A. TUJUAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang “Gelombang Bunyi”. Setelah mempelajari bab ini,
mahasiswa diharapkan:
1) Menjelakan dan merumuskan intensitas bunyi dan taraf intensitas bunyi,
2) Menjelaskan dan memberikan contoh peristiwa layangan bunyi, dan
3) Menjabarkan dan menerapkan fenomena Efek Doppler.
B. DESKRIPSI MATERI
Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat dalam suatu medium. Bunyi dapat
merambat dalam zat padat, zat cair, dan gas. Pada bagian ini hanya akan dibahas gelombang
bunyi di udara.
Gelombang bunyi yang paling sederhana adalah gelombang sinusoidal yang memiliki
frekuensi, amplitudo, dan panjang gelombang tertentu. Menurut jangkauannya gelombang bunyi
dibedakan menjadi tiga yaitu, jangkauan frekuensi gelombang bunyi yang dapat didengar telinga
manusia antara 20 Hz – 20.000 Hz. Jangkauan ini dikenal sebagai jangkauan suara yang dapat
didengar (audible range) atau biasa disebut audiosonik. Gelombang bunyi yang frekuensinya di
atas 20.000 Hz disebut gelombang ultrasonik. Contoh yang bisa mendengar gelombang
ultrasonik adalah Anjing dan kelelawar. Gelombang bunyi yang frekuensinya di bawah 20 Hz
disebut gelombang infrasonik. Sumber-sumber gelombang infrasonik adalah gempa bumi,
gunung meletus, halilintar, dan gelombang-gelombang yang dihasilkan oleh getaran mesin yang
sangat kuat. (Bambang Ruwanto, 2010)
1
kecepatan. Oleh karena itu, daya per satuan luas pada gelombang bunyi yang merambat dalam
arah sumbu x sama dengan hasil kali antara perubahan tekanan p( x, t ) (gaya per satuan
luas) dan kecepatan partikel v y ( x, t ). Untuk gelombang bunyi yang dinyatakan dengan
Seperti telah diuraikan di atas, intensitas merupakan harga rerata dari p( x, t )v y ( x, t ). Nilai
rerata dari cos2 (t kx) pada satu periode T 2 / adalah 12 . Dengan demikian,
I 12 BkA2 . (15)
I 12 2 A2 B . (16)
Persamaan (16) menunjukkan bahwa intensitas I sebanding dengan kuadrat amplitudo
pergeseran A. Amplitudo tekanan pmaks BkA dan v / k , Persamaan (16) menjadi
2
vpmaks
I . (17)
B
Sebagai alternatif, Persamaan (17) dapat dinyatakan dalam bentuk
2
pmaks p2
I maks . (18)
2v 2 B
Contoh Soal 4
Suara paling lemah yang masih dapat ditangkap oleh telinga manusia pada frekuensi 1.000 Hz
bersesuaian dengan intensitas bunyi 10 12 W/m2 (ambang pendengaran). Sebaliknya, suara
paling keras yang masih dalam batas toleransi pendengaran manusia bersesuaian dengan
intensitas bunyi 1 W/m2 (ambang rasa sakit). Jika massa jenis udara 1,20 kg/m3 dan laju
2
gelombang bunyi 344 m/s, berapakah (a) amplitudo tekanan dan (b) amplitudo pergeseran
yang bersesuaian dengan batas-batas intensitas ini?
Penyelesaian
Kita akan membahas intensitas I 10 12 W/m2 .
(a) Dengan menggunakan Persamaan (19), diperoleh
pmaks 2vI (2)(1,20 kg/m3 )(344 m/s)(1012 W/m2 ) 2,9 10 5 N/m2 .
Jika sumber bunyi dapat dipandang sebagai sebuah titik, intensitas bunyi pada jarak r
dari sumber bunyi akan berbanding terbalik dengan r 2 . Hal ini dapat diperoleh berdasarkan
hukum kekekalan energi: jika daya yang keluar dari sumber bunyi adalah P, maka intensitas
I1 yang melalui bola yang berjejari r1 dengan luas penampang r12 adalah
P
I1 .
4r12
Dengan cara yang sama, intensitas I 2 yang melalui bola yang berjejari r2 dengan luas
3
P
I . (19)
4r 2
Jika tidak ada energi yang hilang di antara kedua bola yang berjejari r1 dan r2 , maka daya P
harus sama. Oleh karena itu,
4r12 I1 4r22 I 2
atau
I1 r22
. (20)
I 2 r12
Mengingat telinga manusia peka terhadap jangkauan intensitas yang sangat lebar,
maka intensitas bunyi sering digunakan skala logaritmik. Taraf intensitas bunyi, dengan
simbol , didefinisikan sebagai
I
10 log , (21)
I0
dengan I 0 10 12 W/m2 disebut intensitas ambang, yaitu ambang pendengaran manusia pada
frekuensi 1.000 Hz. Satuan taraf intensitas bunyi adalah decibel, disingkat dB (1dB =0,1 bell).
Gelombang bunyi dengan intensitas I I 0 10 12 W/m2 memiliki taraf intensitas 0.
Contoh Soal 5
Taraf intensitas bunyi pesawat jet yang terbang pada ketinggian 20 m adalah 140 dB.
Berapakah taraf intensitasnya pada ketinggian 200 m?
Penyelesaian
Intensitas I1 pada ketinggian r1 20 m dapat dihitung dengan Persamaan (21),
4
I
10 log ,
I0
I1
140 10 log 12
,
10 W/m 2
I1 100 W/m2 .
Intensitas I 2 pada ketinggian r2 200 m dapat dihitung dengan Persamaan (20),
2
r
2
20 m
I 2 1 I1 (100 W/m ) 1 W/m .
2 2
r2 200 m
Dengan demikian, taraf intensitas bunyi pada ketinggian r2 200 m adalah
I2 1 W/m2
10 log 10 log 12 120 dB.
I0 10 W/m2
Contoh Soal 6
Taraf intensitas bunyi sebuah mesin adalah 60 dB, jika taraf intensitas bunyi dalam ruang
pabrik 80 dB yang menggunakan sejumlah mesin, maka jumlah mesin yang digunakan
adalah?
Penyelesaian
Jumlah mesin n1 = 1
1 60dB
2 80dB
n2 ?????
dapat dihitung dengan Persamaan (22),
5
n2
2 1 10 log
n1
n
80 60 10 log 2
1
80 60 10 logn 2
20 10 logn 2
2 logn 2
log10 2 logn 2
n 2 100
Dengan demikian, jumlah mesin di pabrik dengan taraf intensitas bunyi 80 dB adalah
sebanyak 100 mesin
6
Perubahan amplitudo ini menyebabkan perubahan kenyaringan yang dinamakan layangan dan
frekuensi di mana kenyaringan itu berubah dinamakan frekuensi layangan. Frekuensi
layangan sama dengan selisih kedua frekuensi gelombang yang berinterferensi.
Gambar 4 (a) Dua gelombang dengan frekuensi 16 Hz (warna biru) dan 18 Hz (warna merah).
(b) Superposisi dua gelombang dengan frekuensi 16 Hz dan 18 Hz menghasilkan frekuensi
layangan 2 Hz. (Giancoli, Douglas C. 1996.)
Kita akan membuktikan bahwa frekuensi layangan sama dengan selisih antara
frekuensi f a dan f b . Diandaikan f a f b atau Ta Tb , dengan Ta dan Tb berturut-turut
menunjukkan periode yang bersesuaian dengan frekuensi f a dan f b . Jika kedua gelombang
itu mula-mula sefase pada t 0, kedua gelombang itu akan sefase lagi apabila gelombang
pertama telah bergerak tepat satu siklus lagi melebihi gelombang kedua. Hal ini akan terjadi
pada nilai t yang sama dengan Tlayangan. Jika n menunjukkan jumlah siklus gelombang
pertama dalam waktu Tlayangan, jumlah siklus gelombang kedua dalam waktu Tlayangan adalah
(n 1). Jadi,
Tlayangan nTa dan Tlayangan (n 1)Tb .
Dari dua persamaan ini diperoleh,
TaTb
Tlayangan .
Tb Ta
Akan tetapi, f 1 / T sehingga
1 1
f layangan ,
Ta Tb
7
f layangan f a f b . (22)
Seperti telah disebutkan di atas, frekuensi layangan sama dengan selisih antara kedua
frekuensi gelombang yang berinterferensi. Frekuensi layangan selalu positif, sehingga f a
pada Persamaan (22) selalu menunjukkan frekuensi yang lebih tinggi.
gelombang yang terpisah dengan jarak yang sama, yaitu . Puncak-puncak gelombang yang
8
mendekati pendengar yang bergerak itu mempunyai laju perambatan relatif terhadap
pendengar sebesar v vP . Jadi, frekuensi f P di mana puncak-puncak gelombang itu tiba di
posisi pendengar (artinya, frekuensi yang didengar oleh pendengar) adalah
v vP v vP
fP (23)
v / fS
v
f P 1 P f S . (24)
v
Gambar 5 Pendengar yang bergerak menuju sumber bunyi yang tidak bergerak akan
mendengar frekuensi yang lebih tinggi daripada frekuensi sumber. (Bambang Ruwanto.
2010)
Dengan demikian, pendengar yang bergerak menuju sumber bunyi seperti pada
Gambar 5 pendengar akan mendengar frekuensi yang lebih tinggi daripada yang didengar
oleh pendengar yang diam. Sebaliknya, pendengar yang bergerak menjauhi sumber bunyi
akan mendengar frekuensi yang lebih rendah.
v vP v vP
fP (25)
v / fS
v
f P 1 P f S . (26)
v
9
sumber. Akan tetapi, panjang gelombang bunyi tidak sama dengan v / f S . Mengapa
demikian? Waktu untuk pancaran satu siklus gelombang sama dengan periode T 1/ f S .
Gambar 6 Puncak-puncak gelombang yang dipancarkan oleh sumber bunyi yang bergerak.
Di depan sumber bunyi puncak-puncak gelombang merapat, sedangkan di belakang sumber
puncak-puncak gelombang merenggang. (Bambang Ruwanto. 2010)
Untuk menentukan frekuensi yang didengar oleh pendengar di belakang sumber, kita
substitusi Persamaan (28) ke Persamaan (23) yang pertama. Diperoleh,
v vP v vP
fP
(v vS ) / f S
v vP
fP fS . (29)
v vS
10
Persamaan (29) berlaku untuk semua kemungkinan gerak sumber bunyi dan
pendengar (relatif terhadap medium udara) sepanjang garis yang menghubungkan sumber
bunyi dan pendengar itu. Jika pendengar diam, vP 0. Jika sumber bunyi dan pendengar
keduanya diam atau memiliki kecepatan yang sama relatif terhadap medium, vP vS dan
f P f S . Jika arak kecepatan sumber atau arah kecepatan pendengar berlawanan dengan
arah pendengar menuju sumber (yang telah didefinisikan bertanda positif), maka kecepatan
sumber atau pendengar pada Persamaan (29) bertanda negatif. (Bambang Ruwanto, 2010 )
Contoh Soal 6
Sebuah sirine mobil polisi memancarkan gelombang bunyi dengan frekuensi
f S 300 Hz. Laju gelombang bunyi di udara v 340 m/s.(a) Hitunglah panjang gelombang
dari gelombang bunyi itu jika sirine diam. (b) Jika sirine bergerak dengan laju
108 km/jam,hitunglah panjang gelombang di depan dan di belakang sirine. (c) Jika
pendengar P berada dalam keadaan diam dan sirine bergerak menjauhi P dengan kelajuan
yang sama, berapakah frekuensi yang didengar oleh pendengar P?
Penyelesaian
Laju sumber bunyi : vS 108 km/jam 30 m/s
11
(c) Pendengar dalam keadaan diam, artinya vP 0. Laju sirine (sumber bunyi)
vS 30 m/s (laju sumber bunyi vS bertanda positif karena sirine bergerak dalam arah yang
sama seperti arah dari pendengar menuju sumber bunyi). Dengan menggunakan Persamaan
(28), diperoleh
v 340 m/s
fP fS (300 Hz) 276 Hz.
v vS 340 m/s 30 m/s
C. LATIHAN SOAL
1. Ditempat sejauh A meter dari sumber bunyi, intensitas bunyi yang diterima 0,25 W/m2.
Ditempat sejauh 6,0 meter dari sumber bunyi tersebut, berapakah intensitas bunyi yang
diterima ?
2. Taraf intensitas bunyi pesawat jet yang terbang pada ketinggian 5 m adalah 130 dB.
Berapakah taraf intensitasnya pada ketinggian 500 m ?
3. Sebuah sirine mobil polisi memancarkan gelombang bunyi dengan frekuensi
fS 200 Hz. Laju gelombang bunyi di udara v 340 m/s.(a) Hitunglah panjang
gelombang dari gelombang bunyi itu jika sirine diam. (b) Jika sirine bergerak dengan
laju 120 km/jam, hitunglah panjang gelombang di depan dan di belakang sirine. (c) Jika
pendengar P berada dalam keadaan diam dan sirine bergerak menjauhi P dengan
kelajuan yang sama, berapakah frekuensi yang didengar oleh pendengar P?
D. REFERENSI
Giancoli, Douglas C. 1996. Physics (3rd Edition). New York: Prentice Hall, Inc.
12
Hirose, A. and Karl E. Longreen. 1985. Introduction to Wave Phenomena. New York: John
Wiley and Sons.
Serway, Raymond A. 2000. Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics. Virginia:
Saunders College Publishing.
Young, H.D. and Freedman, Roger A. 2000. University Physics (Tenth Edition). New York:
Addison Wesley Longman, Inc.
13