Anda di halaman 1dari 73

DASAR-DASAR AKUSTIK

KULIAH : PENGENDALIAN BISING – TF 7023

I. B. Ardhana Putra PhD


Andi Rahmadiansah
andi@ep.its.ac.id
andi_2498@yahoo.com
Proses Mendengar

M e d iu m P e n g h a n ta r G e ta r a n

S u m b e r G e ta r /S u a r a P e n e r im a
Pembentukan Suara
P (t)
Amplitudo (p)
Tekanan udara max ketika
+p terjadi pemampatan

+ +
Tekanan udara dalam
0 kondisi seimbang
t
- - Periode (T)
Tekanan udara max ketika
-p terjadi perenggangan

c
pemampatan pemampatan  
perenggangan perenggangan f
Variable Gelombang Suara
• Tekanan Suara :
Penyimpangan tekanan atmosfir yang terjadi akibat adanya
gelombang suara di udara. Diukur dalam satuan Pascal (Pa)

• Frekuensi :
Jumlah osilasi (satu siklus perapatan dan perenggangan) yang terjadi
pada partikel-partikel udara dalam setiap detik. Diukur dalam satuan
Herzt (Hz)

• Kecepatan Rambat Gelombang :


Perbandingan antara jarak tempuh gelombang dengan waktu yang
diperlukannya untuk mencapai jarak tersebut dari sumber getar.
Diukur dalam satuan meter/sekon (m/s)
Tekanan Suara

RMS : Rata-rata Akar Kuadrat (Root Mean Square) :


Digunakan untuk mendapatkan nilai rata-rata positif dari
sinyal yang berosilasi

 p t 
2
 t

1
T  p  t  dt
2

Dimana :
p(t) = tekanan akustik
p = Amplitudo max. dari fungsi tekanan akustik

Disederhanakan :
2
p p
p t 
2
 dan prms 
t 2 2
Intensitas Suara

• Merupakan kerapatan energi suara per satuan luas.


• Sumber dengan propagasi gelombang bidang (satu
dimensi) :
2
prms
I 
 0 c0

• Sumber titik dengan propagasi gelombang


2
bola :
2
prms  r0 
I  
 0 c0  r 
r  2
prms r
prms  r   prms  0  Ir 
• Bila : r , maka :  0 c0
I = Intensitas suara  = massa jenis udara
p = tekanan akustik c = kecepatan rambat gelombang suara
r = jarak
Daya Suara
• Merupakan energi suara per satuan waktu yang
dihasilkan oleh sumber suara.
• Sumber titik dengan propagasi gelombang bola :

W   I .dS
s

W  4 π r2 . I atau

W  4
2
prms  r 2
2
r
 o co
W = Daya suara
S = Luas permukaan propagasi
Hubungan Daya dan Intensitas Suara
Inverse Square Law

2
W W I1  r2 
I1  dan I 2  
 

4  r12 4  r22 I2 r
 1 
r = jarak A = luas permukaan
Skala dB
• Skala logaritmis yang menunjukkan respons telinga manusia
terhadap suara  tekanan suara selalu dibandingkan dengan
tekanan referensi berupa Ambang Dengar (AD)
– pref = 2 x 10-5 N/m2
– Iref = 10-12 watt/m2
– Wref = 10-12 watt
• Skala logaritmis dianggap relevan karena :
– Rentang skalar besaran fisis yang dihitung p, I, W sangat lebar 
rentang terbesar adalah rentang antara AD dan AS (Ambang Sakit)
 pAS = 2 x 102 IAS = 102 watt/m2 WAS = 102 watt
– Respons telinga manusia juga logaritmis  untuk dB yang sama
menghasilkan respons yang berbeda tergantung dari daerah tingkat
tekanan suara yang terjadi
 dB = 5 antara 60 dB dan 65 dB didengar tidak berbeda
 dB = 5 antara 90 dB dan 95 dB didengar sangat berbeda
Besaran Akustik
• Tingkat Intensitas Akustik
Ii   o co 
LI 10 log ,dB LI  LP 10 log   , dB
Io   i ci 
Untuk kondisi standar : LI = LP
• Tingkat Daya Akustik
W LW  LI 10 log A ,dB
LW 10 log ,dB
Wo
• Tingkat Tekanan Suara
2
p 2
p
L p 10 log 2 ,dB I  rms
pref  0 c0
Faktor Arah

Permukaan bola Permukaan 1/2 bola Permukaan 1/4 bola Permukaan 1/8 bola
(sumber titik (sumber titik diatas (sumber titik pada (sumber titik di sudut
pada posisi permukaan keras) garis pertemuan dua pertemuan tiga
bebas) permukaan keras) permukaan keras)

2 r 2
W  I 4r W  I 2r 2 W  I r 2 W  I
2

4r 2
W  I dimana Q = faktor arah
Q
Hubungan Tingkat tekanan Suara, Tingkat Intensitas, dan
Tingkat Daya Suara

Untuk sumber dengan propagasi bola :

2 2
4r prms
W  I dan I 
Q  0 c0
LW  LI  20 log r   11
LW  LP  20 log r   10 log Q  11

Pada pengukuran, besaran yang didapatkan adalah Lp  LW dihitung


Rangkaian Pembobot

Kurva pembebanan linier

Skala dB A : untuk bising lingkungan luar dan dalam bangunan


Skala dB B : untuk tingkat bising yang lebih tinggi
Skala dB C : untuk bising industri yang tinggi dari mesin
Skala dB D : untuk tingkat bising pesawat udara.
Pembobotan dBA
Frekuensi Kurva A Kurva B Kurva C Kurva D
(Hz) (dB) (dB) (dB) (dB)
16 -56.7 -28.5 -8.5 -22.4
31.5 -39.4 -17.1 -3.0 -16.5
63 -26.2 -9.3 -0.8 -11
125 -16.1 -4.2 -0.2 -6.0
250 -8.6 -1.3 0 -2.0
500 -3.2 -0.3 0 0
1000 0 0 0 0
2000 +1.2 -0.1 -0.2 +8.0
4000 +1.0 -0.7 -0.8 +11.0
8000 -1.1 -2.9 -3.0 +6.0
16000 -6.6 -8.4 -8.5 -4.0
Penjumlahan deciBel

Metode Intensitas :

I  I1  I 2         I n
Lp
I LP
LP  LI maka  anti log  10 10
I0 10

LP 1 LP 2 LP n

I total  10 10
 10 10
 .....  10 10

 L P1 LP 2 LP n

LP total  10 log10 10
 10 10
 .....  10 10 
 
 
Penjumlahan deciBel

Metode Nomogram

Beda nilai dB antara dua LP yang akan dijumlahkan

Nilai yang ditambahkan pada LP yang lebih besar

Contoh : 75 dB 80 dB
Selisih : 5 dB
ditambahkan : 1.2 dB pada nilai yang lebih besar

Total : 81.2 dB
PENJUMLAHAN deciBel

S1
r1
Lp1 = 60 dB

Lp2 = 60 dB
r2
Lp3 = 60 dB
S2 r3

S3
Lptotal = 10 log ( 1060/10 + 1060/10 + 1060/10 ) = 65 dB
PROPAGASI SUARA DALAM RUANG TERTUTUP

Engineering Principles of Acoustics


Douglas D. Reynolds, Chap 10 pp 384 – 407
Suara dalam Ruangan
Contoh Simulasi Pantulan suara dalam Auditorium

Selubung Ruangan

Sumber Suara
Radiasi Suara dari titik Sumber dan Penerima
Suara pantul
titik S sumber

Suara langsung
Z
titik P penerima

Energi suara langsung dan pantul yang


tiba pada titik P dianalogikan sebagai P Suara pantul
‘volume’ energi berbentuk bola
dengan tebal tertentu atau ½ bola jika
titik P terletak pada suatu permukaan Suara
(dinding) langsung
Y X
Kerapatan Energi Suara Langsung
P Aliran Energi dinyatakan :

X
E  D0  S  X
mengingat
W E
I  dan W 
S t
S
kerapatan energi maka :
suara langsung = Do X
I  D0 atau I  D0 c 0
arah propagasi t
gelombang suara
sedangkan

W QQ WQ
DD00  W I 
44 rr22cc00 4 r 2

merupakan fungsi dari faktor arah dan jarak


dari sumber (S) ke penerima (P)
Kerapatan Energi Suara Pantul
Beberapa Asumsi :

1. Suara pantul yang diterima oleh titik pengamatan dianggap


datang dari berbagai arah radial sehingga permukaan gelombang
datang diasumsikan berbentuk bola

2. Total kerapatan energi suara pantul tersebut merupakan


penjumlahan energi suara pantul dari permukaan-permukaan
(dinding, lantai, ceiling) ruangan setelah mengalami penyerapan
setiap saat mengenai permukaan tersebut.

3. Setiap titik pada permukaan-permukaan selubung ruangan


(dinding, lantai, ceiling) dianggap menerima suara datang
dari berbagai arah berbentuk permukaan setengah bola
Kerapatan Energi Suara Datang pada
Dinding
suara datang
ke dinding

suara pantul suara datang ke titik P


dari dinding berasal dari suara
pantul dinding-dinding

Dibutuhkan 3 analisa keseimbangan energi :


Dinding Ruangan (1) Analisa energi suara datang ke dinding
(2) Analisa energi suara pantul oleh dinding
(3) Analisa energi suara datang ke titik P
z

DR DR

elemen luas S
r
permukaan
pantul  dr dS
(dinding, lantai,
ceiling) komponen suara datang
ke dinding yang berasal dari
 y energi suara pantul elemen
dinding lainnya
r sin 
x

Energi suara datang ke permukaan S dalam volume V (bagian sumber) adalah :

dE  DR dV dimana dV  dS dr dan dS  r 2 sin  d d

dE dr dr dW  DR c0 dS
dW   DR dS dan  c0 maka :
dt dt dt
dV
dV


S cos 

S S

radiasi suara dari sumber yang sampai ke permukaan S berasal dari radiasi bola dengan
luas 4 r2  dI pada permukaan S :

D c dS daya suara dWi yang menghasilkan intensitas


dI  R 0 2 dI pada permukaan S adalah :
4 r
DR c0 S cos dS
dWi  dI S cos atau dWi 
4 r 2
daya total Wi merupakan integrasi dWi yang diradiasikan dari permukaan ½ bola 

2

DDR cc0
D c S
Wi i  R 0 SS
2
Wi  R 0 2  r
2
sin  cos d d  W
4 r 0 0
44
Energi suara datang yang diserap oleh dinding :

Wa  W  atau Wa 
DR c0
4
S  untuk seluruh permukaan (dinding) ruangan

DR c0 1 S1   2 S 2  ........   n S n
Wa  S dimana  
4 S1  S 2  .......  S n

1 , 2 , ....., n adalah koefisien absorpsi masing-masing


bahan dinding ruangan

maka total energi suara yang dipantulkan kembali kedalam ruangan adalah :


W 1   DR c0
4
S  maka kerapatan energi suara pantul yang tiba pada
titik pengamatan P

DR 
4W 1     R
S maka
 
Jika
c0 S 1

44W
DDRR  W
cc00RR
Kerapatan Energi Suara Total
Kerapatan Energi Suara Total pada titik P menjadi :
2
 44 QQ 
prms
D  D0  DR
WW 
DD    D
atau 2  sedangkan  0 c02
cc0  RR 44rr 2 
0  
maka :
 4 Q   44 QQ 
 W  0 c0    10 log R  4 r 2 2 
LLP LLW 10  
2
prms  log
 R 4 r
2
 P W
 R 4 r 

Kemungkinan-kemungkinan dalam kondisi riil : :

4 Q  44 

(a). Jika dinding ruangan cukup reflektif  R 4 r 2 maka LLP LLW 10
10 log 
log
P W
 RR 
Q 4
  QQ 
(b). Jika dinding ruangan sangat menyerap  4 r 2 R maka LLPP LLWW 10
10 log
log 
2 
 44rr 
 2
Waktu Dengung
• Waktu Dengung :
Waktu yang dibutuhkan oleh ruangan tersebut untuk
meluruhkan energi suara sebesar 60 dB, dihitung
tepat setelah sumber suara dimatikan.

It/I LP rel
1 0
Sumber ‘off’

Sumber ‘off’
Sumber ‘on’

Sumber ‘on’
10-6 - 60

RT Waktu [dt] Waktu [dt]


RT
Waktu Dengung Ruangan (1)
Sumber ‘off’

Ruang B
 60 dB

Ruang A

RT60 = 2 sec

RT60 = 3 sec.
Waktu Dengung Ruangan (2)
sumber suara
“off”
SPL [dB]

0
ruang sangat menyerap

ruang menyerap

ruang memantul
sumber suara
“on”
-
60
RT1 t [detik]
RT2
RT3
Rumus Waktu Dengung

 D (1 -  ) 2
D (1 -  ) 
Kerapatan Energi
Setelah Pantulan
pertama  ketiga

D = Kerapatan Energi D (1 -  ) 3
Suara Langsung
Setelah pemantulan n kali
Dari Sumber

D  nt   D 1  
'
 n

dimana t’ adalah waktu bebas rata-rata d d adalah jarak 4V


antara dua pantulan yang berturutan : t'  bebas rata-rata d
c0 S
Waktu total yang dibutuhkan untuk melalui n pantulan adalah : t = n t’ sehingga

c St c0 S t
n 0
4V  kerapatan energi
setelah n kali pantulan :

D t   D 1    4V

t
c0 S t

 
2
p rms
 1 4V
2
prms t  0
 c0 S t

LP ( t )  LP ( t  0 )  10 log  1     4V

 

 60 
c0 S T
V
2.5 log 1     atau 60  1.086
c0 T
V
  S ln  1    

 
sehingga
a  S ln 1   1 untuk VV
c0 = 343 m/dt
 RT  0.161
RT  0.161
aa
RT disebut sebagai rumus WAKTU DENGUNG EYRING
Untuk ruangan yang mempunyai koefisien absorpsi suara rata-rata   0.1

 ln 1      sehingga VV
RT  0. 161
RT  0.161 detik
S ln 1     S  SS
Rumus Waktu Dengung SABINE
dimana :
1S1   2 S 2  ......   n S n
  S  S1  S 2  .....  S n
S1  S 2  ......  S n

Rumus Waktu Dengung menunjukkan :


• Untuk V   RT 
• Untuk    RT 
•  dapat digunakan untuk mengontrol RT suatu ruangan

Jenis ruangan dengan T   disebut Ruang Dengung atau Reverberation Chamber


sedangkan ruangan dengan    disebut Anechoic Chamber.
Jenis ruangan pada umumnya disebut Semi-Reverberant Room
Contoh Waktu Dengung Ruang untuk
Musik dan Wicara

Rentang RT musik

Ruang serba guna ?

Rentang RT wicara

music

speech

Variasi RT pada daerah frekuensi rendah


Untuk musik dan wicara
Mengontrol Waktu dengung
Mengubah-ubah volume ruang
 V> untuk memperoleh RT>

VV
RT  00..161
RT Vad
161 V0
SS
Mengatur Total Absorpsi Suara S  [rayls]
dalam ruangan dengan mempertimbangkan :

• pantulan yang dibutuhkan dan yang tidak


dibutuhkan
• pantulan difus dan spekular
• efek spektral, spatial (binaural) dan
temporal
• arsitektural dan aestetika
Anechoic Chamber
Bagian pintu
RT<<
Jenis : Full dan Half-Full

Baji-baji bahan penyerap


suara : glass wool

Sumber Bising
yang sedang
diukur

Bagian Lantai dari


bahan penyerap
suara
Reverberation Chamber
RT>>
Diffusor tambahan

Dinding dan lantai


Pemantul Suara

Obyek Pengukuran
Ruang Semi-Reverberant
Contoh : Ruang Monitoring Studio Rekaman

Refleksi suara : difuse  dibutuhkan diffusor


Ruangan pada umumnya mempunyai Waktu Dengung
(RT) = 0.7 – 0.8 detik

Absorber
Absorber

Diffusor
Diffusor
Contoh Rancangan Akustik Ruang

Class Room

Sport Arena

Home Theater
Rancangan Akustik Sport Halls

Indoor Swimming Pool


Rancangan Concert Halls

Music Auditorium

Stage Design
Contoh Rancangan Akustik Ruang Ibadah

Praying Hall

Diffusing Dome
Contoh Rancangan Akustik Ruang Ibadah

Choir area

Back walls
Transmisi dan Absorpsi Suara
Fenomena Transmisi dan Absorpsi Suara
Berkas suara
diserap Berkas suara
datang

Bahan
Pemantul Suara
Berkas suara Berkas suara
Berkas suara datang
ditransmisikan pantul

Bahan Penyerap Berkas suara


Suara ditransmisikan

Berkas suara
diserap Berkas suara
pantul
Gejala Transmisi Suara
Transmisi melalui bidang batas 2 medium

2 syarat hukum kontinuitas harus dipenuhi


medium-2 medium-1
1. total tekanan suara medium-1
sama dengan medium-2 pada
pi bidang batas kedua medium
pt (x=0)  tidak terjadi deformasi
bidang batas medium
pr 2. secara fisis tidak terjadi
pemisahan antara kedua media
z2 = 2c2 z1 = 1c1 pada x=0  perpindahan energi
bersifat kontinuum

x=0 pt (0, t )  pi (0, t )  pr (0, t ) tekanan suara

ut (0, t )  ui (0, t )  ur (0, t ) kecepatan partikel


 p x, t   p  x, t 
jika u  x, t    dan u  x, t   
z z

pi  0, t  pr  0, t  pt  0, t 
z1

z1

z2
z2  pi  0, t   pr  0, t   z1 pt  0, t 

pr  0, t  z2  z1 pt  0, t  2 z2
(1)  (2) 
pi  0, t  z2  z1 pi  0, t  z2  z1

wr I r A pr2 z2
jika   maka (3)    2
wi I i A pi z1
w It A pt2 z2
jika   t maka (4)
wi    2
I i A pi z1
1. jika z1  z2 maka

  4z1 z2 =1


z
 2
 z1 
2 semua energi suara dipantulkan
(1) & (3)
 z2  z1 
}
2

4 z1z2
2. jika z1  z2 maka
 
(2) & (4)  z2  z1  2  1 =0
semua energi suara ditransmisikan

3. jika z1 z2 maka

  4z2 z1 =1
semua energi suara dipantulkan
Transmisi suara melalui bahan
Hukum kontinuitas energi terjadi
pada x=0 dan x=L
medium-3 medium-2 medium-1

x=0
pa pi pi  0, t   pr  0, t   pa  0, t   pb  0, t 
pt
ui  0, t   ur  0, t   ua  0, t   ub  0, t 
pb pr
x=L
z3 = 3c3 z2 = 2c2 z1 = 1c1
pa  L, t   pb  L, t   pt  L, t 
x=L x=0
ua  L, t   ub  L, t   ut  L, t 

terjadi gerakan gelombang suara bolak-balik


(arah + dan -) sehingga tekanan suara riil dan
imajiner harus diperhitungkan 
tekanan suara pada masing-masing medium

pi  x, t   Ai e j  t  k1x  (5)
pi  0, t   pr  0, t   pa  0, t   pb  0, t 
pr  x, t   B r e j  t  k1x  (6)
ui  0, t   ur  0, t   ua  0, t   ub  0, t 

pa  x, t   Aa e j  t  k 2 x  (7)
pa  L, t   pb  L, t   pt  L, t 

pb  x, t   B b e j  t  k2 x  (8) ua  L, t   ub  L, t   ut  L, t 

pt  x, t   At e j  t  k 3  x  L   (9)
maka diperoleh :
A = amplitudo gelombang yang (10)
Ai  B r  Aa  B b
berpropagasi kearah x-positip
B = amplitudo gelombang yang   
z2 Ai  B r  z1 Aa  B b  (11)
berpropagasi kearah x-negatip
A, B = amplitudo kompleks Aa e  jk 2L  B b e jk 2L  At (12)

 
z3 Aa e  jk2L  B b e jk2L  z2 At (13)
(11) & (12)
Aa  z1  z2   B b  z1  z2 
eleminasi Br Ai  (15)
2z2

(13) & (14)


Bb 
 z3  z2 
At e  jk2L
tentukan Bb (16)
2z3

(13) & (16) Aa 


 z3  z2 
At e jk2L (17)
tentukan Aa 2z3
(16) & (17)
diperoleh Ai

Ai 
 z3  z2  z1  z2  e jk2L   z3  z2  z1  z2  e  jk2L
At (18)
4z2 z3
Ai 
 z3  z2  z1  z2  e jk2L   z3  z2  z1  z2  e  jk2L
At
4z2 z3

At 4z2 z3

Ai  z3  z2  z1  z2  e jk2L   z3  z2  z1  z2  e  jk2L
e jkL  j sin kL  cos kL

At 2

Ai  z1   z1 z2 
1   cos k 2L  j    sin k 2L
 z3   z2 z3 

At 2

Ai 
2 2
z1   z1 z2 
1   cos k 2L  
2
  sin2 k 2L
 z3   z2 z3 
At 2

Ai 
2 2
z1   z1 z2 
1   cos k 2L  
2
  sin2 k 2L
 z3   z2 z3 
Jika z1 = z3 atau udara di kedua sisi dan z2z1 atau solid material, maka :

At 2

Ai  z2 
2

4 cos k 2L    sin2 k 2L
2

 z1 
Untuk udara dan bahan padat, maka :
(1). z1 = 0c0 dan z2 = wcw

(2). Umumnya bahan dapat disebut tipis dibandingkan dengan


panjang delombang suara yang terpendek sehingga
k2L<<1, maka :
cos k2L = 1 dan sin k2L = k2L
At 2  
 k2  
Ai 2 karena c 2 cw
  w cw 
4    k 2L
  0c0  mw  w L

Koefisien Transmisi Suara 


At 1 Didefinisikan sebagai :
 2
Ai  mw  
2
At
1     
 2  0c0  Ai
2 Transmission Loss suatu bahan
At 1
   2
dinyatakan sebagai :
Ai  m  
1   w   1   mw  
2

 2  0c 0  TL  10 log    10 log 1    
    2  0c0  
Gejala Transmisi suara melalui panil

 1   m 
2

TL  10 log    10 log 1    
    2  0c 0  

Besarnya energi yang ditransmisikan


dikontrol oleh massa bahan  Mass Law  = 2 f  frekuensi suara yang
ditransmisikan dapat menimbulkan
resonansi pada panil jika sama
dengan frekuensi resonansi panil –
frekuensi kritis fc

Ada 3 daerah frekuensi yang mempunyai gejala transmisi berbeda :


1. Daerah yang dipengaruhi oleh kekakuan bahan  stiffness
controlled region
2. Daerah yang dikontrol oleh massa bahan  mass law region
3. Daerah yang dipengaruhi oleh frekuensi kritis  critical
frequency region (co-incidence effect)
Grafik Transmisi suara melalui panil
Dikendalikan Dikendalikan Dikendalikan
oleh kekakuan oleh massa oleh efek
bahan bahan ko-insiden

perpanjangan
hukum massa
Rugi Transmisi, dB

af
kt
/o
dB
6
Kendali
ope
kekakuan s l

resonansi

Frekuensi, Hz fc frekuensi kritis


Sound Transmission Loss

SS
TL  LLpp11  LLpp22  10
TL 10log
log
Partition wall aa

a = absorpsi total absorption di


Source Room Receiving room
receiving room, m2 Sabine
Lp1 S = luas partisi, m2
Lp2

Pengukuan RT dilakukan
untuk mencari harga a dari
receiving room

VV
Amplifier aa  00..161
161
Sound Analyser RT
RT6060
2-channel
Noise generator
Sound Transmission Class (STC)
Sound Transmission Loss, dB

70
To determine STC (Sound Transmission Class)
of the partition wall under test :
60
1. A single unfavourable deviation of the STL
value below the reference contour shall not
50 exceed 8 dB
47
2. The sum of the unfavourable deviations
40 falling below the reference contour shall
not exceed 32 dB

30 The STC value of the partition wall is the


numerical value which corresponds to the
STL value at 500 Hz
20
125 250 500 1k 2k 4k

1/3 octave center frequency, Hz


Gejala Absorpsi Suara
Gejala refleksi, transmisi dan absorpsi
Bahan penyerap suara
      11
intensitas suara
Koefisien absorpsi suara : yang diserap ( Ia )

intensitas suara
  IIaa
  I datang ( Ii )
Ii i
Koefisien refleksi suara :
intensitas suara
yang dipantulkan ( Ir )
  IIr r
 I
Ii i intensitas suara
datang
Koefisien transmisi suara :
    11
  IIt t
  I intensitas suara
Ii i yang dipantulkan

intensitas suara yang


ditransmisikan ( It )
Ada 3 macam penyerap suara yang secara teknis sering
digunakan :
1. Bahan Porus : penyerapan energi suara secara mikroskopis sebagai akibat
perubahan energi suara tersebut menjadi energi lain  vibrasi, kalor atau perubahan
momentum

2. Membran penyerap : lembar bahan solid (tidak porus) yang dipasang dengan
lapisan udara dibagian belakangnya (air space backing). Bergetarnya panil ketika
menerima energi suara serta transfer energi getaran tersebut ke lapisan udara
menyebabkan terjadinya efek penyerapan suara  bass trap (low frequency
absorber)
3. Rongga penyerap : rongga udara dengan volume tertentu dapat dirancang
berdasarkan efek resonator Helmholzt. Efek osilasi udara pada bagian leher (neck)
yang terhubung dengan volume udara dalam rongga ketika energi suara
menghasilkan efek penyerapan suara.
1. Penyerapan Suara oleh Bahan Porus dan Serat

Bahan Porus

Energi
suara Ilustrasi ‘penyerapan’
datang energi suara oleh bahan porus

Bahan serat

Energi
suara
datang
Ilustrasi ‘penyerapan’ energi
suara oleh bahan berserat
Mekanisme Penyerapan Energi Suara
Vibrasi skeleton (baca : Kinsler 4th ed. Chapter 8)

Energi disipasi molekuler


Energi disipasi molekuler (Classical Abrosption)
(Classical Abrosption)

Bahan penyerap berporus 


setiap porus diasumsikan sebagai ruang
kecil yang mengandung medium udara

Penyerapan
Penyerapan: :terjadinya
terjadinyaperubahan
perubahan
energi
energiakustik
akustikmenjadi
menjadienergi
energidalam
dalam
bentuk lain
bentuk lain
kalor
kalorkonduksi
konduksi
 vibrasi
 vibrasi
gerakan
gerakanmolekuler
molekulermedium
mediumdlldll

Skeleton (rangka) ruang porus


Nilai Absorpsivitas Bahan

Nilai Absorpsivitas Bahan dinyatakan dengan : Koefisien Absorpsi nya atau 

IIaa
 
Ia = intensitas suara yang diserap bahan  dirubah menjadi vibrasi, kalor
atau perubahan momentum
IIi i Ii = intensitas suara datang pada bahan
Beberapa sifat dasar absorpsivitas bahan porus :
1. merupakan fungsi frekuensi  berbeda-beda untuk setiap frekuensi tengah


bahan softboard
bahan glasswool
atau mineralwool

f [Hz]
2. tergantung pada masa jenis bahan   [kg/m3] atau [kg/m2]
Semakin besar masa jenis  resistansi terhadap aliran energi    
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek ini tidak significant

3. tergantung pada ketebalan bahan untuk masa jenis yang sama


1.2

Grafik koefsien absorpsi bahan


100 mm 50 mm
1.0 fiberglass dengan tebal masing-
masing 25, 50 dan 100 mm
0.8
25 mm
 Anomali nilai   1.0 diakibatkan
0.6 karena efek difraksi gelombang
suara dibagian tepi sampel yang
diukur  seolah-olah energi suara
0.4 yang diserap  energi suara
bahan
penyerap datang. Efek tepi ini pada mumnya
fiberglass timbul pada sample yang cukup
0.2
dinding tebal
keras 0
125 250 500 1K 2K 4K
f [Hz]
4. tergantung pada penempatannya relatif terhadap alas  jika ada lapisan udara maka
terjadi peningkatan nilai koefisien absorpsi pada daerah frekuensi rendah

1.2

25 mm lapisan udara
1.0 A
0.8


0.6
penutup 25 mm fiberglass
akustik
0.4

0.2
B
0
125 250 500 1K 2K 4K
f [Hz]
Terjadi peningkatan absorpsivitas pada daerah frekuensi rendah pada jenis A sebagai
akibat penyerapan oleh lapisan udara, tetapi terjadi penurunan pada daerah frekuensi
tinggi sebagai akibat dari berkurangnya resistansi benda porus.
Metode Pengukuran  untuk bahan porus

1. METODE WAKTU DENGUNG T1 = RT kondisi kosong


0.161V
T1  (tanpa bahan uji)
A A = absorpsi ruang uji
Sumber
suara T2 = RT setelah bahan uji
loudspeaker
0.161V
T2  diletakkan dalam ruang uji
A  A A = absorpsi tambahan
akibat adanya bahan uji

1 1
SLM A  0.161V   
 T2 T1 
Bahan penyerap
suara = 10 m2 nilai T1 & T2 dan V ruang uji  A diperoleh
  bahan uji untuk setiap f diperoleh
dengan rumus :

Ruang Dengung A dimana S (= 10m2)


sebagai Ruang Uji ( f )  adalah luas bahan uji
Alat ukur waktu dengung S
2. METODE TABUNG IMPEDANSI
Penganalisa loudspeaker sample
sinyal microphone probe uji

mikropon

resultante amplitudo amplitudo


gelombang gelombang suara gelombang suara
berdiri refleksi datang

Sumber
suara

- radiasi pure tone pada f tertentu dari loudspeaker  direfleksikan


setelah mencapai ujung tabung  resultante incident wave dan
reflected wave membentuk standing wave (gelombang berdiri).
- metode ini menghasilkan nilai  untuk kondisi normal incidence 
Prinsip dasar : pada kondisi riil nilai  ini kurang sesuai dibandingkan dengan
metode waktu dengung  pada kondisi riil gelombang datang pada
bahan umumnya tidak dalam arah normal  random incidence
- diameter sample harus  ½   frekuensi yang diteliti dibatasi oleh
diameter tabung yang digunakan
Koefisien refleksi  dapat dinyatakan dalam kuadrat rasio amplitudo antara
reflected wave dan incident wave 

A1 a 1  m  A1  A2
 atau m  sehingga
A2 a 1  m  A1  A2
2
 A1  A2 
  m  
2
 sedangkan  = 1 -  maka

 A1  A2 
44AA11 AA22
  harga koefisien absorpsi bahan diperoleh

AA11  AA2222 dengan mengukur A1 dan A2

A1 = amplitudo maksimum
gelombang interferensi  amplitudo
maksimum incident wave
A2 = amplitudo minimum
gelombang interferensi  amplitudo
maksimum reflected wave
Gambar Tabung impedansi
Contoh-contoh

Bass Trap
Diffusor

Absorber
Barrier

Anda mungkin juga menyukai