Anda di halaman 1dari 19

Model Asuhan Keperawatan

Medikal Bedah: Pengkajian


Risiko dan Mortalitas SKA

C.H.R. Yeni Suryandari, S.Kep., Ns


Mahasiswa Magister Keperawatan Angkatan XII
Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga 2019
Cases in The World

INDONESIA
World Mortality Caused

CARDIOVASCULAR
DISEASE
World Mortality Caused
Menyelamatkan GOLDEN PERIOD,
Dibutuhkan Respon yang Cepat

Assessment dan
Predictor !!!
KILLIP

Klasifikasi Killip adalah sistem yang digunakan pada individu


dengan infark miokard akut (serangan jantung), dengan
mempertimbangkan pemeriksaan fisik dan pengembangan
gagal jantung untuk memprediksi dan mengelompokkan risiko
kematian mereka. Individu dengan kelas Killip rendah
cenderung meninggal dalam 30 hari pertama setelah infark
miokard dibandingkan individu dengan kelas Killip tinggi
Mortalitas 30 hari berdasarkan kelas Killip
KELAS KILLIP
Kelas Killip Temuan Klinis Mortalitas
I Tidak terdapat gagal jantung (tidak terdapat 6%
ronkhi maupun S3)

II Terdapat gagal jantung ditandai dengan S3 17%


dan ronkhi basah pada setengah lapangan
paru

III Terdapat edema paru ditandai oleh ronkhi 38%


basah di seluruh lapangan paru

IV Terdapat syok kardiogenik ditandai oleh 81%


tekanan darah sistolik
GRACE
Klasifikasi ini ditujukan untuk memprediksi mortalitas
saat perawatan di rumah sakit dan dalam 6 bulan
setelah keluar dari rumah sakit.
Prediksi kematian di rumah sakit, pasien dengan skor
risiko GRACE ≤108 mempunyai risiko rendah (risiko
kematian 140 berturutan mempunyai risiko kematian
menengah (1-3%) dan tinggi (>3%).
Prediksi kematian dalam 6 bulan setelah keluar
dari rumah sakit, pasien dengan skor risiko GRACE
≤88 dianggap mempunyai risiko rendah (risiko
kematian 118 berturutan mempunyai risiko
kematian menengah (3-8%) dan tinggi (>8%).
Prediktor Skor
Usia dalam tahun
Prediktor Skor
<40 0
Kreatinin
40-49 18
0-34 2
50-59 36
35-70 5
60-69 55
71-105 8
70-79 73
106-140 11
80 91
141-176 14
Laju denyut jantung (kali per menit)
177-353 23
<70 0
≥354 31
70-89 7
Gagal jantung berdasarkan
90-109 13
klasifikasi killip
110-149 23
I 0
150-199 36
II 21
>200 46
III 43
Tekanan darah sistolik (mmHg)
IV 64
<80 63
Henti jantung saat tiba 43
80-99 58
di RS
10-119 47
Peningkatan marka 15
120-139 37
jantung
140-159 26
Deviasi segmen ST 30
160-199 11
>200 0
TIMI
Stratifikasi risiko TIMI ditentukan oleh jumlah skor
dari 7 variabel yang masing-masing setara dengan
1 poin. Variabel tersebut antara lain adalah usia
≥65 tahun, ≥3 faktor risiko, stenosis koroner
≥50%, deviasi segmen ST pada EKG, terdapat 2
kali keluhan angina dalam 24 jam yang telah
lalu, peningkatan marka jantung, dan
penggunaan asipirin dalam 7 hari terakhir.
TIMI
Jumlah skor 0-2: risiko rendah (risiko kejadian
kardiovaskular <8,3%); skor 3-4; resiko menengah
(resiko kejadian kardiovaskular <19,9%); dan skor 5-
7: resiko tinggi (resiko tinggi kejadian vaskular
hingga 41%). Stratifikasi Timim telah divalidasi untuk
prediksi kematian 30 hari dan 1 tahun pada berbagai
spektrum SKA termasuk UAP/NSTEMI. TIMI Risk
Score merupakan metode paling praktis dan
sederhana, namun tidak seakurat dan diskriminatif
penilaian berdasarkan GRACE score.
Tabel . Skor TIMI untuk UAP dan NSTEMI
*Faktor risiko: hipertensi, DM, merokok, riwayat dalam keluarga, dislipidemia

Parameter
Usia > 65 tahun 1
Lebih dari 3 faktor risiko* 1
Angiogram koroner sebelumnya menunjukkan stenosis >50% 1
Penggunaan aspirin dalam 7 hari terakhir 1
Setidaknya 2 episode nyeri saat istirahat dalam 24 jam terakhir 1
Deviasi ST > 1 mm saat tiba 1
Peningkatan marka jantung (CK, Troponin) 1

Tabel Stratifikasi risiko berdasarkan skor TIMI


Skor TIMI Risiko Risiko Kejadian Kedua

0-2 Rendah <8,3%

3-4 Menengah <19,9%

5-7 Tinggi ≤ 41%


Menurut (Hammami et al. 2018) didapatkan hasil penelitian bahwa metode
Killip merupakan instrument yang mudah digunakan dan memiliki deskripsi
yang baik. Berdasarkan hasil penelitian dalam beberapa jurnal tersebut
dapat disimpulkan bahwa instrumen terbaik untuk memprediksi resiko CAD
adalah instrumen GRACE.
Menurut (Rivera et al, 2016) didapatkan hasil yang hampir sama dengan hasil
penelitian pada jurnal pertama. Instrumen GRACE memiliki keakurasian yang lebih
konsisten untuk pasien akut dan kronik. Sedangkan instrument TIMI memiliki
perbedaan yang cukup signifikan untuk pengukuran pasien pada kondisi kronik dan
akut.
Pada jurnal pertama, menurut (Littnerova et al., 2015) menunjukkan
GRACE memiliki akurasi terbaik dibandingkan yang lainnya walaupun
berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan data bahwa keakurasian
metode GRACE menurun sejalan dengan semakin lamanya penyakit
yang diderita pasien. Walaupun demikian jika dibandingkan dengan
metode lain GRACE tetap menjadi instrument terbaik.
Thank You

C.H.R. Yeni Suryandari, S.Kep., Ns


Mahasiswa Magister Keperawatan Angkatan XII
Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga 2019

Anda mungkin juga menyukai