Kelompok 3 PPT Quiz

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN

KRITIS

Kelompok 3
1. Cara mengkaji pasien ACS
 Mengkaji gejala sakit dada
Gejala klinis ACS yaitu nyeri dada yang khas atau
tipikal yaitu nyeri dada atau rasa tidak enak yang bersifat
substernal, menetap yaitu lamanya berlangsung > 20
menit, nyeri tidak berkurang dengan istirahat atau
pemberian nitrat, nyeri dapat menjalar ke rahang, lengan
atau punggung, dan disertai gejala penyerta seperti
keringat dingin, mual dan muntah.
 Melakukan Pemeriksaan Primer
1. Airways
2. Breathing
3. Circulatory
 Melakukan pemeriksaan penunjang (EKG dan Enzim
jantung yaitu Troponin T/I dan CKMB)
 Mengkaji riwayat penyakit
 Mengkaji pengobatan sebelumnya
 Mengkaji faktor risiko ACS

1. Tidak dapat diubah ( jenis kelamin, usia, rawayat


keluarga.
2. Dapat diubah ( gaya hidup, stess, peningkatan lipid,
dll)
2. Pemeriksaan Enzim Jantung
 Enzim jantung adalah enzim yang berperan dalam
menunjang kerja otot jantung. Saat terjadi kerusakan,
seperti pada serangan jantung, maka enzim ini akan
meningkat jumlahnya dalam darah. Oleh karena itu,
pemeriksaan enzim jantung sering dilakukan sebagai salah
satu cara untuk mendiagnosis penyakit / serangan jantung.
 Pemeriksaan enzim jantung bertujuan untuk memeriksa
beberapa protein yang bersirkulasi di pembuluh darah
Anda, seperti:
1. Troponin T dan Troponin I
2. Kreatin kinase (Creatinine kinase atau CK) dan CK-MB
3. Myoglobin
3. Menghitung TIMI score
 Thrombolysis in Myocardial Infarction (TIMI)
Score merupakan salah satu perhitungan / cara
yang digunakan untuk menentukan kemungkinan
terjadinya iskemik/kematian pada pasien dengan
angina tidak stabil atau tremor non-ST-segment
elevation myocardial infarction (NSTEMI) tremor
tidak disengaja. Skor TIMI mrupakan cara
diagnosis paling akhir yang menggabungkan cara
diagnosis pasien SKA (Sindrom Koroner Akut).
 Dalam pengukuran skor TIMI, Stratifikasi skor TIMI ditentukan oleh
jumlah skor dari 7 variabel yang masing-masing setara dengan 1 poin.
Variabel tersebut adalah usia ≥ 65 tahun., ≥ 3 faktor resiko, stenosis
coroner ≥50%, deviasi segmen ST pada EKG, terdapat 2 kali keluhan
angina dalam 24 jam yang lalu, peningkatan marka jantung dan
penggunaan aspirin dalam 7 hari terakhir.
 Dari semua variabel yang ada, stenosis coroner ≥ 50% merupakan
variabel yang mungkin tidak terdeteksi. Jumlah skor 0 – 2 : risiko
rendah (resiko kejadian vaskuler <8.3%); skor 3 – 4 : risiko menengah
(risiko kejadian vascular <19.9%); dan skor 5 – 7 : risiko tinggi (risiko
kejadian kardiovaskular hingga 41 %).
 Stratifikasi TIMI telah divalidasi untuk prediksi kematian 30 hari dan
1 tahun pada berbagai spektrum SKA termasuk UAP (Unstable
Angina) dan NSTEMI. Stratifikasi skor sangat penting pada pasien
IMAEST (Infark Miokard Akud Elevasi Segmen ST) untuk
pengambilan keputusan penanganan yang tepat sehingga komplikasi
dapat dihindari dan angka mortalitas menurun.Hal ini dilakukan untuk
mempertahankan kemampuan diskriminasinya terhadap pasien yang
resiko rendah.
Tabel 1. Skor TIMI untuk UAP dan NSTEMI
Parameter Skor
Usia > 65 tahun 1
Lebih dari 3 faktor resiko* 1

Angiogram koroner sebelumya menunjukkan


1
stenosis >50%

Penggunaan aspirin dalam 7 hari terakhir 1

Setidaknya 2 episode nyeri saat istirahat dalam 24


1
jam terakhir

Deviasi ST > 1 mm saat tiba 1

Peningkatan marka jantung (CK, Troponin) 1

*Faktor risiko : hipertensi, DM, merokok, riwayat dalam keluarga,


dyslipidemia
Tabel 2. Stratifikasi risiko
berdasarkan skor TIMI ( Menyimpulkan )
Skor TIMI Risiko Risiko Kejadian
Kedua

0–2 Rendah < 8.3%

3–4 Menengah < 19.9%

5–7 Tinggi ≤ 41%

Pasien dengan risiko rendah dan sedang diberikan terapi konservatif,


sedangkan pasien dengan risiko tinggi diberikan terapi invasif (operasi) atau
konservatif sesuai kondisi keuangan pasien.
4. Menghitung GRACE score
 GRACE (Global Registry of Acute Coronary Events) merupakan
suatu perhitungan dalam penatalaksanaan kasus serangan jantung
atau sindrom coroner akut. Dalam menatalaksan kasus. Skor tersebut
merupakan prediktor mortalitas yang disarankan untuk dihitung tiap
kali ada kasus sindrom koroner akut baik UAP, NSTEMI, maupun
STEMI.
 GRACE merupakan suatu penilaian untuk memprediksi mortalitas
selama masa rawatan dan 6 bulan pasca rawatan.
 Cara menghitung Skor grace yaitu dengan cara memasukkan data
klien dan menjawab setiap pertanyaaan kemudian menggolongkan
data tersebut sesuai dengan plot grafik yang sudah tersedia
Berikut beberapa data yang harus dimasukkan
yaitu:
Prediktor Skor
Usia dalam tahun
<29 0
30-39 0
40-49 18
50-69 36
60-79 55
70-79 73
80-89 91
>90 100
Laju denyut jantung/ Heart Rate (kali per menit)
<49 0
50-69,9 3
70-89,9 9
90-109,9 14
110-149,9 23
150-199,9 35
>200 43
 Cara Menyimpulkan Skor Grace yaitu dengan
menghitung skor total yang dapat menunjukan
tingkat risiko berikut (pada NSTEMI dan UAP)
yaitu:
 Risiko rendah, skor < 109
 Risiko sedang, skor 109 – 140
 Risiko tinggi, skor > 140

Grafik angka persentase


probabilitas mortalitas
5. Pemeriksaan
Penunjang untuk ACS
 Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
Pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang mengarah kepada
iskemia harus menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan sesegera mungkin
sesampainya di ruang gawat darurat. Sebagai tambahan, sadapan V3R dan
V4R, serta V7-V9 sebaiknya direkam pada semua pasien dengan perubahan
EKG yang mengarah kepada iskemia dinding inferior.
 Pemeriksaan marka jantung

Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atau troponin I/T merupakan marka nekrosis


miosit jantung dan menjadi marka untuk diagnosis infark miokard.
Troponin I/T sebagai marka nekrosis jantung mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas lebih tinggi dari CK-MB. Peningkatan marka jantung hanya
menunjukkan adanya nekrosis miosit, namun tidak dapat dipakai untuk
menentukan penyebab nekrosis miosit tersebut (penyebab
koroner/nonkoroner).
 Pemeriksaan laboratorium
Data laboratorium, di samping marka jantung, yang harus dikumpulkan
di ruang gawat darurat adalah tes darah rutin, gula darah sewaktu,
status elektrolit, koagulasi darah, tes fungsi ginjal, dan panel lipid.
Pemeriksaan laboratorium tidak boleh menunda terapi SKA.
 Pemeriksaan Invasif (angiografi coroner)

Angiografi koronoer memberikan informasi mengenai keberadaan serta


tingkat keparahan PJK. Menggambarkan penyempitan atau sumbatan
arteri koroner. Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran
tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri
 Pemeriksaan foto polos dada

Foto polos dada harus dilakukan di ruang gawat darurat dengan alat
portabel. Tujuan pemeriksaan adalah untuk membuat diagnosis
banding, identifikasi komplikasi dan penyakit penyerta.
TERIMAKASIH:’
)

Anda mungkin juga menyukai