi terjadinya peristiwa darurat.
• Melakukan fungsi reporting dan monitoring.
• Pengembangan Sistem Kegawatdaruratan
terintegrasi
PUSAT KOMANDO DAERAH
Pusat Komando Provinsi
Bisa Berfungsi sebagai pusat komando seperti pusat
komando nasional atau pusat komando daerah.

Pusat Komando Kota/Kabupaten


 Berfungsi sebagai pusat penanganan pasien/pelapor
melalui proses triage (Pemilahan kondisi pasien gawat
darurat)
 Melakukan panduan first aid (sesuai otoritas dan kondisi)
 Panduan Evakuasi (transportable/tidak, berhubungan dgn
unit AGD)
 Proses rujukan berdasarkan info ketersediaan dan
koordinasi dengan jejaring SPGDT (melakukan order
penanganan medis ke fasyankes) 
JEJARING SPGDT (PSC, AMBULANS 118,
RS/PUSKESMAS/POLISI/DAMKAR/DSB)
 Update rutin Informasi ketersediaan
fasilitas kesehatan (info bed dsb),
Tindakan medis berdasarkan mengacu
kepada input dari PK Daerah
 Proses rujukan lanjutan jika diperlukan.
SPGDT 119 YANG SUDAH BERJALAN

DKI Jakarta :
1. Jakarta Pusat
2. Jakarta Barat 1. DKI = 16 Jejaring
3. Jakarta Selatan 2. Kota Bandung = 5 jejaring
4. Jakarta Timur 3. Kab Tangerang = 2 jejaring
5. Jakarta Utara 4. Kota Tangsel = 1 jejaring
6. Kepulauan Seribu
RENCANA
PENGEMBANGAN
DI BODETABEK : 1. Dinkes Kab Bantaeng, Sulsel
1. Kota Bogor 2. Dinkes Kab. Musi Banyuasin
2. Kabupaten Bogor
3. Kota Depok
4. Kabupaten
Tangerang 1. RSUD dr Iskaq kab. Tulung Agung
5. Kota Tangerang
6. Kota Tangerang
Selatan
7. Kota Bekasi
8. Kabupaten Bekasi
APLIKASI SPGDT 119
KONSEP JEJARING SPGDT TAHUN 2019
LANGKAH-LANGKAH
PEMBENTUKAN SPGDT
• Identifikasi RS/Puskesmas yg melayani IGD
(sesuai Level)
• Sentralisasi Wilayah
• Sentralisasi Layanan (sesuai tipe RS)
• Identifikasi/kasus/kegawatan/Trauma
• Call Centre :
 JEJARING RS
 KESIAPAN INTERNAL RUMAH SAKIT
• Algoritma??
PERAN PERAN LAIN DILUAR RS
• Dinas Kesehatan Prov
• Dinas kesehatan Kab/Kota
• Kepolisian/Patroli
• Pemadam kebakaran
• PMI
• dll

 Sistem telekomunikasi
DATA KESIAPAN INTERNAL RS

Komponen: Detail Data


• Alat Transportasi • Kapasitas maksimal
• SDM • Jam operasional
• Peralatan • Kondisional
• Ruang Tindakan
• Ruang Perawatan Data Transaksi:
• Persediaan • Kondisi ketersediaan saat
ini
• Catatan kondisi khusus

35
PERLU KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN
1. Perlunya legalitas sistim pelayanan gawat darurat (Emergency
Medical Services Systems) di Indonesia.
2. Lebih menitikberatkan kepada upaya penanggulangan gawat
darurat sehari-hari.
3. Pemerataan kemampuan sumber daya
4. Peningkatan keterpaduan layanan Primerlintas program, lintas
sektor dan masyarakat
5. Peningkatan peran lintas program dan lintas sektor.
6. Penyediaan akses informasi dan komunikasi antar lintas
program dan lintas sektor.
7. Era JKN Buat Koordinasi dengan BPJS, Jasa Raharja, Dan
Kepesertaan Lain, atau yang tidak punya kepesertaan??
LANGKAH STRATEJIK KE DEPAN

RAPAT KOORD.
PENGUATAN LINTAS PROGRAM-
SEKTOR
ISU-ISU STRATEGIS PEDOMAN
PENDAMPINGAN
SOP, TOT
KEGIATAN PUSAT
INFORMASI &
PROGRAM PRIORITAS DUKUNGAN
OPERASIONAL

Program Kerjasama Pemerintah,


Akademisi/Profesi, Swasta dan Masyarakat
dalam rangka Kemandirian untuk Kesiapsiagaan
STRATEGI DIKEMBANGKAN

1. Membangun mulai dengan kebijakan, perencanaan, program yang

implementasi dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

2. SPGDT yang efetif, tanggap dan bermutu

3. SDM yang terampil dan teruji melalui tata kelola SDM yang terpadu Pusat

dan Daerah dengan budaya /prilaku menolong /melayani.

4. Pengorganisasian yg efektif tanggap di semua jenjang, termasuk

regionalisasi libatkan semua unsur mel proses bertingkat, bertahap &

berkelanjutan

5. Sistim informasi dan komunikasi efektif & responsif yang mudah diakses

langsung oleh masyarakat.

6. Peran pemangku kepentingan dalam tahapan SPGDs oleh BUK, eskalasi

KLB/Musibah Masal/ bencana oleh PPKK.


KEBIJAKAN DAN UPAYA PENINGKATAN MUTU
PELAYANAN GAWAT DARURAT MELALUI PENGUATAN
SPGDT-S
1.Penetapan SPGDT di Indonesia.
2.Perkuat kemampuan dan aksesibilitas pelayanan
Gawat Darurat diseluruh fasilitas kesehatan dengan
prioritas awal di daerah rawan bencana dan daerah
penyangganya.
3.Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan SDM di
bidang Gawat Darurat dan manajemen sistim
penangganan gadar sehari dan eskalasi Gadar
Bencana secara berjenjang sesuai dengan
kompetensi agar peningkatan mutu pelayanan dan
manajemen sistim efektif
4.Optimalisasi pengorganisasian penanganan gadar di
tingkat pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota
serta memperkuat koordinasi dan kemitraan.
Lanjutan…..

5. Pemantapan jaringan lintas program & lintas


sektoral dalam penanganan gadar.
6. Membangun jejaring sistem informasi yang
terintegrasi & online yang mudah diakses oleh
msyarakat
7. Setiap korban gadar diupayakan semaksimal
mungkin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
cepat, tepat & ditangani secara profesional.
8. Memberdayakan kemampuan masyarakat
(Community Empowerement) khususnya para
stakeholder yang peduli dengan masalah gadar.
9. Peningkatan fasilitas, sarana dan prasara
pelayanan gadar.
PENANGANAN DI AREA BENCANA
(TAG/TRIASE – TREAT – TRANSFER)

AREA AREA
HITAM HIJAU TRANSPORT
NON AMBULANCE
P
A
S MEDICAL
I
Evakuasi
EVAKUASI KE RUMKIT
TRIAGE
E
N AREA MERAH AREA KUNING
Transport
Ambulans
IZONA
MERAH II ZONA KUNING III
(rescue (Medical zone) ZONA HIJAU
zone) (Transportation
(
& Support zone)
TEAM LEADER
RESCUER KEAMANAN PUSKODAL
KESEHATAN RAMED

DAERAH
MERAH

daerah M + RS tersier
+
KUNING

daerah
HIJAU

K + RS sekunder
+
H +
PPK 1
TRIAGE LAPANGAN +
M: KORBAN LABEL, MERAH – BERAT – TERANCAM JIWANYA
K: KORBAN LABEL KUNING – SEDANG
H: KORBAN LABEL HIJAU – RINGAN

MEDAN KEJADIAN
DAERAH MERAH – BAHAYA
DAERAH KUNING – KEGIATAN PENGAMANAN
DAERAH HIJAU - AMAN PUSKODAL OP
Pos kesehatan
KORBAN r
e
t
r
i
a
g
e

RS Hunitara
Area merah

- Resusitasi
- Minimal dokter ( bctls , PPGD )
- Peralatan emergency kit
- Oksigen .
- Long spine board
- Rekam medis.
- Balut bidai
- Selimut.
- payung
Area Kuning

- Stabilisasi urgent
- Minimal dokter ( bctls , PPGD )
- Peralatan emergency kit.
- Balut bidai.
- Oksigen .
- Long spine board
- Rekam medis.
- Selimut, payung
Area Hijau

- Non emergency collecting


- Minimal perawat ( bctls , PPGD )
- Rekam medis
- Peralatan rawat luka minor
- Air minum.
- Selimut.
Area Hitam

- Death body collective


- DVI tim
- Kantong mayat
- Rekam medis.
AMBULANCE SERVICE SYSTEM
• Tersedi ambulans dalam satu koordinasi dilengkapi sistem
komunikasi, kru / petugas terampil, kendaraan memenuhi
persyaratan kendaraan (bentuk, suspensi, ketersediaan kru dan
peralatan)

• Perlu ditunjang infrastruktur jalan raya yg baik dan bebas hambatan

• Digunakan untuk evakuasi jarak dekat diharapkan waktu panggil


maks 10 menit dan perjalanan maksimum 2 jam

TWMS 2013 48
SAFE TRANSPORT

• Perencanaan dalam transport adalah harus


berpedoman pada transport yang aman (the safe
transport) perlu personel terlatih, equipment/
peralatan yg penting dan minimal manajemennya
sama dengan pelayanan di tempat pengiriman ,
komunikasi dan koordinasi harus baik
RISK MINIMIZATION
TRANSPORT PLAN IT’S IMPORTANT

• Patient need special requirement and safe


• Transport team aware of the responsibility
• Receiving facility well informed & prepared
to accept the patients
• Specific transport condition
• Check the route
• Receiving team adequately take over
management of the patient
Sistim Komunikasi (medical emergency
communication system)

Diperlukan jejaring komunikasi (communication net)


• Jenis jaringan (sistim tertutup, sistim terbuka, sistim
penunjang)

• Bentuk jaringan (lingkar intra RS, intra


kabupaten/kota/propinsi dan antar RS

• Aspek muatan (GD : rujukan se-hari2 & rujukan


bencana/KLB, keadaan normal rujukan program-alat-
administratif)
PERMASALAHAN

• Bila rujukan pasien tdk dimungkinkan (daerah


terpencil, pedalaman, kepulauan, tertinggal)

• diperlukan penguatan Puskesmas (SDMnya,


Fasilitasnya) dan dijalankan rujukan konsultasi
dengan menggunakan teknologi komunikasi dan
media.
TWMS 2013 52
KESIMPULAN
A. Indonesia merupakan “Supermarket bencana” sehingga perlu
Sistem Komando jika terjadi kasus kegawatdaruratan/bencana
berdasarkan SPGDT Sehari-hari/Bencana.
B. Perlu pengetahuan sempurna dan tingkatkan keterampilan
dengan pelatihan untuk berbagai jenis
bencana/kegawatdaruratan medis.
C. Capacity Building perlu terus ditingkatkan melalui kegiatan
pelatihan dan simulasi penanggulangan kegawatdaruratan dan
bencana secara berkesinambungan.
D. Diperlukan penguatan sistem pelayanan gawat darurat dan
penataan kewenangan layanan gawat darurat.
E. Perlu tenaga dokter/perawat dengan keahlian dan kompetensi
khusus dalam bidang kegawatdaruratan setara dengan
pendidikan spesialisasi untuk penguatan sistem pelayanan
gawat darurat.
F. Mewujudkan SPGDT dengan IGD sebagai Ujung Tombak
layanan Prima (ULT).
12 Langkah Mewujudkan SPGDT dengan IGD
sebagai Ujung Tombak layanan Prima (ULT)

1. Pelajari UU No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik


apa yang wajib dilakukan;
2. Jangan ada pasien tidak mampu yang tidak dilayani,
bahkan ditolak;
3. Membangun Budaya Customer Care di semua front line;
4. Membuat call centre 24 Jam merangkap customer service di
IGD;
5. Pasien yang tidak bisa dilayani dibantu petugas agar
mendapat tempat untuk dirujuk ke RS lain;
6. Buat jejaring sistem komunikasi di IGD untuk saling
merujuk pasien IGD dan ICU yang tidak dilayani di masing-
masing RS;
12 Langkah Mewujudkan SPGDT dengan IGD
sebagai Ujung Tombak layanan Prima (ULT)

7. Meningkatkan Skill Emergency dan Sense of crisis SDM-nya.


8. Ambulans untuk pasien tidak mampu dibebaskan tetapi nilai
kontribusi RS tetap di catat, sehingga dapat dikompilasi dengan
seluruh nilai konstribusi RS dipelayanan yang lain.
9. Agar para direksi sering melakukan pengawasan langsung
sampai kebawah terhadap mutu pelayanan di Rumah Sakitnya.
10.Buat dana peduli sehat tetapi dikelola oleh kelompok informal,
bukan oleh manajemen RS, misalnya Dharma Wanita, dan harus
akuntabel serta laporkan pada donator penanggung jawab setiap
bulan.
11.Bila sedemikan sulitnya pasien dan tidak ada biaya di infokan ke
kementerian Kesehatan.
12.Menggunakan email grup sebagai media komunikasi.
disaster
Injury aCCIDENT

death
SPGDT
SAFE COMMUNITY
TERIMA KASIH 57

Anda mungkin juga menyukai