Anda di halaman 1dari 39

STEMI

ANTERIOR
EKSTENSIF
LAPORAN KASUS

 RAUZATIL AULA KASTURI


 
1907101030022   

SUPERVISOR : dr.NURKHALIS, Sp. JP-FIHA,


FAsCC
BAGIAN/SMF JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2020
01

PENDAHULUAN
SKDI 2019
LATAR BELAKANG
Sindrom Koroner Akut (SKA) dengan ST-
Elevation Myocard Infarction (STEMI)
merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di seluruh dunia, terutama di
negara-negara maju.

Penyakit kardiovaskular merupakan masalah


kesehatan masyarakat global yang
berkontribusi terhadap 30% kematian global
dan 10% dari beban penyakit global

World Health Organization (WHO) : 2015


17,5 juta kematian / 31% dari keseluruhan
kematian global
7,4 juta : sindrom koroner akut
LATAR BELAKANG
• Sindrom koroner akut (ACS) dapat dibagi menjadi
subkelompok infark miokard elevasi segmen ST
(STEMI), infark miokard elevasi segmen non-ST
Prevalensi NSTEMI dan UAP lebih
(NSTEMI), dan angina tidak stabil. tinggi dibandingkan STEMI, dimana
• ACS membawa morbiditas dan mortalitas yang pasien-pasien biasanya berusia
lebih lanjut dan memiliki lebih
signifikan serta diagnosis yang tepat, dan pengobatan banyak komorbiditas.
yang tepat sangat penting.
• Sindrom Koroner Akut (SKA) menjadi suatu masalah
kardiovaskular yang utama karena menyebabkan angka
perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi.
02

LAPORAN KASUS
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dari rujukan Rumah Sakit Ibnu Sina dengan
keluhan nyeri dada yang dialami pasien sejak 4 jam SMRS
(RS Ibnu Sina) atau tepatnya saat pagi hari sebelum pasien
memulai aktivitas. Pasien datang ke RSUDZA pada siang
hari atas rujukan RS Ibnu Sina. Nyeri dada yang dirasakan
Identitas Pasien
Nama : Tn. J pasien terasa seperti ditekan oleh suatu beban yang bersifat
Tanggal Lahir : 11 September 1962
Umur : 58 tahun panas dan perih serta menyebar ke punggung dan lengan
Alamat : Limo Blang kiri. Nyeri berlangsung selama 30 menit dan disertai
No. CM : 0-75-22-51
Agama : Islam keringat dingin. Nyeri dada yang dialami pasien memberat
Suku : Aceh
Status : Menikah saat pasien berjalan dan tidak berkurang saat pasien istirahat.
Pekerjaan : Wirausahawan Nyeri dada yang dialami pasien tidak disertai dengan sesak
Tanggal masuk : 06 Desember 2020
Tanggal periksa : 08-12-2020 nafas. Keluhan batuk dan demam tidak dialami pasien.
Pasien juga mengatakan bahwa tidak pernah mengalami
Keluhan Utama:
Nyeri dada Hipertensi dan Diabetes Mellitus saat ini.
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu:


Tidak ada.

Riwayat Penggunaan Obat


Tidak menggunakan obat-obatan apapun sebelumnya.

Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama.

Riwayat Kebiasaan
Pasien pedagang.
PEMERIKSAAN FISIK
(08/12/2020)

KU: Tenang KES: Compos mentis TD : 130/90 mmHg RR : 20 kali/menit T: 36,8 ℃


HR: 90 kali/menit
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala dan leher
Normotia, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening regional

Thoraks
Paru
I : pergerakan simetris, bentuk thorax normal Ekstremitas
P : sf kiri dan kanan sama Superior: sianosis (-/-), edema (-/-),
P : sonor pada kedua lapangan paru
A : vesikular (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-) pucat (-/-), akral dingin (-/-), CRT <2
Jantung detik, kekuatan otot 55555│55555,
I : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
P : Iktus kordis teraba di ICS V linea aksilaris anterior sinistra Inferior : sianosis (-/-), edema (-/-), pucat
P : Batas jantung kanan pada ICS III linea midclavicula dekstra; batas (-/-), akral dingin (-/-), CRT <2 detik,
jantung kiri pada ICS V linea axilla anterior sinistra; batas atas jantung
pada ICS III parasternal dekstra kekuastan otot 55555│55555
A : Bunyi jantung I > bunyi jantung II regular, murmur dan gallop
Genitalia dan Anus
negatif
Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembesaran massa
Auskultasi : Peristaltik kesan normal
Palpasi : Soepel
Perkusi : Timpani
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Sinus rhythm
Heart Rate : 96 kali/menit
Aksis : Normoaksis
Gelombang P : 0.08 detik
Interval PR : 0.11 detik
Kompleks QRS: 0.08 detik
ST elevasi : lead V1-V5, I,
AVL
ST depresi : lead II,III,
AVF
T inversi : Tidak ada

Kesimpulan : STEMI
Anterior Ekstensif

EKG di ruangan awal masuk


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 16,2 14.0 – 17.0


Hematokrit 47 45 - 55
Eritrosit 5,1 4.8 – 6.1
PEMERIKSAAN Thrombosit 288 150 - 450
Leukosit 14,1 4.5 – 10.5
PENUNJANG MCV 92 80 - 100
MCH 32 27 - 31
MCHC 35 32 - 36

GDS 134 < 200


Laboratorium (06/12/2020) Natrium 145 132 - 146
Kalium 4,7 3.7 – 5.4
Klorida 107 98 - 106
Ureum 17 13 - 43
Kreatinin 0,80 0.67 – 1.17
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Eosinofil 0 0-6

PEMERIKSAAN Basofil
Neutrofil Batang
0
0
0-2
2-6

PENUNJANG Neutrofil 85 50 - 70
Segmen
Limfosit 9 20 – 40
Monosit 6 2-8
Laboratorium (06/12/2020)
HBsAg Non Non reactive
reactive
Troponin T 0,367 <0,1

CK-MB 163 <16


PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Interpretasi Foto Toraks PA (06/12/20)


Trakea berada di tengah
Tidak ada soft tissue swelling
Tidak ada fraktur tulang
Sela iga tidak melebar ataupun menyempit
Corakan bronkovaskular dalam batas normal
Foto thoraks PA (06/12/2020)
Cardio-Thoracic Ratio : 56 %

Kesan : Kardiomegali
Kesimpulan : Kardiomegali
TATALAKSANA
 Bedrest
DIAGNOSIS KERJA  Diet Jantung II 1700kkal/hari
 SC Enoxaparin Sodium 0,6cc/12 jam
 Loading Clopidogrel 300mg, dilanjutkan

1. Acute STEMI Anterior dengan 1x75mg


 Loading Aspilet 320mg, dilanjutkan
Ekstensif Killip I TIMI 3/14
dengan 1x80mg
GS 118  ISDN 3x5mg
 Kaptopril 3 x 6,25mg
 Bisoprolol 1 x 1,25mg
 Atorvastatin 1 x 80mg
 Alprazolam 1 x 0,25mg
 Laxadyn Syr 1 x 15cc
PLANNING

• Primary PCI
• Ecocardiography
03

PEMBAHASAN
ANALISA KASUS

TEORI
Kasus
Ketidaknyamanan dada adalah gejala yang paling umum;
Nyeri dada yang dirasakan pasien seperti ditekan
biasanya dideskripsikan sebagai "tekanan", "tumpul",
oleh suatu beban yang bersifat panas dan perih
"meremas", atau "sakit", meskipun dapat dijelaskan secara
serta menyebar ke punggung dan lengan kiri.
berbeda karena variabilitas individu, perbedaan dalam
Nyeri berlangsung selama 30 menit dan disertai
artikulasi atau kemampuan verbal, atau proses penyakit yang
keringat dingin. Nyeri dada yang dialami pasien
terjadi bersamaan. Rasa tidak nyaman biasanya di bagian
memberat saat pasien berjalan dan tidak
tengah dada dan biasanya menjalar ke lengan kiri atau leher.
berkurang saat pasien istirahat. Nyeri dada yang
Namun, bisa juga menyebar ke lengan kanan, epigastrium,
dialami pasien tidak disertai dengan sesak nafas.
rahang, gigi, atau punggung.
ANALISA KASUS

Kasus
Nyeri dada yang dirasakan pasien seperti ditekan
oleh suatu beban yang bersifat panas dan perih
serta menyebar ke punggung dan lengan kiri. TEORI
Nyeri dada:
Nyeri berlangsung selama 30 menit dan disertai o Substernal
keringat dingin. Nyeri dada yang dialami pasien o Lama > 20 menit
o Disertai keringat dingin
memberat saat pasien berjalan dan tidak o Dapat menjalar ke lengan kiri, punggung, rahang,ulu hati
berkurang saat pasien istirahat. Nyeri dada yang
dialami pasien tidak disertai dengan sesak nafas.
ANALISA KASUS
Stoufer G, Runge MS, Patterson CS, Rossi JS . 2019. Netter’s Cardiology. Philadelphia: Elsevier
ANALISA KASUS

TEORI
Kasus
Secara umum pemeriksaan fisik pada pasien SKA dengan
Pemeriksaan fisik pasien secara umum dalam
STEMI dalam batas normal kecuali disertai komplikasi dan
batas normal.
atau komorbiditi
ANALISA KASUS

TEORI
Untuk memenuhi kriteria EKG untuk STEMI, segmen
ST harus dinaikkan setidaknya pada dua sadapan yang
berdekatan sebesar > 0,2 mV pada sadapan V2 dan V3 pada
pria (0,15 mV pada wanita) dan / atau sebesar> 0,1 mV pada
sadapan lain. Pasien dengan ACS juga dianggap memiliki
STEMI tanpa adanya elevasi segmen-ST jika terdapat
Kasus blokade cabang berkas kiri (LBBB) baru atau MI posterior
sejati.
ST elevasi : Pada lead V1-V5, I, AVL ST Elevasi pada V1-V6, I dan AVL disebut sebagai
STEMI Anterior ekstensif. ST Elevasi disebabkan oleh infark
di pembuluh darah koroner jantung. ST elevasi I, AVL dan
V5-V6 yang berarti ada sumbatan Ramus Circumflexus
Arteri Coronaria Sinistra. Sementara, ST elevasi di V1-V6
terdapat sumbatan di Arteri LAD.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Sinus rhythm
Heart Rate : 96 kali/menit
Aksis : Normoaksis
Gelombang P : 0.08 detik
Interval PR : 0.11 detik
Kompleks QRS: 0.08 detik
ST elevasi : lead V1-V5, I,
AVL
ST depresi : lead II,III,
AVF
T inversi : Tidak ada

Kesimpulan : STEMI
Anterior Ekstensif
Evolusi ST elevasi
ANALISA KASUS
TEORI
• Penanda serum yang digunakan untuk mendiagnosis MI akut adalah
kreatin kinase (CK) dan isoenzim CK (fraksi CK-MB), mioglobin,
dan troponin spesifik jantung (troponin I dan troponin T).
• Molekul yang lebih kecil mioglobin dilepaskan dengan cepat dari
Kasus
infark miokardium tetapi tidak spesifik untuk jantung. Oleh karena
Pemeriksaan Laboratorium berupa
itu, peningkatan mioglobin yang dapat dideteksi lebih awal setelah
peningkatan Troponin T dan CKMB
onset infark memerlukan konfirmasi dengan penanda yang lebih
spesifik untuk jantung, seperti troponin I atau troponin T.
• Troponin adalah penanda yang paling spesifik dalam penggunaan
klinis tetapi dapat meningkat pada penyakit jantung lainnya. dan
kondisi nonkardiak dengan tidak adanya iskemia miokard.
ANALISA KASUS
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Eosinofil 0 0-6
Basofil 0 0-2
Neutrofil Batang 0 2-6

Neutrofil 85 50 - 70
Segmen
Limfosit 9 20 – 40
Monosit 6 2-8

HBsAg Non Non reactive


reactive
Troponin T 0,367 <0,1

CK-MB 163 <16


ANALISA KASUS
Marka Jantung
• Pada pasien dg SKA Peningkatan enzinm Troponin
terjadi 4 jam setelah onset gejala
• Troponin dapat bertahan selama 2 minggu didalam
darah
• Pemeriksaan serial harus dilakukan dlm 6-12 jam
jika pemeriksaan pertama negatif Pemeriksaan
CKMB atau Troponin T sangat bermanfaat utk
mendiagnosis SKA

ESC Guidelines for the management of Acute Coronary Syndrome in patients without persistent ST Elevation.2012
ANALISA KASUS
ANALISA KASUS

Vital sign
TD: 130/90 mmHg

Pemeriksaan fisik jantung: batas jantung kiri bergeser ke


linea aksilaris anterior sinistra
ANALISA KASUS

TEORI

Kasus
Acute STEMI Anterior Ekstensif Killip I
TIMI 3/14 GS 118
ANALISA KASUS

TEORI

Kasus
Acute STEMI Anterior Ekstensif Killip I
TIMI 3/14 GS 118
ANALISA KASUS TEORI

Kasus
Acute STEMI Anterior Ekstensif Killip I
TIMI 3/14 GS 118
ANALISA KASUS

TEORI
Kasus Pasien yang akan menjalani intervensi koroner perkutan
• SC Enoxaparin Sodium 0,6cc/12 jam (IKP) primer sebaiknya mendapatkan terapi antiplatelet ganda
• Loading Clopidogrel 300mg, dilanjutkan (DAPT) berupa aspirin dan penghambat reseptor ADP
dengan 1x75mg sesegera mungkin sebelum angiografi (Kelas I-A), disertai
• Loading Aspilet 320mg, dilanjutkan dengan dengan antikoagulan intravena (Kelas I-C). Pilihan
1x80mg penghambat reseptor ADP yang dapat digunakan adalah
• ISDN 3x5mg Ticagrelor atau Clopidogrel.
• Kaptopril 3 x 6,25mg Antikoagulan direkomendasikan pada pasien-pasien
• Bisoprolol 1 x 1,25mg STEMI yang diobati dengan fibrinolitik hingga
• Atorvastatin 1 x 80mg revaskularisasi (bila dilakukan) atau selama dirawat di rumah
• Alprazolam 1 x 0,25mg sakit hingga 5 hari (Kelas I-A). Antikoagulan yang digunakan
• Laxadyn Syr 1 x 15cc dapat berupa Enoksaparin secara subkutan (lebih disarankan
dibandingkan heparin tidak terfraksi) (Kelas I-A).
ANALISA KASUS

TEORI
Reperfusi sejauh ini merupakan pengobatan yang paling
efektif. PCI adalah pengobatan pilihan untuk pasien dengan
STEMI akut. PCI lebih efektif daripada terapi trombolitik
karena mencapai tingkat patensi arteri terkait infark yang
Kasus lebih tinggi dan lebih sering menghasilkan aliran trombolisis
Planning : dalam infark miokard (TIMI) derajat 3. PCI juga memiliki
Primary PCI keunggulan dibandingkan terapi trombolitik dalam hal tingkat
kematian jangka pendek, komplikasi perdarahan (termasuk
perdarahan intrakranial), dan stroke. Manfaat angioplasti
primer berkaitan dengan tingkat mortalitas, infark ulang, dan
iskemia berulang terus berlanjut selama tindak lanjut jangka
panjang.
KESIMPULAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai