Anda di halaman 1dari 33

PHARMACEUTICAL CARE

OF PATIENTS WITH
HIV/AIDS

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)

adalah virus yang ditularkan melalui darah


yang biasanya ditularkan melalui hubungan
seksual, perlengkapan obat intravena
bersama, dan penularan dari ibu ke anak
(MTCT), yang dapat terjadi selama proses
kelahiran atau selama menyusui.
Penyakit HIV disebabkan oleh infeksi HIV-1
atau HIV-2, yang merupakan retrovirus dalam
keluarga Retroviridae, genus Lentivirus.
SIGNS AND SYMPTOMS

Tidak ada temuan fisik khusus untuk infeksi HIV; Temuan fisik
adalah temuan infeksi atau penyakit. Manifestasinya meliputi:
 Serokonversi akut bermanifestasi sebagai penyakit seperti
flu, terdiri atas demam, malaise, dan ruam menyeluruh
 Fase asimptomatik umumnya jinak
 Limfadenopati sering terjadi dan mungkin merupakan gejala
yang timbul
 AIDS bermanifestasi sebagai infeksi berulang, parah, dan
terkadang mengancam jiwa atau keganasan oportunistik
 Infeksi HIV dapat menyebabkan beberapa gejala sisa,
termasuk demensia / ensefalopati terkait AIDS dan sindrom
wasting HIV (diare kronis dan penurunan berat badan tanpa
penyebab yang dapat diidentifikasi)
ETIOLOGY AND PATHOGENESIS

 Infeksi dengan HIV terjadi melalui tiga mode utama: seksual,


parenteral, dan perinatal.
 Hubungan seks, baik anal dan maupun vagina adalah modus
yang paling umum. Kemungkinan penularan hub seks lewat
anal 0,1 – 3% / kontak dan 0,1-0,2% / kontak seks vagina.
 Penggunaan jarum / peralatan suntikan lainnya yang
terkontaminasi oleh pengguna obat terlarang adl penyebab
utama transmisi parenteral.
 Petugas kesehatan mempunyai resiko yg kecil tertular HIV
akibat pekerjaannya, sebagian besar penularan krn luka
akibat jarum suntik.
 Infeksi perinatal  penyebab utama (> 90% pd HIV anak)
CLINICAL PRESENTATION

 MK infeksi HIV primer bervariasi, ttp pasien sering


mengalami gejala viral (mononucleosis-like illness)
sprt : demam, faringitis, dan adenopati. Gejala dpt
hilang setelah 2 minggu
 Kemungkinan perkembangan AIDS berhubungan dg
beban virus RNA. Pd suatu studi, kecepatan
berkembang dlm 5 thn adl 8%, 26%, 49% dan
62%utk copy virus/ml
 Sebagian besar anak lahir dg HIV tanpa gejala. Pd
pemeriksaan fisik sering menunjukkan tanda2 yg tdk
dpt dijelaskan penyebabnya sprt : gangguan kelenjar
limfa, pembesaran hati, kehilangan berat badan
atau lahir kurang berat tanpa sebab.
FASE KLINIK HIV BERDASARKAN WHO

 Fase Klinik 1
Tanpa gejala, limfadenopati menetap dan menyeluruh
 Fase Klinik 2
Penurunan berat badan (<10%) tanpa sebab. ISPA (sinusitis,
tonsilitis, OM, faringitis) berulang. Herpes zoster, ulkus mulut
berulang dll.
 Fase Klinik 3
Penurunan berat badan (>10%) tanpa sebab. Diare kronik tanpa
sebab smp > 1 bulan. Demam menetap (>1 bln) kandidiasis oral
menetap dll.
 Fase Klinik 4
Gejala menjadi kurus, pneumonia, infeksi herpes simplex kronik
TBC, dll
DIAGNOSIS

 Metode umum utk menetapkan HIV adalah Enzyme-linked


immunosorber t Assay (ELISA) yg mendetaksi antibodi thd HIV -1 dg
sensitivitas & spesifitas yg tinggi
 Positif palsu dpt terjadi  perempuan yg telah melahirkan bbrp kali,
pd yg baru mendpt vaksin hepatitis, HIV, influenza dll.
 Negatif palsu dpt terjd  pd pasien baru terinfeksi & tes dilakukan
sebelum pembentukan antibodi yg adekuat.
 Waktu minimum utk terbentuknya antibodi 3 -4 minggu dr awal
terpapar
 ELISA + diulang & bila salah satu/ keduanya reaktif  tes konfirmasi
(Uji Western blot)
 Test beban virus menghitung viremia dg mengukur jumlah virus  RT-
PCR
 Beban virus dpt digunakn sbg faktor prognosa untk memonitor
perkembangan penyakit dan efek terapi
 Jumlah limfosit CD4 dlm darah  tanda pengganti perkembangan
penyakit.
 CD4 normal : 500 -1600 sel/mikroliter (40 -70% dr seluruh limfosit)
TREATMENT

 Goal treatment : mencapai efek penekanan maksimum


replikasi HIV
 Sasaran sekunder : peningkatan limfosit CD4 dan perbaikan
kualitas hidup
 Sasaran akhir : penurunan mortalitas dan morbiditas.
GENERAL APPROACH

 Pengukuran periodik, teratur tingkat RNA HIV di plasma dan


hitung CD4 utk menentukan kemajuan terapi dan utk mengawali
atau memodifikasi regimen terapi
 Penentuan terapi harus individual berdasarkan CD4 dan beban
virus
 Penggunaan kombinasi ARV poten utk menekan replikasi virus
HIV sampai dibawah tingkat sensitifitas penetapan virus HIV
membatasi kemampuan memilih variant HIV yg resisten
terhadap ARV, yaitu faktor utama yg membatasi kemmpuan ARV
menghambat replikasi virus dan menghambat perbaikan.
 Setiap ARV digunakan dlm kombinasi harus selalu digunakan
sesuai dg regimen dosis
 Setiap org yg terinfeksi HIV, bahkan dg beban virus di bawah
batas yg dpt terdeteksi, harus dipertimbangkan dpt menularkan
dan harus diberi konsultasi utk menghindari perilaku seks dan
penggunaan obat yg berkaitan dg penularan HIV.
PHARMACOLOGIC THERAPY

 Terapi dengan kombinasi ARV menghambat replikasi virus


adalah strategi yg sukses pd terapi HIV.
 Empat kelompok obat yg digunakan :
1. entry inhibitors
2. Reverse transcriptase inhibitors,
3. integrase strand transfer inhibitors ( InSTIs),
4. HIV protease inhibitors (PIs)

 Reverse transcriptase Inhibitor terdiri dari dua jenis: analog


nukleosida (NARTI) dan Non Nukleosida (NNRTI)
TREATMENT DURING PREGNANCY

 Secara umum, wanita hamil harus diperlakukan seperti orang


dewasa tidak hamil dengan beberapa
pengecualian. Efavirenz harus dihindari bila memungkinkan
pada wanita hamil selama
trimester pertama atau pada wanita berusaha untuk hamil
karena potensi teratogenisitas.
Obat-obatan yang melewati sawar plasenta harus dihindari,
seperti abacavir, emtricitabine, lamivudine, tenofovir, atau AZT.
 AZT intravena (intravena) direkomendasikan intrapartum
tergantung pada ibu
viral load, berdasarkan penelitian awal yang menunjukkan
efektivitas profilaksis yang jelas
serta keakraban yang luas dengan profil efek samping. Bayi juga
menerima profilaksis AZT (± beberapa dosis nevirapine) selama
6 minggu setelah kelahiran.
POSTEXPOSURE PROPHYLAXIS

 Profilaksis pascapajanan dengan rejimen tiga obat yang terdiri


dari dua NRTI dan 1 PI yang dikuatkan direkomendasikan untuk
paparan darah perkutan yang melibatkan signifikan risiko (yaitu,
jarum bor besar atau volume besar darah atau darah dari pasien
dengan AIDS lanjut).
 Dua NRTI dapat ditawarkan kepada petugas kesehatan dengan
risiko pajanan yang lebih rendah seperti yang melibatkan
selaput lendir atau kulit. Perawatan tidak diperlukan jika
sumber pajanan adalah air seni atau air liur.
 Durasi pengobatan yang optimal tidak diketahui, tetapi
setidaknya 4 minggu terapi menganjurkan . Idealnya, pengobatan
harus dimulai dalam 1 hingga 2 jam setelah paparan, tetapi
pengobatan direkomendasikan hingga 72 jam setelah paparan.
EVALUATION OF THERAPEUTIC OUTCOMES

 Setelah dimulainya terapi, pasien biasanya dipantau pada 3


bulan interval dengan imunologis (yaitu jumlah CD4), virologi
(RNA HIV), dan klinis penilaian.
 Ada dua indikasi umum untuk mengubah terapi: toksisitas yang
signifikan dan kegagalan pengobatan .
 Kriteria khusus untuk menunjukkan kegagalan pengobatan
belum ditetapkan uji klinis terkontrol. Sebagai panduan umum,
acara berikut harus ditampilkan pertimbangan untuk mengubah
terapi:
● Kurang dari 1 log 10 penurunan viral load HIV 1 hingga 4
minggu setelah mulai ART terapi, atau kegagalan untuk
mencapai kurang dari 200 copy / mL (<200 × 10 3 / L) dalam 24
minggu atau kurang dari 50 copy / mL (<50 × 10 3 / L) dalam 48
minggu
●Setelah penekanan RNA HIV, deteksi HIV -RNA secara berulang
●Perkembangan penyakit klinis, biasanya perkembangan
oportunistik baru infeksi
PERAN APOTEKER DALAM
PENANGGULANGAN HIV/AIDS

a. Pengelolaan persediaan obat antiretroviral


dan obat pendukung lainnya
b. Pemberian informasi obat
c. Konseling obat
d. Pemantauan kepatuhan terapi
MASALAH DALAM PENGGUNAAN OBAT
ANTIRETROVIRAL
 Diperlukan terapi jangka panjang sehingga
memungkinkan timbulnya resistensi pada
penggunaan obat antiretroviral jika tidak digunakan
secara teratur dan benar.
 Diperlukan tingkat kepatuhan yang tinggi dalam
penggunaan obat-obatan antiretroviral untuk
mendapatkan keberhasilan terapi dan mencegah
resistensi yang terjadi. Untuk mendapatkan respon
penekanan jumlah virus sebesar 85% diperlukan
kepatuhan penggunaan obat 90 - 95%.
 Beberapa obat antiretroviral mempunyai efek
samping dimana pada beberapa penderita dapat
memberikan gejala yang berarti
 Pada penderita infeksi HIV yang telah memasuki
stadium AIDS biasanya disertai dengan timbulnya
infeksi penyerta (infeksi oportunistik) . Beberapa
obat-obatan untuk terapi infeksi oportunistik
menimbulkan interaksi dengan obat antiretroviral .
 Biaya pengobatan antiretroviral cukup tinggi,
terutama jika pasien mengalami kegagalan virologik
pada lini pertama, diperlukan terapi lini kedua yang
harganya jauh lebih mahal.
MONITORING TERAPI

1. Monitoring Kepatuhan
2. Monitoring Keberhasilan Terapi
3. Monitoring Efek Samping Obat
MONITORING KEPATUHAN

1 . M e n g h i t u n g j u m l a h o b a t ya n g te r s i s a p a d a s a a t p a s i e n m e n g a m b il o b a t ke m b a l i .
2 . M e l a ku ka n w aw a n c a r a ke p a d a p a s i e n a t a u ke l u a r g a nya , b e r a p a ka l i d a l a m s e b u l a n
p a s i e n t i d a k m i n u m o b a t . S e b a g a i c o n to h j i ka d i p e r l u ka n t i n g ka t ke p a t u h a n
s e b e s a r 9 5 % d a n p a s i e n h a r u s m i n u m o b a t r a t a - r a t a s e b a nya k 6 0 ka l i d a l a m
s e b u l a n m a ka p a s i e n d i h a r a p ka n t i d a k l e b i h d a r i 3 k a l i l u p a m i n u m o b a t .
3 . M e m b u a t ka r t u m o n i to r in g p e n g g u n a a n o b a t .
4 . M e m b e r i p e r h a t i a n ke p a d a ke l o m p o k w a n i t a h a m i l ya n g h a r u s m e n j a l a ni te r a p i
a n t i r et rov i r a l ka r e n a p a d a u m u m nya t i n g ka t ke p a t u h a n r e n d a h . H a l i n i d i s e b a b ka n
ka r e n a a d a nya s e n s a s i m u a l & m u n t a h p a d a s a a t ke h a m i l a n d a n m e n j a d i l e b i h
b e r a t ka r e n a e f e k s a m p i n g o b a t p a d a u m u m nya d a p a t m e n i m b u l ka n m u a l d a n
muntah.
5 . G o l o n g a n l a i n ya n g p e r l u m e n d a p a t p e r h a t i a n u n t u k m e n i n g ka t ka n ke p a t u h a n
d a l a m p e n g o b a t a n a n t i r et rov i r al a d a l a h p e n d e r i t a i n f e k s i H I V / A I D S p a d a
a n a ka n a k . U s a h a u n t u k m e n i n g ka t ka n ke p a t u h a n p a d a p e n d e r i t a a n a k a d a l a h
d e n g a n c a r a s e b a g a i b e r i ku t :
 M e nye d i a ka n o b a t ya n g s i a p d i m in u m d a l a m s e r b u k d o s i s te r b a g i u n t u k s a t u
ka l i p e m a ka i a n .
 M e m o d i fi ka s i b e n t u k s e d i a a n s e h i n g g a l e b i h e n a k d i m i n u m .
 M e m b e r i ka n e d u ka s i ke p a d a o r a n g t u a u n t u k s e l a l u te r a t u r m e m b e r i ka n o b a t
ke p a d a a n a k nya .
MONITORING KEBERHASILAN TERAPI

Monitoring ini dilakukan untuk melihat apakah


rejimen obat antiretroviral yang diberikan
memberikan respon pada penekanan jumlah
virus dan dapat menaikkan fungsi kekebalan
tubuh. Jika rejimen yang dipilih tidak
memberikan respon pada penekanan jumlah
virus perlu dipertimbangkan untuk mengganti
dengan rejimen yang lain
MONITORING EFEK SAMPING OBAT

Monitoring efek samping obat dilakukan untuk memantau


apakah timbul efek samping pada penggunaan obat
antiretroviral, baik efek samping yang bersifat simtomatik
maupun gejala toksisitas yang mungkin terjadi.
KEBERHASILAN TERAPI DAPAT DITINGKATKAN
DENGAN CARA -CARA BERIKUT :

a. Pemberian informasi dan edukasi yang jelas kepada pasien


sebelum memulai terapi
b. Meyakinkan pasien bahwa pengobatan dengan antiretroviral
dapat memberikan manfaat.
c. Melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya kepatuhan pasien dalam
pengobatan.
d. Mempermudah pasien mendapatkan akses untuk
memperoleh informasi obat .
e. Penemuan baru di bidang teknologi farmasi utk
memudahkan pasien minum obat
f. Menyediakan sarana utk memudahkan minum obat
PELAYANAN INFORMASI OBAT

Kegiatan pelayanan Informasi Obat dapat dilakukan sebagai berikut :


a. Pelayanan Informasi obat dapat dilakukan secara pasif dan aktif.
b. Media informasi obat dapat secara lisan maupun tulisan.
c. Pelayanan informasi obat secara aktif : dengan membuat leaflet,
brosur, tulisan-tulisan di media massa, memberikan penyuluhan
seper ti cara penularan HIV, kepatuhan dll.
d. Pelayanan Informasi Obat kepada pasien secara langsung : dengan
menjawab per tanyaan yang diajukan baik secara lisan maupun
secara ter tulis.
e. Sasaran pemberian edukasi dapat langsung kepada pasien, maupun
kepada pengawas minum obat misalnya : keluarga pasien, care giver,
teman dekat, dll.
f. Dibuat semudah mungkin pasien dapat mengakses informasi yang
diperlukan :
• Pusat Informasi obat mudah dihubungi melalui telepon
• Menyebarkan informasi melalui internet
• Bahasa yang dipergunakan mudah dimenger ti.
• Media informasi menarik untuk dibaca.
KONSELING OBAT
a. Konseling kepada pasien sebaiknya dilakukan ditempat yang nyaman
dan kerahasiaan terjamin
b. Tempat melakukan konseling tidak terlalu jauh dari poliklinik
sehingga pasien mudah mengakses
c. Konseling dapat dilakukan pada saat pasien akan memulai terapi
antiretroviral yang disebut dengan konseling pra ART dan secara
konseling periodik sesuai kebutuhan .
d. Konseling pra ART diberikan sebelum pasien memulai terapi dengan
materi sebagai berikut :
 Apa manfaat dan kegunaan dari obat Antiretroviral
 Bagaimana cara menggunakan obat yang benar
 Kapan waktu minum obat yang benar
 Apa saja kemungkinan efek samping yang timbul
 Bagaimana mengenali dan mengatasi efek samping yang timbul
 Apa cara yang harus ditempuh jika terjadi efek samping.
 Apakah ada obat -obatan lain yang diminum oleh pasien baik yang
diresepkan oleh dokter maupun yang dipakai sendiri, untuk
menghindari interaksi obat
 Bagaimana cara pasien mendapatkan obat kembali jika sudah
habis.
KONSELING UNTUK KLIEN YANG BARU
AKAN MEMULAI MINUM ANTIRETROVIRAL
1) Perkenalan : tujuan perkenalan adalah memberikan
keyakinan pada klien bahwa klien berkomunikasi dengan orang
yang tepat.
a) Perkenalkan nama anda, profesi anda, kedudukan anda
dalam penanganan obat ARV dengan berjabat tangan dengan
klien.
b) Tanyakan identitas klien, mulai dari nama, umur, berat
badan, alamat,nomor telepon,status perkawinan (sudah
menikah apa belum), kesuburan (sedang hamil atau ada
program akan hamil ), jenis obat yang sedang minum, nama
pendamping minum obat, hubungan dengan klien, alamat dan
nomor telpon yang bisa dihubungi, catat dalam kartu konseling.
2) Menggali pengetahuan klien tentang HIV/AIDS: tujuannya
untuk mempermudah pemberian informasi kepada klien.

a) Apa dokter atau perawat sudah memberitahukan tentang


penyakit yang diderita, cara penularannya dan cara
pengobatannya? Bila belum jelaskan, bila sudah lanjutkan
pertanyaan berikutnya.

b) Apa yang sudah dikatakan dokter atau perawat mengenai


obat ARV ? Bila tidak tahu lanjutkan pada pertanyaan, bila tahu
namun kurang jelas, sempurnakan jawaban tersebut.
3. Memberi penjelasan tentang obat, dengan tujuan agar klien
benar-benar memahami akan segala sesuatunya tentang obat
ARV.
a. Jelaskan tujuan pengobatan ARV, tekankan pada kalimat “
bahwa obat ARV ini bukan untuk menyembuhkan penyakit
tetapi hanya menekan virus”
b. Jelaskan bahwa obat ARV ini harus diminum seumur hidup.
c. Jelaskan waktu dan cara meminum obat sesuai dengan
resep yang diberikan dokter, Jelaskan pula waktu dan cara
minum obat lain selain obat ARV.
d. Berikan teknik supaya pasien selalu minum obat dengan
tepat waktu.
TAHAPAN – TAHAPAN KONSELING UNTUK
KLIEN YANG SUDAH MINUM ARV:

Anda mungkin juga menyukai