Anda di halaman 1dari 11

Diskusi Topik/Kasus Tentang

Kode Etik dan Sumpah


Apoteker
Kelompok 2
Eva Zahroul Wafiyah 202211101008
Nurhayati 202211101009
Lilla Nur Firli 202211101010
Putri Anggraini Rustanti 202211101011
Ghea Audina Dhistira 202211101012
Lili Izamaatin Rosidah 202211101013
Eldinia Alifaisya 202211101014
KODE ETIK DAN SUMPAH APOTEKER
KODE ETIK APOTEKER
merupakan salah satu pedoman untuk membatasi, mengatur, dan
sebagai petunjuk bagi farmasis dalam menjalankan profesinya
secara baik dan benar serta tidak melakukan perbuatan tercela.

SUMPAH APOTEKER
Sumpah yang harus diucapkan sebelum seorang apoteker
melakukan jabatannya. Bunyi sumpah apoteker terdapat dalam
PP No. 20 tahun 1962.
TOPIK 1
Bagaimana mengenai permenkes no 31 tahun 2016 yang
membolehkan 3 SIPA bagi apoteker ?

Menurut Permenkes 889/2011

Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)


surat izin yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan praktik kefarmasian
pada fasilitas pelayanan kefarmasian.
PERATURAN TERKAIT
• Dasar hukum yang mengatur tentang SIPA adalah Permenkes Nomor 31 Tahun 2016 tentang perubahan atas
Permenkes Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian. Lebih lanjut, peraturan tentang 3 SIPA untuk apoteker terdapat pada Pasal 18 Ayat 2 dan 3 yang
bebunyi :

(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) SIPA bagi Apoteker di fasilitas
pelayanan kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas pelayanan
kefarmasian.
(3) Dalam hal Apoteker telah memiliki Surat Izin Apotek, Apoteker yang bersangkutan hanya dapat memiliki
2 (dua) SIPA pada fasilitas pelayanan kefarmasian lain.

• Sedangkan pada fasilitas kefarmasian hanya berlaku 1 SIPA yang terdapat pada Pasal 18 Ayat 1 yang berbunyi

(1) SIPA bagi Apoteker di fasilitas kefarmasian hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian.
PEMBAHASAN
Kami setuju Permenkes No. 31 Tahun 2016 yang memperbolehkan tiga SIPA bagi apoteker,
hal ini terkait dengan tujuan diberlakukannya tiga SIPA kepada apoteker yang bekerja di
fasilitas pelayanan kefarmasian ialah untuk mengatasi kekurangan apoteker di sejumlah
fasilitas kesehatan di beberapa daerah dikarenakan penyebaran apoteker yang tidak merata.

Dengan diperbolehkannya tiga SIPA bagi apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan
kefarmasian mengatasi permasalahan ketidakhadiran apoteker untuk memberikan pelayanan
kepada pasien, sehingga penerapan “Tanpa Apoteker Tidak Ada Pelayanan” dapat terlaksana.

Sementara itu, dengan diperbolehkannya apoteker di fasilitas pelayanan memiliki tiga SIPA
dinilai dapat menyebabkan apoteker di fasilitas pelayanan kefarmasian menjadi lebih money
oriented daripada patient oriented. Solusi ?
SOLUSI
dilakukan pengawasan dan pembinaan terhadap apoteker agar pelaksanaan tiga SIPA
sesuai dengan tujuan diberlakukannya peraturan tersebut. Selain itu, apoteker yang
memiliki tiga SIPA juga diharapkan melakukan pekerjaan di fasilitas pelayanan
kefarmasian sesuai dengan sumpah/ janji apoteker pada PP No. 20 Tahun 1962. Sanksi
pelanggaran tehadap kode etik terdapat dalam Keputusan Kongres Nasional
XVIII/ISFI/2009 tentang Kode Etik Apoteker Indonesia Bab V pasal 15.
KASUS 2
Masih terdapat bidan praktek yang melakukan pemeriksaan medis dan dispensing
kepada masyarakat. Bagaimana tinjauan mengenai hal itu
Menurut PMK No. 28 Tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan,
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam bentuk asuhan
kebidanan.
Seorang bidan dalam praktik keprofesiannya memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan kesehatan
ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

Menurut UU No.4 Tahun 2019 tentang kebidanan,


Bidan dapat memiliki tugas berdasarkan pelimpahan wewenang baik dari pemerintah atau dokter. Pelimpahan
wewenang yang diberikan sesuai dengan kompetensi bidan. Pelimpahan wewenang hanya dapat diberikan
apabila ketersediaan dokter di fasilitas kesehatan tingkat pertama tidak mencukupi kebutuhan pelayanan
yang dibutuhkan.
PERATURAN TERKAIT
• Menurut Undang-Undang Republik Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 29 Pasal 35 Tahun Republik Indonesia Nomor 73 Tahun Indonesia Nomor 4 Pasal 46 Tahun 2019
2004 Tentang Praktik Kedokteran 2016 Pasal 3 Ayat 1 Tentang Standar Tentang Tugas dan Wewenang
menjelaskan bahwa wewenang praktik Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kebidanan meliputi:
kedokteran adalah sebagai berikut: meliputi
a. pelayanan kesehatan ibu;
a.memeriksa fisik dan mental pasien; a. pengkajian Resep; b. pelayanan kesehatan anak;
b.menentukan pemeriksaan penunjang; b. dispensing; c. pelayanan kesehatan reproduksi
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO); perempuan dan
c.menegakkan diagnosis;
d. konseling; d. keluarga berencana;
d.menentukan penatalaksanaan dan e. Pelayanan Kefarmasian di rumah e. pelaksanaan tugas berdasarkan
pengobatan pasien; (home pharmacy care); pelimpahan
e.melakukan tindakan kedokteran atau f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); f. wewenang; dan/atau
kedokteran gigi; dan Monitoring Efek Samping g. pelaksanaan tugas dalam keadaan
f. menulis resep obat dan alat kesehatan; Obat (MESO). keterbatasan tertentu.
PERATURAN TERKAIT
• Pasal 18 PMK No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
bahwa bidan memiliki wewenang untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan
kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
• Pasal 36 ayat (1) PMK RI No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan persyaratan obat dan bahan habis pakai praktik bidan mandiri meliputi
pengelolaan obat dan bahan habis pakai yang diperlukan untuk pelayanan antenatal,
persalinan normal, penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas keluarga berencana, dan
penanganan awal kasus kedaruratan kebidanan dan bayi baru lahir.
• Pasal 36 ayat (2) obat dan bahan habis pakai pada hanya diperoleh dari apotek melalui
surat pesanan kebutuhan obat dan bahan obat habis pakai.
• PMK RI No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan,
Persyaratan obat dan bahan habis pakai meliputi: obat kontrasepsi oral, kontrasepsi
suntik, kontrasepsi implan, kontrasepsi AKDR, kondom, obat kegawat daruratan dan obat
lain (oksitosin inj, metilergometrin, MgSO4 40% inj, kalsium glukonat 10% inj,
nifedipin/amlodipin, metildopa, vitamin A dosis tinggi, tablet tambah darah, vitamin K 1
injeksi, salep mata Gentamicin).
PEMBAHASAN
• Berdasarkan Pasal 18 PMK No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan bahwa bidan memiliki wewenang untuk memberikan pelayanan
kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, tidak disebutkan kewenangan bidan praktik
untuk melakukan pemeriksaan medis. Tenaga medis yang berwenang untuk
melakukan pemeriksaan medis adalah dokter sebagaimana disebutkan pada pasal 35
ayat (1) UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dokter atau
dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi mempunyai wewenang
melakukan praktik kedokteran sesuai pendidikan dan kompetensi yang dimiliki,
salah satunya adalah memeriksa fisik dan mental pasien serta menentukan
pemeriksaan penunjang.
• Begitu juga untuk dispensing kepada masyarakat, hal tersebut bukan wewenang
maupun kompetensi bidan. Dispensing obat merupakan salah satu kegiatan
pelayanan kefarmasian sesuai PMK RI No. 35 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
SOLUSI
Solusi yang dapat diberikan mengenai masih adanya bidan praktik yang melakukan
pemeriksaan medis dan dispensing kepada masyarakat yaitu, dilakukannya
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan praktik bidan secara berkala oleh
menteri, kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan/atau Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, maupun organisasi profesi untuk menghindari kejadian yang tidak
diinginkan yang menyangkut mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Serta
diberikan tindakan administratif kepada bidan yang melakukan pelanggaran berupa
teguran lisan, teguran tertulis, pencabutan SIP (Surat Izin Praktik) maupun SIPB
(Surat Izin Praktik Bidan).

Anda mungkin juga menyukai