Anda di halaman 1dari 28

PENGELOAAN

RESEP DAN OBAT


KHUSUS

OLEH;
apt. DRA. HARMAWATI KADI,R M.KES.,
KETUA PENGURUS DAERAH IKATAN APOTEKER
INDONESIA SULTRA
PROFIL NARASUMBER
NAMA : Dra. Hj. Harmawati, M.kes.,Apt
Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 2 Februari 1964
Alamat : Jln. MT. Haryono No57 Kendari
Email : harmawatikadir2017@gmail.com
PENDIDIKAN
S2 Magister Kesehatan Unhas 2009
Program Profesi Apoteker Unhas 1988
S1 Farmasi Unhas 1987
PENDIDIKAN & PELATIHAN
 ASEAN Family-Based Prevention Seminar-Workshop in Indonesia.
 Diklat MOT 2002 Kerjasama Dinkes Prov. Dan Australia
 P2 Napzah bagi pengelola Napza di TK Provinsi di Jakarta
 Teknis Medis Masalah Penanggulangan Penyalahguna Napza di Ujung Pandang
RIWAYAT JABATAN
 Kepala Bidang Pencegahan dan Dayamas BNNP 2015 - Sekarang
 Kepala Bidang Pencegahan BNNP 2010- 2015
 Kepala Bidang Farmasi Registrasi dan Akreditasi Dinkes Prov. Sultra 2004 – 2008
ORGANISASI
 Ketua Pengurus Daerah IAI Sulawesi Tenggara Priode 2010 sampai sekarang
PENGHARGAAN
 Penghargaan Madya Dari BNN atas Partisipasi dan Dharma Bakti yang Luar
Biasa dalam Upaya P4GN TK Propinsi Sulawesi Tenggara Thn 2004.
PENGELOLAAN RESEP DAN OBAT KHUHUS

• Begitu banyaknya resep obat yang masuk


kesuatu apotek, baik itu obat bebas, bebas
terbatas, keras, obat yang mengandung
prekursor narkotika, obat-obat tertentu,
Narkotika dan Psikotropika, maka pihak
apotek perlu melakukan pengelolaan pada
resep obat yang diterima. Berikut adalah
pengelolaannya.
• Resep adalah permintaan tertulis dari dokter,
dokter gigi, kepada apoteker baik dalam
bentuk paper, maupun eletronik untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi
penderita sesuai sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku Permenkes No
73/2016 tentang standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.
• Obat adalah; bahan atau paduan bahan
produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem biologi
atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis pencegahan,
penyembuhan,pemulihan peningkatan,
kesehtan dan kontrasepsi untuk manusia.
LINGKUP PENGELOLAAN RESEP
1. Narkotika
2. Psikotropika
3. Obat-obat tertentu
4. Prekursor Narkotika
5. Obat keras
Alur Pelayanan Resep
1. SKRINING
a. Skrining administrasi:
- nama, SIP, alamat, tgl penulisan dan tanda tangan/paraf dokter.
- nama, alamat, umur, BB, jenis kelamin pasien
- nama obat, potensi,dosis, jumlah yang diminta
- cara pemakaian
b. Skrining Farmasetika
- bentuk sediaan, dosis, potensi, Penyiapan, stabilitas
- cara dan lama pemakaian
c. skrining klinis
- alergi, efek samping, interaksi obat
- kesesuaian dosis durasi, jumlah obat dll)
2. Penyiapan
- Resep racikan yaitu menghitung dosis,
menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas dan memberikan etiket. Pada
wadah. (perhatikan exp obat)
- Resep bukan racikan yaitu: menyiapkan
mengemas dan memberikan etiket pada
wadah (perhatikan exp obat)
3. Pemberian etiket
pada etiket harus mencantumkan:
nama dan alamat apotek
nama apoteker dan Nomor SIA
nama pasien
Aturan pakai
tanda lain yang diperlukan
pada etiket terdiri dari:
 warna putih untuk obat dalam/oral
 warna biru untuk obat luar dan suntik
 menempelkan label “kocok dahulu” untuk
sediaan emulsi dan suspensi.
4. Memasukkan kedalam wadah yang tepat dan
terpisah untuk obat yang berbeda, untuk
menjaga mutuh dan menghindari penggunaan
yang salah.
5. Sebelum penyerahan pemeriksaan kembali
nama pasien pada etiket, jenis dan jumlah
obat kemudian diserahkan.
6. Informasi obat cara pemakaian, manfaat,
makanan dan minuman yang perlu dihindari,
kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan
7. Salinan resep bila dibutuhkan
salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek,
yang selain memuat semua keterangan yang terdapat
dalam resep asli harus memuat:
nama dan alamat apotek
nama apoteker dan No SIA
tanda tangan/ paraf APA
tanda” det’ atau detur dan tanda ‘ Nedet” atau ne-
detur.
nomor resep dan tanda pembuatan
PENGELOLAAN NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIKA
Tujuan: untuk mencegah penyalahgunaan Narkotika
psikotropika sesuai UU No,35/2009 tentang
Narkotika dan UU No 5/1997 tentang psikotropika.
1. Narkotika (UU No 35/2009)
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetik maupn semi sintetik yang dapat
menyebankan penurunan atau perubahan kesadaran ,
hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan 3 golongan.
Pasal 7 UU 35/2009
Narkotika hanya dapat digunakan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan
tegnologi.
Pasal 8
Narkotika golongan 1 dilarang digunakan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan
 golongan 1
ganja, heroin, cocain, metampetamin,
ampetamin, LSD
 Golongan 2
Morfin petidin
 Golongan 3
doveri, codein, coditam
Pengeluaran Narkotika

Narkotika hanya diberikan kepada pasien yang membawa resep


dokter. Resep yang terdapat narkotika diberi tanda garis bawah
berwarna merah kemudian dipisahkan untuk dicatat dalam buku
register narkotika. Pencatat meliputi tanggal, nomor resep,
tanggal pengeluaran, jumlah obat, nama pasien, alamat pasien,
dan nama dokter. Dilakukan pencatatan tersendiri untuk masing-
masing nama obat narkotika yang digunakan sebagai pedoman
dalam pembuatan laporan bulanan yang dikirim ke Dinas
Kabupaten/kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Balai Besar POM
Provinsi, sebagai arsip yang dilaporkan setiap tangga 10 tiap
bulan (aplikasi) . Untuk setiap penggunaan obat tersebut dicatat
jumlah pengeluaran dan sisa yang ada, jika ada perbedaan
dilakukan pengontrolan lebih lanjut. Hal ini untuk menhindari
terjadinya penyalahgunaan obat.
Pemusnahan Narkotika

Sesuai dengan Permenkes NO 3 tahun 2015 tentang Peredaran,


penyimpanan,pemusnahan dan Pelaporan narkotika harus
dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Obat kadaluwarsa atau rusak
2. Pemusnahan obat yang mengandung Narkotika/psikotropika
dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota
3. Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika disaksikan
oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat kerja.
4. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
5. Pemusnahan resep dilaksanakan oleh apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain diapotek dengan cara dibakar
atau cara pemusnahan lain dibuktikan dengan BA dan
dilaporkan ke dinas kesehatan kab/kota
2. Psikotropika
UU No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika menyatakan
bahwa psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika,
baik alamiah maupun sintesa yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Pada pasal 3 tujuan pengaturan dibidang psikotropika
adalah :
a. Menjamin ketersedian psikotropika guna kepentingan
pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan
b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika
c. Memberantas peredaraan gelap psikotropika
3. Obat-Obat Keras Tertentu (OOT)
OOT berdasarkan Perka Ka BPOM No 28/2018
tentang Pedoman pengelolaan OOT yang
sering disalahgunakan;
 Tramadol
 Triheksipenidil
 Klorpromazine
 Amintriptilin
 Haloperidol
 dextromethorphan
• Pasal 5
Fasilitas PK dilarang menyerahkan OOT secara
langsung kepada anak2 umur dibawah 18
tahun
Fasilitas PK dalam melaksanakan penyerahan
OOT Harus memperhatikan;
a. Jumlah kewajaran yang harus diserahkan
b. Frekwensi penyerahan obat kepada pasien
yang sama
• Fasilitas PK wajib mengarsipkan secara
terpisah seluruh dokumen yang berhubungan
OOT.
• Wajib diserahkan sesuai resep dokter atau
salinan
• Petuga mencatat nama, alamat, no telepon
pihak yang mengambil obat
4. Obat yang Mengandung Prekursor Narkotika
• Prekursur narkotika adalah: Zat atau bahan pemula atau bahan
kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika
terdapat dua tabel:
• Tabel 1:
Acetic anhydride N-Acetylanthranilic
Ephedrin Ergometrin
Isosafrole Ergotamine
Lysergic Acid Norephedrine
3,4 Methylenediosyphenyl2 propanone
1- Phenyl 2-propanone Piperonal
Potasium Permanganat Pseudoephedrine
Safrole
Tabel 2:
Acetone Antharanilic
Ethyl ether Hydrocloride acid
Methyl ethyl ketone Phenylacetic
Piperidine Sulphuric Acid
Toluene
5. OBAT KERAS
Berdasarkan UU Obat Keras:
St. No 419 tanggal 22 desember 1945
Pasal 1. yang dimaksud dengan dalam ordonansi ini:
obat-obat keras yaitu: obat-obat yang tidak
digunakan untuk keperluan tehnik, yang mempunyai
khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan,
mendesinfeksikan dll dalam tubuh manusia, baik
dalam bungkusan maupun tidak yang ditetapkan oleh
Secretaris Van Staat, Hoofd Van Het Departement
Van Gesondheid.
• Obat-obat G yaitu obat-obat keras yang oleh
Sec V. St didaftar pada obat-obat berbahaya
(Gevarlijk: Daftar G)
• Obat W Yaitu yaitu obat-obat keras yang oleh
Sec V. St didaftar Peringatan (Warschuwing:
Daftar W)
• Secretaris Van ST; Kepala DVG Jakarta .
6. PENGELOLAAN OBAT WAJIB APOTEK (OWA)
Apoteker dapat menyerahkan Obat Keras
tanpa resep dokter kepada pasien. Hal ini sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan
No.347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Obat
Wajib Apotek. Adapun latar belakang dari
keputusan Menteri Kesehatan tersebut adalah :
• Meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan
rasional
• Meningkatkan peran apoteker dalam KIE
Oleh karena itu perlu diterapkan keputusan menteri kesehatan
tentang obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter di
apotek. Hal ini tercamtum dalam Permenkes No.
919/Menkes/Per/1993 tentang kriteria obat yang dapat
diserahkan tanpa resep, yaitu :
• Tidak dikontraindikasikan untuk wanita hamil, anak dibawah 2
tahun dan orang tua diatas 65 tahun
• Tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit
• Penggunaan tidak memerlukan cara/alat khusus yang harus
dilakukan oleh/bantuan tenaga kesehatan
• Untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
• Memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan
Dalam keputusan ini, Pelayanan OWA yang dilakukan
oleh apoteker harus memenuhi cara dan ketentuan,
diantaranya sebagai berikut:
• Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat
perpasien
• Membuat catatan pasien dan obat yang diberikan
• Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan
pakai, kontra indikasi, efek samping, dan lain-lain yang
perlu diperhatikan pasien
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai