Anda di halaman 1dari 15

Klasifikasi &

Diagnosis
Gangguan
Mental

Rezkiyah Rosyidah, M.Psi., Psikolog


Klasifikasi
 Pemberian klasifikasi perlu dilakukan untuk menetapkan suatu
diagnosis pada klien atau pasien.
 Klasifikasi : sebuah cara untuk mengorganisir, mendeskripsikan,
serta menghubungkan dengan disiplin keilmuannya, termasuk
psikologi

Klasifikasi VS Labeling
 Labeling: memberikan cap pada orang ke dalam suatu klasifikasi
atau penggolongan tanpa tujuan yang jelas.
Tujuan Klasifikasi

1. Komunikasi : memungkinkan dan memudahkan para ahli untuk


berkomunikasi tentang suatu gangguan tanpa harus membuat daftar
panjang dari tanda-tanda suatu gangguan.
2. Kontrol/pengendalian : membuat prevensi terhadap munculnya
gangguan serta untuk memilih atau mengubah terapi terhadap klien.
3. Pemahaman : memahami penyebab gangguan, proses terjadinya dan
mengapa gangguan tersebut bisa muncul serta bertahan.
Diagnosis
 Diagnostic System adalah klasifikasi yang didasarkan pada aturan-
aturan yang digunakan untuk memahami gejala dan gangguan
tertentu.
 Diagnosis: memasukkan seseorang ke dalam suatu kategori tertentu
Pendekatan dalam Diagnosis
1. Categorical Approach
 subjek ditentukan untuk menjadi anggota dari suatu kategori atau tidak.
 Ditentukan berdasarkan kualitas - pengukuran kualitatif
 Asumsi: terdapat perbedaan kualitatif antara hal yang menjadi keluhan dengan yang hal
yang sudah masuk klasifikasi
 Contoh: Seseorang dikategorikan memiliki gangguan depresi mayor atau tidak.
2. Dimensional Approach
 Subjek memiliki diklasifikasikan berdasarkan tingkat tertentu berdasarkan norma -
merupakan sebuah kontinum
 Ditentukan berdasarkan kuantitatif - ada perhitungan norma tertentu
 Contoh dalam konteks klinis: mildly depressed, moderately depressed, severely depressed
Tujuan Diagnosis
1. Memberikan deskripsi yang jelas mengenai kondisi klien atau pasien.
2. Merefleksikan pemahaman yang tepat berdasarkan pada science untuk menjelaskan
kondisi psikopatologis
3. Membuat para ahli serta praktisi dapat berkomunikasi dengan lebih baik untuk
mendefinisikan sebuah kondisi kesehatan mental tertentu.
4. Memberikan indikasi yang menjadi sebuah kondisi pencetus (etiologi)
5. Memberikan gambaran serta indikasi terhadap sebuah kondisi yang mungkin akan
dihadapi (prognosis)
6. Memberikan panduan tentang kemungkinan adanya permasalahan yang hamper sama 
komorbid
7. Memberikan panduan tentang pengobatan
8. Memberikan istilah kunci
9. Menyediakan kerangka kerja untuk menentukan penggantian layanan Kesehatan dan
kelayakan untuk program khusus
Proses Diagnosis Gangguan Mental
Anamnesis Pemeriksaan Diagnosis Terapi Tindak Lanjut

- Alasan berobat
- Riwayat gangguan
- Aksis I : Klinis
sekarang - Aksis II :
- Riwayat gangguan - Fisik-diagnostic
Kepribadian - Farmakoterapi
dahulu - Status mentalis
- Aksis III : Kondisi - Psikoterapi
- Riwayat - Laboratorium
- Evaluasi terapi
Medis - Terapi social - Evaluasi diagnosis
perkembangan diri - Radiologik
- Aksis IV : Kondisi - Terapi okupasional - Lain-lain
- Latar belakang - Evaluasi psikologis
Psikososial - Lain-lain
social, keluarga, - Lain-lain
- Aksis V : Taraf
Pendidikan,
Fungsi
pekerjaan,
perkawinan, dll
Diagnosis Multiaksial
 Aksis I : - Gangguan Klinis
- Kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis
 Aksis II : - Gangguan Kepribadian
- Retardasi Mental
 Aksis III : Kondisi medis umum
 Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
 Aksis V : Penilaian fungsi secara global (GAF)
Aksis I
F00 – F09 : Gangguan Mental Organic (+ simtomatik)
F10 – F19 : Gangguan Mental & Perilaku  Zat Psikoaktif
F20 – F29 : Skizofrenia, Gangguan Skizotipal & Gangguan Waham
F30 – F39 : Gangguan Suasana Perasaan (Afektif/ Mood)
F40 – F48 : Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform & Gangguan terkait Stres
F50 – F59 : Sindrom Perilaku  Gangguan Fisiologis/ Fisik
F62 – F68 : Perubahan Kepribadian  Non Organik, Gangguan Impuls, Gangguan Seks
F80 – F89 : Gangguan Perkembangan Psikologis
F90 – F98 : Gangguan Perilaku & Emosional Onset Kanak-Remaja
F99 : Gangguan Jiwa TTT

Kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis


Z 03.2 = Tidak Ada Diagnosis Aksis I
R 69 = Diagnosis Aksis I Tertunda
F60 : Gangguan Kepribadian Khas

F60.0 : Gangguan Kepribadian Paranoid

F60.1 : Gangguan Kepribadian Skizoid

F60.2 : Gangguan Kepribadian Dissosial

F60.3 : Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil

F60.4 : Gangguan Kepribadian Histrionik

F60.5 : Gangguan Kepribadian Anankastik

F60.6 : Gangguan Kepribadian Cemas (Menghindar)

F60.7 : Gangguan Kepribadian Dependen

Aksis II F60.8 : Gangguan Kepribadian Khas Lainnya

F60.9 : Gangguan Kepribadian YTT

F61 : Gangguan Kepribadian Campuran

F61.0 : Gangguan Kepribadian Campuran

F61.1 : Perubahan Kepribadian yang Bermasalah

Gambaran Kepribadian Maladaptif (uraikan)

Mekanisme Defensi Maladaptif (uraikan)

F70 – F79 : Retardasi Mental

Z 03.2 : Tidak Ada Diagnosis Aksis II

R 46.8 : Diagnosis Aksis II Tertunda


Bab I A00 – B99 Penyakit infeksi & parasite tertentu
Bab II C00 – D48 Neoplasma
Bab IV E00 – G90 Penyakit endokrin, nutrisi, & metabolik
Bab VI G00 – G99 Penyakit susunan syaraf
Bab VII H00 – H59 Penyakit mata & adneksa
Bab VIII H60 – H95 Penyakit telinga & proses mastoid
Aksis III Bab IX I00 – I99Penyakit system sirkulasi
Bab X J00 – J99 Penyakit system pernafasan
Bab XI K00 – K93 Penyakit system pencernaan
Bab XII L00 – L99 Penyakit kulit & jaringan subkutan
Bab XIII M00 – M99 Penyakit system musculoskeletal & jaringan ikat
Bab XIV N00 – N99 Penyakit system genitourinaria
Bab XV O00 – O99 Kehamilan, kelahiran anak & masa nifas
Bab XVII Q00 – Q99 Malformasi, kongenital, deformasi, kel. kr
Bab XVIII R00 – R99 Gejala, tanda & temuan klinis-lab abnormal
Bab XIX S00 – T98 Cedera, keracunan & akibat kausa eksternal
Bab XX V01 – Y98 Kausa eksternal dari morb. & mortalitas
Bab XXI Z00 – Z99 Factor  status Kesehatan dan pelayanan kesehatan
Aksis IV
 Masalah dengan “primary support group” (keluarga)
 Masalah berkaitan dengan lingkungan social
 Masalah Pendidikan
 Masalah pekerjaan
 Masalah perumahan
 Masalah ekonomi
 Masalah akses ke pelayanan kesehatan
 Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/ kriminal
 Masalah psikososial & lingkungan lain
Aksis V
Global Assessment of Functioning (GAF) Scale
100 – 91 : gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yg tak tertanggulangi
90 – 81 : gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dr masalah harian yg biasa
80 – 71 : gejala sementara & dpt diatasi, disabilitas ringan dlm social, pekerjaan, sekolah, dll
70 – 61 : bbrp gejala ringan & menetap, disabilitasringan dlm fungsi, scr umum msh baik
60 – 51 : gejala sedang, disabilitas sedang
50 – 41 : gejala berat, disabilitas berat
40 – 31 : bbrp disabilitas dlm hubungan dng realita & komunikasi, disabilitas berat dlm bbrp fungsi
30 – 21 : disabilitas berat dlm komunikasi & daya nilai, tdk mampu berfungsi hamper semua bidang
20 – 11 : bahaya mencederai diri/ orang lain, disabilitas sangat berat dlm komunikasi & mengurus diri
10 – 01 : seperti di atas  persisten & lbh serius
0 : informasi tdk adekuat
Contoh Pencatatan Diagnosis Multiaksial
Aksis I F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
F10.1 Penggunaan alcohol yang merugikan (harmful)
Aksis II F60.7 Gangguan kepribadian dependen
Sering menggunakan mechanism defensi menolak (denial), gambaran gangguan
kepribadian dependen-nya seperti apa
Aksis III Tidak ada (none)
Aksis IV Ancaman kehilangan pekerjaan
Aksis V GAF = 53 (mutakhir)
Komorbid
 Bila seorang pasien memiliki diagnosa lebih dari satu
 Satu diagnosis yang dominan dimiliki, yang lainnya penyerta
 DSM mencoba mengurangi kemungkinan ini dengan beberapa aturan pengecualian
 Contoh :

Mood Disorders
Histrionic Personality Disorder
Schizotypal Personality Disorder
Paranoid Personality Disorder
Narcissistic Personality Disorder
Borderline Personality Disorder
Antisocial Personality Disorder
Dependent Personality Disorder
Personality Change Due to General Medical Condition
Identity Problem

Anda mungkin juga menyukai