Anda di halaman 1dari 23

SISTEM

PENANGGULANGAN
GAWAT DARURAT
TERPADU

Ahmad Riza’i

Penanggung Jawab Pra Rumah Sakit


RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
Outline
 Latar Belakang
 Definisi
 Tujuan
 Penyelenggaraan
 Monitoring dan Evaluasi
Latar Belakang
❑ Tingginya angka Kematian di IGD/ kurang 24 jam :12,2 per
seribu termasuk angka death on arrival 1
❑ Respon time layanan ambulance lebih dari 1 jam dan belum
dilayani tenaga kompeten (dokter dan perawat yang terlatih)
❑ Fakta: 3 besar penyebab kematian dan kecacatan di IGD:
Stroke, KLL, serangan jantung 2
❑ Belum terintegrasi/ terorganisasinya unsur-unsur pemberi
pelayanan pra dan antar RS
❑ Indonesia terletak di ring of fire, kejadian bencana baik alam,
non alam maupun bencana sosial, termasuk saat ini masih
dalam masa pandemi virus COVID-19

Sumber:
1 http://www.depk es.go.id/resources/download/pusdatin/profil-k esehatan-indonesia/profil-k esehatan-indonesia-2019.pdf
2Global Burden of Disease, 2010 dan Health Sector Review (2019)
PRA RS…
RESPON TIME
..?
Definisi SPGDT

 Suatu mekanisme pelayanan


korban/ pasien gawat darurat yang
terintegrasi dan berbasis call center
dengan menggunakan kode akses
telekomunikasi 119 dengan
melibatkan masyarakat
Tujuan SPGDT

 Meningkatkan akses dan mutu


pelayanan kegawatdaruratan; dan
 Mempercepat waktu penanganan
(respon time) korban/pasien gawat
darurat dan menurunkan angka
kematian serta kecacatan.
Penyelenggaraan SPGDT

 Sistem komunikasi gawat darurat;


 Sistem penanganan korban/pasien
gawat darurat; dan
 Sistem transportasi gawat darurat.
Tupoksi dalam Komunikasi
 National Command Center (NCC) 119 Kementerian
Kesehatan
 Pemberi informasi dan panduan terhadap penanganan
kasus kegawatdaruratan
 Public Safety Center (PSC) di Dinkes kabupaten kota,
RS atau lokasi lain sesuai ketetapan Pemda
 Pemberi pelayanan korban/pasien gawat darurat
dan/atau pelapor melalui proses triase (pemilahan
kondisi korban/pasien gawat darurat);
 Pemandu pertolongan pertama (first aid);
 Pengevakuasi korban/pasien gawat darurat; dan
 Pengoordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan.
 Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Deskripsi Kegiatan
 National Command Center (NCC) 119
 Memilah panggilan darurat/non gawat darurat;
 Meneruskan panggilan ke PSC; dan
 Dokumentasi, monitoring, pelaporan dan evaluasi.
 Public Safety Center (PSC)
 Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan dengan
menggunakan algoritme kegawatdaruratan;
 Memberikan layanan ambulans;
 Memberikan informasi tentang fasilitas pelayanan
kesehatan; dan
 Memberikan informasi tentang ketersediaan tempat
tidur di rumah sakit.
 Fasilitas Pelayanan Kesehatan
 Melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kemampuannya
Public Safety Center (PSC)

 Dapat berupa unit kerja sebagai wadah


koordinasi untuk memberikan pelayanan
gawat darurat secara cepat, tepat, dan
cermat bagi masyarakat
 Diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam
sehari secara terus menerus
 Dapat dilaksanakan secara bersama-sama
dengan unit teknis lainnya di luar bidang
kesehatan seperti kepolisian dan pemadam
kebakaran tergantung kekhususan dan
kebutuhan daerah
Ketenagaan PSC

 Koordinator;
 Tenaga kesehatan;
 Operator call center; dan
 Tenaga lain.
Penanganan Korban/Pasien
Gawat Darurat

 Penanganan prafasilitas pelayanan


kesehatan;
 Penanganan intrafasilitas pelayanan
kesehatan; dan
 Penanganan antarfasilitas pelayanan
kesehatan
Prafasilitas Pelayanan
Kesehatan

 Tindakan pertolongan terhadap korban/pasien


gawat darurat yang cepat dan tepat di tempat
kejadian sebelum mendapatkan tindakan di fasilitas
pelayanan kesehatan
 Harus memperhatikan kecepatan penanganan
korban/pasien gawat darurat.
 Pemberian pertolongan terhadap korban/pasien
gawat darurat oleh masyarakat hanya dapat
diberikan dengan panduan operator call center
sebelum tenaga kesehatan tiba di tempat kejadian
Intrafasilitas Pelayanan
Kesehatan

 Pelayanan gawat darurat yang diberikan


kepada pasien di dalam fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai standar pelayanan gawat
darurat
 Dilakukan melalui suatu sistem dengan
pendekatan multidisiplin dan multiprofesi
Antarfasilitas Pelayanan
Kesehatan
 Tindakan rujukan terhadap
korban/pasien gawat darurat dari
suatu fasilitas pelayanan kesehatan
ke fasilitas pelayanan kesehatan
lain yang lebih mampu
Sistem Transportasi Gawat
Darurat

 Diselenggarakan oleh PSC dan/atau


fasilitas pelayanan kesehatan

 Menggunakan ambulas gawat darurat

 Standar dan pelayanan ambulans gawat


darurat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Pelaporan

 Setiap PSC harus melakukan pencatatan


dan pelaporan penyelenggaraan SPGDT

 Dilaporkan secara berkala setiap tahun


kepada bupati/walikota melalui kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota
dilanjutkan ke Gubernur dan Menteri
Kesehatan melalui Direktur Jenderal
Monitoring dan Evaluasi
 Untuk mewujudkan sinergi, kesinambungan,
dan efektifitas pelaksanaan
kebijakan/program SPGDT

 Dilakukan secara berkala melalui koordinasi


dan pemantauan langsung terhadap
pelaksanaan dalam kebijakan/program
spgdt
Sumber Daya Manusia
CALL CENTER 119
Awam Umum Petugas Dokter Dokter Spes
Awam Khusus Ambulans Perawat Perawat Spes
Pencegahan
KOMUNIKASI

Quick Response
TRANSPORTASI

Pasien Ambulans PUSKESMAS


RS Kelas C RS Kelas
B/A

Masyarakat Intra RS Intra RS


RS
Aman-Sehat Pra RS
( Comm.Prepardness )
Public Safety Center ANTAR RS
(AGDT,118, 110/112,113/119) AGDT 118
Bagaimana peran
SPGDT di masa
Pandemi COVID-19
PRA HOSPITAL
Zonasi pelayanan SKRINING, EARLY DETECTION, PE/SURVEILENS,
EDUKASI

INTRA HOSPITAL
PEMERIKSAAN SWAB
RT/PCR
TRIASE PRIMER PASI EN LAMA
SKRINING PASIEN BARU

ZONA HIJAU ZONA ZONA


KUNING TRIASE SEKUNDER TRIASE SEKUNDER
MERAH
KANTOR
MANAJEMEN
KLINIK I GD KLINIK
RUMAH DINAS, ASRAMA

▪ PELAYANAN
GIZI/DAPUR
RUANG RAW AT INAP BIASA DAN
ISOLASI TEKANAN POSITIF
O K RUANG I SOLASI TEK NEGATI VE
BAYI , ANAK, DEWASA
▪ LOGISTIK BAYI, ANAK, DEW ASA
ICU, ICCU
I CU, ICCU
FARMASI
▪ GAS MEDIK LABORA TORIUM
▪ AIR BERSIH
▪ GENSET PEMULASARAN JENAZAH PEMULASARAN JENAZAH
PENUNJANG LAI NNYA
LAUNDRY- CSSD,. ;,
LI MBAH
Suspek
RINGKASAN
MANAJEMEN KLINIS
BERDASARKAN
Konfirmasi
KRITERIA KASUS

Tidak bergejala Sakit Ringan- Sedang Sakit Berat

Isolasi Mandiri/ RS Isolasi Mandiri/ RS Isolasi RS/RS


Darurat Darurat/ RS/ RS ujukan
Rujukan
• Isolasi minimal
•Isolasi minimal 10 • Isolasiminimal 10 hari 10 hari sejak
hari sejak ditegakkan sejak muncul gejala
diagnosis muncul gejala • Ditambah 3 hari
•Tanpa follow up PCR • Ditambah 3 hari bebas bebas demam
demam dan gejala dan gejala
Selesai isolasi pernapasan pernapasan
SEMBUH • Tanpa follow up PCR • 1x PCR negatif
Catatan : Pasien dapat dipulangkan berdasarkan pertimbangan DPJP Selesai isolasi
karena adanya perbaikan klinis, comorbid teratasi,dan/atau follow up Selesai isolasi
PCR menungguhasil SEMBUH SEMBUH
M ENINGGAL
Sumber

 Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu

Anda mungkin juga menyukai